PENDAHULUAN
Dalam memilih suatu sistem utilitas yang akan digunakan, banyak faktor
yang harus diperhatikan antara lain faktor lingkungan, fungsi bangunan, kapasitas
bangunan dan factor lainnya sehingga dapat menentukan sistem utilitas yang tepat
untuk menciptakan keamanan dan kenyaman bagi pengguna bangunan tersebut.
Dalam era modern ini, terutama di perkotaan dan daerah yang memiliki
curah hujan yang rendah, sistem utilitas pengkondisian udara (Air Conditioner)
seperti sudah menjadi fasilitas wajib yang harus ada di dalam setiap ruangan, dari
ruangan yang memiliki ukuran kecil hingga ruangan yang memiliki bentang yang
lebar. Udara panas dan cuaca yang membuat gerah menjadi penyebab utama
penggunaan pengkondisian udara (Air Conditioner) tersebut. Udara panas
menyebabkan rasa tidak nyaman untuk beraktifitas. Kondisi ini akan semakin
parah apabila orang bekerja atau beraktifitas di dalam ruang yang tertutup dengan
sirkulasi udara yang terbatas. Udara dengan kelembaban tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Maka pada makalah kali ini, penulis akan membahas sistem utilitas
pengkondisian udara (AC Central). Penulis akan membahas referensi terlebih
dahulu, berupa teori dari berbagai sumber, kemudian membahas satu objek studi,
yaitu Hotel Sheraton yang terletak di Kuta, Bali.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka didapat beberapa tujuan
penulisan sebagai berikut.
2
BAB II
METODE DAN OBJEK
2.1 Metode
3
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya
kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang
sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang
kecenderungan yang tengah berlangsung. Furchan (2004:447) menjelaskan
bahwa metode deskriptif adalah metode yang dirancang untuk
memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian
dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam metode deskriptif tidak ada
perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis
sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen.
2. Metode Kualitatif
Para ahli metodologi seperti Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan
metode kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya. Sedangkan menurut Bogdan dan
Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3) mengemukakan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
3. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan objek serta hubungan-hubungannya. Tujuan metode kuantitatif
adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-
teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan objek. Karakteristik
Penelitian Deskriptif Metode deskriptif mempunyai karakteristik-
karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1)
penelitian deskriptif cenderung menggambarkan sesuatu yang apa adanya
dengan cara menelaah secara teratur, mengutamakan obyektivitas dan
dilakukan secara cermat, (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau
dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji hipotesis.
4
2.2 Identitas Objek
5
Gambar 3.2 Foto dari bangunan Hotel Sheraton Kuta
Sumber: http://bali.jayakartahotelsresorts.com/
6
BAB III
LANDASAN TEORI
7
Sistem AC Central yang menggunakan air ini biasanya lebih cocok
digunakan pada gedung bertingkat, mall yang besar, stadium, pabrik, bandara,
terminal kereta dan lain-lain. Kelebihan dari sistem AC Central yang
menggunakan media air ini adalah kemampuannya membawa kalor dari satu titik
ke titik yang lain lebih tahan lama dari menggunakan system freon.
8
Pada chiller biasanya tipe kondensornya adalah water-cooled condenser. Air
untuk mendinginkan kondensor dialirkan melalui pipa yang kemudian outputnya
didinginkan kembali secara evaporative cooling pada cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka fluida
yang didinginkan tidak langsung udara melainkan air yang dialirkan melalui
sistem pemipaan. Air yang mengalami pendinginan pada evaporator dialirkan
menuju sistem penanganan udara (AHU) menuju koil pendingin. Jenis chiller
didasarkan pada jenis kompressornya antara lain Reciprocating, Screw,
Centrifugal. Sedangkan jenis chiller didasarkan pada jenis cara pendinginan
kondensornya antara lain Air Cooler dan Water Cooler.
AHU adalah suatu mesin penukar kalor, dimana udara panas dari ruangan
dihembuskan melewati coil pendingin didalam AHU sehingga menjadi udara
dingin yang selanjutnya didistribusikan ke ruangan.
Prinsip kerja secara sederhana pada unit penanganan udara ini adalah
menyedot udara dari ruangan (return air) yang kemudian dicampur dengan udara
segar dari lingkungan (fresh air) dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai
keinginan. Campuran udara tersebut masuk menuju AHU melewati filter, fan
sentrifugal dan koil pendingin. Setelah itu udara yang telah mengalami penurunan
temperature didistribusikan secara merata ke setiap ruangan melewati saluran
udara (ducting) yang telah dirancang terlebih dahulu sehingga lokasi yang jauh
9
sekalipun bisa terjangkau. Komponen-komponen apa saja yang ada di dalam
setiap AHU akan memiliki :
1. Filter merupakan penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-partikel
lainnya sehingga diharapkan udara yang dihasilkan lebih bersih. Filter ini
dibedakan berdasarkan kelas-kelasnya.
2. Centrifugal fan merupakan kipas/blower sentrifugal yang berfungsi untuk
mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruangan-ruangan.
3. Koil pendingin, merupakan komponen yang berfungsi menurunkan
temperatur udara.
Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah jika satu komponen mengalami
kerusakan dan sistem AC Central tidak hidup maka semua ruangan tidak akan
merasakan udara sejuk. Selain itu jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin
maka pengaturannya harus padAtermostat di koil pendingin pada komponen
AHU.
10
Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC
Central dengan sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi,
ekspansi dan evaporasi. Proses ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang
menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang mengalir dalam sistem
pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke komponen lainnya. Kondensor
pada chiller biasanya berbentuk water-cooled condenser yang menggunakan air
untuk proses pendinginan refrigeran. Secara umum bentuk konstruksinya berupa
shell & tube dimana air mengalir memasuki shell/ tabung dan uap refrigeran
superheat mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga terjadi
proses pertukaran kalor. Uap refrigerant superheat berubah fasa menjadi cair yang
memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar
memiliki temperatur yang lebih tinggi.
Karena air ini akan digunakan lagi untuk proses pendinginan kondensor
maka tentu saja temperaturnya harus diturunkan kembali atau didinginkan pada
cooling tower. Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju
cooling tower melewati system pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak
nozzle untuk tahap spraying atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle
secara langsung sementara itu udara atmosfer dialirkan melalui atau berlawanan
dengan arah jatuhnya air panas karena pengaruh fan/blower yang terpasang pada
cooling tower. Untuk mengungkapkan 1 kg air diperlukan kira-kira 600 kcl
dengan mengeluarkan kalor laten, dengan mengungkapkan sebagian dari air maka
bagian besar dari air pendingin dapat didinginkan, jdi misalnya 1% dari air dapat
di uapkan, air dapat diturunkan temperaturnya sebanyak 6oC dengan menara
pendingin. Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu
kondensasinya sangat rendah mendekati suhu wetbulb udara. Air yang sudah
mengalami penurunan temperature ditampung dalam bak/basin untuk kemudian
dipompa kembali menuju kondensor yang berada di dalam chiller. Pada cooling
tower juga dipasang katup make up water yang dihubungkan ke sumber air
terdekat untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika
proses evaporative cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan
approach, dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling
11
tower dan approach adalah selisih antara udara suhu udara wet-bulb dan suhu air
yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi pada cooling tower berlangsung dari
air ke udara tak jenuh. Ada dua penyebab terjadinya perpindahan kalor yaitu
perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara. Suhu
pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat
energi jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller.
Salah satu kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang
jauh antara chiller dan cooling tower sehingga memerlukan sistem pemipaan yang
relative panjang. Selain itu juga biaya perawatan cooling tower cukup tinggi
dibandingkan sistem lainnya. Kapasitas menara pendingin 1 ton refrigrasi di
standarisasikan menurut The Japanese Cooling tower Industry Association adalah
sebagai berikut.
12
Terdapat dua jenis pompa sirkulasi, yaitu (1) Pompa sirkulasi air dingin
(Chilled Water Pump) berfungsi mensirkulasikan air dingin dari Chiller ke Koil
pendingin AHU/FCU dan (2) Pompa Sirkulasi air pendingin (Condenser Water
Pump). Pompa ini hanya untuk Chiller jenis Water Cooled dan berfungsi untuk
mensirkulasikan air pendingin dari kondensor Chiller ke Cooling Tower dan
seterusnya.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
Gambar 5 Sistem AC Central
15
4.2 Komponen-Komponen AC Central pada Hotel Sheraton
4.2.1 Chiller (Unit Pendingin)
Pada Hotel Sheraton terdapat 3 Chiller yang berada di ruang Chiller pada
bagian bawah tanah. Chiller adalah mesin refrigerasi yang berfungsi untuk
mendinginkan air (dari 12oC menjadi 6oC) pada sisi evaporatornya. Air dingin
yang dihasilkan selanjutnya didistribusikan ke mesin penukar kalor FCU/Fan Coil
Unit untuk ke kamar-kamar hotel maupun ruangan dalam lingkup yang kecil
(mikro) dan AHU/Air Handling Unit untuk ruang lingkup yang lebih luas
(makro).
Pada unit pendingin atau chiller yang menganut sistem kompresi uap,
komponennya terdiri dari kompresor, kondensor, alat ekspansi dan evaporator.
Pada chiller biasanya tipe kondensornya adalah water-cooled condenser. Air yang
ada di evaporator mendinginkan air yang ada di dalam pipa (pipa chiller water
supply). Kemudian, air keluar dan dipompa dengan pompa chiller menuju AHU
maupun FCU. Pada AHU maupun FCU terdapat coil yang berfungsi mengambil
dingin dari evaporator, kemudian dikeluarkan ke masing-masing ruangan dengan
menggunakan blower. Di coil, terjadi penyerapan panas dan kemudian dibawa lagi
ke evaporator melalui pipa chiller water return (6oC menjadi 12oC). Adapun
untuk mendinginkan air kembali dari condensor, air (dengan suhu 28 oC 30oC)
dipompa naik ke cooling tower dan ditampung di sump. Pada cooling tower panas
dibuang, dan air dengan suhu 25oC dibawa kembali menuju condensor,
didinginkan di refrigator system menjadi 6oC dan kembali dibawa ke evaporator.
16
Gambar 6 Chiller Hotel Sheraton
17
Gambar 7 Ducting
Komponen-komponen apa saja yang ada di dalam setiap AHU akan memiliki :
1. Filter merupakan penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-partikel
lainnya sehingga diharapkan udara yang dihasilkan lebih bersih. Filter ini
dibedakan berdasarkan kelas-kelasnya.
2. Centrifugal fan merupakan kipas/blower sentrifugal yang berfungsi untuk
mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruangan-ruangan.
3. Koil pendingin, merupakan komponen yang berfungsi menurunkan temperatur
udara. Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah jika satu komponen
mengalami kerusakan dan sistem AC Central tidak hidup maka semua ruangan
tidak akan merasakan udara sejuk. Selain itu jika temperatur udara terlalu
rendah atau dingin maka pengaturannya harus pada termostat di koil pendingin
pada komponen AHU.
18
Gambar 8 AHU
Sedangkan FCU memiliki prinsip kerja yang sama dengan AHU, hanya
saja digunakan pada ruangan dengan skala kecil, seperti kamar-kamar hotel
maupun ruang kantor pribadi.
Gambar 9 FCU
19
kg air diperlukan kira-kira 600 kcl dengan mengeluarkan kalor laten, dengan
mengungkapkan sebagian dari air maka bagian besar dari air pendingin dapat
didinginkan, jdi misalnya 1% dari air dapat di uapkan, air dapat diturunkan
temperaturnya sebanyak 6o C dengan menara pendingin. Sistem ini sangat efektif
dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat rendah
mendekati suhu wet-bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan
temperature ditampung dalam bak/basin untuk kemudian dipompa kembali
menuju kondensor yang berada di dalam chiller. Pada cooling tower juga dipasang
katup make up water yang dihubungkan ke sumber air terdekat untuk menambah
kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses evaporative
cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan
approach, dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling
tower dan approach adalah selisih antara udara suhu udara wet-bulb dan suhu air
yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi pada cooling tower berlangsung dari
air ke udara tak jenuh. Ada dua penyebab terjadinya perpindahan kalor yaitu
perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara. Suhu
pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat
energi jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller.
Salah satu kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang
jauh antara chiller dan cooling tower sehingga memerlukan sistem pemipaan yang
relative panjang. Selain itu juga biaya perawatan cooling tower cukup tinggi
dibandingkan sistem lainnya.
20
4.3.1 Ruang Meeting
21
Gambar 13 Difuser pada Kantor Pribadi
4.3.3 Restaurant
Gambar 14 Restaurant
22
4.3.4 Kamar Hotel
23
Gambar 17 Kamar Hotel
Gambar 19 Termostat
BAB V
PENUTUP
24
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditari kesimpulan sebagai berikut.
1. Hotel Sheraton menggunakan sistem AC Central, dimana proses pendinginan
udara terpusat pada satu lokasi (di ruang chiller yang berada di bawah
tanah/lower ground) dan kemudian didistribusikan/dialirkan ke lokasi yang
diinginkan, seperti menuju kantor (office), restaurant, kamar hotel, ruang
meeting, maupun dapur. Dimana sistem AC Central ini menggunakan sistem
air dan sistem freon.
2. Hotel Sheraton memiliki komponen AC Central yang lengkap (memiliki 3
chiller, AHU, ACU, Cooling Tower, Pompa Sirkulasi dan Ducting) dan dalam
kondisi yang baik.
3. Terdapat 2 jenis difuser pada Hotel Sheraton, yaitu yang bentuknya persegi dan
yang memanjang.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian-uraian dari sistem utilitas bangunan (AC Central),
penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut.
1. Kepada mahasiswa, hendaknya mempertimbangkan keseluruhan aspek dalam
merencanakan sistem utilitas dalam sebuah bangunan agar sistem yang dipilih
mampu menyokong kebutuhan bangunan dengan maksimal tanpa ada
permasalahan yang dapat merugikan civitas maupun lingkungan.
2. Kepada masyarakat umum, hendaknya juga ikut berpartisipasi dalam
merencanakan ataupun memantau pelaksanaan di lapangan dalam sebuah
bangunan agar sistem yang terpakai aman bagi kehidupan bersama.
3. Kepada Pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang diharapkan untuk
memantau secara ketat dan tegas dalam pantauan mengenai sistem utilitas
dalam bangunan maupun yang baru bersifat perencanaan. Karena tidak semua
orang dapat melaksanakan sistem utilitas yang baik sehingga pemerintah dapat
membantu untuk mencari solusi yang tepat demi terbentuknya lingkungan
yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
25
Pratiwi, Indah. 28 Juli 2010. Sistem AC Central Ruangan. 18 Mei 2016.
https://cvastro.com/sistem-ac-sentral-ruangan.htm
Dewi, Ega. 9 April 2013. Utilitas AC Central Hermes Mall Banda Aceh. 18 Mei
2016.
http://www.academia.edu/9132764/Utilitas_ac_central_hermes_mall_banda_aceh
Faiz, Muhammad Amar. 18 November 2011. Prinsip Kerja Colling Tower Pada
AC Central. 18 Mei 2016. http://faiz-15.blogspot.co.id/2011/11/prinsip-kerja-
cooling-towerpada-
sistem.html
26