Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Penyakit Hepatitis C disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV). Virus ini


merupakan virus RNA beruntai tunggal dan termasuk ke dalam famili
Flaviviridae. Genom virus ini ditemukan oleh Choo dkk. pada tahun
1989.Karena virus ini mudah bermutasi serta memiliki struktur yang sangat
heterogen maka infeksi penyakit Hepatitis C pun cepat terjadi. Hal ini
didukung oleh lambatnya respon anti virus yang kurang baik dan sulitnya
pembuatan vaksin. Hingga akhirnya penyakit ini pun dapat menyebabkan
penyakit yang lebih parah yaitu Sirosis hati dan Karsinoma hepatoseluler
.
Peranan Laboratorium
a.
b.
c.
d.

mencegah penularan penyakit


menegakkan diagnosis
memantau perjalanan penyakit memonitor respon pengobatan
memperkirakan prognosis.

Pemeriksaan Laboratorium pada infeksi HCV


A. Pemeriksaan Biokimia
Pada pemeriksaan darah terdapat peningkatan bilirubin, alkali
fosfatase, dan transaminase (terutama serum ALT/ Alanine Amino
Transferase). Pola peningkatan enzim ALT ini bersifat polifasik, naik
turun seperti yo-yo
B. Pemeriksaan Penyaring (Screening Test)
Pemeriksaan antibodi spesifik yaitu antibody HCV dapat dilakukan
dengan cara RIA (Radio Immuno Assay) dan EIA/ELISA (Enzyme Linked
Immuno Assay). Tes penyaring untuk hepatitis C perlu dilakukan pada:
a. Penderita yang pernah men-dapat transfusi darah atau produk darah
sebelum ada-nya ELISA generasi kedua.
b. Penderita haemofilia.
c. Pasien yang telah di hemo-dialisis.
d. Anak dari ibu penderita hepatitis C.
e. Pernah atau masih menggu-nakan obat-obat intravena.
f. Donor transplantasi organ maupun jaringan.

C. Tes Konfirmasi (Pemeriksaan HCV RNA)


Pemeriksaannya menggunakan metode biologi yaitu:
a. PCR: berdasarkan amplifikasi target RNA atau DNA
b. b-DNA: berdasarkan amplifikasi sinyal yang dihasilkan.
Manfaat pemeriksaan model ini adalah untuk menentukan tingkat akti-

vitas penyakit secara kuantitatif pada penderita hepatitis C kro-nis,


membantu menentukan prognosis setelah pengobatan dengan -

interferon, mengukur respon penderita hepatitis C kronis terhadap


pengobatan -interferon dan merupakan pe-meriksaan tambahan
terhadap pemeriksaan fungsi hati, sejarah klinis dan studi serologis
dalam evaluasi hepatitis C.
D. Penentuan Genotip HCV
Menurut Simonds dkk. (Suwandhi, 1999), penentuan genotipe HCV
dilakukan dengan hibridisasi dot blot dengan menggunakan pelacak
genotipe yang spesifik. Ia mengklasifisikan genotip menjadi 1a, 1b, 2a,
2b, 3, dan 4. Dari klasifikasi ini didapatkan variasi geografis dan
distribusi genotip virus Hepatitis C.
Petanda Serologis Infeksi HCV
1. Hepatitis C Akut
Petanda pertama adalah HCV RNA yang dapat dideteksi dengan PCR
1-2 minggu sesudah terpapar dan kadarnya terus meningkat.
Antibodi anti HCV dapat dideteksi namun pada beberapa kasus
baru dapat terdeteksi setelah beberapa minggu. Enzim ALT akan
meningkat dan puncaknya mencapai hingga 10x dari normal.
2. Hepatitis C Kronis
Ada dua pola hepatitis C kronis berdasarkan tingginya kadar serum
ALT, yaitu:
a. Hepatitis C kronis dengan serum ALT normal namun HCV RNA
terdeteksi.
b. Hepatitis C kronis dengan serum ALT meningkat, terdapat dua
golongan dengan kondisi seperti ini yaitu Hepatitis C kronis
ringan (mild) dan Hepatitis C kronis sedang sampai berat
(moderate to severe).

Anda mungkin juga menyukai