Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Arsitektur adalah disiplin ilmu yang mempelajari segala hal yang berkaitan dengan
bangunan. Bangunan yang dirancang oleh seorang arsitek harus mampu memenuhi kebutuhan
minimal ruang masyarakat pada umumnya. Ruang dapat disesuaikan dengan fungsi, budaya,
lingkungan dan juga masyarakat itu sendiri. Salah satu bangunan atau karaya aritektur yang
memiliki fungsi untuk mewadahi kegiatan manusia adalah bangunan rumah tinggal.
Rumah merupakan sebuah bangunan untuk manusia menjalani aktivitas dan tempat
beristirahat yang juga berfungsi sebagai tempat berlindung dari factor perubahan iklim. Adapun
hal-hal yang harus diperhatikan ketika rumah tersebut akan di bangun. Rumah tidak semata pada
nilai estetika eksteriornya saja, namun di dalamnya banyak hal-hal yang harus dibenahi demi
faktor pendukung kelangsungan hotel tersebut, seperti halnya pada sistem plumbing,
penghawaan, pencahayaan, sistem air bersih, air kotor sistem sampah, AC hingga ke sistem
taransportasi bangunan mekanis dan non mekanis.
Salah satu faktor dari faktor-faktor diatas yang akan kami bahas dalam makalah kami ini
adalah sistem penghawaan alami, dimanasistem penghawaan alami merupakan proses untuk
mengalirkan udara segar kedalam bangunan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan.
Contohnya adalah pada bangunan rumah tinggal dua lantai yang telah kami amati yang
memakai penghawaan alami. Penghawaan alami sangat diperlukan bagi suatu bangunan beserta
para pengguna bangunan tersebut, karena selain pertimbangan efisiensi, juga kualitasnya masih
jauh lebih baik dibandingkan dengan penghawaan buatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan penghawaan alami?


Apa tujuan dibuat penghawaan alami?
Apa saja faktor desain yang mempengaruhi pergerakan udara di dalam ruang/bangunan?
Bagaimanakah penghawaan alami pada bangunan yang diamati?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka didapat beberapa tujuan penulisan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian penghawaan alami.
2. Untuk mengetahui tujuan dibuat penghawaan alami.
3. Untuk mengetahui faktor desain yang mempengaruhi pergerakan udara di dalam
ruang/bangunan.
4. Untuk mengetahui penghawaan alami pada bangunan yang diamati.
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Sistem
transportasi bangunan dalam suatu bangunan.

BAB II
METODE DAN OBJEK

Dalam bab ini yang akan dibahas adalah bagaimana metode penulisan, teknik
pengumpulan data, teknik menganalisis dan penjelasan mengenai objek yang diamati serta
penjelasan mengenai bangunan yang menjadi objek pengamatan dari pnyusunan laporan.
2.1 Metode
Metode yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut.
2.1.1 Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Metode observasi ini dilakukan dengan mengunjungi objek secara langsung ke lokasi dengan
tujuan untuk mendapatkan data nyata dari bangunan yang diamati ataupun dari gambar
bestek berupa komponen, kapasitas dan sistem utilitas pada bangunan tersebut.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya-jawab kepada penghuni/pemilik
rumah serta arsitek yang merancang bangunan tersebut.
3. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca buku dan mencari artikel di internet
terkait dengan sains bangunan dan utilitas, khususnya penghawaan alami pada rumah tinggal.
2.1.2 Metode Analisis Laporan
Dalam analisis data ini menggunakan metode deskriptif-kuantitatif-kualitatif. Metode ini
merupakan gabungan dari metode deskriptif, metode kuantitatif dan metode kualitatif.
1. Metode Deskriptif
Metode deskriptifadalah suatu bentuk metode yang ditujukan untuk mendeskripsikan objekobjek yang ada, baik objek alamiah maupun objek buatan manusia. Itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara satu dengan
lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Metode deskriptif merupakan metode yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang
terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.
2. Metode Kualitatif
Para ahli metodologi seperti Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan metode kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor
(1975) dalam buku Moleong (2004:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
3. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatifadalah metode ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan objek
serta hubungan-hubungannya. Tujuan metode kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan
objek. Karakteristik Penelitian Deskriptif Metode deskriptif mempunyai karakteristikkarakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1) penelitian deskriptif
cenderung menggambarkan sesuatu yang apa adanya dengan cara menelaah secara teratur,
mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat, (2) tidak adanya perlakuan yang
diberikan atau dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji hipotesis.

2.2 Identitas Proyek/Bangunan


Nama Projek/Fungsi Bangunan

: Taksu villa

Alamat

: Jl. Sri rama,Legian,Kec Kuta,Badung,Provinsi Bali

Owner

: Josef Senisin

Arsitek

: Josef Senisin

Gambar 2.1 Peta Pulau Bali


Sumber : http.wikipedia.co.id

Gambar 2.2 Peta Wilaya Denpasar


Sumber : Dokumnetasi Pribadi

lokasi
U

Gambar 2.3 Peta Lokasi


Sumber :google maps

Jl. Nangka, Gang Kenari 7 No 33

Objek yang diamati adalah sebuah bangunan villa bertingkat 2 yang mngusung tema
bangunan bergaya tradisional,yang berlokasi di Jl. Sri Rama,Legian,Kec Kuta,Badung,Provinsi
Bali. Adapun keadaan di sekitar site, yaitu di sebelah utara terdapat jalan raya dan dan di sebelah
selatan merupakan akses gg pura uluwatu , sedangkan di sebelah timur dan barat berbatasan
dengan kawasan rumah penduduk.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Penghawaan Alami pada Bangunan yang Diamati
Faktor-faktor desain yang mempengaruhi pergerakan udara di luar bangunan yang diamati
adalah sebagai berikut.
1. Orientasi Bangunan
Pada bangunan yang diamati memiliki bukaan yang menghadap ke arah utara dimana
pada arah utara angin berhembus menuju arah selatan , sehingga udara bisa berhembus menuju
bukaan secara efektif.

Gambar 3.19
Orientasi Bangunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.19
Orientasi Bangunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi

2. Bukaan pada Bangunan


Bukaan pada bangunan yang dibahas mencakup pintu kamar tidur, jendela kamar tidur
dan void di ruang santai, dapur maupun kamar mandi/wc.
a. Ruang santai

Gambar

3.20Teras Lantai 1

dan Balkon

di Lantai 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.20Teras Lantai 1 dan Balkon di Lantai 2


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada ruang santai merupakan ruang semi terbuka karena pada bagian utara ruang terdapat void
yang sangat luas sehingga angin dapat langsung masuk dan terjadi sirkulasi angin yang baik pada
ruang ini.Penggunaan krei pada bagian ruang yang terbuka difungsikan sebagai penghalang terik
matahari yang menyengat pada siang hari,pengaplikasian krei juga sangat mudah dan tidak
memakan biaya yang mahal

Luas lantai pada ruang santai


7 m x 7m = 49 m2
Luas bukaan
3m x 12m= 36 m2

b. Ruang Tidur 1

Gambar 3.21Pintu

Ruang Tamu

Sumber : Dokumentasi

Pribadi

Pintu ruang tidur

Pintu di ruang tidur pada villa ini merupakan penghubung pintu dari ruang santai, dengan
memakai pintu berjenis pintu kaca dengan ukuran 80 cm x 200 cm dengan arah bukaan ke
arah dalam.

Gambar 3.21Pintu Ruang Tamu


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pintu Jendela ruang


Pada bagian ruang tidur

tidur
terdapat

pintu

sebanyak 4 buah yang berukuran 200 cm x 60 cm

Gambar 3.22 Jendela Ruang

Tamu
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Luas lantai ruang tamu

jendela

300 cm x 300 cm = 90.000 cm2


Kebutuhan bukaan 20 %
20% x 90.000 = 18.000 cm 2

Pintu

200 cm x 80 cm = 16.000cm2

Pintu Jendela

(60 cm x 200 cm ) x 4 = 48.000 cm2


Jumblah keseluruhan bukaan
16.000 cm2+48.000cm2 = 64.000 cm2
Dapat disimpulkan bahwa dengan jumblah keseluruhan bukaan 64.000 cm2 sangat dapat
memenuhi kebutuhan ruang yang hanya membutuhkan 18.000 cm2, sehingga penghawaan alami
pada ruang ini terpenuhi dengan baik.

c. Pintu Kamar Tidur


Pintu
Pada bagian kamar tidur terdapat sebuah pintu berukuran ideal, yaitu 200cm x 80cm yang
berada di sebelah utara dan bukaannya kearah dalam.

Gambar 3.24Jendela Kamar Tidur


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pintu Jendela Kamar Tidur


Pada bagian ruang tidur terdapat pintu jendela sebanyak 4 buah yang berukuran 200 cm x
60 cm

Gambar 3.24Jendela Kamar Tidur


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Luas lantai ruang tamu

300 cm x 300 cm = 90.000 cm2


Kebutuhan bukaan 20 %
20% x 90.000 = 18.000 cm 2

Pintu

200 cm x 80 cm = 16.000cm2

Pintu Jendela

(60 cm x 200 cm ) x 4 = 48.000 cm2


Jumblah keseluruhan bukaan
16.000 cm2+48.000cm2 = 64.000 cm2
Dapat disimpulkan bahwa dengan jumblah keseluruhan bukaan 64.000 cm2 sangat dapat
memenuhi kebutuhan ruang yang hanya membutuhkan 18.000 cm2, sehingga penghawaan alami
pada ruang ini terpenuhi dengan baik.

d. Penghawaan Alami pada Bagian Dapur


Pada bagian dapur terdapat sebuah pintu dengan ukuran 80 cm x 200cm. Pintu pada
dapur ini berada di sebelah barat ruang.dan terdapat void berukuran 150 cm x 150 cm

Gambar 3.26 Ventilasi Dapur


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Luas lantai ruang dapur

400 cm x 200 cm = 80.000 cm2


Kebutuhan bukaan 20 %
20% x 80.000 cm2 = 16.000cm 2

Pintu

200 cm x 80 cm = 16.000 cm2

Void

150 cm x 150 cm =22.500


Jumblah keseluruhan bukaan
16.000+22500 cm2 =39.500cm2
Dapat disimpulkan bahwa dengan jumblah keseluruhan bukaan 39.500 cm2tidak dapat
memenuhi kebutuhan ruang yang membutuhkan bukaan 16.000 cm2sehingga penghawaan alami
pada ruang ini terpenuhi dengan baik.
e. Penghawaan Alami pada ruang tidur lantai 2

Pada bagian kamar tidur terdapat 1 buah pintu berukuran 120 cm x 40 m.

Gambar 3.27JendelaRuang Makan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jendela Ruang tidur

Gambar 3.28Ventilasi Ruang

Makan

Sumber : Dokumentasi

Pribadi

Terdapat jendela berukuran 120x80 cm

Luas lantai ruang makan

300 cm x 300 cm = 90.000 cm2


Kebutuhan bukaan 20 %
20% x 90.000 cm2 = 18.000 cm 2

Jendela

(80cm x 120 cm )= 9600cm2

Pintu

(80 cm x 200cm) = 16000 cm2


Jumblah keseluruhan bukaan
9600 cm2 + 16000 cm2 = 23.600 cm2

Dapat disimpulkan bahwa dengan jumblah keseluruhan bukaan 23.600 cm2sangat dapat
memenuhi kebutuhan ruang yang hanya membutuhkan 18.000 cm2sehingga penghawaan alami
pada ruang ini terpenuhi dengan baik.

f. Penghawaan Alami pada wc


Pintu
Pada bagian kamar tidur terdapat sebuah pintu berukuran ideal, yaitu 200 cm x 80 cm
yang berada di sebelah utara dan bukaannya kearah dalam.

loster
Pada bagian kamar mandi terdapat sebuah ventilasi dengan ukuran 40 cm x 40 cm
dengan ukuran lubng pentilasi 20 cm.ventilasi ini terbuat dari loster kerawang beton.
Ventilasi yang berada pada ruang dengan ukuran 300 cm x 210 cm (ukuran kamar
mandi/wc). Ventilasi pada kamar mandi ini berada di sebelah selatan ruang, hal ini
dikarenakan agar hembusan angin dari inlet yang berada di kamar tidur (sebelah utara

ruang) berhembus menuju arah selatan, yaitu pada bukaan yang berada di kamar
mandi/wc.

Gambar 3.31 Ventilasi Kamar Mandi/WC


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Luas lantai wc

200 cm x 200 cm = 40.000 cm2


Kebutuhan bukaan 20 %
20% x 40.000 cm2 = 8.000 cm 2

Pintu

200 cm x 80 cm = 16.000 cm2

Ventilasi/loster

20 cm x 4 = 80 cm2
Jumblah keseluruhan bukaan
16.000 cm2+80 cm2 = 16.080 cm2

Dapat disimpulkan bahwa dengan jumblah keseluruhan bukaan 16.080 cm2sangat dapat
memenuhi kebutuhan ruang yang hanya membutuhkan 8.000cm2sehingga penghawaan alami
pada ruang ini terpenuhi dengan baik.

3. Ketinggian Plafon
Semakin tinggi plafon dari lantai maka semakin bebas udara bergerak di dalam ruang.
Plafon yang tinggi dapat menyebabkan udara pada ruangan mengalami pendinginan. Untuk
mendapatkan udarasegar ukuran ketinggian plafon dari lantai minimal 3 meter. Adapun pada
ruangan yang diamati, memiliki ketinggian plafon 3 meter, yang merupakan ketinggian plafon
ideal untuk mendapatkan penghawaan alami yang baik/lancar.

Gambar 3.32Plafon
Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV
KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
Penghawaan alami sangat penting ada dalam sebuah bangunan karena dilihat dari
fungsinya sebagaiproses untuk mengalirkan udara segar kedalam bangunan dalam jumlah yang
sesuai kebutuhan.Untuk dapat memaksimalkan penghawaan alami maka yang harus
diperhatikan adalah orientasi bangunan, membuat plafond

yang tinggi, material atap,

kemiringan atap, overstek, jumblah bukaan, arah bukaan dan bentuk ventilasi, dan pada
bangunan yang kami amati sudah sesuai dengan standar-standar yang ada, sehingga nyaman
serta terlihat indah dari segi estetika pada bangunan.
4.2 Saran
Melalui materi yang sudah dipaparkan, maka saran dari penulis adalah sebagai barikut.
Untuk dapat memaksimalkan penghawaan alami maka yang harus diperhatikan adalah
orientasi bangunan, membuat plafond yang tinggi, material atap, kemiringan atap, overstek,
jumblah bukaan, arah bukaan dan bentuk ventilasi.

Anda mungkin juga menyukai