Anda di halaman 1dari 5

2.

3 Bisulan
A. Pengertian Bisulan
Bisul (bahasa Latin: abscssus) adalah sekumpulan nanah (neutrofil mati) yang
telah terakumulasi di rongga di jaringan setelah terinfeksi sesuatu (umumnya karena
bakteri atau parasit) atau barang asing (seperti luka tembakan/tikaman), bisul adalah
reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebarnya barang asing di tubuh.
B. Etiologi
Penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus.
Berdasarkan jumlah mata bisul, dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Furunkel atau bisul (bisul satu mata)
Ialah penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan perifolikuler, bulat, nyeri,
berbatas tegas yang berakhir dengan supurasi di tengah. Jika lebih dari satu disebut
furunkulosis. Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus, tetapi bisa juga disebabkan
oleh bakteri lainnya atau jamur.
Furunkel berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung
nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning
(membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau dipecahkan dan mengeluarkan
nanahnya, kadang mengandung sedikit darah. Bisa disertai nyeri yang sifatnya
ringan sampai sedang. Kulit di sekitarnya tampak kemerahan atau meradang.
Kadang disertai demam, lelah dan tidak enak badan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pembiakan contoh jaringan
kulit bisa dilakukan untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah stafilokokus. Jika
bisul timbul di sekitar hidung biasanya akan diberikan antibiotik per-oral (melalui
mulut) karena infeksi bisa dengan segera menyebar ke otak
b. Karbunkel
Ialah furunkel yang berkonfluensi dengan mata yang terpisah. Karbunkel adalah
sekumpulan bisul yang menyebabkan pengelupasan kulit yang luas serta
pembentukan jaringan parut. Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus.

Pembentukan dan penyembuhan karbunkel terjadi lebih lambat dibandingkan


bisul tunggal dan bisa menyebabkan demam serta lelah karena merupakan infeksi
yang lebih serius. Karbunkel Lebih sering terjadi pada pria dan paling banyak
ditemukan di leher bagian belakang. Karbunkel juga cenderung mudah diderita oleh
penderita diabetes, gangguan sistem kekebalan dan dermatitis. Beberapa bisul
bersatu membentuk massa yang lebih besar, yang memiliki beberapa titik pengaliran
nanah. Massa ini letaknya bisa lebih dalam di bawah kulit dibandingkan dengan
bisul biasa. Infeksi ini menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan bisa
ditularkan ke orang lain. Tidak jarang beberapa orang dalam sebuah rumah
menderita karbunkel pada saat yang sama.
Faktor resiko terjadinya karbunkel adalah tingkat kebersihan yang buruk, keadaan
fisik yang menurun, gesekan dengan pakaian, pencukuran.
Pada kulit yang terkena ditemukan beberapa bisul yang bersatu disertai nyeri yang
sifatnya ringan atau sedang. Kulit tampak merah dan membengkak. Karbunkel yang
pecah akan mengeluarkan nanah lalu mengering dan membentuk keropeng.
Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

gejala-gejalanya.

Untuk

menentukan

penyebabnya, bisa dilakukan biopsi atau pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi.
C. Faktor Predisposisi
Alkoholisme, malnutrisi, gangguan fungsi neutrofil, faktor menurunnya daya tahan
tubuh termasuk AIDS dan diabetes mellitus.
D. Histopatologi
Adanya abses yang dalam dengan limfosit dan neutrrofil pada kasus yang sudah lama
terdapat sel plasma dan sel datia benda asing (giant cell).
E. Manifestasi Klinis
Keluhannya nyeri dengan nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat
pustule. Kemudian melunakan menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu
memecah. Tempat predileksi ialah yang banyak mengalami friksi, misalnya
aksila,bokong, dan tengkuk/leher.

F. Penatalaksanaan
a. Jika hanya beberapa buah, cukup dengan antibiotik topikal. Jika banyak diberikan
antibiotik topikal dan sistemik.
b. Untuk furunkel dini dapat diberikan kompres air hangat dan antibiotik, misalnya
golongan b-laktam, eritromisin, atau selafosporin per oral dengan dosis 1-2 g/hari
bergantung pada beratnya penyakit. Bila mengalami supurasi maka furunkel
diinsisi.
c. Cari dan hilangkan faktor predisposisi (kalu berulang ulang mendapat
furunkulosis atau karbunkel), misalnya diabetes melitus.
G. Pencegahan
a. Jaga kebersihan tubuh bayi
b. Ruangan yang cukup ventilasi udara
c. Pakaian longgar
d. Ganti pakaian jika basah
e. Gizi cukup
f. Lingkungan yang bersih
g. Jangan menggunakan bedak tebal pada kulit bayi

2.4 Milliariasis
A. Pengertian Miliariasis
Miliaria (biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat) adalah
kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi
keringat. Berdasarkan letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi miliaria
kristalina, rubra, dan profunda.
Miliaria merupakan peradangan kulit akibat obstruksi mekanis saluran keringat.
Kelainan ini lebih sering ditemukan di daerah yang panas dengan kelembaban tinggi.
Lesi kulit yang terjadi tergantung pada letak obstruksi. Pada sumbatan superfisial terjadi
bintik-bintik kecil dengan isi serupa air (miliaria kristalina). Dalam waktu 24 jam
sampai 48 jam dapat terjadi invasi sel-sel polimorfonuklear sehingga terjadi miliaria
pustulosa. Bila obstruksi terletak dalam, terjadi lesi eritematosa papulovesikular, disebut
sebagai miliaria rubra. Miliaria paling sering terdapat di pipi, lehe, dada, punggung dan
lengan atas. Bila miliaria ini digaruk sering terjadi infeksi sekunder.

B. Manifestasi Klinis

Pada miliaria kristalina sumbatan terjadi intra/subkorneal. Terlihat vesikel


berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena
hawa panas, yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup pakaian.
Umumnya tidak member keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
Pada miliaria rubra sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papul
merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempat
tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa
pada daerah tropik.
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas,
biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras, berukuran 1-3
mm,terutama di badan dan ekstremitas.
C. Penatalaksanaan

Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang


baik, dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliaria kristalina
tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2%
dibubuhi mentol -2%. Losio faberi dapat pula digunakan dengan komposisi sebagai
berikut:
R/ Acidi salicylici
500 mg
Talci
5 mg
Oxydi zincici
5 mg
Amyli oryzae
5mg
Alcohol (90;vol %)
25Cc 100
Sebagai antipruritus dapat ditambahkan mentol -1% atau kamper 1-2% dalam
losio Faberi. Untuk miliaria rubra dapat digunakan losio calamine dengan atau tanpa
menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alcohol.
Prinsip pengobatan adalah mengurangi produksi keringat dan memberi
kesempatan agar sumbatan pori itu lenyap sendiri. Sebaiknya penderita tinggal di ruangan
yang menggunakan air conditioning atau di tempat yang sejuk dan kering udaranya.
Dapat diusahakan penggunaan ventilastor. Terhadap penderita dapat juga diberikan obat
antikolinergik yang membuat produksi keringat berkurang, yaitu misalnya prantal,
probantine
dan
sebagainya.
Pakaian
yang
dikenakan
harus
tipis.
Topikal dapat diberikan bedak kocok yang bersifat mendinginkan dan desinfektan serta
anti gatal. Pada penderita misalnya dapat diberikan losio kummerfeldi.

Anda mungkin juga menyukai