Anda di halaman 1dari 10

Teknologi Produksi Tanaman

Perkebunan 1
SejarahTanaman Teh,Syarat Tumbuh
Tanaman Teh dan Perbanyak Tanaman
Teh
Kelompok 1
1.Elsi Lonita
2.Mutia Lorenza
3.Rahma Sari
4.Thaiba Rusda
5.Rabil rezky
6.Zulfah Fitri

Sejarah Teh

Pohon teh (Camellia sinensis) berasal dari Negeri Cina, tepatnya di


provisnsi Yunnan, bagian barat daya Cina. Iklim wilayah daerah ini
tersebut tropis dan sub-tropis, yang hangat dan lembab sehingga cocok
menjadi tempat bagi tanaman teh.Awalnya teh digunakan sebagai
bahan obat obatan (Abad ke-8 SM), itupun sudah berumur ribuan
tahun riwayatnya. Orang orang Cina pada waktu itu mengunyah teh
(770 SM 476 SM) mereka menikmati rasa yang menyenangkan dari
sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis
makanan dan racikan sop.

Tanaman teh (Camellia sinensis) pertama kali masuk ke Indonesia tahun


1684, berupa biji teh (diduga teh sinensis) dari Jepang yang dibawa oleh
seorang berkebangsaan Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam
sebagai tanaman hias di Batavia. F. Valentijn, seorang rahib, juga
melaporkan tahun 1694, bahwa ia melihat tanaman teh sinensis di
halaman rumah gubernur jenderal VOC, Camphuys, di Batavia.

Pada abad ke-18 mulai berdiri pabrik-pabrik pengolahan (pengemasan)


teh dan didukung VOC. Setelah berakhirnya pemerintahan Inggris di
Nusantara, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Kebun Raya Bogor
sebagai kebun botani (1817). Pada tahun 1826 tanaman teh melengkapi
koleksi Kebun Raya, diikuti pada tahun 1827 di Kebun Percobaan
Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Dari sini dicoba penanaman teh dalam
skala luas di Wanayasa(Purwakarta) dan lereng Gunung Raung
(Banyuwangi).
Karena percobaan ini dianggap berhasil, mulailah dibangun
perkebunan skala besar yang dipelopori oleh Jacobus Isidorus Loudewijk
Levian Jacobson, seorang ahli teh, pada tahun 1828 di Jawa. Ini terjadi
pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal van den Bosch. Teh pun
menjadi salah satu tanaman yang terlibat dalam Cultuurstelsel.Teh
kering olahan dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam
tahun 1835 Setahun berikutnya, dilakukan swastanisasi perkebunan teh.

Syarat Tumbuh Tanaman Teh


A. Tanah
Persyaratan untuk pembangunan kebun perbanyakan sumber benih
teh secara umum hampir sama dengan persyaratan penanaman teh
untuk kebun produksi. Tanah Tanah harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Tanah subur, gembur dan mengandung bahan organik yang cukup
(minimal 8%). Jenis tanah yang cocok untuk kebun perbanyakan
sumber benih teh yaitu tanah Andosol (vulkanis muda) dan Latosol
(PPTK, 2006).
2. Lapisan olah cukup tebal, tidak terdapat lapisan cadas (pejal) yang
sulit ditembus akar.
3. mudah meresapkan air (permeable) dan drainase baik.
4. Tinggi tempat minimal 800 m dpl. e. kemasaman (pH) tanah < 6 (pH
optimal untuk tanaman teh 4,5-5,6). f. kemiringan lahan < 35% (rata,
landai).

B. Iklim
Persyaratan iklim sebagai berikut:
1. Curah hujan yang diperlukan cukup tinggi dan merata sepanjang
tahun, yaitu minimal 2000 mm/tahun.
2. Bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm/bulan) tidak boleh
terjadi selama 2 bulan berturut-turut.
3. Suhu udara yang sesuai tanaman teh berkisar antara 13 -250C.
Pertumbuhan tanaman teh akan terhenti jika suhu udara di bawah
130C atau di atas 300C dan kelembaban udara kurang dari 70%.
4. Lama penyinaran matahari minimal 6 jam/hari.
5. Angin yang berasal dari dataran rendah dan angin yang bertiup
kencang harus dicegah karena seringkali berpengaruh buruk
terhadap pertumbuhan teh. Angin dapat pula mempengaruhi
kelembaban udara serta berpengaruh pula terhadap penyebaran
hama dan penyakit. Cara pencegahannya antara lain dengan
menanam pohon penahan angin sepanjang batas atau sisi-sisi
kebun yang biasa dilalui angin.

C.Lokasi
Syarat-syarat lokasi sebagai berikut:
a. Lokasi berada di daerah pengembangan yang memiliki persyaratan
tanah dan iklim seperti pada point A dan point B.
b. Status kepemilikan tanah harus jelas dan bersertifikat.
c. Bukan termasuk daerah endemik hama dan penyakit tanaman teh.
d. Dekat dengan jalan agar mudah melakukan pengangkutan dan
pengawasan.
Menurut Schoorel (1974), perkebunan teh di Indonesi berdasarkan tinggi
tempat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Perkebunan daerah rendah, yaitu kebun-kebun pada ketinggian di bawah


800 m dpl dengan suhu rata-rata 23,86C.
2. Perkebunan daerah sedang, yaitu kebun-kebun pada ketinggian antara
800-1.200 m dpl dengan suhu rata-rata 21,24C.
3. Perkebunan daerah tinggi, yaitu kebun-kebun pada ketinggian di atas
1.200 m dpl dengan suhu rata-rata 18,98C.

Perbanyakkan Tanaman Teh


Tanaman teh dapat diperbanyak secara generatif dengan biji maupun
secara vegetatif dengan setek daun.
a. Secara generatif
Perbanyakan cara ini dengan menggunakan biji, sebagai persilangan
antara pohon induk jantan dengan pohon induk betina.
b. Secara Vegetatif
Setek daun teh Bahan setek dapat diambil dari kebun induk. Ranting
yang diambil sebaiknya telah mempunyai 10-12 helai dan ranting
dipotong 10-15cm.

Bahan Tanam Perbanyakan teh pada awalnya dilakukan dengan


menggunakan biji (generatif) . Perbanyakan teh secara vegetatif
dengan setek satu daun dilakukan pertama kali pada tahun 1970.
Penyediaan bahan tanaman yang berasal dari setek telah demikian
popular, karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi
kebutuhan bahan tanam (benih) dalam jumlah banyak dan waktu
tertentu (Setyamidjaja, 2000).

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kebun perbanyakan harus menggunakan bahan tanam


setek agar benih yang dihasilkan memiliki sifat unggul
sama dengan sifat pohon induknya. Perbanyakan tanaman
teh secara vegetatif berupa setek mempunyai keunggulan
sebagai berikut:
Benih tanaman teh dapat berasal dari setek satu daun
sehingga penyediaan bahan tanam yang banyak dapat
diantisipasi dan diperhitungkan.
Benih mempunyai sifat yang sama dengan sifat induknya.
Potensi hasil, kualitas, dan ketahanan terhadap hama dan
penyakit terjamin.
Keragaman genetik sempit.
Toleran terhadap perubahan lingkungan.
Tanaman seragam sehingga mudah dalam mengelolanya.

Bahan tanam yang dipilih harus memenuhi syarat sebagai


berikut:
1. Klon unggul yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian
2. Dikelola dalam bentuk kebun perbanyakan
3. Asal usul klon yang digunakan jelas (deskripsi klon) dan
murni.
4. Diambil 4 bulan setelah pangkas bersih.
Sumber
http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan
%2011-2013%20(fix).pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20033/4/Ch
apter%20II.pdf

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai