Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

RETENSIO PLASENTA

Moderator :
dr. Adi Rahmanadi, Sp.OG
Disusun Oleh :
Mitta Arlina Solihadin
1410221087
Dipresentasikan tanggal:
3 Februari 2015

KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONALVETERAN JAKARTA
PERIODE 4 JANUARI 11 MARET 2016

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


OBSTETRI GYNEKOLOGI

Presentasi kasus dengan judul :

RETENSIO PASENTA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Obstetri Gynekologi Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
1

Disusun Oleh :
MITTA ARLINA SOLIHADIN 1410221087

Telah disetujui dan disahkan oleh pebimbing :

Nama pembimbing

Dr. Adi Rahmanadi, Sp.OG


NIP.197205162009091001

DAFTAR ISI

ii

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I

STATUS PASIEN...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................13


2

BAB III KESIMPULAN......................................................................................20


DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii

BAB I
STATUS PASIEN
I.

IDENTIFIKASI
A. Identitas Pasien
Nama

: Ny. N

No RM

: 095185

Tanggal Lahir

: 2 November 1991

Umur

: 24 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Menikah

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Gemawang 03/01 jambu Kab. Semarang

Tanggal masuk RS

: 31 Januari 2011

B. Identitas Suami
Nama

: Tn. Y

Umur

: 24 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

II.

ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 1 Februari 2015

Keluhan Utama :
Ari-ari belum lahir sejak 1 jam SMRS.

Keluhan Tambahan & Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien G2P2A0 datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan ari-ari belum
lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien mengaku sebelumnya telah melahirkan di klinik
Bidan pada jam 09.30 WIB pagi hari yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah
melahirkan. Pasien mengatakan tidak banyak darah merah segar keluar setelah
melahirkan. Di klinik Bidan tersebut, pasien dicoba untuk dikeluarkan plasenta
tetapi tidak bisa lalu dirujuk ke IGD RSUD Ambarawa. Pasien mengeluh nyeri
perut bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak mual dan tidak muntah.

Riwayat Haid / Kontrasepsi


Haid pertama kali umur

: 13 tahun

Siklus haid

: teratur, 28 hari / bulan

Durasi & banyaknya haid

: 5-7 hari, 2-3 kali ganti softex

Hari pertama haid terakhir

: 20 April 2015

Taksiran persalinan

: 27 Januari 2016

Kontrasepsi

: suntik tiap 3 bulan sekali di bidan

Riwayat Antenatal Care


Pemeriksaan kehamilan di praktek bidan oleh bidan, teratur setiap bulan sebanyak
9 kali. Selama pemeriksaan pasien tidak ada keluhan dan kelainan. Pasien juga
melakukan pemeriksaan kehamilan teratur sebanyak 6 kali masing masing di usia
kehamilan 6 bulan 1 kali, 7 bulan kehamilan 1 kali, 8 bulan kehamilan 2 kali, 9
bulan kehamilan 2 kali. Pada pemeriksaan USG tersebut dinyatakan kondisi janin
baik dengan presentasi kepala.

Riwayat Perkawinan & Kehamilan


Pasien kawin baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami sekarang 5 tahun.
Anak :
1. Perempuan, 4 tahun, lahir pervaginam di klinik bidan di Bawen, berat badan
lahir : 3200 gram.
2. Perempuan, 0 hari, lahir pervaginam di klinik bidan di Bawen, berat badan lahir :
2900 gram.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat asma (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes mellitus (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat penyakit ginjal (-)

Riwayat menjalani operasi (-)

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

III.

Riwayat asma (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes mellitus (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat penyakit ginjal (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pertama kali pada tanggal 1Februari 2016
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 88 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri

Suhu

: 36,4 C

Pernapasan

: 24 x/menit, teratur

Kulit

: Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal,


kelembaban normal, pucat

Kepala dan Leher


Kepala

: Normosefali, ubun-ubun normal, rambut warna hitam,


distribusi merata, tidak mudah dicabut, pucat

Mata

: Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

Hidung

: Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping


hidung -/-, sekret -/-,

Mulut

: Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-), trismus (-),


halitosis (-)

Lidah

: Tidak dinilai

Tonsil

: Tidak dinilai

Tenggorokan

: Tidak dinilai

Leher

: KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak


teraba membesar, trakea letak normal

Thorax
Paru
Inspeksi

: Bentuk dada normal, simetris, pulsasi abnormal (-),


gerak pernapasan simetris, irama cepat, tipe
abdomino-thorakal, retraksi (-)

Palpasi

: Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi

: Sonor di semua lapang paru

Auskultasi

: Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak


8

Palpasi

: Ictus cordis teraba, thrill (-)

Perkusi

: Redup

Auskultasi

: SISII reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Teraba supel, nyeri tekan di seluruh kuadran abdomen

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas

: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), pucat, CRT < 2


detik

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Status Lokalis Abdomen
1. Inspeksi

: tampak datar, striae gravidarum (+), linea


nigra (+), terlihat tali pusat berukuran 5 cm di depan
vagina diklem .

2. Palpasi

: Kontraksi (-), TFU teraba 2 jari di bawah pusar,

nyeri tekan

seluruh abdomen

3. Auskultasi

: tidak dilakukan

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)


Teraba tali pusat keluar dari ostium uteri externa, stolcel +, portio terbuka sedikit

Pemeriksaan Pelvimetri
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Jenis Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC

Hasil

Nilai Rujukan

10,0
28,8
3,29
17.700
206.000
87,8
30,4
34,6

12-16 g/dl
37-47 %
4,3-6,0 jt/L
4.800-10.800/L
150.000-400.000
80-96 fL
27-32 pg
32-36 g/dl

HBsAg

Non reaktif

Golongan Darah
Glukosa Darah (Sewaktu)

O
130

< 140 mg/dl

DAFTAR MASALAH
1. Retensio plasenta
IV.
V.

PENGKAJIAN
1. Retensio plasenta
Anamnesis
Pasien G2P2A0 datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan ari-ari belum
lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien mengaku sebelumnya telah melahirkan di klinik
Bidan pada jam 09.30 WIB pagi hari yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah
melahirkan. Pasien mengatakan tidak banyak darah merah segar keluar setelah
melahirkan. Di klinik Bidan tersebut, pasien dicoba untuk dikeluarkan plasenta
tetapi tidak bisa lalu dirujuk ke IGD RSUD Ambarawa. Pasien mengeluh nyeri
perut bagian bawah, pusing, lemasHari pertama haid terakhir adalah 20 April
10

2015, taksiran persalinan 27 Januari 2016, riwayat antenatal rutin di bidan dan
dan dokter.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan obstetrik, abdomen tampak datar, linea nigra (+), striae
gravidarum (+) dan keluar tali pusat kira-kira sepanjang 5 cm dari vagina yang
telah diklem.. Pada palpasi, teraba tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusar
dan nyeri tekan di seluruh kuadran abdomen. Pada pemeriksaan vagina toucher,
didapatkan tali pusat yang keluar dari ostium uteri externa, stolcel dan portio
serviks yang terbuka sedikit.

Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan anemia.

VI.

DIAGNOSIS KERJA
G 2 P2 A0 dengan retensio plasenta

VII.

PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnostik:

Observasi tanda vital, keadaan umum, perdarahan pervaginam dan jumlah


urin.

Rencana Terapi:

Oksigen 5 liter/menit dengan kanul oksigen

IVFD 10 i.u Oxytocin drip 12 tetes/ menit dalam cairan RL 500 cc

Memasang kateter urin

Pro manual plasenta

11

Rencana Terapi Medikamentosa

Cefotaxime injeksi 2x1 gr IV

Metronidazole 3x500 mg IV

Asam Mefenamat 3x 500 mg tab

Rencana Edukasi:

Informasikan kepada keluarga dan pasien tentang kemungkinan terjadi


perdarahan hebat setelah melahirkan plasenta

Intervensi informed consent untuk tindakan melahirkan plasenta

VIII. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

BAB II
12

TINJAUAN PUSTAKA
RETENSIO PLASENTA

DEFINISI
Suatu keadaan dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.5

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya retensio plasenta diantaranya yaitu :5

Plasenta belum lepas dari dinding uterus

Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan


Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas sebagian

terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.


Faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta :

Kelainan dari uterus sendiri, yaitu : Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhessiva),

Kelainan dari plasenta, misalnya : Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab villi khorialis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta)

Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti : manipulasi dari uterus yang tidak
perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta dapat menyebabkan kontraksi yang
tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya juga dapat
menyebabkan serviks kontraksi (pembentukan constriction ring) dan menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

13

JENIS RETENSIO PLASENTA


1.

Plasenta Adhesive : Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga

menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.


2. Plasenta Akreta : Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
3.

lapisanmiometrium.
Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot

hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.


4. Plasenta Prekreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa
dinding uterus hingga ke peritonium.
5. Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri.
DIAGNOSIS DAN MANAGEMEN8
Perdarahan Sebelum lahirnya plasenta
Perdarahan dalam kala III persalinan biasanya disebabkan karena retensio plasenta.
Meskipun demikian pasien juga dapat berdarah karena adanya robekan jalan lahir. Ketika
terjadi perdarahan dan plasenta masih didalam uterus hal pertama yang dilakukan adalah
berusaha untuk mengeluarkan plasentadengan tarikan ringan dengan penekanan pada uterus
dengan menekan abdomen. Bila berhasil, uterus harus tetap ditekan dan diberikan oksitosin
intravena. Kompresi bimanual harus tetap dilakukan hingga uterus berkontraksi dengan baik.

14

Gambar 1. Kompresi Bimanual

Retensio Plasenta karena kontraksi serviks


Retensio plasenta karena kontraksi serviks hampir selalu terjadi pada persalinan
preterm. Serviks akan menutup hingga hanya terbuka 2 jari. Pada situasi ini tidak dianjurkan
untuk melakukan pengeluaran plasenta dengan tarikan pada tali plasenta, tekanan pada
abdomen maupun pemberian oksitosin. Hal yang lebih baik dilakukan adalah dengan
memberikan nitrogliserin untuk merelaksasi serviks sehingga dapat dilakukan manual
plasenta.
Nitrogliserin merupakan vasodilator kuat, hipotensor dan relaksan otot miometrium.
Pemberian dosis rendah intra vena membuat relaksasi uterus tanpa mempengaruhi tekanan
darah. Meskipun demikian, obat ini sebaiknya tidak digunakan pada pasien syok dan tekanan
darah rendah. Sebelum memasukkan nitrogliserin sebaikknya diberikan cairan intravena
berupa kristaloid sebanyak 500-1000 cc, Kemudian 500 micro gram intravena. Kurang lebih
60-120 detik setelah nitrogliserin dimasukkan, serviks akan relaksasi sehingga tangan
operator dapat masuk kedalam kavum uteri.

15

Retensio Plasenta karena Perlekatan plasenta yang abnormal10


Terdapat beberapa derajat kuatnya perlekatan plasenta ke dinding uterus. Pada
kebanyakan kasus plasenta dapat lepas dari dinding uterus tanpa kesulitan. Pada beberapa
kasus plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga plasenta sulit lepas dari dinding
uterus sehingga memerlukan tindakan berupa manual plasenta dan perdarahan menjadi sangat
banyak. Kondisi ini disebut plasenta akreta dan kebanyakan berakhir dengan histerektomi.
Plasenta akreta menunjukkan angka kematian 4 kali lebih tinggi dari plasenta yang dapat
lahir normal yang merupakan indikasi histerektomi.
Pada plasenta akreta, perlekatan villi plasenta langsung pada miometrium, yang
mengakibatkan pelepasan yang tidak sempurna pada saat persalinan. Komplikasi yang
signifikan dari plasenta akreta adalah perdarahan post partum. Berdasarkan penelitian oleh
Resnik, angka kejadian plasenta akreta meningkat dan dokter diharapkan waspada akan
kondisi ini, terutama pada wanita yang memiliki riwayat seksio sesaria sebelumnya atau
berbagai penyebab parut pada uterus.
Perdarahan setelah Plasenta lahir
Perdarahan setelah plasenta lahir biasanya disebabkan atonia uteri. Tidak jarang juga
disebabkan karena adanya sisa plasenta, robekan jalan lahir, inversi uteri, ruptur uteri dan
juga gangguan sitem koagulasi.
Hal pertama yang dilakukan pada perdarahan setelah plasenta lahir adalah penekanan
bimanual vaginal dan abdominal, hal ini dapat mengurangi perdarahan. Kemudian dipasang
satu atau dua infus dan diberikan infu oksitosin (30 IU dalam 1000 cc RL)
Bila penekanan uterus dan infus oksitosin tidak berhasil, pasien diperiksa dengan
USG untuk memeriksa sisa jaringan yang masih tertinggal atau dengan tangan memeriksa
adanya robekan uterus.
PENATALAKSANAAN1,5
Inspeksi plasenta segera setelah bayi lahir. jika ada plasenta yang hilang, uterus harus
dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan khususnya jika kita menghadapi perdarahan
post partum lanjut.
16

Jika plasenta belum lahir, harus diusahakan mengeluarkannya. Dapat dicoba dulu
parasat Crede, tetapi saat ini tidak digunakan lagi karena memungkinkan terjadinya inversio
uteri. Tekanan yang keras akan menyebabkan perlukaan pada otot uterus dan rasa nyeri keras
dengan kemungkinan syok. Cara lain untuk membantu pengeluaran plasenta adalah cara
Brandt, yaitu salah satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain
diletakkan pada dinding perut diatas simfisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan
terletak dipermukaan depan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan badan
rahim. Dengan melakukan penekanan kearah atas belakang, maka badan rahim terangkat.
Apabila plasenta telah lepas maka tali pusat tidak tertarik keatas. Kemudian tekanan diatas
simfisis diarahkan kebawah belakang, ke arah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan
pada tali pusat untuk membantu megeluarkan plasenta. Tetapi kita tidak dapat mencegah
plasenta tidak dapat dilahirkan seluruhnya melainkan sebagian masih harus dikeluarkan
dengan tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini dianggap cara yang paling baik.
Tehnik ini kita kenal sebagai plasenta manual.
Indikasi Plasenta manual

Perdarahan pada kala III persalinan kurang lebih 500 cc

Retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir

Setelah persalinan yang sulit seperti forceps, vakum, perforasi dilakukan eksplorasi
jalan lahir.

Tali pusat putus

Tehnik Plasenta Manual3


Sebelum dikerjakan penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum
penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus Ringer Laktat. Operator berdiri atau
duduk dihadapan vulva, lakukan desinfeksi pada genitalia eksterna begitu pula tangan dan
lengan bawah si penolong (setelah menggunakan sarung tangan). Kemudian labia dibeberkan
dan tangan kanan masuk secara obstetris ke dalam vagina. Tangan luar menahan fundus uteri.
Tangan dalam sekarang menyusun tali pusat yang sedapat-dapatnya diregangkan oleh asisten.
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan pergi ke pinggir plasenta dan
sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah

17

kelingking, plasenta dilepaskan ialah antara bagian plasenta yang sudah terlepas dengan
dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim.
Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan
ditarik keluar.

18

PENANGANAN RETENSIO PLASENTA6

Skema 2. Penanganan Retensio Plasenta

19

BAB III
KESIMPULAN

1.

Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir.

2.

Insiden perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 1617%.

3.

Etiologi retensio plasenta, yaitu: 1). Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena
kontraksi uterus kurang kuat atau plasenta melekat erat erat pada dinding uterus, 2).
Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.

4.

Diagnosis retensio plasenta apabila plasenta tidak lepas secara spontan setelah
setengah jam setelah bayi lahir dan pada pemeriksaan pervaginam plasenta menempel di
dalam uterus.

5.

Diagnosis banding retensio plasenta adalah plasenta akreta.

6.

Penanganan retensio plasenta yang terbaik adalah dengan manual plasenta.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.Gary, Norman F. Gant, et all. Williams Obstetrics international edition. 21


st edition. Page 619-663.
2. Wainscott, Michael P. Pregnancy, Postpartum Hemorrhage. http://www.eMedicine.com.
May 30, 2006
3. Smith, John R Barbara G. Brennan. Postpartum Hemorrhage. http://www.eMedicine.com.
June 13, 2006
4.

ALARM International. Hemorrhage in Pregnancy. 2nd edition. Page 49-53.


5. Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifudin, Triatmojo Rachimhadhi. Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.Jakarta. 2002
6.

www. General Java Online. Maternal & Neonatal Health. OBSTETRIC &
NEONATAL EMERGENCY. 2003

7.

http://www.pregnancyinfo.net. PostPartum Hemorrhage.


8. Arias, Fernando. Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. 2nd edition.
Mosby Year Book.2002

9.

htpp://www.WHO.int. Managing Complication in Pregnancy and Childbirth.


10. Walling, D. Anne. American Academy Family of Physician. Risk of Hemorrhage and
scarring in placenta accreta. August 2000

21

Anda mungkin juga menyukai