Mutu, project quality manajemen atau QA/QC sebagai salah satu alat
pengendalian dalam mengukur mut, QA/QC plan dalam bentuk ITP (inspection
& test plan; contoh barang/bahan beli dimana, proses pembuatan, ada FAT)
harus mendapatkan persetujuan dari pemberi pekerjaan sebelum diterapkan.
Pengendalian unutk mendapatkan peralatan dengan mutu yang baik harud
dimulai dari: pekerjaan fabrikasi, pengiriman material/peralatan (cara
packaging), penempatan di lay down area atau warehouse (harus ada
slipper/penyangga, warehouse untuk barang elektrikal); pekerjaan konstruksi
termasuk komisioning.
Mutu proyek yang baik dapat diketahui dari keandalan dan life time (umur
peraatan yang wajar) perlatannya serta pefromance (unjuk kerja sesuai spek)
unit pembangkit.
Keandalan : peralatan tidak mudah rusak.
Jadwal proyek, jadwal penyelesaian proyek merupakan salah satu dari tiga
tujuan proyek. Penyelesaian proyk tepat waktu adalah menjadi targget baik
oleh pemberi pekerjaan maupun pelaksana pekerjaan.
Penyelesaian tepat waktu bagi owner akan menghemat biaya produksi
(bahan bakarny murah) dan menggantikan pembangkit dengan biaya
produksi tinggi seperti PLTD dan PLTU bahan bakar minyak.
Jadwal dalam proyek konstruksi merupakan perangkat unruk menentukan
aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan
serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus
dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dan ekonomis.
Penyusunan jadwal proyek pada kontrak epc meliputi kegiatan Eng (penting
agar dapat dilakukan pengadaan), Proc, Cons - Comis.
Alat pengendalian, pengawas lapangan harus mengethaui dan memonitro
jadwal pelaksanaan pemasangan komponen-komponen peralatan proyek
konstruksi di site.
Alat pengendalian yang dipergunakan untuk mengukur jadwal proyk adalah
PMS, S curve dan network panning, alat tersebut haru disahkan seblumnya
oleh owne, PMS juga ditetapkan di milestone activities, PMS terlihat akan
suatu kegiatan dimulai serta lama kegiatan dilaksanakan.
Plan Milstone activitis dan actual milestone activities untuk mengetahui
keterlambatan proyek, LD=liquidated damaged (milestone keydate), misal
untuk melaksanakan first firing, first sinchronizatino, dll
S Curve dapat mengetahui progres fisik (persen), keterlambatan dari sisi
waktu (bulan/tahun).
Pertimbangan dalam penyusunan jadwal proyek:
1. Kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan sesuai kontrak
2. Kapan suatu kegiatan dimulai
3. Kurun waktu/durasi penyelesaian suatu proyek.
4. Kegiatan kegiatan yang dapat dilakukan secara paralel.
5. Pekerjaan yang dilakukan secara series
6. Pekerjaan kritikal
7. Milestone activities
8. Kewajaran rate of progres
Komponen atas komponen komponen (fisik) yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunan jadwal : material, alat kerja, manpower
Contoh, jadwal pemasangan turbin:
1. Memperkirakan kedatangan peralatan turbin di site.
Multi Package Contract aktualnya dapat lebih tepat waktu dibandingkan
Single Contract ; Untuk multipackage yang terdiri dari beberapa kontraktor
akan berusaha tepat waktu agar tidak didenda (LD) sedangkan Single jika
tidak koordinasi dengan baik, maka akan sering terlambat dan jika telat 1
maka akan telat semua, dimana pemberian sanksi lebih sulit dibanding
pemberian EOT.
Penyampaian PMS of contract EPC, setelah kontrak dinyatakan efektif,
kontraktor harus menyampaikan draft PMS untuk dibahas bersama dan
berikutnya disahkan.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Bagian kegiatan, apakah sudah tercakup semua
2. Kewajaran awal dimulainya suatu kegiatan
3. Kewajaran durasi untuk setiap kegiatan
4. Pekerjan dalam lintasan kritis harus jelas
5. Kesiapan atas resource (material, alat, tenaga kerja)
6. Kewajaran rate of progress yang direncanakan
Jika jadwal proyek penyusunanny tepat dan kontraktor serius:
1. Keterlambatan proyek
2. Pembengkakan biaya
3. Mutu proyek
4. Klaim
5. Reputasi kontraktor
Pengesahan PMS oleh GM dan Perwakilan Konsorsium/kontraktor
Keterlambatan proyek, dari jadwal merupakan masalah yang tidak
diharapkan oleh: owner, kontraktor, masyarakat (stakeholder PLN).
Apa kerugian sebagai owner: pengoperasian pembangkit biaya murah
tertunda, tambahan pendapatan tertunda
Sebagai Kontraktor : keuntungan berkurang, mengalami kerugian
(penambahan manpower, alat, bahan, dll)
Sebagai masyarakat : tidak menerima aliran listrik
Cara mengatasinya, sebagai owner : menggunakan LD kepada kontraktor.
Sebagai owner : memilih metode kerja terbaik dan tercepat, menambah man
power, menambah jumlah alat, menambah waktu kera (over time).
PMS sebagai Tools pengendalian proyek.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
verifikasi atas draft tersebut. WBS pada kontrak EPC dibuat serinci mungkin
untuk memudahkan peritungan progres fisik
Dasar pembuatan WBS dan CBS, didalam buku dokumen kontrak EPC schedule
1.1 Summary price schedule (SPS), telah ditetapkan biaya untuk masing masing
sub pekerjaan seperti pekerjaan sipil, mekanikal, elektrikal serta pekerjaan
lainnya. Demikian biaya atau nilai kontrak keselruhan. Disamping Schedule 1.1
(SPS) ada pula schdule 1.2. Detail Price schedule (DPS) yang dibuat lebih rinci
dari masing masing sub pekerjaan. Karena rincian pekerjaan maupun biaya dari
schedule 1.1 dan 1.2 masih sangat global, maka pemilik pekerjaan memandang
perlu melakukan WBS yang lebih rinci dengan pemecahan pada tingkatan level.
Level dalam penyusunan WBS dan CBS adalahbreakdown atau rincian yang lebih
detail dari suatu pekerjaan pemasangan peralaatan tertentu dan merupakan
bagian dari pekerjaan proyek secara keseluruhan.
Contoh:
Level -1 : 1. Coal fired Steam Power Plant
(Scope Work (SPS Sch 1.1)
Level -2 : 2.1 Mechanical
Level -3 : 2.1.1 Boiler and Auxilary Equipment
Level -4 : 2.1.1.1. Boiler Proper
Level -5 : 2.1.1.1.1. boiler control system and safety device
Pembuatan WBS dan CBS Level -5, pelaksana pekerjaan membuat dan
mengusulkan WBS dan CBS level -5 kepada pemilik pekerjaan.
- Draft WBS level -5 dibahas bersama untuk dilakukan verifikasi atas
kewajaran presentase dari masing-masing pekerjaan.
- Para enjinir dan Analyst/Officer di PLN UIP/UPK dan TSK di PLN JMK dapat
mepergunakan WBS level -5 yang sudah disahkan untuk melakukan
verfikasi atas draft progress payment yang disampaikan oleh pelaksana
pekerjaan.
- Kemungkinan terjadinya over paid dapat dihindari.
Konversi WBS dan CBS, pada kontrak epc, ada kalanya pelaksana pekerjaan
meberikan porsi yang besar pada bagian procurement, misalnya sampai 80
persen dan nilai tersebut tidak wajar. Konversi WBS adalah pemindahan sebagian
bobot pekerjaan antara ketiga komponen diatas agar menjadi wajar.
1. Format Schedul 1.1 (SPS) tidak terlihat adanya porsi engineering (E).
2. Pemindahan porsi procurement (P) yang relatif tinggi
3. Dibuat historical konversinya.
4. Umumnya porsi yang wajar; E (2,5-5%) , P (50-60%) , C ( 100%-E-P)
Pengesahan WBS dan CBS, setelah dilakukan pembahasan dan sudah ada
pembahasan antara pemberi kerja dengan pelaksaa pekerjaan maka WBS dan
CBS harus disahkan.
Pengesahan WBS dan CBS dilakukan bersama antar GM LN, GM JMK dan
perwakilan kontraktor
WBS dan CBS untuk menghitung progress fisik
Kegunaan WBS dan CBS, dengan mempergunakan WBS dan CBS level 5, Tim
supervisi konstruksi PLN JMK dan analyst PLN UPK dapat lebih mudah melakukan
verifikasi atas pengajuan presentasi progress pekerjaan proyek yang
disampaikan oleh pelaksana.
Pembayaran atas progres pekerjaan akan dapat terhindarkan dari kemungkinan
kelebihan pembayaran yang dapat merugikan PLN.
Umumnya draft presentase progres fisik yang disampaikan pelaksana tidak
semuanya diterima PLN. Alasannya : kurang lengkpanya peralatan atau
instrumen yang dipasang sesuai gambar kerja, belum dilakukan pekerjaan
finishing, adanya cacat pada hasil pekerjaan dan diperlukan perbaikan, dan
lainnya.
Revisi WBS dan CBS, jika didalam pelaksanaan pekerjaan proyek terdapat
perubahan/deviasi terhadap pekerjaan yang disuplai kontraktor atau ada
perubahan desain yang mengakibatkan perbedaan biaya (cost implikasi) yang
cukup signifikan, maka WBS yang sudah disahkan dimungkinkan untuk revisi.
Contoh : usulah perubahan multi effect desalanation ke RO dan karena harga
peralatan RO lebih murah, kondsis tersebut dapat merubah nilai total kontrak
dan memperngaruhi bobot masing-masing pekerjaan.
Mekanisme revisi WBS dan CBS, perubahan kareana usulan dari kontraktor baik
perusahaan peralatan maupun perubahan desain, dan agar dapat diterima oleh
PLN maka terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari konsultan
engineering. Jika ada perbedaan harga yang cukup signifikan, maka harus
disepakati dan ditetapkan, keputusan besarnya cost reduction dilakukan oleh GM
PLN UIP dan keputusan tersebut harus ditindaklanjuti dengan penerbitan
amandemen. Selanjutnya dilakukan revisi WBS dan CBS yang telah disahkan.
S-Curve, merupakan penggambaran kemajuan pekerjaan dalam suatu
presentase kumulatif (0-100%) pada sumbu vertikal terhadap waktu selama
masa kontrak pada sumbu horizontal. Disebut s-curve karena berbentuk huruf
S, kegiatan masih sedikit dan progress rendah di awal kegiatan proyek (landai),
progress akan meningkat secara signifikan ditengah waktu pelaksanaan proyek
(curam), progres akan menurun kembali mendekati proyek selesai.
S-curve plan dan actual, dalam monitoring atau pengendalian suatu pekerjaan,
maka S curve plan dan actual digambarkan pada sumbu vertika dan horizontal
yang sama. Dengan membandingn plan dan actual dapat diketahui apakah A
head, on, delay.
Contoh pembuatan S-curve plan untuk suatu kegiatan yang sederhana misalnya
pembangunan sebuah rumah. Uraian kegiatan/pekerjaan, bobot masing masing
pekerjaan, rate of progress berikut kumulatif progress.
Dasar pembuatan s-curve, pemilik pekerjaan mengintruksikan pelaksana
pekerjaan untuk membuat dan menyampaikan usulan s-curve plan untuk