Anda di halaman 1dari 11

Pengukuran Progress Fisik Dan Pembayaran

Project master schedule dan milestone activities


Pembuatan pembobotan progress fisik
Pengukuran dan pengendalian progress fisik
Proses pembayaran
Praktek penggunaaan tools

Pengukuran merupakan suatu kegiatan kegiatan yang dilakukan terhadap


suatu objek (benda, jarak, suhu, tekanan, dll) dengan mempergunakan alat
ukur tertentu untuk mendapatkan satu hasil engukuran yang dapat
dipertanggungjawabkan. (Jarak: meteran, theodoit ; Tebal : micrometer,
thickness meter ; Tekanan: pressure gauge)
Pengukuran progress fiik dan pembayaran; agar hasil pengukuran tersebut
diatas dapat dipertanggungjawabkan serta dapat diterima oleh masyarakat
secara umum maka alat ukur tersebut harus merupakana alat ukur yang
standar secara internasional.
Cara mengukur progress proyek; prosentasi kemajuan proyek, keterlambatan
penyelesaian proyek
Proyek adalah aktivitas pembangunan satu atau lebih aset ketenagalistrikan
dalam RUPTL yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
kelayakan teknis dan kepastian pendanaan serta diimplementasikan dalam
satu atau lebih kontrak pekerjaan.
Dalam konteks pembangunan suatu proyek pembangkit, proyek transmisi
jaringan, proyek gardu induk, maka yang perlu dilakukan pengukuran adalah;
jadwal penyelesaian proyek, presentase kemajuan proyek dari waktu ke
waktu. Pergunakan alat ukur yang telah disepakati antara owner dan
kontraktor.
Ddalam perjanjian kerja antara pemberi pekerjaan (PLN) dengan konsorsium
atau kontraktor yang dituangkan pada buku dokumen kontrak, maka ada 3
tujuan yang menjadi sasaran PLN, yaitu: Biaya, mutu, waktu (BMW). Untuk
mengukur ketiga tujuan diatas dari waktu ke waktu
Biaya proyek, kontrak dengan lump sum price dimana biayanya sudah pasti,
namun demikian masih ada kemungkinan perubahan atas nilai kontrak
keseluruhan bilamana ada deviasi yang mengakibatkan adanya cost
implication dan variation order.
Pengukuran progress fisik unutk pengendalian proyek atas progres fisik yang
telah dicapai dan menghindari adanya over paid yang dapat merugikan.
Alat ukurnya: Kesepakatan WBS dan CBS (Cost), WBS yang disepekati menjadi
dasar pembayaran fisik untuk E, P, C dan komisioning.

Mutu, project quality manajemen atau QA/QC sebagai salah satu alat
pengendalian dalam mengukur mut, QA/QC plan dalam bentuk ITP (inspection
& test plan; contoh barang/bahan beli dimana, proses pembuatan, ada FAT)
harus mendapatkan persetujuan dari pemberi pekerjaan sebelum diterapkan.
Pengendalian unutk mendapatkan peralatan dengan mutu yang baik harud
dimulai dari: pekerjaan fabrikasi, pengiriman material/peralatan (cara
packaging), penempatan di lay down area atau warehouse (harus ada
slipper/penyangga, warehouse untuk barang elektrikal); pekerjaan konstruksi
termasuk komisioning.
Mutu proyek yang baik dapat diketahui dari keandalan dan life time (umur
peraatan yang wajar) perlatannya serta pefromance (unjuk kerja sesuai spek)
unit pembangkit.
Keandalan : peralatan tidak mudah rusak.
Jadwal proyek, jadwal penyelesaian proyek merupakan salah satu dari tiga
tujuan proyek. Penyelesaian proyk tepat waktu adalah menjadi targget baik
oleh pemberi pekerjaan maupun pelaksana pekerjaan.
Penyelesaian tepat waktu bagi owner akan menghemat biaya produksi
(bahan bakarny murah) dan menggantikan pembangkit dengan biaya
produksi tinggi seperti PLTD dan PLTU bahan bakar minyak.
Jadwal dalam proyek konstruksi merupakan perangkat unruk menentukan
aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan
serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus
dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dan ekonomis.
Penyusunan jadwal proyek pada kontrak epc meliputi kegiatan Eng (penting
agar dapat dilakukan pengadaan), Proc, Cons - Comis.
Alat pengendalian, pengawas lapangan harus mengethaui dan memonitro
jadwal pelaksanaan pemasangan komponen-komponen peralatan proyek
konstruksi di site.
Alat pengendalian yang dipergunakan untuk mengukur jadwal proyk adalah
PMS, S curve dan network panning, alat tersebut haru disahkan seblumnya
oleh owne, PMS juga ditetapkan di milestone activities, PMS terlihat akan
suatu kegiatan dimulai serta lama kegiatan dilaksanakan.
Plan Milstone activitis dan actual milestone activities untuk mengetahui
keterlambatan proyek, LD=liquidated damaged (milestone keydate), misal
untuk melaksanakan first firing, first sinchronizatino, dll
S Curve dapat mengetahui progres fisik (persen), keterlambatan dari sisi
waktu (bulan/tahun).
Pertimbangan dalam penyusunan jadwal proyek:
1. Kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan sesuai kontrak
2. Kapan suatu kegiatan dimulai
3. Kurun waktu/durasi penyelesaian suatu proyek.
4. Kegiatan kegiatan yang dapat dilakukan secara paralel.
5. Pekerjaan yang dilakukan secara series

6. Pekerjaan kritikal
7. Milestone activities
8. Kewajaran rate of progres
Komponen atas komponen komponen (fisik) yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunan jadwal : material, alat kerja, manpower
Contoh, jadwal pemasangan turbin:
1. Memperkirakan kedatangan peralatan turbin di site.
Multi Package Contract aktualnya dapat lebih tepat waktu dibandingkan
Single Contract ; Untuk multipackage yang terdiri dari beberapa kontraktor
akan berusaha tepat waktu agar tidak didenda (LD) sedangkan Single jika
tidak koordinasi dengan baik, maka akan sering terlambat dan jika telat 1
maka akan telat semua, dimana pemberian sanksi lebih sulit dibanding
pemberian EOT.
Penyampaian PMS of contract EPC, setelah kontrak dinyatakan efektif,
kontraktor harus menyampaikan draft PMS untuk dibahas bersama dan
berikutnya disahkan.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Bagian kegiatan, apakah sudah tercakup semua
2. Kewajaran awal dimulainya suatu kegiatan
3. Kewajaran durasi untuk setiap kegiatan
4. Pekerjan dalam lintasan kritis harus jelas
5. Kesiapan atas resource (material, alat, tenaga kerja)
6. Kewajaran rate of progress yang direncanakan
Jika jadwal proyek penyusunanny tepat dan kontraktor serius:
1. Keterlambatan proyek
2. Pembengkakan biaya
3. Mutu proyek
4. Klaim
5. Reputasi kontraktor
Pengesahan PMS oleh GM dan Perwakilan Konsorsium/kontraktor
Keterlambatan proyek, dari jadwal merupakan masalah yang tidak
diharapkan oleh: owner, kontraktor, masyarakat (stakeholder PLN).
Apa kerugian sebagai owner: pengoperasian pembangkit biaya murah
tertunda, tambahan pendapatan tertunda
Sebagai Kontraktor : keuntungan berkurang, mengalami kerugian
(penambahan manpower, alat, bahan, dll)
Sebagai masyarakat : tidak menerima aliran listrik
Cara mengatasinya, sebagai owner : menggunakan LD kepada kontraktor.
Sebagai owner : memilih metode kerja terbaik dan tercepat, menambah man
power, menambah jumlah alat, menambah waktu kera (over time).
PMS sebagai Tools pengendalian proyek.

PMS sebagai acuan untuk mengetahui keterlambatan proyek. Data


keterlambatan serta krnologisnya sangat penting sebagai pendukung dalam
menyelesaikan masalah yang menyangkut contractual aspect.
Contractual aspect: masalah klaim (waktu, permohonoan guarantee),
perpanjangan waktu, Liquidated damaged (1 hari terlambat sekian permil),
acceleration
Kapan PMS digunakan, setiap saat dalam pelaksanaan kegiatan proyek.
Namun perlu ada penekenan kepada kontraktor antara lain: jadwal dibahas
pada weekly meeting (4WLAS:4 week look ahead schedule), keterlambatan
pekerjaan, cacth up/speed up schedule, membandingkan plan dan actual di
milestone
Kegiatan Milestone :
a. Contract signing : Surat perjanjian kerja (sudah ditetapkan kontraktor
atau konsorsium pelaksana pekerjaan dan klarifikasi dokumen penawaran
pada Contract Discussion Agreement); Jaminan pelaksanaan pekerjaan
telah disampaikan (5%; Jaminan Penawaran 3% dari jumlah penawaran)
b. Effective date of contract : kontrak atau surat perjanjian kerja sudah
ditandatangani, pendanaan proyek sudah ada atau dilanjutkan dengan
L/C open, lahan proyek sudah dibebaskan.
c. Kickoff meeting : wajib setelah kontrak ditandatangani atau saat sudah
efektif, agendakan KM berdasarkan klausul-klausul pada dokumen kontrak
dan para pihak menyampaikan hak dan kewajibannya, tidak boleh
merubah isi kontrak dan hanya mengatur teknis pelaksanaan kontrak dan
komunikasi kedua belah pihak dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
kontraktor dimina menyampaikan dokumen dokumen sesuai permintaan
di dalam kontrak (khususnya dari sisi waktu sesuai ketentuan pada
dokumen kontrak), vendor list yang tidak tercantum di dalam kontrak, site
organization chart terkait dengan personelnya.
d. Site development : Survet (topo, bathymetry, oceanography,
oceanography, soil test, dll), site clearing, cut & fill, soil treatment, pile
loading test
e. Ground breaking: dimulainya pekerjaan pemancangan (bila ada), dihadiri
pejabat PLN (direksi)
f. 1st pouring concrete foundation : Pastikan kesiapan batching plant dan
kalibrasi alat, pastikan hasil mix design.
g. 1st steel structure erection : pemasangan boiler steel structure, cek
dengan baik hasil pengukuran posisi anchor bolt.
h. Steam drum lifting : sebagian boiler steel structure termasuk bracing,
girders sudah terpasang
i. Power back Feeding : Diperlukan untuk individual test, peraltan
proteksinya sudah terpasang, power energize sampai 6 kv.
j. Balance of Plant : MED(Multi Effect Desalination) /RO (Reverse Osmosis),
Water Treatment Plant, Clorination plant system, Sampling rack system.
k. Boiler Hydrostatic Test (Menguji elemen2 yang ada pada boiler seperti
sambungan las); NDT (non destructive test: penetrant (warna), UT

l.
m.
n.
o.

p.

q.

r.

s.
t.
u.

(ultrasonic), RT (Radiography), PT), DT (Destructive test : tensile, bending,


HT (hydrostatic)).
Menggunakan air demin, jika air demin belum siap dihasilkan dari BOP
system umumnya menggunakan air PDAM, jika pekerjaan sesuai jadwal
dan tahapannya, maka tidak memerlukan boiler preservasi, catatan : air
leak test umum dilakukan sebelum HT.
Boiler First Firing : F/F system sudah ditest dan standby, steam blow out
dan target plate
Steam admission / steam to set : Steam pertama kali memutar turbin, rub
check, check vibrasi, no load test, over speed test.
First Synchronization : Pembangkit menghasilkan listrik, masuk jaringan,
first sinkron oleh direksi PLN, load test, load rejection test
Peformance test : biasanya diperlukan set up 2-3 hari (termasuk internal
test), PR dapat diulang 1 kali, tidak memenuhi peformance guarantee
akan dikenakan LD.
Reliability run test : lama pelaksanaan umumnya 30 hari termasuk full
load test (MRC), unit trip disebabkan masalah eksternal tidak
diperhitungkan.
Commercial operation date (COD) : Dikeluarkan sertifikat laik operasi
(SLO) dari lembaga yang diberikan kewenangan, misal PLN JASER,
berdasarkan PERMEN ESDM No 0005 tahun 2014 dan PERMEN ESDM No.
0005 tahunn 2006, setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketentuan ketenagalistrikan yaitu A3 (aman, andal, akrab), Kepdir
mengenai SLO diatur dalam Kepdir 004.K/DIR/2013
TOC : kontraktor berham meminta diterbitkan TOC atau serah terima
pekerjaan tahap 1 apabila hasil performance test berhasil dan dapat
diterima oleh tim komisioning, minor pending list atau save operation,
operasi unit masih dibawah kontrol kontraktor.
Deem TOC : biasanya atas permintaan owner , owner tidak memenuhi
kewajibannya.
Warranty periode (bukan milestone) : unit dioperasikan sesuai kebutuhan
beban, masih menjadi tanggung jawab kontraktor. (bisa diulang)
Final acceptance certificate (FAC) : Serah terima pekerjaan tahap 2 dapat
diterbitkan oleh oleh PLN apabila telah dilakukan first year inspection oleh
PLN apabila telah dilakukan first year inspection dan seluruh pending
termasuk as built drwaings, NCR, defect during warranty period telah
diselesaikan seluruhnya oleh kontraktor.
Jika masih ada minor pending items, bisa FAC tetap diterbitkan dengan
syarat minimal kontraktor memberikan jaminan 1-1,5x nilai minor
pending item tersebut. Kontrak masih valid

Manfaat PMS/jadwal proyek


1. Bagi owner : mengetahui waktu mulai dan selesainya suatu kegiatan serta
proyek secara keselruhuan, merencanakan aliran biaya (disburse
schedule), mengevaluasi jadwal penyelesaian proyek (bila ada
keterlambatan) dan biaya proyek.
2. Bagi kontraktor : memprediksi mulai dan selesainya proyek, mengatur
waktu
keterlibatan
sub
kontraktor,
merencanakan
aliran
kas,
mengevaluasi jadwal.

Praktek Penggunaan Tool MS. Project


1. Membuat uraian kegiatan
2. Membuat week work
3. Penggunaan predecessor
4. Latihan pembuatan jadwal dengan MS. Project

Pembuatan Pembobota Progress Fisik dan Pembayaran


Work Breakdown Structure dan Cost Breakdown Structure,
WBS adalah pemecahan kegiatan atau pekerjaan dan menjadikannya menjadi
lebih rinci dengan tujuan memudahkan di dalam pengendaliannya. Pemecahan
kegiatan atau pekerjaan bisa sampai beberapa tingkat dibawahnya atau disebut
dengan level.
CBS adalah struktur presesentase biaya yang berkaitan dengan rincian pekerjaan
pada WBS tersebut.
Contoh : Pembangunan Rumah tinggal
Agar pekerjaan pembangunan rumah dapat berjalan dan berhasil dengan baik
serta mempermudah pengendaliannya maka diperlukan pemecahan kegiatan
atau level kegiatan.
Level -1 : 1. Rumah
Level -2 : 1.1 Pondasi, 1.2 Dinding, 1.3 Atap, dst. pemecahan level -2 dari 1.3
menjadi
Level 3 : 1.3.1 kap rumah, 1.3.2 genteng
Level -4 : sesuai kebutuhan
WBS untuk suati kegiatan Manajemen Proyek
Level -1 : 1. Manajemen Proyek
Level - 2 : 1.1 Initiation, 1.2 Planning Execution
Level - 3 : 1.3.1 FS, 1.3.2 Project Site, 1.3.3 Project Design, dll
WBS dan CBS dalam konteks konstruksi proyek,
WBS dan CBS merupakan salah satu tool pengendalian proyek agar pemilik
proyek tidak mengalami kesalahan di dalam melakukan perhitungan progress
fisik dan pembayaranya (over paid). Pelaksana pekerjaan wajib menyampakan
draft perhitungan progres fisik dan pemberi pekerjaan juga wajib melakukan

verifikasi atas draft tersebut. WBS pada kontrak EPC dibuat serinci mungkin
untuk memudahkan peritungan progres fisik
Dasar pembuatan WBS dan CBS, didalam buku dokumen kontrak EPC schedule
1.1 Summary price schedule (SPS), telah ditetapkan biaya untuk masing masing
sub pekerjaan seperti pekerjaan sipil, mekanikal, elektrikal serta pekerjaan
lainnya. Demikian biaya atau nilai kontrak keselruhan. Disamping Schedule 1.1
(SPS) ada pula schdule 1.2. Detail Price schedule (DPS) yang dibuat lebih rinci
dari masing masing sub pekerjaan. Karena rincian pekerjaan maupun biaya dari
schedule 1.1 dan 1.2 masih sangat global, maka pemilik pekerjaan memandang
perlu melakukan WBS yang lebih rinci dengan pemecahan pada tingkatan level.
Level dalam penyusunan WBS dan CBS adalahbreakdown atau rincian yang lebih
detail dari suatu pekerjaan pemasangan peralaatan tertentu dan merupakan
bagian dari pekerjaan proyek secara keseluruhan.
Contoh:
Level -1 : 1. Coal fired Steam Power Plant
(Scope Work (SPS Sch 1.1)
Level -2 : 2.1 Mechanical
Level -3 : 2.1.1 Boiler and Auxilary Equipment
Level -4 : 2.1.1.1. Boiler Proper
Level -5 : 2.1.1.1.1. boiler control system and safety device
Pembuatan WBS dan CBS Level -5, pelaksana pekerjaan membuat dan
mengusulkan WBS dan CBS level -5 kepada pemilik pekerjaan.
- Draft WBS level -5 dibahas bersama untuk dilakukan verifikasi atas
kewajaran presentase dari masing-masing pekerjaan.
- Para enjinir dan Analyst/Officer di PLN UIP/UPK dan TSK di PLN JMK dapat
mepergunakan WBS level -5 yang sudah disahkan untuk melakukan
verfikasi atas draft progress payment yang disampaikan oleh pelaksana
pekerjaan.
- Kemungkinan terjadinya over paid dapat dihindari.
Konversi WBS dan CBS, pada kontrak epc, ada kalanya pelaksana pekerjaan
meberikan porsi yang besar pada bagian procurement, misalnya sampai 80
persen dan nilai tersebut tidak wajar. Konversi WBS adalah pemindahan sebagian
bobot pekerjaan antara ketiga komponen diatas agar menjadi wajar.
1. Format Schedul 1.1 (SPS) tidak terlihat adanya porsi engineering (E).
2. Pemindahan porsi procurement (P) yang relatif tinggi
3. Dibuat historical konversinya.
4. Umumnya porsi yang wajar; E (2,5-5%) , P (50-60%) , C ( 100%-E-P)
Pengesahan WBS dan CBS, setelah dilakukan pembahasan dan sudah ada
pembahasan antara pemberi kerja dengan pelaksaa pekerjaan maka WBS dan
CBS harus disahkan.
Pengesahan WBS dan CBS dilakukan bersama antar GM LN, GM JMK dan
perwakilan kontraktor
WBS dan CBS untuk menghitung progress fisik

Kegunaan WBS dan CBS, dengan mempergunakan WBS dan CBS level 5, Tim
supervisi konstruksi PLN JMK dan analyst PLN UPK dapat lebih mudah melakukan
verifikasi atas pengajuan presentasi progress pekerjaan proyek yang
disampaikan oleh pelaksana.
Pembayaran atas progres pekerjaan akan dapat terhindarkan dari kemungkinan
kelebihan pembayaran yang dapat merugikan PLN.
Umumnya draft presentase progres fisik yang disampaikan pelaksana tidak
semuanya diterima PLN. Alasannya : kurang lengkpanya peralatan atau
instrumen yang dipasang sesuai gambar kerja, belum dilakukan pekerjaan
finishing, adanya cacat pada hasil pekerjaan dan diperlukan perbaikan, dan
lainnya.
Revisi WBS dan CBS, jika didalam pelaksanaan pekerjaan proyek terdapat
perubahan/deviasi terhadap pekerjaan yang disuplai kontraktor atau ada
perubahan desain yang mengakibatkan perbedaan biaya (cost implikasi) yang
cukup signifikan, maka WBS yang sudah disahkan dimungkinkan untuk revisi.
Contoh : usulah perubahan multi effect desalanation ke RO dan karena harga
peralatan RO lebih murah, kondsis tersebut dapat merubah nilai total kontrak
dan memperngaruhi bobot masing-masing pekerjaan.
Mekanisme revisi WBS dan CBS, perubahan kareana usulan dari kontraktor baik
perusahaan peralatan maupun perubahan desain, dan agar dapat diterima oleh
PLN maka terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari konsultan
engineering. Jika ada perbedaan harga yang cukup signifikan, maka harus
disepakati dan ditetapkan, keputusan besarnya cost reduction dilakukan oleh GM
PLN UIP dan keputusan tersebut harus ditindaklanjuti dengan penerbitan
amandemen. Selanjutnya dilakukan revisi WBS dan CBS yang telah disahkan.
S-Curve, merupakan penggambaran kemajuan pekerjaan dalam suatu
presentase kumulatif (0-100%) pada sumbu vertikal terhadap waktu selama
masa kontrak pada sumbu horizontal. Disebut s-curve karena berbentuk huruf
S, kegiatan masih sedikit dan progress rendah di awal kegiatan proyek (landai),
progress akan meningkat secara signifikan ditengah waktu pelaksanaan proyek
(curam), progres akan menurun kembali mendekati proyek selesai.
S-curve plan dan actual, dalam monitoring atau pengendalian suatu pekerjaan,
maka S curve plan dan actual digambarkan pada sumbu vertika dan horizontal
yang sama. Dengan membandingn plan dan actual dapat diketahui apakah A
head, on, delay.
Contoh pembuatan S-curve plan untuk suatu kegiatan yang sederhana misalnya
pembangunan sebuah rumah. Uraian kegiatan/pekerjaan, bobot masing masing
pekerjaan, rate of progress berikut kumulatif progress.
Dasar pembuatan s-curve, pemilik pekerjaan mengintruksikan pelaksana
pekerjaan untuk membuat dan menyampaikan usulan s-curve plan untuk

dibahas dan disahkan, s-curve plan dibuat berdasarkan progress rencana


pekerjaan yang telah ditetapkan pada barchart dan bobot masing-masing
pekerjaan sesuai WBS dan CBS, s-curve diperhitungkan mulai dari kontrak efektif
(effective date of contract) sampai dengan COD atau TOC.
Kegunaan S-curve, sebagai tool atau alat pengendalian terhadap jadwal
pelaksanaan proyek atau estimasi atas pembayaran progress, dengan
membandingkan plan dan actual dapat diketahui ahead, on, atau delay schedule.
Dapat diketahui presentase keterlambatan sehingga dapat diambil tindakan.
Jika terlambat perlu tindakan, membuat surat teguran, menginstruksikan
kontraktor membuat dan menyampaikan catch up schedule atau speed up
schedule, menginstruksikan kontraktor untuk menyiapkan action plan.
Revisi s-curve, banyak proyek pembangkit yang saat ini sedang dikerjakan
mengalami keterlambatan karena alasan berbagai faktor, perpanjangan waktu
penyelesaian proyek atau EOT dimungkinan untuk diberikan kepada pelaksana
pekerja jika terlambat karena force majeut., tidank lanjutnya, amandemen
perpanjang waktu kontrak dan revisi s-curve.
Jika ada kelalaian, dari pemberi kerja: ada permasalahan dengan lahan proyek,
proses engineering karena kondisi tanah, public demo. Diperlukan evaluasi
secara cermat atas evidence yang disampaikan pelaksana pekerjaan, EOT bisa
dibeirkan lebih dari 1 kali.
Mekanisme revisi s-curve, pelaksana yang sudah pasti pekerjaannya akan
mengalami keterlambatan, akan mengajukan usulan perpanjangan waktu atau
EIT dengan mengajukan usulan COD yang baru.
Didalam mengajukan usulan EOT, pelaksana pekerjaan harus menyertakan
evidence atau bukti bukti penyebab keterlambatan.
-serah terima sebagian lahan proyek tertunda
-ada publik demo
-pembayaran yang tertunda
-pemindahan lokasi peralatan karena kondisi tanah/ada batuan, namun perlu ada
kajian dari pihak independen.
-proses engineering
-pengaruh cuaca setempat
Kurang ketersediaan material atau peralatan di site, kurang manpower skill
maupun unskilled, kurang alat kerja atau alat sering rusak, manajemen
kontraktor yang tidak profesional, kesulitan pendanaan.
Effort keeriusan menjaga komitmen oleh pelaksana pekerjaan.
Tujuan Pengukuran Progres Fisik, adalah perhitungan progress pekerjaan fisik
proyek oleh kontraktor, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan
Dasaranya, WBS dan CBS yang telah disepakati antara pemberi kerja dan
pelaksana pekerjaan.
Objek pengukuran progress fisik adalah sbb:
Progress Engineering: basic design, plant layout, detail design, as built drawings

Pogress Procurement : Manufacturing, Free on Board, Peralatan on Site / material


Persyaratan hasil pengukuran, pekerjaan engineering: dokumen/gambar yang
disampaikan oleh kontraktor (penyampaian dokumen harus sesuai dengan basic
communication ori dan copy dan disampaikan secara resmi; kontraktor pada
awal masa kerjanya { 1 bulan setelah kontrak efektif /sesuai persyaratan di
kontrak, dll, telah menyampaiakan Master Design Schedule} Desain review
dilakukan sebelum fabrikasi.
Isi dokumen master schedule: perkiraan jumlah dokumen/gambar, judul dan
nomor dokumen/gambar, jadwal pengiriman dokumen/gambar serta jumlahnya.
Administrasikan penerimaan dokumen maupun gambar yang akan disampaikan
oleh kontraktor.
Status dokumen atau gambar: pemberian status dokumen/gambar oleh enjinir
proyek dari masing-masing disiplin dan diketahui serta ditandatangai oleh
penanggung jawab bidang enjiniring.
Kriteria status dokumen dan gambar :
A (Approved), disetujui unutk dilaksanakan di lapangan dan di pabrik
B (Approved as noted, disetujui dengan catatan perbaikan(bukan hal yg
prinsip,minor, dikembalikan ke kontraktor untuk diperbaiki sesuai koreksi/catatan
dan disampaikan kembali ke pemilik untuk disetujui)),
C (not approved), gambar/dokumen tidak disetuji karena adanya perihal yang
prinsip dan tidak sesuai spek dalam dokumen kontrak. Misalnya belum
disampaiknnya calculation sheet, jumlah komponen tidak sesuai spek teknis
dalam kontrak, dikembalikan ke kontraktor untuk diperbaiki sesuai catatan dan
selanjutnya dikirim kembali ke owner untuk disetujui.
Perhitungan Progress Engineering ,metode perhitungan progres pekerjaan
enjiniring perlu disepakati saat kick off meeting.
A+K (B) + 0(C) / (jumlah dokumen+gambar) ; K = 0,3-0,5 sesuai kesepakatan.
Pekerjaan Procurement:
Inspection & Test Plan, dokumen ITP harus segera disampaikan oleh kontraktor
untuk diberikan persetujuan oleh owner.
Inspection Quality Certificate (IQC) diterbitkan:
-verivikasi dokumen MDR dan FAT untuk kepastian bahwa material/peralatan
yang akan dikirim ke site telah sesuai dengan spesifikasi.
Pekerjaan konstruksi
-Dokumen pengawasan: contract spesifikasi, gambar kerja, metode kerja.
-Metode pengawasan : Daily inspection
Pengendalian Progress Fisik
Pengertian: upaya yang dilakukan oleh manajemen pengelola proyek mulai dari
tingkat manajemen yang paling bawah sampai tingkat manajemen tertinggi
(sesuai tanggung jawabnya) agar proyek selesai dan sesuai tujuan kontrak
(owner satisfaction).
Surat teguran, dikeluarkan mangaer UPK
Adanya deviasi perlu penyesuaian

Rencana dan aktual progres, pembanding untuk melihat kemajuan proyek,


pengendalian harus dilakukan jika keterlambatan cukup besar, kurva s
merupakan alat pengendali dari sisi jadwal
Faktor penyebab terlambatnya proyek: force majeur, keterlambatan
pembayaran, kesulitan sumber daya, serah terima yang tidak tuntas,
manajemen kontraktor yg kurang baik, kesulitan pendanaan.
Penanggung jawab : tingkat pengawasan proyek, tanggung jawab ketua tim
supervisi konstruksi PLN JMK dalam kaitan verifikasi dan persetujuan progress
fisik di site, mutu/kualitas proyek.
Tingkatan site proyek secara keseluruhan, manager UPK dalam penerbitan BAP
Untuk menghindari kasus: mengesahkan WBS dan CBS di awal proyek,
melakukan joint inspection apda setiap kemajuan pekerjaan, pekerjaan yg
pending jgn dihitung, menerbitkan NCR jika diperlukan

Anda mungkin juga menyukai