Anda di halaman 1dari 9

MODUL STRUKTUR BAJA II 5

BATANG TEKAN METODE LRFD


5.1 TUJUAN INSTRUKSIONAL
5.1.2 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Memahami konsep perencanaan Load and Resistance Factor Design (LRFD) untuk
Elemen Struktur yang memikul Gaya Tarik dan Tekan
5.1.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Dapat menerapkan perencanaan LRFD pada desain struktur rangka batang,
khususnya elemen batang dengan gaya tarik dan gaya batang tekan.
5.2 MATERI KULIAH
Nilai faktor overload, Gaya aksial akibat beban terfaktor dan Gaya Aksial Nominal
Nilai faktor reduksi kekuatan
Kondisi batas karena leleh bahan (material yielding) dan retak (fracture)
5.3 POKOK BAHASAN
5.3.1 Elemen Batang Tarik
Komponen yang memikul gaya tarik (elemen struktur batang tarik) harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi :

dimana Nu adalah kuat tarik perlu, yaitu nilai gaya tarik akibat beban terfaktor, diambil
nilai terbesar diantara berbagai kombinasi pembebanan yang diperhitungkan. Nn
adalah kuat tarik nominal, yaitu gaya tarik pada kondisi batas yang diperhitungkan.
Untuk komponen yang memikul gaya tarik, kondisi batas yang diperhitungkan adalah:

Kelelehan penampang (yielding), yaitu leleh pada seluruh penampang (bruto /


kotor)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

(lihat Gambar a.)

Putus / fraktur (fracture), yaitu retakan atau robekan pada penampang efektif :
(lihat Gambar b.)

5.3.2 Elemen Batang Tekan


Komponen struktur baja yang memikul gaya tekan (batang tekan), harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi :

dimana Nu adalah kuat tekan perlu, yaitu nilai gaya tekan akibat beban terfaktor,
diambil nilai terbesar diantara berbagai kombinasi pembebanan yang diperhitungkan.
Nn

adalah

kuat

tekan

nominal,

yaitu

nilal

gaya

tekan

terkecil

dengan

memperhitungkan berbagal kondisi batas batang tekan sebagai fungsi kondisi tekuk.
Nilai faktor reduksi kekuatan c diberikan seragam untuk semua jenis batang tekan
sebesar 0.85.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

Kondisi batas yang harus diperhitungkan:


1. Kelelehan penampang (yielding)
2. Tekuk lentur (flexural buckling)
3. Tekuk lokal (local buckling),
4. Tekuk torsi (torsional buckling).
Tekuk Lokal (Local Buckling)
Tekuk lokal adalah peristiwa menekuknya elemen pelat penampang (sayap atau
badan) akibat rasio lebar terhadap tebal yang terlalu besar. Tekuk lokal mungkin
terjadi sebelum batang / kolom menekuk lentur. Oleh karena itu disyaratkan pula nilai
maksimum bagi rasio lebar terhadap tebal pelat penampang batang tekan.
Tekuk Lentur (Flexural Buckling)
Tekuk lentur adalah peristiwa menekuknya batang tekan (pada arah sumbu
Iemahnya) secara tiba-tiba ketika terjadi ketidakstabilan. Kuat tekan nominal Nn pada
kondisi batas ini dirumuskan dengan formula yang telah dikenal :

Tekuk
Lentur
Sepanjang Batang
Tak Terkekang, Lk

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

Tekuk Lokal pada Pelat Badan


Tekuk Torsi
Tekuk torsi terjadi terhadap sumbu batang sehingga menyebabkan penampang
batang tekan terputar/terpuntir. Tekuk torsi umumnya terjadi pada konfigurasi elemen
batang tertentu, seperti pada profil siku-ganda dan profil T. Kuat tekan nominal pada
kondisi batas mi dirumuskan sebagai berikut :

Prosedur umum desain LRFD untuk batang tekan:


1. Hitunglah beban layan terfaktor Pu dengan menggunakan semua beban kombinasi
yang sesuai
2. Asumsikan nilai tegangan kritik Fcr, berdasarkan angka kelangsingan = lk/imin
yang diasumsikan.
3. Hitunglah luas bruto Ag yang diperlukan dari Pu/(cFcr).
4. Pilihlah suatu penampang dengan memperhatikan pembatasan ratio lebar/tebal
untuk mencegah terjadinya tekuk lokal.
5. Berdasarkan harga yang lebih besar dari x = lk/ix atau y = lk/iy untuk penampang
yang dipilih, maka hitunglah tegangan kritikal Fcr
6. Hitunglah kekuatan desain cPn = cPcr Ag untuk penampang tersebut.
7. Bandingkan cFcr dengan Pu Bila kekuatan yang dicapal hanya beberapa persen
kurang dari kekuatan yang diminta, desain tersebut masih dapat diterima. Bila
tidak, ulangi langkah 1 sampai 7.
Untuk penampang tempa (WF), tegangan kritik Fcr dapat dihitung sebagai:
2

Untuk c Q 1,5 , maka Fcr (0,658Q..c )QFy


0,877
Fy
2
c Ir. Edifrizal Darma, MT

Untuk c Q 1,5 , maka Fcr


PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

STRUKTUR BAJA II

dalam hal ini :

K l
r

Fy
E

dimana:
Fcr = tegangan kritis akibat tekuk lentur (dalam MPa.)
Q

= 1 untuk penempang tempa (hot formed)

Fy = tegangan leleh (yield stress) material baja (dalam MPa.)


E

= modulus elastisitas baja (dalam MPa.)

= faktor panjang tekuk, tergantung kondisi kedua ujung batang (untuk kedua
ujung batang dengan tumpuan sendi, maka K=1)

= panjang batang tanpa pengaku lateral (dalam mm)

= jari-jari girasi penampang terhadap sumbu tekuk (dalam mm)

Catatan : 1 MPa. = 10 kg/cm2 .


Dalam bentuk grafik, nilai tegangan kritis akibat tekuk lentur untuk berbagai nilai
tegangan leleh baja Fy dapat diperoleh sebagai berikut [Ref. 1 jilid 2] :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

5.4 PERBANDINGAN DENGAN ASD


5.4.1 Panjang Tekuk Batang Tekan
Besar panjang tekuk batang tekan sangat bergantung kepada kondisi tumpuan dikedua
ujung batang tekan tersebut.

Panjang Tekuk LK :
LK = c Lbatang
c = faktor panjang tekuk efektif (lihat
gambar disamping)

Faktor panjang tekuk effektif c

Panjang Tekuk Lk Kolom Struktur Portal tak dapat bergoyang dan dapat bergoyang
(PPBBI hal 18)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

5.4.2 Angka Kelangsingan


Angka kelangsingan batang tekan (PPBBI):

LK
imin

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

dimana LK = panjang tekuk batang tekan


imin = jari-jari girasi minimum , yaitu i min

I min
A

imin = momen inersia minimum penampang profil baja


A

= luas penampang profil

5.4.3 Faktor Tekuk


Dalam desain kekuatan batang tekan dalam digunakan tegangan tekuk (buckling stress),
yang dipengaruhi oleh kelangsingan batang tekan tersebut, yaitu melalui faktor tekuk .
Besarnya faktor tekuk bergantung kepada angka kelangsingan batang tekan dan mutu
baja.
Hubungan Faktor Tekuk dengan Angka Kelangsingan Batang untuk Baja Bj./St. 37 (Fe
360) dapat dihitung menurut PPBBI 1984, halaman 9, sebagai berikut:

E
0,7 yield

dan

untuk s 0,183,

untuk 0,183 < s < 1, maka

untuk s 1,0,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

maka = 1,0
1,41
1,593 s

maka = 2,381 2 s

Ir. Edifrizal Darma, MT

STRUKTUR BAJA II

Anda mungkin juga menyukai