Anda di halaman 1dari 3

GURU SUPER MEMBENTUK SISWA BERKARAKTER

Peran seorang guru tidak sekedar menjadikan peserta didik menjadi pintar tetapi lebih dari sekedar itu,
berkontribusi membangun siswa berkarakter. Secanggih apapun teknologi, tidak akan mampu
menggeser peran dan posisi guru dalam proses pendidikan karena pendidikan tidak sekedar transfer of
knowledge tetapi membangun nilai dan karakter (tranformation of value and character building).
Guru yang mampu melahirkan anak didik berkarakter. Tentu, bukan guru yang biasa-biasa saja, tetapi
seorang guru yang luar biasa atau guru super. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen no.14
tahun 2005 disebutkan seorang guru memiliki 4 kompetensi, yaitu kompetensi profesional, pendagogis,
personal dan sosial. Dari keempat kompetensi, aspek yang paling mendasar untuk menjadi seorang
guru yang super adalah aspek kepribadian (personality), karena aspek pribadi inilah yang menjadi cikal
bakal lahirnya komitmen diri, dedikasi, kepedulian dan kemauan kuat untuk terus berkiprah di dunia
pendidikan dengan penuh panggilan melahirkan generasi masa depan yang pintar sekaligus berkarakter.
Rani Pardini (2009), menyebutkan 3 model guru berdasarkan tingkatan kualitasnya, ocupacional,
profesional dan vocasional. Ocupacional adalah sosok guru yang menjalani profesi guru sekedarnya
saja, tanpa kepedulian lebih memperhatikan anak-anak asuhnya. Guru seperti ini yang paling penting
bahan ajar tersampaikan, hak diterima, perkara anak paham atau tidak, berubah atau tidak, tidak
menjadi persoalannya. Guru profesional adalah guru yang memiliki tanggung jawab lebih, memenuhi
kualifikasi undang-undang dan syarat kompetensi guru sesuai dengan regulasi yang berlaku. Ketiga
guru vocasional adalah guru yang menjalani profesinya sebagai sebuah panggilan (calling), sehingga
menjalani tugasnya dengan penuh antusiasme, pasion, komitmen dan terus mengembangkan diri serta
profesinya.
Meminjam istilah Reza M. Syarif, tentang eksistensi manusia dilihat dari keberadaan dan prestasinya
(performance), seorang guru terbagi dalam 5 model,
1. Guru yang apa adanya.
Guru model ini, mengajar hanya sekedar gugur kewajiban, tidak peduli dengan keadaan anak diluar
kelas atau masalah-masalah di rumahnya. Guru yang apa adanya, guru yang menjalankan tugasnya
hanya sebatas formalitas.
2. Guru yang tidak ada apa-apanya.
Guru seperti ini sama sekali tidak memiliki gairah untuk menjadikan siswa pintar apalagi berkarakter.
Ilmu yang diperolehnya tidak pernah di upgrade, padahal perubahan terjadi setiap saat, mereka tidak
tertarik terhadap berbagai perkembangan yang terjadi di sekitarnya terutama yang berhubungan dengan
dunia pendidikan.
3. Sosok guru yang adanya, ada-ada saja.
Guru model ini lebih banyak kesan negatifnya daripada positifnya, tidak banyak berharap dari guru
model ini beruntung tidak banyak guru seperti ini, hanya kasuistis, tetapi sangat perlu diwaspadai
karena bisa mencoreng dan menghancurkan dunia pendidikan. Guru yang ada-ada saja lebih banyak
usil dibanding usulnya dalam perkembangan pendidikan.
4. Guru yang ada lebihnya.
Model guru seperti ini, sosok guru yang sadar akan tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI) sebagai
guru. Guru yang ada lebihnya adalah guru yang tertarik untuk terus peduli pada perkembangan anak
didiknya, profesinya. Kondisi dan tantangan yang berkembang dan prestasi baik diri dari siswanya,

bagi guru kelompok ini selalu tertarik terhadap perkembangan-perkembangan baru di dunia pendidikan
dan perubahan yang lainnya yang berkaitan dengan aspek pendidikan.
5. Guru yang adanya tidak sekedar ada.
Sosok guru inilah sosok yang super. Guru super ini, guru yang sangat sadar pada eksistensinya,
potensinya, profesinya, situasi dan kondisinya, visi dan misinya, obsesinya serta efektifitas aksinya.
Guru model ini, menjadikan profesi guru sebagai panggilan diri yang dijalaninya dengan penuh
komitmen dan dedikasi.
Dengan adanya sertifikasi, tidak otomatis meningkat kualitas guru dan mutu pendidikannya, karena
terkadang kembali pada status quo dan model lama. Banyak kasus sertifikasi guru yang hanya
sekedar mengajar tunjangan sertifikasi dari subtansi pengembangan profesi dan prestasinya.
Pada hemat penulis, untuk menjadi guru super maka yang harus dibangun adalah minimal 7 aspek,
yang penulis sebut dengan model 7 M.
1. Mind Set atau pola pikir seorang guru super harus memiliki pola pikir yang benar dalam
menjalankan profesinya. Tidak hanya sekedar pertimbangan finansial tetapi betul-betul sebagai
panggilan dan kepedulian untuk membantu mengembangkan potensi anak didik dan mengembangkan
kualitas pendidikan.
2. Mentalitas atau sikap mental, menjadi guru super luar biasa sangat ditentukan dengan sikap mental
positif, proaktif, progresif, dan prestatif.
3. Motivasi, guru super memiliki motivasi yang super untuk membangun karakter anak dan dunia
pendidikan. Bagi seorang guru harus selalu memiliki motivasi internal yang sangat kuat untuk terus
berupaya mengembangkan dirinya yang berdampak pada kemajuan anak didiknya.
4. Manajemen, seorang guru super mampu memanaj diri dan sumber daya lainnya dalam
mengembangkan pembelajaran sehingga mampu melahirkan kreatifitas dan inovasi pendidikan.
5. Moralitas, seorang guru mutlak memiliki etika moral yang patut menjadi teladan bagi teman sejawat
dan murid-murinya. Moralitas merupakan sesuatu yang harus ada (conditio sine quanon) bagi seorang
guru super.
6. Metode, seorang guru hendaknya menguasai berbagai metode pembelajaran yang variatif sehingga
tidak monoton dan menjenuhkan anak dalam belajar.
7. Moving atau tindakan efektif, untuk menjadi guru super harus mampu bertindak efektif baik pada
tahap persiapan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Dari sekian aspek semuanya akan
bernuansa pada mind set (pola pikir) seorang guru, untuk menjadikan dirinya sebagai seorang guru
super yang mampu melahirkan anak didiknya tidak sekedar pintar tapi memiliki karakter. Kehadiran
seorang guru harus sebanyak-banyaknya bermakna, bermanfaat dan maksimal dalam upaya
membangun potensi anak menjadi dirinya sendiri yang mampu membangun dan menemukan
jatidirinya.
Seorang guru super yang berdampak pada upaya membangun karakter siswa paling tidak harus
memiliki sembilan karakter (9 S) yaitu :

- Sayang, Sabar, Santun, Siap, Senyum, Sungguh Sungguh, Senang, Strategi, dan Sukses.
Semoga guru-guru sebagai pahlawan yang banyak jasa dan banyak pahala, sebagai guru super mampu
segera memulihkan kondisi pendidikan dan bangsa yang multi krisis ini, bangkit siap bersaing dengan
bangsa-bangsa lainnya didunia terutama di era ACFTA ini dan menyongsong WTO 2010.
Sumber :
Drs. Rustana Adhi

Anda mungkin juga menyukai