Pattaya, Thailand
1 of 50
5/4/2008
Nikah
Bab Nikah
Daftar Isi
Daftar Isi .............................................................. 1
Menikah Untuk Solusi Terbaik ............................ 1
Kupinang Engkau dengan Hamdalah....................... 2
Wanita boleh menawarkan....................................... 3
Setengah Din....................................................... 3
Ketika Keinginan Menikah Itu Tiba...................... 3
Tanggung Jawab Sebelum Menikah ........................ 3
Kata Pengantar......................................................... 3
Muqaddimah............................................................. 3
Pernikahan adalah Fitrah Kemanusiaan................... 3
Tujuan Pernikahan dalam Islam ............................... 3
Tatacara Pernikahan Dalam Islam ........................... 3
Sebagian Penyelewengan Seputar Pernikahan ....... 3
Khatimah .................................................................. 3
Tammat ............................................................... 3
2 of 50
5/4/2008
Nikah
3 of 50
5/4/2008
Nikah
kedzaliman diri sendiri, bisa jadi penolakan merupakan proses untuk mencapai kematangan, kemantapan &
kejernihan niat. Sementara ada banyak hal yang dapat mengotori niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat
derajat anda, kecuali anda justru malah merendahkan diri sendiri. Tapi hati perlu diperiksa, jangan-jangan
perasaan itu muncul karena ujub.
Kekecewaan, mungkin saja timbul. Barangkali ada perasaan yang perih, barangkali juga ada yang merasa
kehilangan rasa percaya diri saat itu. Ini merupakan reaksi psikis yang wajar, kecewa adalah perasaan
yang manusiawi, tetapi ia harus diperlakukan dengan
cara yang tepat agar ia tidak menggelincirkan ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Kecewa memang
pahit. Orang sering tidak tahan menanggung rasa kecewa, mereka berusaha membuang jauh-jauh sumber
kekecewaan. Sekilas nampak tidak ada masalah, tetapi setiap saat berada dalam kondisi rawan. Perasaan
itu mudah bangkit lagi dengan rasa sakit yang lebih perih. Dan yang demikian tidak dikehendaki Islam.
Islam menghendaki kekecewaan itu menghilang perlahan-lahan secara wajar. Sehingga kita bisa
mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita
menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih lama.
Kalau anda merasa kecewa, periksalah niat anda. Dibalik yang dianggap baik, mungkin ada niat yang tidak
lurus. Periksalah motif-motif yang melintas dalam batin. Selama peminangan hingga saat menunggu
jawaban. Kemudian biarkan hati memproses secara wajar sampai menemukan kembali ketenangan secara
mantap.
Tetapi kalau jawaban yang diberikan oleh keluarga wanita sesuai harapan, berbahagialah sejenak.
Bersyukurlah. Insya Allah kesendirian yang dialami dengan menanggung rasa sepi sebentar lagi akan
menghapus kepenatan selama di luar rumah. Insya Allah sebentar lagi.
Tunggulah beberapa saat. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk melakukan apa saja yang menjadi
hak anda bersamanya. Akan tiba masanya anda merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita
yang telah mempercayakan kesetiaannya kepada anda. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk
menemukan pangkuannya ketika anda risau.
Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui pernikahan, Allah memberikan banyak
keindahan & kemuliaan.
4 of 50
5/4/2008
Nikah
5 of 50
5/4/2008
Nikah
bagian dari kami, maka lakukanlah seperti yang kami lakukan, dan termasuk sunnah kami adalah menikah.
Orang yang paling buruk di antara kamu adalah mereka yang membujang. Orang mati yang paling hina di
antara kamu adalah orang yang membujang. Kemudian, Rasulullah saw menikahkannya dengan Kultsum
al-Khumairi (HR Ibnu Atsir dan Ibnu Majah).
Seperti disabdakan Rasulullah saw, mereka yang betah membujang, dikhawatirkan akan terjerumus ke
beberapa kemungkinan. Pertama, menjadi teman setan karena ia senang menyimpang dari fitrah manusia
sesungguhnya. Kedua, termasuk pendeta Nasrani yang mengganggap dirinya suci dan menjadi kekasih
Allah jika tidak mendekati perempuan. Menurut mereka, perempuan membuka pintu bagi setan untuk
menggoda laki-laki. Ketiga, termasuk orang yang durhaka karena mendustai tuntutan biologisnya yang
penyalurannya telah diatur Allah melalui pernikahan. Keempat, termasuk orang yang matinya paling hina
karena telah memutuskan peluang mendapatkan keturunan shalih yang akan membuahkan pahala tak
terputus baginya.
Kalau kita tilik ulama salaf, sungguh pengamalan mereka terhadap sunnah Rasulullah saw ini, sangat
tinggi. Dalam suatu kesempatan Imam Malik pernah berkata, Sekiranya saya akan mati beberapa saat lagi,
sedangkan istri saya sudah meninggal, saya akan segera menikah. Demikian rasa takut pengarang kitab
al-Muwatha ini kepada Allah kalau ia meninggal dalam keadaan membujang (30 Pertunjuk Pernikahan
dalam Islam, Drs. M. Thalib).
Karenanya, Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqhus Sunnah menyimpulkan, seandainya seseorang sudah
mampu nikah, dan dikhawatirkan akan terjerumus kepada perbuatan jahat kalau tidak menikah, sementara
pada saat yang sama, ia juga sudah memenuhi kriteria wajib haji, maka ia harus mendahulukan nikah atas
haji. Hal ini didasarkan pada kaidah fiqih yang berbunyi Dar ul mafaasidi muqaddamun ala jalbil
mashaalih. Yaitu, menghindari bahaya, harus didahulukan daripada memperoleh keuntungan.
Sebaliknya, para muslimah hendaknya tidak mempersulit pernikahan, dengan memasang tarif mahal atau
target tinggi. Yang menjadi ukuran, selayaknya bukan kekayaan materi, tapi agama dan akhlak. Dalam
sebuah hadits Rasulullah saw mengingatkan kepada para orang tua gadis, Jika datang seorang laki-laki
yang kamu ridhai agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia. Kalau kamu tidak mau
menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas, (HR Turmudzi dan
Ahmad).
Kalau para muslimah mengabaikan hal ini, seperti diingatkan Rasulullah saw, fitnah dan kerusakan akan
terjadi. Para wanita yang berada di bawah kendali suami yang berakhlak buruk, besar kemungkinan akan
larut dalam keburukan juga. Sebaliknya, dengan memilih calon suami yang baik, semuanya akan berbuah
kebaikan. Bukan hanya bagi sang istri, tapi juga keturunannya.
Untuk itu, Nursanita memberikan beberapa kiat bagi mereka yang masih sendiri. Pertama, kalau ingin
cepat dapat jodoh, perbanyak sedekah. Kedua, kalau sudah ada kecenderungan terhadap seseorang,
lakukan shalat Istikharah. Ketiga, harus introspeksi diri. Keempat, yang harus mengambil keputusan itu,
dirinya, bukan orang lain.
Lagi pula, mengapa harus takut menikah? Bukankah Allah telah berjanji akan membantu hamba-Nya yang
berniat menyempurnakan agamanya. Allah berfirman, Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di
antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki, dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan mencukupkannya dengan
karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui, (QS an-Nuur: 32).
Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat ini merupakan janji Allah kepada orang yang menikah. Mereka akan
dicukupkan rezekinya setelah ia menikah walaupun sebelumnya miskin. Diriwayatkan dari al-Laits, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, Ada tiga golongan orang yang menjadi keharusan Allah untuk
membantu mereka; orang yang menikah untuk memelihara kesucian diri, budak yang hendak membayar
kemerdekaan dirinya, dan orang-orang yang berperang di jalan Allah, (HR Ahmad, Turmudzi, an-Nasai
dan Ibnu Majah).
Subhanallah! Betapa mulia orang yang ingin menikah. Mereka disejajarkan Rasulullah saw dengan mujahid
fi sabilillah yang dijanjikan akan mendapat pertolongan-Nya. Lalu, tunggu apa lagi? Menikah, yuk!
Oleh: Hepi Andi
Majalah Sabili edisi 02/08/2002
6 of 50
5/4/2008
Nikah
*
kembali ke daftar isi
7 of 50
5/4/2008
Nikah
Memang benar kita dituntut untuk tetap buat persiapan jika mengambil jalan menikah di saat masih kuliah.
Yang pertama harus disadari adalah bahwa hidup berkeluarga adalah berbeda dengan hidup sendirian.
Tidak pantas jika orang yang sudah menikah tetap bebas, lepas, menelantarkan keluarganya sebagaimana
dulu bisa ia lakukan ketika masih lajang. Orang yang menikah sambil kuliah juga harus pandai-pandai
mengatur waktu antara tanggung jawabnya dalam keluarga dan dalam belajar. Selain waktu, manajemen
pemikiran juga solid, karena begitu menikah masalah-masalah dulu yang belum ada mendadak
bermunculan secara serentak. Bagaimana memahami pasangan hidup baru, bagaimana jika hamil dan
melahirkan, bagaimana mendidik anak, bagaimana mencari rumah -nebeng mertua atau cari kontrakan-,
bagaimana bersikap kepada mertua, tetangga dan lain-lain, apalagi masih harus memikirkan pelajaran.
Pusing? Semoga tidak. Sebenarnya menikah sambil kuliah bisa disiapkan sejak hari ini, bahkan juga sudah
sejak SD. Modal awalnya adalah manajemen diri sendiri. Ketika seorang sudah sejak dahulu berlatih untuk
hidup mandiri, akan mudah baginya untuk hidup berkeluarga. Misalnya saja sudah sejak SD bisa mencuci
pakaian dan piring sendiri, mengatur waktu belajar, berorganisasi, dan bermain, mengatur keuangan
sendiri, dan sebagainya. Kesiapan juga bisa diraih jika seseorang biasa menghadapi dan memecahkan
problem hidupnya. Karena itu perlu organisasi dan bersaudara dengan orang lain, saling mengenal,
memahami orang lain dan membantu kesulitannya.
3. Belum Cocok
Mungkin pula sudah lulus, sudah kerja, sudah berusaha cari calon pasangan tapi merasa belum
menemukan pasangan yang cocok, sehingga belum jadi menikah pula, padahal sudah hampir tidak tahan!
Ini juga merupakan masalah yang bisa datang dari kedua belah pihak, baik pihak pemuda maupun pemudi.
Kecocokan memang diperlukan. Yang jadi pertimbangan dasar dan awal tentu saja faktor agama, yaitu
aqidah dan akhlaknya. Allah berfirman, yang artinya:
"Mereka (perempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi laki-laki kafir. Dan laki-laki kafir pun tidak halal
bagi mereka." (Al-Mumtahanah: 10)
Rasulullah juga bersabda, "Wanita itu dinikahi karena 4 hal: karena kecantikannya, karena keturunannya,
karena kekayaannya dan karena agamanya. Menangkanlah dengan memilih agamanya maka taribat
yadaaka (kembali kepada fitrah atau beruntung)." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lain-lain)
Keadaan yang lain adalah nomor dua setelah pertimbangan agama. Namun kebanyakan di sinilah
ketidakcocokannya. Sudah dapat yang agamanya bagus tapi kok nggak cocok pekerjaannya, nggak cocok
latar belakang pendidikannya, nggak cocok hobinya, warna matanya kok begitu, pakai kacamata, kok
hidungnya dan lain-lain.
Kalau mau mencari kekurangan tiap orang pasti punya kekurangan karena tidak ada manusia yang
diciptakan secara sempurna. Sudah cantik, kaya, keturunan bangsawan, pandai, rajin, keibuan, penyayang,
tidak pernah berbuat salah.
Ketika seorang pemuda atau pemudi sudah mau menikah, memang seharusnya cari tahu dulu tentang
calon pasangan hidupnya ke sahabatnya, saudaranya atau ustadznya atau yang lainnya, baik kelebihan
maupu kekurangannya. Jika sudah tahu, tanyakan pada diri sendiri, apakah bisa menerima dan memaklumi
kekurangan serta kelebihan si dia.
Rasulullah bersabda, yang artinya, "Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan.
Bila dia membencinya dari satu sisi, tapi akan menyayang dari sisi lain." (HR.Muslim)
Jadi, jangan hanya melihat kekurangannya saja, tapi juga perlu melihat kelebihannya. Ketika kekurangan
sudah bisa diterima, kelebihan akan lebih bisa menimbulkan perasaan suka. Karea itu, jangan sampai sulit
nikah karena dibikin sendiri.
4. Belum Mantap
Masalah satu ini juga bisa terjadi pada tiap orang pihak pemuda, pihak pemudi, baik yang sudah kerja atau
yang belum, baik sudah lulus atau belum. Pertama kali, perlu diselidiki belum mantapnya itu karena apa,
karena tak sedikit yang beralasan belum mantap, ketika ditelusuri larinya juga menuju ketiga masalah
'belum' di atas.
8 of 50
5/4/2008
Nikah
Namun ada juga yang belum mantap karena memang merasa persiapan dirinya kurang, baik ilmu tentang
pernikahan, keluarga atau pernik-pernik di sekitarnya. Orang seperti ini malah tidak memusingkan masalah
ketiga 'belum' di atas, karena memang dia merasa belum siap dan belum mampu.
Solusinya tidak lain adalah memantapkan dan mempersiapkan diri. Hal ini bisa ditempuh lewat menuntut
ilmu tentang pernikahan dan keluarga, baik dengan menghadiri pengajian, yang membahas masalah
tersebut atau dengan membaca buku-buku mengenainya. Penting pula untuk menimba pengalaman
kepada orang yang sudah menikah, karena kadang-kadang buku-buku dan ceramah ilmiah dan formal tidak
membahas masalah praktis yang detail yang diperlukan agar siap menikah.
Author: Unknown
"Purcahyadi" cahyadi@rg.co.id
*
kembali ke daftar isi
9 of 50
5/4/2008
Nikah
10 of 50
5/4/2008
Nikah
11 of 50
5/4/2008
Nikah
Tiba-tiba kulihat sesosok bayangan dari balik dinding. Suamiku datang. Rupanya tadi malam ia tidur di
teras. Ia melihatku bersama anak-anakku. Mereka berhamburan menyambut ayahnya, memeluk lututnya
karena mereka belum cukup tinggi menggapai bahu ayahnya itu. Ia membawakan makanan untuk mereka.
Saat anak-anak sibuk dengan makanan itu, ia menghampiriku. Aku mencoba untuk biasa dan kuajak ia
melihat foto-foto lama kami. Bernostalgia. Aku tertawa bersamanya. Mengingat yang telah lewat.
Sesekali ia memandangku lembut. Aku tahu ia sedang berfikir. Namun aku khawatir ia sedang meyakinkan
hatinya untuk benar-benar menceraikan aku dan mengatur kata-kata agar aku dapat menerima
keputusannya.
Saat ia diam dan memandangku dalam-dalam, kukatakan padanya bahwa aku merindukannya sejak tadi
malam. Ia tersenyum dan mengatakan bahwa ia pun merasakan hal yang sama.
Hatiku lega. Kututup album foto itu dan kukatakan padanya bahwa selain dari semua kekuranganku tentu
ada kelebihanku, selain dari semua yang tidak disukainya tentu ada yang disukainya, selain dari semua
ketidakcocokan kita tentu ada bagian yang cocok. "Bila tidak, apa alasan Abang mau menikahi Dinda dulu?
Dan bagaimana mungkin kita bisa bertahan selama ini?"
Ia mencium keningku. Kurasakan air mata mengalir hangat di pipiku. Tapi bukan air mataku...
"Allah memang hanya menciptakan Dinda buat Abang... Maafin Abang ya..."Kuusap air mata dari pipinya
dan ia membaringkan kepalanya di pangkuanku...
"Maafin Dinda juga ya, Bang..."
Entah apa yang membuatnya berubah pikiran. Aku tak ingin menanyakannya. Hanya dengan berada di
sisiku pagi itu, aku rasa aku tahu jawabannya...
Pernikahan itu bisa berumur panjang bila ada usaha untuk memanjangkannya dan bisa berumur pendek
bila tidak ada yang mau berfikir panjang.
(Untuk pangeranku, aku ingin beranjak tua bersamamu... atas izin Allah.)
Ya Allah berilah hamba petunjuk untuk tetap di jalanMu, serta kemudahan untuk mendapat berkahmu...
Amin.
Author: Unknown
Wiwin wiwin@mkt.fujitsu.co.id
*
kembali ke daftar isi
12 of 50
5/4/2008
Nikah
25 gr rekreasi,
1 bungkus doa,
2 sendok teh telpon-telponan,
5 kali ibadah/hari tapi lebih baik jika lebih dari itu
Semuanya diaduk hingga merata dan mengembang).
Tips:
1. Pilih pria dan wanita yang benar-benar matang dan seimbang.
2. Jangan yang satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi kelezatan
(sebaiknya dibeli di toserba bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual mahal tapi mutunya
terjamin.)
3. Jangan beli di pasar yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun modelnya bagus dan
harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang bisa
merusak kesehatan.
4. Gunakan Kasih sayang cap "DAKWAH" yang telah mendapatkan penghargaan ISO dari Departemen
Kesehatan dan Kerohanian.
Cara Memasak:
1. Pria dan Wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat yang murni.
2. Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata.
3. Masukkan niat yang murni kedalam loyang dan panggang dengan api merata sekitar 30 menit didepan
penghulu.
4. Biarkan di dalam loyang tadi dan sirami dengan bumbunya.
5. Kue siap dinikmati.
Catatan:
Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati dalam keadaan hangat.
Tapi kalau sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta
beberapa potong doa kemudian dihangatkan lagi di oven ber merek "Tempat Ibadah". Setelah mulai
hangat, jangan lupa telepon-teleponan bila berjauhan. Selamat mencoba, dijamin semuanya halal koq!.
Author: Unknown
Wiwin [mailto:wiwin@mkt.fujitsu.co.id]
*
kembali ke daftar isi
13 of 50
5/4/2008
Nikah
dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental,lebih mudah dicerna ketimbang basa
basi tanpa emosi.
Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa
perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of
Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar, maka :
1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah.
Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu
sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah cukup membuat
rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata "STOP" ini giliran saya! Saya
harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati :
"Kamu makin cantik kalau marah, makin energik..." Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal
sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... "Duh kekasih...
bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku
menunggu ...."
Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka," saya menganggap bahwa distorsi
hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman,
dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya:) maka kini giliran dia yang harus
bersedia jadi keranjang sampah.
Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk
dilakukan secara berjama'ah selain marah :)
2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari
sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab
harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga
harapan,bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan,
hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta
yang telah sedemikian mahal dibangunnya.
Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun
kecamannya, adalah "ungkapan rindu yang keras". Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya,
minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.
Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu
adalah "harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan
tiga hari lewat, plus tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya dengan saya", maka saya telah menjepitnya dengan
hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.
Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah ... OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya
tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini .....
3. Kalau marah jangan bawa bawa keluarga!
Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali
lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu
tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).
Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan
coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia
ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah "awal cinta yang panas ini".
Kata ayah saya: "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak."
14 of 50
5/4/2008
Nikah
Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma'afnya daripada ngambek pada yang tidak
mengenal hati dan diri saya..". Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan
memusuhi mertua!
4. Kalau marah jangan di depan anak anak!
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat
pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita.
Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana
ibunya. Membela ibu, tapi itu 'kan bapak saya.
Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar (based on true story):
Ibu: "Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya
ini babu?!!!"
Bapak: "Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk
itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda????!!!!
Anak: "Yaaa ...ibu saya babu, bapak saya kuda .... terus saya ini apa?"
Kita harus berani berkata: "Hentikan pertengkaran!" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam
binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah
ia mendengar kata basi hati kita???
5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat!
Pada setiap tahiyyat kita berkata: "Assalaa-mu'alaynaa wa 'alaa'ibaadilahissholiihiin" Ya Allah damai atas
kami, demikian juga atas hamba hambamu yang sholeh.... Nah andai setelah salam kita cemberut lagi,
setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustaiNya, padahal nyawamu
ditangan Nya.
OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi .....
Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya ... Atau habis isya
sebatas....???
Nnngg....... Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar ... :)
6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema'afkan
Hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di koran (resensi sebuah film). Tapi yang jelas
memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens"
Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.
Ini saja, semoga bermanfa'at. "Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia
dibatasi". Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar.
January 2004
Author: Unknown
Wiwin [mailto:wiwin@mkt.fujitsu.co.id]
*
kembali ke daftar isi
15 of 50
5/4/2008
Nikah
memasuki usia baligh, sementara hati mereka masih kosong (dari pegangan dan pedoman hidup).
Akibatnya kata-kata yang manis mudah saja masuk ke dalam hati yang kosong ini.
Sangat disayangkan ada sebagian pemuda yang berbuat demikian dengan keterpedayaan atau malah
merasa senang dan nikmat mencumbu dan merayu, bahkan merasa bangga dengan perbuatannya itu. Ia
bangga jika dirinya dapat berhasil merayu banyak wanita.
Karena itu nasehat saya pada gadis muslimah, janganlah terpedaya oleh perkataan dan semua rayuan
gombal. Hendaklah anda mendengarkan nasehat orang tua atau wali. Janganlah memasuki kehidupan
rumah tangga hanya semata-mata memperturutkan perasaan, tetapi pertimbangkanlah segala sesuatunya
dengan akal sehat.
Saya sarankan kepada orang tua atau wali, hendaklah memperhatikan kemauan dan keinginan anak-anak
perempuannya. Janganlah si ayah membuang perasaan dan keinginan anaknya dan menjadikannya
sebagai amplop kosong tak berisi, lalu mengawinkannya dengan siapa saja yang dikehendakinya, sehingga
si anak memasuki kehidupan rumah tangga denga terpaksa. Karena si anak itulah kelak yang akan bergaul
denga suaminya, dan bukan si ayah. Tetapi ini tidak berarti bahwa antara pemuda dan si gadis harus sudah
hubungan cinta sebelum terjadinya perkawinan, namun paling tidak harus ada kerelaan hati.
Karena itu, Islam memerintahkan si peminang melihat pinangannya, begitu juga sebaliknya. Nabi SAW
bersabda: Karena yang demikian itu lebih patut dapat mengekalkan kalian berdua.
Syariat Islam menghendaki kehidupan rumah tangga ditegakkan atas dasar saling meridhai dari masingmasing pihak yang berkepentingan. Si wanita hendaknya ridha, setidak-tidaknya memiliki kebebasan untuk
menyatakan kehendak dan pendapatnya secara terus terang, atau kalau ia merasa malu menyatakan
persetujuannya secara terus terang, bolehlah dengan bersikap diam :
Anak gadis (perawan) itu hendaklah dimintai izinnya (untuk dikawinkan), dan janda itu lebih berhak
terhadap dirinya. (HR. Al Jamaah kecuali Bukhari)
Maksudnya, wanita yang sudah pernah kawin sebelumnya harus menyataka denga terus terang. Saya
suka dan cocok (setuju). Adapun seorang gadis bila dimintai ijinnya untuk dikawinkan kadang-kadang
merasa malu untuk menjawab, lalu ia diam atau tersenyum, maka yang demikian itu sudah dianggap cukup
bahwa ia setuju. Tetapi jika ia mengatakan, Tidak, atau menangis, maka ia tidak boleh dipaksa.
Nabi Muhammad SAW membatalkan perkawinan seorang wanita yang dikawinkan tanpa kerelaannya.
Dalam beberapa riwayat juga disebutkan juga ada seorang wanita yang menolak dikawinkan ayahnya. Lalu
ia mengadukan hal itu kepada Nabi SAW. Nabi menginginkan ia merelakan ayahnya, sekali, dua kali, tiga
kali. Ketika Nabi SAW melihat ia tetap pada pendiriannya, beliau bersabda, Lakukanlah apa engkau
kehendaki. Tetapi kemudian wanita itu berkata,Saya perkenankan apa yang dilakukan ayah, tetapi saya
ingin agar para bapak (ayah) itu tahu bahwa mereka tidak punya hak apa-apa dalam masalah ini.
Perlu saya tegaskan disini bahwa dalam perkawinan itu harus ada kerelaan si anak dan wali (orang tua)
sebagaiman yang disyaratkan oleh banyak fuqaha, sehingga mereka mengatakan wajibnya persetujuan
wali untuk kesempurnaan nikah. Disebutkan dalam hadits:
Tidak ada nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil. (HR. Daruqthni).
Siapa saja wanita yang nikah tanpa memperoleh izin dari walinya, maka nikahnya batal, batal, batal. (HR.
ABU Daud Ath Thayalisi)
Selain itu juga harus ada keridhaan ibu. Mengapa ibu? Karena ibulah yang banyak mengerti masalah anak
perempuannya. Rasululloh SAW bersabda:
Ajaklah ibu-ibu bermusyawarah tentang anak-anak perempuan mereka. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Denga begitu, dia memasuki kehidupan rumah tangga dengan ridha. Ayah ridha, ibu ridha, dan seluruh
keluarganya ridha sehingga kehidupan rumah tangganya nanti tidak sesak nafas dan tidak keruh.
Yang lebih utama, hendaklah perkawinan dilakukan dengan cara yang dikehendaki oleh syariat. Wallohul
Muwaffiq.
16 of 50
5/4/2008
Nikah
Fadhilah Menikah
1. Menikah merupakan sunnah yang diagungkan oleh Allah. Al-Quran menyebut pernikahan sebagai
mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat). Mitsaqan-ghalizha adalah nama dari perjanjian yang
paling kuat di hadapan . Hanya tiga kali Al-Quran menyebut mitsaqan-ghalizha. Dua perjanjian
berkenaan dengan tauhid, sedang yang lain adalah perjanjian dengan para Nabi ulul-azmi, Nabi
yang paling utama diantara para Nabi. Dan pernikahan oleh termasuk yang digolongkan sebagai
mitsaqan-ghalizha. menjadi saksi ketika seseorang melakukan akad nikah.
2. Setiap jalan menuju mitsaqan-ghalizha dimuliakan oleh . Islam memberikan penghormatan yang suci
kepada niat dan ikhtiar untuk menikah.
3. Menikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi penyaluran hubungan biologis
dengan lawan jenis. Menikah merupakan amanah dan sangat tinggi derajatnya.
4. Menikah berarti menyempurnakan
menyempurnakan 2/3 Ad-dien.
setengah
Ad-dien,
bahkan
jika
masih
remaja
berarti
5. Islam memperbolehkan kaum wanita untuk menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi luhur,
yang ia yakini kekuatan agamanya dan kejujuran amanahnya menjadi suaminya. Sikap ini lebih dekat
kepada ridha dan untuk mendapatkan pahala-Nya.
6. Pernikahan mendekatkan kepada keselamatan akhirat.
7. Pernikahan bisa kurang barakahnya jika anda mempersulit proses. Suami tidak mudah mencapai akad
nikah bukan karena halangan yang bersifat prinsip.
8. Jika anda menyegerakan nikah insya keluarga anda akan penuh barakah. Tetapi jika anda tergesagesa, kekecewaan lebih mudah anda dapatkan daripada kebahagiaan.
9. Pernikahan yang barakah insya banyak melahirkan keutamaan, termasuk tumbuhnya sunnahhasanah (kebiasaan baru yang baik).
10. Saat ini pernikahan tidak lagi semata-mata merupakan bentuk kepatuhan terhadap ketentuan agama,
tetapi sudah merembet jauh menjadi persoalan status sosial, prestise, dan bahkan menyentuh aspek
karier. Adat istiadat yang rumit pada sebagian masyarakat juga turut berperan menyebabkan sulitnya
menyegerakan nikah meskipun peminangan telah dilakukan. Diantaranya adalah larangan untuk
menikah apabila ada saudara yang lebih tua belum menemukan jodohnya. Pada sebagian masyarakat
ada jalan keluarnya yaitu berupa pemberian hak kepada yang dilangkahi untuk meminta ganti rugi
sesuai yang dikehendakinya. Namun acapkali ini pun mempersulit proses pernikahan karena beratnya
kewajiban yang harus dipenuhi.
11. Rasulullah saw bersabda: Hai Ali, tiga perkara yang hendaknya jangan ditunda-tunda: shalat apabila
telah datang waktunya, jenazah manakala sudah siap penguburannya, dan perempuan (gadis maupun
janda) apabila telah datang pinangan laki-laki yang sepadan dengannya. (HR. Ahmad) Berpijak pada
Hadits ini, hendaknya jarak antara peminangan dan pelaksanaan akad nikah tidak terlalu jauh. Selama
menunggu, ada kesempatan untuk menata hati.
12. Melalui pernikahan, memberikan banyak keindahan dan kemuliaan. Seorang wali tidak boleh
menunda-nunda pernikahan perempuan yang berada di bawah perwaliannya meskipun ia baru saja
menikahkan perempuan lain yang juga berada di bawah perwaliannya. Tegasnya, tidak ada alasan
baginya untuk menolak menikahkan anak perempuannya jika jodoh yang sepadan memang telah
datang.
17 of 50
5/4/2008
Nikah
13. Nasihat dari Syekh Abdullah Nashih Ulwan: Tetapi pada keadaan tertentu, ada seorang wali yang
melarang pernikahan anak perempuannya dan mendiamkan calon suaminya dengan pendiaman yang
membingungkan tanpa kejelasan sebab yang dibolehkan syariat di dalam larangannya. Dalam keadaan
seperti ini, seorang perempuan boleh mengangkat perkaranya kepada seorang qadhi (hakim). Jika
qadhi menilai sebab yang diajukan untuk melarang pernikahan itu tidak masuk akal, dia dapat
memerintahkan pernikahannya. Jika sang wali tetap enggan menikahkan, qadhilah yang menikahkan
dia dengan orang yang telah meminangnya dan tidak mempedulikan wali nasab pada saat itu.
14. Sabda Rasulullah saw: Jika mereka saling berdebat, sulthan (penguasa muslim) adalah wali bagi
orang yang tidak mempunyai wali.
15. Begitu pentingnya pernikahan, sampai-sampai berjanji akan mencukupi dari keutamaan rezeki-Nya
apabila orang yang dinikahkan itu fakir. berfirman: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di
antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki
maupun hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya (yughnikumullah min fadhlihi). Dan maha luas (pemberian-Nya) lagi
maha mengetahui. (An-Nuur: 32)
16. Peringatan Rasulullah: Bukan termasuk golonganku orang-orang yang merasa khawatir akan
terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah. (HR. Thabrani). Lalu, jika bukan
golongan Rasulullah, termasuk golongan siapakah kita?
17. Dari Anas r.a, Rasulullah al-mashum bersabda: Barangsiapa mempunyai anak perempuan yang telah
mencapai usia dua belas tahun, lalu ia tidak segera mengawinkannya, kemudian anak perempuannya
tersebut melakukan suatu perbuatan dosa, maka dosanya ditanggung oleh dia (ayahnya). (HR.
Baihaqi). Insya jika kita perhatikan, perbuatan dosa-dosa itu adalah yang berkaitan dengan
dorongan-dorongan gharizah (naluri) untuk bersahabat dengan lawan jenis. Sedang saat ini, yang
diharapkan adalah kepekaan ayah untuk cepat tanggap terhadap apa yang dirasakan oleh anak
gadisnya.
18. Dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, Rasulullah bersabda, Jika datang kepada kalian (wahai
calon mertua) orang yang kalian sukai (ketaatan) agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia
(dengan putrimu). Sebab jika kamu sekalian tidak melakukannya, akan lahir fitnah (bencana) dan akan
berkembang kehancuran yang besar di muka bumi.
19. Rasulullah Muhammad saw pernah mengingatkan, Orang meninggal diantara kalian yang berada
dalam kehinaan adalah bujangan.
20. Rasulullah saw. juga mengingatkan bahwa, Sebagian besar penghuni neraka adalah orang-orang
bujangan. Mudah-mudahan menolong kita dan tidak mematikan kita dalam keadaan masih
membujang atau duda.
21. Jika tidak ada hal yang merintangi, mempercepatnya adalah lebih baik bagi keluarga wanita!
Mempercepat proses pernikahan termasuk salah satu kebaikan dan lebih dekat dengan kemaslahatan,
barakah dan ridha . Insya pertolongan sangat dekat.
22. akan melimpahkan ridha-Nya kepada orang yang menyegerakan nikah. Mereka yang menyegerakan
nikah atau membantu orang untuk menyegerakan nikah, insya akan mendapat rahmat dan
perlindungan kelak di yaumil-akhir.
23. Sederhana dalam proses dan sederhana dalam pelaksanaan merupakan jalan besar menuju keluarga
yang barakah, sakinah, mawaddah wa rahmah.
24. Mempersulit proses pernikahan dapat membuka pintu-pintu madharat. Mempersulit proses pernikahan
melapangkan jalan fitnah dan mafsadah (kerusakan) masyarakat.
25. Dorongan menikah (kebutuhan terhadap seks) merupakan fitrah dan naluri kemanusiaan, seperti
misalnya perasaan cinta untuk memiliki dan naluri akan kebutuhan terhadap makan dan minum. Jika
seseorang fasik dan pendosa, maka ia akan memuaskan dorongan seksualnya dengan melakukan
perbuatan zina tanpa mempedulikan akibat, petaka dan bahaya yang akan menimpanya. Sedangkan
bagi orang yang bertakwa dan menjaga kehormatan farjinya, hal ini merupakan siksaan yang berat.
18 of 50
5/4/2008
Nikah
26. Dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup yang khusus ini telah menyita konsentrasi. Daya
serap terhadap ilmu tidak tajam. Apalagi untuk shalat, sulit merasakan kekhusyukan. Barangkali itulah
sebabnya Rasulullah Muhammad saw menyatakan, Shalat dua rakaat yang didirikan oleh orang yang
menikah lebih baik dari shalat malam dan berpuasa pada siang harinya yang dilakukan oleh seorang
lelaki bujangan.
27. Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan satu bentuk ibadah kedekatan kepada . Dengan
pernikahan, kaum beriman akan mendapatkan pahala dan balasan jika niatnya ikhlas, keinginannya
benar, dan maksudnya dengan pernikahan untuk menjaga dirinya dari perbuatan haram serta tidak
dilandasi dengan dorongan nafsu kebinatangan.
28. menjadikan pernikahan untuk tujuan pemenuhan dorongan instink dan syahwat seksual. Kalau
bukan karena syahwat yang menggelora di dalam diri setiap laki-laki dan perempuan, maka siapa pun
tidak akan pernah berpikir untuk menikah!
29. Pernikahan adalah jalan untuk membangun keluarga muslim yang terhormat, dan menyemarakkan
dunia dengan keturunan dan anak-anak yang saleh.
30. Dengan menikah, berhubungan intim akan mendapat pahala shalat Dhuha. Kalau anda meremasremas jemari isteri dengan remasan sayang, dosa-dosa anda berdua berguguran. Kalau anda
menyenangkan isteri sehingga hatinya bahagia dan diliputi suka cita, anda hampir-hampir
mendapatkan ganjaran yang sama dengan menangis karena takut kepada .
http://riza.taufan.org/archives/2003_07.html
*
kembali ke daftar isi
19 of 50
5/4/2008
Nikah
kebahagiaan dan kemuliaan itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada Allah. Tidak ada orang
ikhlas kecuali yakin kepada Allah. Tidak ada sabar kecuali kenal kepada Allah. Tidak ada orng yang zuhud
kepada dunia kecuali orang yang tahu kekayaan Allah. Tidak ada orang yang tawadhu kecuali orang yang
tahu kehebatan Allah. Makin akrab dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil. Setiap hari dalam hidup
kita seharusnya dipikirkan bagaimana kita dekat dengan Allah.
Kalau Allah sudah mencintai mahluk segala urusan akan beres. Salah satu bukti seperseratus sifat
pemurah Allah yang disebarkan kepada seluruh mahlukNya bisa dilihat sikap seorang ibu yang melahirkan
seorang anak Kesakitan waktu melahirkan, hamil sembilan bulan tanpa mengeluh yang belum tentu anak
tersebut akan membalas budinya. Tidak tidur ketika anaknya sakit, mengurus anak dari mulai TK sampai
SMA. Memikirkan biaya kuliah. Mulai nikah dibiayai sampai punya anak bahkan juga diterima tinggal di
rumah sang ibu. Tetapi kerelaannya masih saja terpancar. Itulah seperseratus sifat Allah.
Selalu komitmen mau kemana rumah tangga ini akan dibawa. Mungkin sang ayah atau ibu yang meninggal
lebih dulu yang penting keluarga ini akan kumpul di surga. Apapun yang ada dirumah harus menjadi jalan
mendekat kepada Allah. Beli barang apapun harus barang yang disukai Allah. Supaya rumah kita menjadi
rumah yang disukai Allah. Boleh punya barang yang bagus tanpa diwarnai dengan takabur. Bukan perkara
mahal atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa dipertanggungjawabkan disisi Allah atau tidak.
Bahkan dalam mendengar lagu yang disukai Allah siapa tahu kita dipanggil Allah ketika mendengar lagu.
Rumah kita harus Allah oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah. Kita senang melihat rumah mewah dan
islami. Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil sampai rumah. Tiap punya uang beli buku, buat
perpustakaan di rumah untuk tamu yang berkunjung membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi
hadiah lebaran hanya makanan, coba memberi buku, kaset dan bacaan lain yang berguna. Jangan rewel
memikirkan kebutuhan kita, itu semua tidak akan kemana-mana. Allah tahu kebutuhan kita daripada kita
sendiri. Allah menciptakan usus dengan disain untuk lapar tidak mungkin tidak diberi makan. Allah
menyuruh kita menutup aurat, tidak mungkin tidak diberi pakaian.
Apa yang kita pikirkan Allah sudah mengetahui apa yang kita pikirkan. Yang harus kita pikirkan adalah
bagaimana dekat dengan Allah, selanjutnya Allah yang akan mengurusnya. Kita cenderung untuk
memikirkan yang tidak disuruh oleh Allah bukan yang disuruhNya. Kalau hubungan kita dengan Allah bagus
semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat dengan Allah, akan diberi jalan keluar setiap urusannya.
Dan dijamin dengan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa hatinya yakin Allah yang
punya segalanya, akan dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini yang menjadi masalah
tetapi hubungan kita dengan Allah-lah masalahnya.
Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan rugi adalah rumah tangga yang kurang amal. Jangan
capai memikirkan apa yang kita inginkan, tapi pikirkan apa yang bisa kita lakukan. Pikiran kita harusnya
hanya memikirkan dua hal yakni bagaimana hati ini bisa bersih, tulus, dan bening sehingga melakukan
apapun ikhlas dan yang kedua teruslah tingkatkan kekuatan untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu
pada mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang tersebut, menolong, dan membahagiakan
orang dengan senyum. Sehingga dimanapun kita berada bagai pancaran matahari yang menerangi yang
gelap, menuai bibit, menyemarakkan suasana. Sesudah itu serahkan kepada Allah. Setiap kita memungut
sampah demi Allah itu akan dibalas oleh Allah.
Rekan-rekan Sekalian, Mari kita ubah paradigmanya. Rumah tangga yang paling beruntung adalah rumah
tangga yang paling banyak produktifitas kebaikannya. Uang yang paling barokah adalah uang yang paling
tinggi produktifitasnya, bukan senang melihat uang kita tercatat di deposito atau tabungan. Uang sebaiknya
ditaruh di BMT. Yang terjadi adalah multiefek bagi pihak lain, hal ini menjadikan uang kita barokah.
Daripada uang kita disimpan di Bank kemudian Banknya bangkrut, disimpan di kolong kasur takut
dirampok.
Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah banyak asal diniatkan agar barokah demi Allah itu akan
beruntung. Beli tanah seluas-luasnya. Sebagian diwakafkan, kemudian dibangun masjid. Pahala akan
mengalir untuk kita sampai Yaumil Hisab. Makanya terus cari uang bukan untuk memperkaya diri tapi
mendistribusikan untuk ummat. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah. Jadi
pikiran kita bukan akan mendapat apa kita? tapi akan berbuat apa kita?. Apakah hari ini saya sudah
menolong orang, sudahkah senyum, berapa orang yang saya sapa, berapa orang yang saya bantu?
20 of 50
5/4/2008
Nikah
Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat kita menuntut kalau Allah tidak mengijinkan maka tidak
akan terwujud. Kita minta dihormati, malah Allah akan memperlihatkan kekurangan kita. Kita malah akan
dicaci, hasilnya sakit hati. Orang yang beruntung, setiap waktu pikirannya produktif mengenai kebaikan.
Selagi hidup lakukanlah, sesudah mati kita tidak akan bisa. Kalau sudah berbuat nanti Allah yang akan
memberi, itulah namanya rezeki. Orang yang beruntung adalah orang yang paling produktif kebaikannya.
Yang ketiga rumah tangga atau manusia yang beruntung itu adalah pikirannya setiap hari memikirkan
bagaimana ia bisa menjadi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran dan ia pecinta nasihat dalam
kebenaran dan kesabaran. Setiap hari carilah input nasihat kemana-mana.
Kata-kata yang paling bagus yang kita katakan adalah meminta saran dan nasihat. Ayah meminta nasihat
kepada anak, niscaya tidak akan kehilangan wibawa. Begitu pula seorang atasan di kantor.
Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi dan koreksi dari pihak luar, kita tidak akan bisa
menjadi penasihat yang baik sebelum ia menjadi orang yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita memberi
nasihat jika kita tidak bisa menerima nasihat.
Jangan pernah membantah, makin sibuk membela diri makin jelas kelemahan kita. Alasan adalah
kelemahan kita. Cara menjawab kritikan adalah evaluasi dan perbaikan diri. Mungkin membutuhkan waktu
sebulan bahkan setahun. Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan hidup. Sayang hidup
hanya sekali dan sebentar hanya untuk menipu diri. Merasa keren di dunia tetapi hina dihadapan Allah.
Merasa pinter padahal bodoh dalam pandangan Allah.
Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal diatas. Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar iman
meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal. Alhamdulillah. (neng_arie)
KH. Abdullah Gymnastiar, Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
http://awie.crimsonblog.com/
*
kembali ke daftar isi
21 of 50
5/4/2008
Nikah
Cinta Hakiki
Cinta artinya penghambaan orang yang mencintai kepada yang dicintai. Cinta yang tulus mengharuskan
penunggalan sang kekasih, tidak menciptakan persekutuan antara dirinya dengan yang lainnya dalam
kecintaannya itu. Namun bagaimanakah dapat kita bahagikan cinta di dalam diri yang lemah ini agar tidak
termasuk di dalam golongan yang di firmankan oleh Allah di dalam surah Al-Baqaroh ayat: 165
22 of 50
5/4/2008
Nikah
"Dan diantara manusia ada yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintaiNya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah."
Mereka mencintai anak dan isteri lebih daripada sang kekasih yang termulia yang telah mencipta dan
mengurniakan segala rahmatNya kepadanya. Di dalam kehidupan yang serba moden dan dipenuhi dengan
kemudahan, manusia terlalu sibuk mengejar kekasih lain, seperti harta dan pangkat yang hanya merupakan
tipu daya kehidupan yang fana. Lipatan sejarah telah membuktikan kepada kita akan perlunya kasih itu
ditujukan kepada Allah.
Contohnya, tatkala Nabi Ibrahim alaihissalam dikurniakan dengan anaknya Ismail alaihissalam dan cinta
beliau sudah mula untuk condong kepada anaknya maka Allah s.w.t telah memerintahkan kepadanya agar
menyembelih anaknya untuk membuktikan pengorbanan yang sejati kepada sang kekasih yang tunggal.
Sesungguhnya kemanisan iman itu tidak akan dirasakan kecuali dengan ditujukan segala jiwa dan raga
kepada sang kekasih yang setia menunggu sepertimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
"Tidak akan mendapat manisnya iman kecuali orang yang pada dirinya terdapat tiga perkara iaitu:
Hendaklah Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada cintanya kepada selain keduanya, hendaklah
seseorang mencintai orang yang lain tidak lain hanya semata-mata untuk Allah, dan dia tidak suka
dikembalikan kepada kekufuran setelah Allah telah menyelamatkannya daripada kekufuran itu,
sebagaimana dia tidak suka untuk dilemparkan ke dalam api neraka."
Pada terbitan ini akan kami ketengahkan jenis cinta dari sudut pandangan seorang `ulama yang masyhur
yaitu Imam Ibnu Qayyim AlJauziyyah agar kita dapat mengenal pasti akan cinta yang bahaya.
Diantara jenis cinta itu ialah:
1. Cinta kepada Allah. Tapi cinta sekadar ini tidak cukup untuk menyelamatkan seseorang itu daripada
siksa api neraka.
2. Mencintai apa yang dicintai oleh Allah. Cinta inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam dan
mengeluarkannya daripada kekufuran.
3. Cinta karena Allah dan bagi Allah.Ini termasuk keharusan mancintai apa yang dicintai Allah dan
mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus kecuali dengan cinta ini.
4. Cinta sesuatu dan menyamakan cintanya itu dengan Allah. Ini ialah merupakan cinta yang berbau
syirik.
5. Cinta yang berbentuk naluri di dalam jiwa manusia.
Oleh: Awie
http://awie.crimsonblog.com/
*
kembali ke daftar isi
Tentang Cinta
Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak
ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang
mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi
lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan
yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita
nikmati dengan cinta.
Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan
menerima, memberi dan mempertahankan. Bandung Bondowoso tak tanggung-tanggung membangunkan
seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah
dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi
23 of 50
5/4/2008
Nikah
Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer
bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua
kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang
merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia
dan kehidupan yang lebih baik.
Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat
kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu,
meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu,
Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan
Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian,
sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang
mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu
persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan
tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua
sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin
kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?"
tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membukan mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah
menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di
kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih
Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti
kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan
surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh
tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
membuang muka.
24 of 50
5/4/2008
Nikah
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar
wahyu itu.
"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar
Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja
semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat
aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di
wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita
mencinta sepertinya?
Oleh: Awie
http://awie.crimsonblog.com/
*
kembali ke daftar isi
Menyegerakan Pernikahan
Tiap-tiap lelaki mendambakan kebahagiaan dalam pernikahannya. Langkah pertama yang harus diambil
oleh seorang lelaki untuk mencapai niatan tersebut adalah mendapatkan seorang wanita shalihah sebagai
perhiasan hidup. Jika seorang lelaki merasa telah siap secara mental dan fisik, maka Rasulullah SAW
dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim bersabda:
Hai para pemuda, barangsiapa telah mampu menikah, maka menikahlah. Sebab menikah dapat
memejamkan mata dan lebih bisa memelihara diri dari perzinahan. Dan barangsiapa belum mampu, maka
hendaklah berpuasa. Sebab berpuasa dapat dapat mengurangi syahwat.
Sabda Rasulullah SAW tersebut setidaknya mengandung beberapa hal, diantaranya perintah untuk
menyegerakan pernikahan, manfaat dari menyegerakan pernikahan tersebut, serta ikhtiar bagi seorang
lelaki yang belum siap lahir-batinnya.
Seorang lelaki dilahirkan dengan potensi fisiologis lebih kuat daripada seorang wanita. Karena kodratnya
itu, dorongan pemenuhan kebutuhan biologis seorang pria cenderung lebih tinggi daripada wanita. Dalam
memenuhi dorongan pemenuhan kebutuhan biologis itu, terdapat dua jalan yang saling berlawanan. Jalan
yang pertama adalah pemenuhan kebutuhan biologis melalui pergaulan antara suami-istri yang tentunya
telah melalui suatu jenjang pernikahan. Jalan yang kedua adalah pemenuhan kebutuhan biologis melalui
pergaulan antar lawan jenis diluar proses menikah, atau lebih dikenal dengan istilah hubungan seks pranikah.
Jalan pemenuhan kebutuhan biologis yang pertama adalah jalan yang telah dihalalkan oleh agama Islam.
Namun demikian, faktor-faktor kontributor yang berpengaruh kuat terhadap keputusan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan biologisnya, justru terdapat pada jalan kedua yang secara syari malah mengandung
kemudaratan yang amat besar.
Meski dampaknya negatif, kenyataannya setiap lelaki seringkali menempuh jalan pintas untuk memenuhi
dorongan kebutuhan biologisnya, melalui hubungan seks pra-nikah. Ada beberapa sebab terjerumusnya
seorang lelaki sampai ia melakukan hubungan seksual dengan wanita yang bukan muhrimnya. Sebab yang
pertama adalah kurang kuatnya landasan ilmu syariat Islam dalam pribadinya, sehingga ia sama sekali
tidak memahami murka Alloh SWT dan tipuan setan dibalik perbuatan yang tampak indah dan penuh
kenikmatan, padahal sebenarnya menjebloskan dirinya pada penjara kehinaan. Dan sebab yang kedua
adalah kurang kuatnya pengetahuan ataupun kesadaran diri dalam hal ilmu kesehatan, sehingga ia tidak
hirau terhadap dampak negatif secara fisik maupun mental, ketika seorang lelaki menempuh hubungan
seks diluar cara yang telah digariskan.
25 of 50
5/4/2008
Nikah
Difirmankan dalam Al-Quran Nur Karim, bahwasanya Alloh Azza Wa Jalla menimpakan kehinaan pada diri
seorang pezina selama hidupnya di dunia sampai kehidupannya di akhirat kelak. Pada Surat An-Nur ayat 23, Alloh SWT telah berfirman bahwa :...laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina atau perempuan yang musyrik... Naudzubillah, seandainya diri kita ini seorang pezina, maka
selama kita hidup akan didampingi oleh seorang pezina, apabila kita merunut pada makna daripada firman
Alloh SWT tersebut. Sudah tentu kita akan merasa tersiksa, sebab keadaan yang kita alami tersebut
merupakan pengingkaran dari fitrah kita sebagai manusia, sedangkan kita mau tak mau harus menerima
konsekuensi tersebut.
Selain itu, menurut kajian ilmu kesehatan, secara faktual hubungan seks pra-nikah merupakan penyebab
dari berbagai penyakit kotor dengan dampak fisiologis maupun dampak psikologis negatif yang berat untuk
ditanggung penderitanya. Penyakit seksual semacam gonorhoea ataupun A.I.D.S yang amat sulit
disembuhkan terbukti destruktif menghancurkan kondisi mental maupun fisik pelaku hubungan seksual
yang tidak halal, sehingga ia tidak lagi dapat menjalani kehidupan secara normal.
Melihat mudarat perbuatan zina dari kacamata syariat maupun ilmu medis, maka hendaknya setiap lelaki
muslim dapat menyegerakan pernikahannya andai ia telah mampu secara lahir maupun batin.
Pemeliharaan diri dari perzinaan adalah satu manfaat utama yang diungkapkan oleh hadits Rasulullah
SAW di awal tulisan ini. Dengan pemeliharaan diri dari perbuatan hina tersebut, Insya Alloh kita akan
ditakdirkan didampingi oleh seorang wanita yang shalihah. Dengan demikian terlewatilah satu tahapan
dalam upaya meraih kebahagiaan dalam pernikahan yang tentu saja diharapkan oleh setiap lelaki muslim.
Dan seandainya seorang lelaki dihadapkan pada ketidaksiapan lahir-batin untuk melangsungkan
pernikahan, maka hendaknya ia memperbanyak puasa. Dengan berpuasa, diri kita akan senantiasa
terlindungi dari kesengsaraan yang berasal dari godaan syaitan yang terkutuk. (ae)
Oleh A. Eddy Adriansyah
2003 http://www.manajemenqolbu.com
*
kembali ke daftar isi
26 of 50
5/4/2008
Nikah
Nya. Tak ada jalan lain untuk kesempurnaan cinta dalam rumahtangga selain menjalankan syariat-Nya
secara sempurna seperti yang sudah disinggung sebelumnya.
Mengenai faedah pernikahan, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin telah mengemukakan bahwasanya
diantara faedah pernikahan adalah berpeluang mendapatkan anak yang saleh, menjaga syahwat,
keteraturan hidup berumahtangga, memperbanyak keluarga, dan pahala yang diraih sebab kesungguhan
menafkahi keluarga. Pada Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar diterangkan pula hikmah dari suatu pernikahan,
yaitu:
1. Menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar. Islam menunjukkan bahwa inilah yang membedakan
manusia dengan binatang.
2. Membina keluarga atau rumahtangga yang penuh kasih sayang dan ketentraman.
3. Memperoleh anak dan keturunan secara sah serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam
memelihara dan mendidik anak.
4. Menyatukan keluarga kedua belah pihak, sehingga hubungan silaturrahmi semakin kuat dan terbentuk
lebih banyak keluarga baru.
Al-Quran Nur Karim sendiri telah menjelaskannya pada surah 30 ayat 21, bahwa pernikahan diperintahkan
Alloh SWT, agar manusia senantiasa merasa tentram, dan dapat memenuhi kebutuhan fitrah akan kasih
sayang.
Pertanyaan berikutnya adalah: Bagaimana cara sebuah pasangan untuk mencapai faedah dan manfaat
pernikahan tersebut dalam mahligai rumah tangga?
Syarat utama untuk menggapai kemaslahatan sebuah rumah tangga tak lain adalah ilmu. Rasulullah SAW
pernah bersabda bahwasanya tidak ada bekal hidup yang lebih baik selain ilmu. Dengan ilmu, manusia
mendapatkan petunjuk untuk berbuat dan mencapai apa yang dicita-citakan. Dengan ilmu pula, manusia
dapat membedakan hal yang baik dengan hal yang buruk, sehingga akhirnya ia dapat menentukan pilihan
bagi diri maupun orang lain.
Berkenaan dengan ilmu sebagai bekal dalam pernikahan, K.H. Miftah Faridl dalam bukunya 150 Masalah
Nikah Dan Keluarga telah mengutip beberapa ayat Al-Quran maupun Hadits yang wajib untuk diamalkan.
Menurut risalah itu, suami atau istri memiliki kewajiban masing-masing.
Kewajiban Suami:
1. Bergaul dengan istrinya secara maruf, serta bersabar atas kekurangannya (Q.S. An-Nisa: 19).
2. Menggauli istri dengan niat untuk melakukan amal saleh serta mendapatkan keturunan yang saleh
(Q.S. Al-Baqarah: 223).
3. Berbuat adil terhadap istri (Q.S. Ath-Thalaaq: 6).
4. Menafkahi istri dan keluarga sekuat kemampuannya (Q.S. Ath-Thalaaq: 7).
5. Memperlakukan istri dengan lemah lembut serta dengan akhlak yang baik (H.R. Bukhari-Muslim).
Kewajiban Istri:
1. Taat dan patuh kepada suami (H.R. Tirmidzi).
2. Melayani suami dengan sebaik-baiknya (H.R. Muttafaq Alaih).
3. Menjaga rahasia suami (Q.S. An-Nisa:34).
4. Tidak bepergian dan berpuasa tanpa izin suami (H.R. Bukhari Muslim).
27 of 50
5/4/2008
Nikah
28 of 50
5/4/2008
Nikah
mencari nafkah lebih banyak, perhatian yang lebih untuk membina keluarga sakinah, mendidik dan
mendewasakan anak-anak yang merupakan amanah Tuhan, dan juga menjadi penghalang untuk
memusatkan perhatian pada Tuhan dan kepentingan akhirat.
Dibalik kekurangan-kekurangan itu, pernikahan ternyata memiliki banyak faedah. Al Ghozali merincinya
dalam lima faedah:
1. Faedah pertama, adalah melestarikan keturunan manusia di muka bumi. Dan pada faedah pertama ini
tersimpan banyak keuntungan lagi. Pertama, terjadi persesuaian antara kehendak Allah untuk
melestarikan jenis manusia dan usaha manusia mendapatkan anak. Kedua, sebagai upaya mencintai
rasulullah (mahabbatur rasul) dengan mengikuti sunahnya. Ketiga, anak shaleh yang mendoakan
orangtuanya, yang tidak akan terjadi tanpa adanya pernikahan. Keempat, Syafaat rasul yang
disebabkan kematian anak diusia dini (sebelum baligh). Sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat
Ibnu Hibban.
2. Faedah kedua, bahwa pernikahan dapat memecahkan syahwat, membentengi dari godaan syaithan
dan menghindari fitnah.
3. Faedah ketiga, jiwa akan merasa tenang dan bugar kembali dari keletihan ketika seseorang
menyempatkan diri bercanda dan bercumbu dengan pasangannya, sehingga memberi motivasi baru
dalam beribadah. Sebagaimana Nabi saw bersabda: Dijadikan aku menyukai akan tiga hal dari
duniamu, yaitu harum-haruman, wanita dan kesenangan hatiku pada sholat. (HR.an NasaI dan al
Hakim)
4. Faedah keempat, adanya seorang tempat berbagi dalam pekerjaan rumahtangga, sehingga sebagian
waktu dapat dimanfaatkan untuk mencari ilmu dan melakukan ibadah khusus.
5. Faedah kelima, pernikahan dapat dijadikan sarana mujaahadatun-nafs (pengendalian diri) dan penguji
kesabaran, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan seorang istri. Nabi bersabda: Apa yang
dinafkahkan oleh seorang suami kepada istrinya adalah shodaqah. Sesungguhnya seorang suami akan
diberi pahala karena dia memberikan makanan ke mulut isterinya(HR.Bukhori dan Muslim).
Dari lima faedah diatas, jelas bahwa pernikahan adalah satu hal yang sangat dianjurkan. Sebagaimana
ungkapan firman Allah dalam QS.An Nuur:32, Allah menegaskan: Wa ankihuul ayaamaa minkum washshoolihiina min ibaadikum wa imaa-ikum. In yakuunuu fuqaraaa yughnihumullahu min fadhlihi. Wallahu
waasiun aliim (Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak untuk kawin- dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS.AnNuur:32).
Kata Ayyaamaa diayat diatas adalah bentuk plural (jama) dari kata (isim mufrad) aymatun yang berarti
tarammul yaitu wanita-wanita janda yang ditinggal mati suaminya atau wanita-wanita yang sendirian yang
tak kunjung menemui pasangan hidupnya. Sehingga kedudukan mereka adalah seperti anak-anak yatim
(yataama) yang bingung hendak kemana harus mengadu, tidak ada tempat untuk sharing of love baik
dalam suka maupun duka. Mereka semua adalah orang-orang yang membutuhkan kepedulian kita.
Kepedulian seorang mukmin kepada mukmin lainnya adalah mutlak. Allah berfirman didalam QS. At
Taubah: 71: Wal mukminuuna wal mukminaatu badhuhum awliyaau badhin (Orang-orang mukmin lakilaki dan mukmin perempuan, sebagian dari mereka adalah awliya -pelindung dan penolong- atas sebagian
yang lain). Hendaknya yang kuat menolong yang lemah, yang beruntung membantu yang kurang
beruntung, dan seterusnya.
29 of 50
5/4/2008
Nikah
Pilihlah yang mantap agamanya, semoga akan mengikat tanganmu (HR.Bukhari Muslim). Kedua,
pernikahan harus dijalin dengan tali temali rohaniah yang kuat, yaitu mahabbah, mawaddah, rahmah dan
amanah.
(1) Mahabbah (cinta)
Kata mahabbah sebagaimana yang diriwayatkan Al Hujwiri dalam kitab Kasyful Mahjuub, berasal dari
kata habbah yang berarti benih-benih/biji yang jatuh ke bumi di padang pasir. Mahabbah dikatakan
berasal dari kata itu karena dia merupakan sumber kehidupan. Sebagaimana benih itu tersebar di gurun
pasir, tersembunyi didalam tanah, dihujani oleh terpaan angin, hujan dan sengatan matahari, disapu oleh
cuaca panas dan dingin, benih-benih itu tidak rusak oleh perubahan musim, namun justru tumbuh berakar,
berbunga dan berbuah. Demikian halnya cinta sejati, tak lapuk dengan sengatan mentari dan guyuran
hujan, tak lekang oleh perubahan musim dan tak hancur berantakan oleh terpaan angin.
Ada pula yang mengatakan mahabbah berasal dari kata hubb yang berarti penyangga (empat kaki-kaki
kecil pada alas poci air), disebut demikian karena seorang pecinta, rela dengan suka hati melakukan apa
saja untuk yang dicintainya.
Adapula yang mengatakan mahabbah berasal dari kata haabb yang berarti relung hati yang paling
dalam. Dikatakan demikian, karena cinta tumbuh dari relung hati yang paling dalam (grows from the
deepest side of heart). Tak mudah dilukiskan dalam kata-kata, tetapi tumbuh dalam perasaan hati setiap
insan.
Apapun asal katanya, kita sepakat bahwa cinta adalah tali buhul yang mengikat kuat antara si pecinta dan
yang dicintainya. Dia datang, tidak diketahui waktunya, dan akan pergi begitu saja kalau tidak dipelihara
dengan baik.
(2) Mawaddah (cinta yang mendalam)
Tingkatan yang kedua adalah mawaddah, berasal dari kata wuud yang berarti al-hubb al-katsir (cinta
yang banyak/mendalam). Pakar leksikografi al-Quran, Ar-Raghib Al Isfahani mengatakan bahwa mahabbah
adalah hanya terbatas yang tersembunyi dalam relung hati, sedangkan mawaddah adalah yang
meninggalkan bekas nyata (atsar) dalam kehidupan. Yaitu terjalinnya hubungan mesra (tahaabbu) antara
suami dan isteri. Salah satu asma Allah al-Waduud, karena nama itu merealisasikan cinta Tuhan pada
segenap alam dalam pemeliharaanNya.
(3) Rahmah (kasih)
Kata rahmah berasal dari kata rahm, yang berarti riqqatun taqtadhi al-ihsaana ilal marhuum,rasa kasih
yang menuntut munculnya perbuatan baik terhadap yang dikasihi. Jadi rahmah adalah rasa kasih yang
membuahkan perbuatan baik dari yang mengasihi kepada yang dikasihi,tanpamengharap balasan.
(4) Amanah (percaya)
Amanah berasal dari kata aamana-yuminu yang berarti amn (memberi rasa aman) dan iman
(percaya). Sehingga amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain disertai dengan rasa
aman, dari pihak yang memberikan karena kepercayaannya bahwa apa yang diamanatkan itu akan
terpelihara dengan baik, serta aman keberadaannya ditangan yang diberi amanat. Orang tua tidak akan
merestui anaknya tanpa adanya jaminan kepercayaan.
Musyawarah
Untuk tercapainya keluarga sakinah, diperlukan adanya musyawarah sebagai solusi mencari kesamaan
diantara perbedaan pendapat yang sering terjadi dalam kehidupan berumahtangga. Apapun masalah yang
terjadi hendaknya dicari titik temu dengan jalan musyawarah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. AsySyuura: 42, Walladziinas tajaabu lirobbihim wa aqaamush-sholaata wa amruhum syuuro baynahum, wa
mimmaa rozaqnaahum yunfiquun Artinya: Dan (ciri-ciri orang yang beriman) adalah yang menyambut
seruan Tuhannya, dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
mereka, dan mereka menafkahkan rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
30 of 50
5/4/2008
Nikah
Demikianlah, semoga kajian tentang Membangun Rumahtangga Sakinah diatas dapat menggugah hati
para pembaca/pendengar, baik yang telah berumahtangga maupun yang masih dalam pra-nikah dan yang
sedang sibuk mencari pasangan hidup, semoga harapan baiti jannati mahligaiku adalah laksana sorga
bagiku dapat terwujud dihadapan ikhwan dan ikhwat sekalian. Uushikum wa nafsi bitaqwallaahi,
fanastaghfirullaaha minna wa minkum, Wassalaamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh. Wallahu alam.
Oleh: Al Birruni Siregar
Mahasiswa program S1, Fak. Theologi, Universitas Al Azhar,Kairo.
2003 www.manajemenqolbu.com
*
kembali ke daftar isi
31 of 50
5/4/2008
Nikah
tua baru menikah. dan sebaliknya banyak komentar negatif muncul ketika ada yang menikah muda karena
masyarakat belum melihat ada tanda-tanda kedewasaan, sehingga yang muncul adalah ungkapan, Udah
nggak tahan apa, ya? Usia baru segitu sudah nikah.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua penilaian sosial yang diberikan masyarakat
ditentukan oleh tingkat kedewasaan kita serta sikap-sikap kita saja, adakalanya penilaian sosial itu
dijatuhkan kepada kita berdasarkan proses belajar yang terus menerus dari masyarakat termasuk di
dalamnya hasil rekayasa sosial (social engineering) yang membentuk nilai-nilai baru dalam masyarakat,
sehingga paradigma masyarakat sudah terkondisikan dan dapat menerima hal tersebut sebagai sesuatu
yang sudah lazim,
Sekarang, apakah anda hanya akan menunggu nilai-nilai sosial berubah tanpa melakukan apa-apa ataukah
anda yang menentukan langkah untuk (dengan mantap) menikah, mensosialisasikannya ke tengah-tengah
masyarakat, dan menyadarkan masyarakat bahwa telah banyak kerusakan yang terjadi. Dan mengingatkan
masyarakat bahwa di sekeliling kita telah bermunculan banyak hal mulai dari pornografi sampai narkotika
yang apabila tidak diantisipasi dengan baik hanya akan menyisakan kehancuran bagi generasi kita
sekarang? Wallahualam bish-shawab. (mei)
Oleh: Meilanny BS
2003 www.manajemenqolbu.com
*
kembali ke daftar isi
32 of 50
5/4/2008
Nikah
Oleh: Awie
http://awie.crimsonblog.com/
*
kembali ke daftar isi
Berani Menikah
Otak kiri terlalu rasional, sedangkan otak kanan irasional. Semakin orang pintar terkadang semakin
rasional. Agar punya pengalaman yang unik dalam pernikahan, menikahlah dengan dengan yang beda
suku dan daerah asal. Karena akan sangat unik. Kalau terjadi pertengkaran tidak akan lari ke mertua.
Dengan menikah jauh itu, minimal orang semiskin-miskinnya pun akan naik bis antar kota antar propinsi.
Jangan terlalu rumit-rumit menikah itu, permudahlah.
Hati-hati yang uangnya terlalu banyak dan pendidikannya terlalu tinggi, biasanya perhitungannya terlalu
matematis. Bila menikah itu tidak cocok justru itu menarik karena ada tantangannya. Bila menikah itu
kurang cinta, justru itu luar biasa paling menarik. Karena banyak yang pacaran lama tapi akhirnya putus.
Nikah itu tinggal bersabar dan bersyukur. Jangan terlalu banyak rumus dalam pernikahan. Maka jika ingin
siap menikah, sabarnya harus sangat bagus dan syukurnya pun harus sangat bagus. Orang yang sangat
bagus adalah orang yang dalam posisi sabarnya sangat baik dan syukurnya sangat baik, karena dia akan
bersabahat. Karena nanti masalah akan selalu ada. Kalau sabarnya sangat baik, syukurnya sangat kurang,
nanti pasif terhadap masalah. Kalau sabarnya sangat kurang, syukurnya sangat baik, nanti pasif pula
terhadap masalah.
Sedangkan, bila sabarnya sangat kurang syukurnya sangat kurang, maka reaktif terhadap masalah. Bila
kita siap menikah mari kita nikmati segala kekurangan pasangan kita, karena latar belakangnya yang
berbeda. Yang penting kita tingkatkan rasa sabar kita dan rasa syukur kita. Tidak ada masalah itu. Tidak
rumit-rumit amat, biasa saja.
Bila kita memikirkan menikah itu susah, maka susah betulan. Bila kita memikirkan bahwa menikah itu
mudah, maka Alloh akan memudahkannya, sebagaimana hadis qudsi "Alloh itu sebagaimana persangkaan
hamba-Nya".
Keberanian itu penting. Banyak laki-laki yang minder tidak berani karena tidak ada pekerjaan, maka pihak
wanita jangan terlalu menonjolkan optimalisasi dirinya. Dan kaum wanita pun harus berani menyatakan.
Permasalahannya adalah yang penting gerak, bukan hanya siap-siap saja. Oleh karena itu proklamasikan
diri kita bahwa kita adalah orang yang pemberani untuk menikah.
Oleh: Masrukhul Amri, disampaikan pada acara Bimbingan Pranikah "Meniti Jalan Menuju Keluarga
Sakinah", pada hari Ahad, 23/2, di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung
From: ** eri ** [mailto:eri@gs.astra.co.id]
*
kembali ke daftar isi
15 Keutamaan Pernikahan
Bab 1: Menyehatkan Mental
Allah SWT berfirman yang artinya, "Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk
kamu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu sakinah kepadanya dan dijadikan-Nya rasa kasih dan
sayang di antara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir." (Ar-Rum: 21).
"Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Dia menciptakan istrinya agar dia sakinah
kepadanya." (Al-A'raf: 189).
33 of 50
5/4/2008
Nikah
Pada ayat pertama dan kedua dijelaskan bahwa melalui pernikahan yang sah, laki-laki dan perempuan
akan mendapatkan sakinah. Dengan mendapat sakinah seseorang dijamin kesehatan mentalnya.
Kata "sakinah" dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, yaitu rukun, akrab, intim, jinak, berkumpul,
bersatu, bersahabat, ramah-tamah, percaya, senang, dan reda. Jadi, secara keseluruhan, sakinah berarti
suasana rumah tangga dari laki-laki dan perempuan yang saling mencintai, yang hidup bersatu, rukun,
bersahabat, akrab, ramah, intim, saling mempercayai, menyenangkan, meredakan, dan saling berkumpul.
Ringkasnya, sakinah adalah keadaan keluarga yang bahagia dan tenteram. Hal ini hanya dapat diwujudkan
dalam pernikahan islami. Suasana keluarga seperti ini menjadi kebutuhan hidup manusia, sebab keadaan
hidup manusia yang bahagia dan tenteram berpengaruh besar terhadap kesehatan mental suami istri.
Berawal dari rumah tangga yang tenteram dan bahagia, seseorang akan memiliki ketenteraman hati dan
kejernihan dalam berpikir.
Oleh karena itu, apabila kita ingin hidup dalam kondisi mental yang sehat, rumah tangga yang sakinah
merupakan kunci utama. Jika kita ingin hidup dengan penuh kerukunan, saling mempercayai, saling
menyenangi, akrab, serta untuk selalu memiliki keinginan bersatu terus dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
tidak mau terikat dalam pernikahan, berarti mental kita tidak sehat. Tuntutan naluri tersebut tidak mungkin
dapat diwujudkan dalam pergundikan, pacaran, atau kumpul kebo. Hubungan seperti itu tidak dapat
menyatukan laki-laki dan perempuan dalam suasana rukun, penuh rasa saling mempercayai, dan bersatu
untuk selamanya.
Jadi, jelaslah bahwa pernikahan berpengaruh besar terhadap kesehatan mental. Oleh karena itu, setiap
orang yang ingin mewujudkan rumah tangga yang menjamin kesehatan mentalnya hendaklah menikah.
34 of 50
5/4/2008
Nikah
ketika hendak menikahkan yang bersangkutan. Jika ternyata anaknya mencintai calonnya, hendaknya
orang tua tidak menghalanginya.
Melalui pernikahan, seorang perempuan dan suaminya dapat mencurahkan seluruh cinta, harapan, anganangan, dan cita-citanya tanpa keinginan saling memperbudak. Mereka tidak saling memperlakukan
pasangannya sebagai pelayannya atau berlaku seperti seorang tuan kepada budaknya. Masing-masing
menyadari bahwa dirinya merupakan bagian mutlak pasangannya dalam menempuh kehidupan yang
diharapkan membahagiakan dan menyejahterakan dirinya. Pernikahan yang berdasarkan keikhlasan
kepada Allah akan menanamkan kecintaan yang dalam sehingga tumbuh rasa tanggung jawab secara
kukuh. Pernikahan seperti ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
Kecintaan sejati tidak dapat diwujudkan dalam pergundikan, kumpul kebo, pacaran, dan mut'ah (kawin
kontrak). Hubungan yang hanya berlandaskan nafsu tersebut tidak dapat menumbuhkan cinta sejati yang
menjamin kepercayaan dan ketenangan bagi yang menjalaninya.
Jadi, seorang laki-laki dan perempuan tidak akan mencapai kecintaan yang sejati dan tulus di luar ikatan
pernikahan. Agar kita dapat merasakan dan menikmati kecintaan yang tulus dan sejati sepanjang hidup,
satu-satunya jalan yang dapat ditempuh adalah menikah.
35 of 50
5/4/2008
Nikah
Dalam firman Allah di atas disebutkan bahwa laki-laki yang sudah menikah akan terpanggil untuk
memenuhi kewajiban kepada istrinya dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Bahkan, Allah
menegaskan bahwa suami yang mampu harus memberikan belanja sesuai dengan kemampuannya, dan
suami yang miskin tidak boleh dituntut memberikan belanja di luar kemampuannya. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap laki-laki dan perempuan yang terikat dalam pernikahan memiliki naluri untuk memenuhi
tanggung jawabnya secara maksimal. Oleh karena itu, pernikahan memberikan dorongan positif dan
semangat yang kuat kepada laki-laki untuk tampil menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap diri dan
keluarganya.
Ketika seorang masih lajang, dia hanya bertanggung jawab memenuhi kepentingan dirinya sendiri. Oleh
karena itu, terkadang ia mengabaikan tanggung jawab tersebut. Mencari makan misalnya, karena merasa
tidak dituntut oleh orang lain, ia bekerja sesuka hati. Akan tetapi, apabila seorang laki-laki telah beristri,
apalagi mempunyai anak, ia tidak dapat lagi bertindak sesuka hati dalam mencari nafkah.
Ia dituntut memenuhi kebutuhan beberapa jiwa yang menjadi tanggung jawannya. Jika hal ini tidak
dilaksanakan dengan baik, ia akan terbebani rasa bersalah, bahkan Allah mengatakan bahwa yang
bersangkutan berdosa terhadap istri dan anaknya. Rasa bersalah seperti ini akan mendorongnya memiliki
semangat yang tinggi untuk mencari nafkah bagi istri dan anaknya. Bahkan, ia akan merasa tercela dan
tidak berharga kalau tidak dapat melaksanakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
Tumbuhnya rasa tanggung jawab yang kuat pada mereka yang berumah tangga adalah naluri yang Allah
tanamkan pada diri manusia. Hal ini dapat mendorong mereka yang ingin memperkuat rasa tanggung
jawabnya untuk segera berumah tangga sehingga kualitas dirinya meningkat.
Lebih luas lagi, naluri tersebut dapat berdampak positif dalam kehidupan bermasyarakat. Demikianlah
karena dengan dimilikinya rasa tanggung jawab yang besar terhadap diri dan keluarga pada setiap anggota
masyarakat, kesejahteraan keluarga dan seluruh masyarakat akan tercipta.
Agar hal ini tetap dapat menjadi dorongan positif dalam kehidupan bermasyarakat, hendaklah kita
mendorong dan memacu para pemuda dan pemudi untuk berumah tangga. Selain itu, dalam masyarakat
juga kita tanamkan pengertian bahwa hubungan laki-laki dan perempuan hanya dibenarkan dalam ikatan
pernikahan. Adapun hubungan selain ikatan pernikahan, sama sekali tidak dibenarkan. Jika hubungan lakilaki dan perempuan di luar pernikahan seperti pelacuran, pergundikan, kumpul kebo, dll. tetap dibiarkan
atau ditolelir berkembang, hal ini akan merusak tatanan hidup masyarakat sendiri dan menghancurkan
semangat bertanggung jawab pada laki-laki dan perempuan yang menjalaninya.
Ikatan di luar pernikahan yang sah, karena norma hukumnya tidak ada, dengan sendirinya tidak akan
menimbulkan rasa tanggung jawab. Hubungan laki-laki dan perempuan di luar pernikahan, seperti
pergundikan, pelacuran, dan kumpul kebo, tidak akan menciptakan rasa tanggung jawab pada orang yang
menjalaninya. Dalam hubungan tersebut, kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perempuan dan laki-laki
tidak jelas. Hubungan yang dilakukan orang-orang yang moralnya rusak itu akan merusak moral
masyarakat.
Ringkasnya, pernikahan yang sah akan menumbuhan rasa tanggung jawab yang kuat terhadap diri,
keluarga, dan masyarakat pada diri mereka yang menjalaninya.
36 of 50
5/4/2008
Nikah
seksual, sedangkan pernikahan adalah jalan yang sehat untuk menyalurkan dorongan tersebut. Keduanya
merupakan jalan untuk memelihara kesehatan fisik secara keseluruhan.
Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, telah diberi naluri oleh Allah swt. keinginan berhubungan
seksual. Naluri ini timbul karena hormon seksual ada dalam diri setiap laki-laki dan perempuan. Hormon ini
terus berjalan sampai pada saat yang ditentukan oleh Allah. Hormon seksual laki-laki bekerja seumur
hidupnya selama yang bersangkutan normal. Akan tetapi, hormon seksual perempuan bekerja sampai
mencapai masa menapouse. Tekanan hormon yang tidak disalurkan secara halal akan menimbulkan
gangguan fisik.
Penyaluran dorongan seksual yang dilakukan di luar pernikahan tidak dibenarkan oleh Islam. Bahkan
pelakunya akan mendapat ancaman dari Allah. Orang-orang dan masyarakat yang membiarkan perbuatan
terkutuk ini diancam Allah akan mendapatkan bencana dan malapetaka sebagaimana kutukan dan adzab
Allah yang diturunkan kepada kaumnya Nabi Luth a.s..
Hormon seksual yang ditanamkan Allah, penyalurannya hanya dibenarkan melalui pernikahan. Oleh sebab
itu, jalan satu-satunya untuk memelihara kesehatan manusia adalah menikah. Apabila manusia terpaksa
menahan penyaluran dorongan seksual ini karena tidak memiliki pasangan yang sah, ia akan mengalami
berbagai gangguan yang berpengaruh pada kesehatan fisiknya.
Dalam salah satu pernyataan PBB yang disiarkan oleh harian Asy-Sya'ab, edisi Sabtu 6 Juni 1959,
disebutkan, "Orang-orang yang bersuami istri, umurnya lebih panjang daripada yang tidak bersuami istri,
baik karena ditinggal mati, perceraian, atau hidup membujang." Selanjutnya disebutkan bahwa orang-orang
yang menikah ketika masih remaja, ternyata umurnya lebih panjang.
Pernyataan ini didasarkan pada penelitian dan statistik yang dilakukan oleh PBB. Dalam statistik itu
disebutkan, "Adalah benar bahwa jumlah orang yang mati dari kelompok yang bersuami istri lebih kecil
dibandingkan dengan mereka yang tidak bersuami istri dalam berbagai tingkatan umur. Dari data-data
statistik ini dapat disimpulkan bahwa pernikahan berguna bagi laki-laki dan perempuan, sehingga
kekhawatiran atas bahaya hamil atau melahirkan berkurang, bahkan dewasa ini bukan merupakan
ancaman bagi kehidupan semua bangsa."
37 of 50
5/4/2008
Nikah
berbuka bagi orang yang berpuasa, atau menyembelih hewan qurban, orang tuanya akan turut
mendapatkan pahala, sedangkan pahala anaknya tidak berkurang sedikit pun.
Seseorang akan mendapatkan pahala amal anaknya apabila anak tersebut lahir melalui pernikahan yang
sah. Jika pernikahan tidak sah, anak yang dilahirkan adalah anak hasil berzina. Anak tersebut tidak bisa
menambah pahala kepada orang tuanya dengan amalan-amalannya, baik orang tuanya masih hidup atau
sudah mati. Oleh karena itu, melalui pernikahan yang sah, orang tua yang menjadi perantara kelahiran
anak akan mendapat pahala dunia dan akhirat sepanjang hidup anaknya yang saleh itu.
Jika dia memiliki anak yang saleh, kemudian memiliki sepuluh cucu yang saleh pula, kelak apabila ia
meninggal dunia, akan mendapat tambahan amal saleh selama anak dan cucunya itu hidup di dunia.
Setiap muslim harus menyadari dan memahami bahwa pernikahan membawa keuntungan akhirat yang
tidak terhingga besarnya. Dengan janji dan ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya ini, jelaslah bahwa
pernikahan bukan hanya sarana penyaluran kebutuhan biologis yang halal bagi laki-laki dan perempuan,
melainkan juga merupakan jalan untuk menabung pahala akhirat. Inilah keutamaan pernikahan dalam Islam
bagi kehidupan manusia di akhirat.
38 of 50
5/4/2008
Nikah
Hal ini tidak akan terwujud oleh laki-laki atau perempuan yang terikat dalam kumpul kebo dan pergundikan.
Demikianlah, karena ikatan tersebut tidak menciptakan suasana akrab, intim, persahabatan, dan selalu
berkumpul menjadi satu, sehingga dapat melindungi, mengasuh, mendidik, dan mengembangkan
kemampuan anak keturunannya secara tenang, penuh perasaan senang, dan akrab.
Adanya anak-anak yang dapat memberikan kesejukan dan kebanggaan hanya dapat diwujudkan dalam
pernikahan yang digariskan oleh syariat Islam. Tanpa cara tunggal ini, laki-laki dan perempuan yang
mengharapkan hal tersebut hanyalah ibarat orang yang menggantang asap, artinya dia hanya berilusi dan
berbohong.
Setiap laki-laki dan perempuan yang ingin tetap hidup dalam naluri keibuan dan kebapakan wajib
menempuh pernikahan seperti yang digariskan syariat Islam. Jika mereka tidak mau menempuh jalan ini,
tetapi menempuh jalan lain, pasti mereka akan menderita kehampaan dan menanggung beban mental yang
tidak dapat dihindarkan.
Tanpa ikatan pernikahan, tidak ada kekuatan pemaksa yang memberikan tekanan kepada laki-laki dan
perempuan yang berhubungan seksual untuk bertanggung jawab melindungi keturunannya dengan segala
hak dan kewajibannya. Apabila, naluri kebapakan dan keibuan yang telah Allah lekatkan pada diri manusia
tidak diwujudkan secara sehat, yang bersangkutan akan merasakan adanya kehilangan pengembangan
sifat kebapakan dan keibuannya dan tidak akan memperoleh suasana penyejuk hati yang dipancarkan oleh
anak-anaknya.
Pernikahan dapat mencegah manusia dari perasaan hampa dalam merasakan kasih sayang dan keakraban
dengan anak, serta dapat memenuhi tuntutan kebanggaan terhadap keturunannya. Islam menggariskan
pernikahan sebagai satu-satunya cara manusia untuk menyalurkan tuntutan naluri kebapakan dan keibuan,
supaya naluri itu terpelihara dan berkembang sampai pada tingkat yang setinggi-tingginya. Semakin tinggi
keberhasilan suami istri dalam mengasuh dan mendidik anaknya akan semakin tinggi kepuasan mentalnya.
39 of 50
5/4/2008
Nikah
pemungutnya berkewajiban memelihara sampai anak tersebut dewasa, anak yang dipungut tetap tidak
mempunyai hubungan apa pun dengan pemungutnya. Anak tiri pun begitu, ia tidak mempunyai hak waris
dari bapak tirinya, juga sebaliknya.
Jadi, hanya melalui pernikahan yang sah menurut Islam, anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan
akan memperoleh nasab yang jelas, yaitu kepada laki-laki yang menjadi suami ibunya.
Setengah Din
Setelah aku menikah aku sering kesepian, Mbak
Boleh main ke rumah Mbak, aku sedang bete suami terlalu sering pergi..
Mbak, nanti mampir yaaaku mau curhat, suamiku terlalu sibuk
Apakah yang tercerabut dari dunia perempuan saat mereka menikah? Time for themselves kata beberapa
orang teman. Benarkah? Beberapa komentar di atas boleh jadi tidak mewakili semua perempuan yang
berubah status dari gadis menjadi istri, tetapi itu adalah kenyataan subyektif yang dia mengada walau
belum tentu menjadi fenomena.
Kesepian di tengah kehangatan yang semula mereka harapkan saat menerima pinangan seorang laki-laki
adalah kenyataan yang sering terjadi di awal-awal pernikahan, boleh jadi akan menghilang setelah
penyesuaian-penyesuaian tetapi bisa juga menetap ketika tidak terjadi kompromi di antara pasangan suami
istri.
Saya sempat terheran-heran ketika datang seorang al-akh menceritakan seorang teman (pasangan daidaiyah) yang telah menikah lebih dari limabelas tahun rumah tangganya terancam hancur, sudah ada
tanda-tanda keretakan, bahkan kata-kata pisah walau belum terjadi secara legal. Whats wrong? Sang istri
mengatakan bahwa suaminya sama sekali menyerahkan semua tanggungjawab rumah tangga dan urusan
anak seratus persen kepada dirinya, sang suami mengaku ternyata ia kurang bisa mencintai istrinya.
Betapa mudah terlontar, kesepian, kurang mencintai, egois. Benarkah nama-nama itu secara riil bisa
dilekatkan pada pasangan kita, tanpa melalui proses komunikasi yang akhirnya kemudian terjadi
kompromi?
40 of 50
5/4/2008
Nikah
Boleh jadi saya akan berkata pada pasangan-pasangan pengantin baru yang kesepian di atas dengan
pernyataan: Sudahkah rasa kesepianmu diungkapkan pada suami? Maka saya akan secara samar
mendengarnya: belum
Lalu saya juga akan bertanya pada pasangan yang nyaris berpisah setelah menikah selama lebih dari
limabelas tahun itu dengan pertanyaan: sudahkah diupayakan membicarakan persoalan itu dalam situasi
yang penuh cinta dan upaya mencari solusi? maka saya merasa akan mendapat jawaban yang sama:
belum.
Akhirnya pertanyaan besar yang terus berputar dalam benak saya adalah: Begitu sibukkah para suami
dengan aktifitas bekerja dan dakwahnya sehingga ia kurang bisa meluangkan waktunya untuk sekedar
berduaan dengan istrinya, untuk mendengar keluh-kesahnya? Begitu malukah para istri untuk mengakui
dan meminta bahwa mereka membutuhkan sebuah telinga yang bisa mendengar, bahwa mereka
membutuhkan sebuah tangan yang bisa membelai,dan bibir yang membujuk?
Inilah yang mungkin terjadi di antara pasangan-pasangan suami istri. Persepsi yang salah tentang
pernikahan. Konsep setengah diin dipahami secara salah, bahwa dengan menikah kita telah sempurna.
Bukankah rasulullah mengatakan setelah mendapatkan setengah diin (menikah) maka kita harus bertakwa
dengan setengahnya.
Maka, ketika kita menganggap bahwa setelah pernikahan kita menjadi sempurna, kita lalu secara bawah
sadar akan menganggap bahwa: suami -dengan predikat shalehnya- pastilah seseorang yang mengerti
hak-hak istri, bahwa istri -dengan predikat shalehahnya- pastilah seseorang yang mengerti hak-hak suami.
Maka berjalanlah kita dengan persepsi-persepsi kesempurnaan, harapan-harapan berlebihan yang
akhirnya patah ketika menemui kenyataan. Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Just cry in the wilderness seperti yang dilakukan beberapa teman penganti baru, mengeluh pada saya, lalu
beban menjadi terangkat? Walau kemudian ia potensial untuk muncul kembali? Atau melakukan perubahan
dalam interaksi-interaksi kita dengan pasangan walaupun perubahan bukanlah sesuatu yang mudah?
Persepsi bahwa pasangan kita adalah sempurna sebab ia adalah seseorang yang shaleh (shalehah)
adalah sesuatu yang kurang tepat. Sebab tidak seorang pun dipersiapkan dengan matang untuk
mengarungi bahtera rumah tangga. Sebab semula kita dan pasangan adalah seorang yang asing maka kita
tidak pernah tahu secara sempurna, kebiasaan-kebiasaannya, harapan-harapannya, kesukaankesukaannya secara persis. Maka salah satu yang bisa kita lakukan adalah membicarakannya kemudian
mengompromikannya, lets compromize!
Meskipun dalam persepsi para istri cinta tak pernah meminta tetapi untuk kompromi istri harus berlatih
untuk meminta, katakan pada suami: Mas sayang, maukah memijit punggungku, rasanya pegal sekali
Semoga ketika mendengar permintaan ini, para suami ingat bahwa sesungguhnya tugas-tugas rumah
tangga (mencuci, memasak, mengepel dll) bukanlah kewajiban istri, tetapi itu dilakukan semata-mata
karena cinta. Semoga para suami ingat bahwa memijit punggung istri tidak akan mengurangi
keqowamannya, bahkan mungkin menambah sebab cinta adalah hal yang paling mendasar dalam
legitimasi kepemimpinan setelah kapabilitas. Semoga suami ingat bahwa dengan meminta seperti ini istri
sedang mengubah persepsinya bahwa jika cinta tentu tak perlu diminta,
Maka suami akan menyambut permintaan istri dengan empati: Mari sini, iya Mas tahu, pasti capek
mengerjakan semuanya sendirian, mana khadimat pulang Bagi para istri, meski tampak sangat ideal
bahwa seseorang yang kita cinta (suami) menjadi sempurna sebagaimana bayangan-bayangan kita
sebelum menikah, tetapi demi sebuah kebutuhan asasi seorang pria untuk dikagumi, dipercayai, dihargai,
dan disetujui janganlah pernah mewajibkan diri untuk mengubah para suami, karena mereka akan merasa
dilecehkan dan tidak dihargai. Kalaupun ada kebiasaan suami yang begitu buruk, cobalah meminta dengan
kata-kata yang penuh penghargaan, Maukah Mas, Bersediakah Abang atau secara konsisten
memberikan contoh tanpa kata-kata. Sebab bagi umunya laki-laki adalah sebuah aib jika ia tampak salah
dan lemah dimata kekasihnya.
Jika demikian Setengah diin yang disuruh-Nya kita bertaqwa sedang kita upayakan. Dalam rentang jarak
perkawinan yang tak terpisahkan. Ever and after.
Penulis: Intan Savitri,
41 of 50
5/4/2008
Nikah
http://www.majalahsaksi.com/saksi5/isidepan.php?id=174
*
kembali ke daftar isi
42 of 50
5/4/2008
Nikah
2. Pernikahan ditujukan untuk menjaga pandangan & kehormatan kita sehingga kita betul2 bertakwa
kepada Allah.
Rasulullah telah bersabda: "Allah berhak menolong tiga golongan: orang yg berjihad di jalan Allah, hamba
mukatab yg ingin membayar harga tebusannya (trustee), dan orang yg menikah dg tujuan utk dapat
memelihara kehormatan dirinya." (HR Tirmidhi, Ibn Hibban, dan Al-Hakim).
Sabda Rasulullah yg lain: "Barang siapa yg menikah berarti dia telah menyempurnakan sebagian
agamanya, maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah yg merupakan sebagian lainnya lagi." (HR alBaihaqi)
3. Kita haruslah bijak dalam memilih pasangan hidup yg akan menjadi teman hidup kita yg diharapkan bisa
seiring dan sejalan.
Ini membutuhkan usaha yg sungguh-sungguh. Rasulullah SAW telah bersabda: "Pilihlah (yg terbaik) utk
keturunanmu karena (kegagalan dari) satu generasi akan menuju kepada krisis." (HR Ibnu Majah dan Abu
Mansur)
4. Kita hendaklah memilih pasangan hidup yg memiliki akhlak yg baik & berpegang teguh kepada agama,
jadi kekayaan dan wajah bukanlah ukuran utama.
Sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya; bisa jadi kecantikannya
itu akan membuat mereka hina. Janganlah kamu menikahi wanita karena hartanya; boleh jadi hartanya itu
akan membuat mereka zalim. Tapi nikahilah mereka karena agamanya. Wanita hamba sahaya yg tuli
namun beragama adalah lebih baik." (HR Ibnu Majah)
5. Kita harus menjauhkan diri dari melanggar perintah Allah & menjauhi kemurkaan Allah serta azabnya.
Seperti yg disabdakan oleh Rasulullah s.a.w: "Siapa yg menikahi wanita karena ketinggian kedudukannya,
pernikahan itu tdk akan membawa sesuatu kepadanya kecuali kehinaan. Barangsiapa menikahi wanita
karena hartanya maka itu tdk akan menambah sesuatu kepdanya kecuali kemiskinan. Barangsiapa yg
menikahi wanita karena keturunannya, perkawinan itu tdk akan menambah sesuatu kepadanya kecuali hina
dina. Dan barang siapa yg menikahi wanita dg tujuan agar dapat menahan pandangannya, memelihara
kehormatannya atau menghubungkan silaturahmi, Allah akan memberikan berkah kepadanya bersama
wanita itu dan memberikan berkah kepada wanita itu bersamanya." (HR Abu Nuaim)
Oleh: Abu Saifulhaq, 26/02/2002
http://www.alhikmahonline.org
*
kembali ke daftar isi
Nasihat Perkawinan
Kata Pengantar
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada
suatu masalahpun dalam kehidupan ini yang tidak dijelaskan. Dan tidak ada satupun masalah yang tidak
disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele (ringan). Itulah Islam, agama yang
memberi rahmat bagi sekalian alam.
Dalam masalah pernikahan, Islam telah berbicara banyak. Mulai dari bagaimana mencari kriteria bakal
calon pendamping hidup hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati.
Islam menuntunnya. Begitupula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan
yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallhu
'alaihi wa sallam. Begitupula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona.
Islam mengajarkannya.
43 of 50
5/4/2008
Nikah
Menikah merupakan jalan yang paling bermanfa'at dan paling afdhal dalam upaya merealisasikan dan
menjaga kehormatan. Dengan menikah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah
SWT. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendorong untuk mempercepat nikah,
mempermudah jalan untuknya dan memberantas kendala-kendalanya.
Nikah merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak biologis dalam diri manusia. Nikah
mengangkat cita-cita luhur yang kemudian dari persilangan syar'i tersebut sepasang suami istri dapat
menghasilkan keturunan. Melalui perannya bumi ini menjadi semakin semarak.
Melalui risalah (tulisan) singkat ini, anda saya ajak untuk bisa mempelajari dan menyelami tata cara
pernikahan Islam yang begitu agung nan penuh nuansa. Anda akan diajak untuk meninggalkan tradisitradisi masa lalu yang penuh dengan upacara-upacara dan adat istiadat yang berkepanjangan dan
melelahkan. Mestikah kita bergelimang dengan kesombongan dan kedurhakaan hanya lantaran sebuah
pernikahan ..? Na'udzu billahi tsumma na'udzu billahi min dzalik. Wallahu musta'an.
Muqaddimah
Persoalan pernikahan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan serta
dibahas. Persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia yang asasi saja tetapi juga
menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini
merupakan benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai akhlaq.
Lembaga ini merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani Adam yang kelak mempunyai peranan kunci
dalam mewujudkan kedamaian dan kemakmuran di muka bumi ini. Menurut Islam, Bani Adamlah yang
memperoleh kehormatan untuk memikul amanah Illahi sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman
Allah Ta'ala: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah berfirman :
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)
Pernikahan merupakan persoalan penting dan besar. 'Aqad nikah (pernikahan) adalah sebagai suatu
perjanjian yang kokoh dan suci (MIITSAAQON GHALIIZHOO), sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan
yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat."
(An-Nisaa' : 21). Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya suami istri,
memelihara dan menjaganya secara sunguh-sungguh dengan penuh tanggung jawab.
Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan pernikahan. Mulai dari
anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan 'khitbah' (peminangan), mendidik anak,
memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah
(memberikan nafkah) dan harta waris, semua diatur oleh Islam secara rinci dan detail.
Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang pernikahan, maka rujukan yang paling sah dan benar
adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah Shahih (yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih). Melalui rujukan
ini kita akan dapati kejelasan tentang aspek-aspek pernikahan maupun beberapa penyimpangan dan
pergeseran nilai pernikahan yang terjadi di masyarakat. Tentu saja semua persoalan tersebut tidak dapat
saya (penulis) tuangkan dalam tulisan ini. Hanya beberapa persoalan yang perlu dibahas yaitu tentang:
Fitrah Manusia, Tujuan Perkawinan dalam Islam, Tata Cara Perkawinan dan Penyimpangan Dalam
Perkawinan.
44 of 50
5/4/2008
Nikah
yaitu pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum: 30)
1. Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagi satusatunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi serta sarana untuk membina
keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, sampai-sampai ikatan
itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Telah
bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
Artinya: "Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim)
2. Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang
yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau
bersabda: "Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbanggga
dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits Riwayat Ahmad dan
dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang peribadatan beliau. Setelah mendapat penjelasan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan
mereka. Salah seorang berkata: "Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus". Yang lain
berkata: "Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya"....
Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda: "Benarkah
kalian telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di
antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga
mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk
golonganku". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan
dengan memilih hidup membujang. Menurut Syaikh Hussain Muhammad Yusuf: "Hidup membujang adalah
suatu kehidupan yang kering dan gersang. Hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu
kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar
egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".
Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama
hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka
selalu berada dalam pergolakan melawan fitrahnya. Kendati ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun
pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa
serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.
Jadi orang yang enggan menikah baik laki-laki atau wanita, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang
yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagian
hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin
dari karunia Allah.
Islam menolak sistem 'kerahiban' karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Sikap
itu melawan sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah ditetapkan bagi semua mahluknya. Sikap enggan
membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah
45 of 50
5/4/2008
Nikah
diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim. Manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang
diakaruniakan Allah, misalnya ia berkata : "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak
cukup?!"
Perkataan ini adalah perkataan yang batil dan bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk nikah. Seandainya mereka fakir pasti
Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada
orang yang nikah. Firman-Nya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui". (An-Nur: 32)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya: "Ada tiga golongan
manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang
menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya".
(Hadits Riwayat Ahmad, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu
'anhu)
Para salafus shalih sangat menganjurkan untuk nikah. Mereka anti membujang dan tidak suka berlamalama hidup sendiri. Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata : "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi,
sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah SWT sebagai seorang bujangan".
(Ihya Ulumuddin hal. 20)
46 of 50
5/4/2008
Nikah
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk nikah
kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada
kaum yang (mau) mengetahui". (Al-Baqarah: 230)
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam rumah
tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah WAJIB. Oleh karena itu
setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, ajaran Islam telah
memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal yaitu: (a) sesuai kafa'ah; dan (b) shalih
dan shalihah.
Kafa'ah menurut konsep islam
Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orangtua. Tidak sedikit pada zaman sekarang ini orang tua
yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan
keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara pertimbangan agama kurang
mendapat perhatian. Masalah Kufu' (sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi saja.
Menurut Islam, kafa'ah (atau kesamaan/kesepadanan/ sederajat dalam pernikahan) dipandang sangat
penting karena dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan
membina rumah tangga yang Islami Insya Allah akan terwujud. Tetapi kafa'ah menurut Islam hanya diukur
dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlaq seseorang. Allah memandang sama derajat seseorang baik
itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya kecuali derajat
taqwanya. Firman Allah: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujurat:
13)
Dan mereka tetap sekufu' dan tidak ada halangan bagi mereka untuk menikah satu sama lainnya. Wajib
bagi para orangtua, pemuda, pemudi untuk meninggalkan faham materialis dan kembali kepada Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Wanita dikawini karena
empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka
hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan
celaka". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim)
Memilih yang shalih dan shalihah
Lelaki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah dan wanita harus memilih laki-laki yang
shalih. Menurut Al-Qur'an: "Wanita yang shalihah ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, olkeh karena Allah telah memelihara (mereka)". (An-Nisaa : 34).
Menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah: "Ta'at kepada
Allah, ta'at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer
kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al-Ahzab: 32). Tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang
bukan mahram, ta'at kepada orangtua dalam kebaikan, ta'at kepada suami dan baik kepada tetangganya
dan lain sebagainya".
Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang peranak dan penyayang
agar dapat melahirkan generasi penerus umat.
4. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama
manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal
shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain. Sampai-sampai bersetubuh (berhubungan suamiistri) pun termasuk ibadah (sedekah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian
bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!." Mendengar sabda Rasulullah itu para shahabat
keheranan dan bertanya: "Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap
istrinya akan mendapat pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: "Bagaimana menurut kalian
47 of 50
5/4/2008
Nikah
jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .? "Jawab para
shahabat : "Ya, benar". Beliau bersabda lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di
tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!". (Hadits Shahih Riwayat Muslim, Ahmad dan Nasa'i
dengan sanad yang Shahih).
5. Untuk mencari keturunan yang shalih dan shalihah
Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam. Allah berfirman:
"Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri
kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" (An-Nahl : 72).
Yang tak kalah pentingnya, dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha
mencari dan membentuk generasi yang berkualitas yaitu mencetak anak yang shalih dan Shalihah serta
bertaqwa kepada Allah SWT. Keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan tarbiyah Islam
(pendidikan Islam) yang benar. Disebutkan demikian karena banyak "Lembaga Pendidikan Islam", tetapi isi
dan metodanya tidak Islami. Sehingga banyak terlihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami
sebagai akibat pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik, mengajar,
dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.
Islam memandang bahwa pembentukan keluarga merupakan salah satu jalan untuk merealisasikan tujuantujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan
mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.
48 of 50
5/4/2008
Nikah
Sebagai catatan penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin.
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-orang mukmin
dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang taqwa". (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud,
Tirmidzi, Hakim dan Ahmad dari Abu Sa'id Al-Khudri)
49 of 50
5/4/2008
Nikah
"Ucapkanlah: Barakallahu lakum wa baraka 'alaiykum" (mudah-mudahan Allah memberi kalian keberkahan
dan melimpahkan atas kalian keberkahan).
Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". (Hadits Shahih Riwayat
Ibnu Abi Syaibah, Darimi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan lain-lain)
Do'a yang biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan kepada seorang mempelai ialah:
"Baarakallahu laka wa baarakaa 'alaiyka wa jama'a baiynakumaa fii khoir"
Do'a ini berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: 'Artinya: Dari Abu hurairah,
bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai,
beliau mengucapkan do'a: Baarakallahu laka wabaraka 'alaiyka wa jama'a baiynakuma fii khoir (mudahmudahan Allah mencurahkan keberkahan atasmu dan mudah-mudahan Dia mempersatukan kamu berdua
dalam kebaikan). (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Darimi 2:134, Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi)
6. Adanya ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan wanita)
Ikhtilath adalah bercampurnya laki-laki dan wanita hingga terjadi pandang memandang, sentuh menyentuh,
jabat tangan antara laki-laki dan wanita. Menurut Islam antara mempelai laki-laki dan wanita harus dipisah,
sehingga apa yang kita sebutkan di atas dapat dihindari semuanya. (untuk yang satu ini masyarakat kita
belum terbiasa dengan sunnah Rasulullah SAW, bahkan sangat asing dengan nilai-nilai yang dibawa oleh
ajaran Islam)
7. Pelanggaran lain
Pelanggaran-pelanggaran lain yang sering dilakukan di antaranya adalah musik yang hingar bingar,
memakan hidangan yang disediakan sambil berdiri, dsb.
Khatimah
Rumah tangga yang ideal menurut ajaran Islam adalah rumah tangga yang diliputi 'sakinah' (ketentraman
jiwa), 'mawaddah' (rasa cinta) dan 'rahmah' (kasih sayang). Allah berfirman:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu hidup tentram bersamanya. Dan Dia (juga) telah menjadikan diantaramu (suami/istri) rasa
cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi
kaum yang berpikir." (Ar-Ruum: 21)
Dalam rumah tangga yang Islami, suami-istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya, serta
harus tahu pula hak dan kewajibannya serta memahami tugas dan fungsinya masing-masing yang harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mewujudkan pernikahan dan
rumah tangga yang mendapat keridha'an Allah SWT dapat terealisir.
Tetapi mengingat kondisi manusia yang tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan, sementara ujian
dan cobaan selalu mengiringi kehidupan manusia, maka tidak jarang pasangan yang sedianya hidup
tenang, tentram dan bahagia mendadak dilanda "kemelut" perselisihan dan percekcokan. Bila sudah
diupayakan untuk damai (sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisaa: 34-35) namun tetap gagal, maka
Islam memberikan jalan terakhir, yaitu "perceraian".
Marilah kita berupaya untuk merealisasikan pernikahan secara Islam dan membina rumah tangga yang
Islami. Disamping itu wajib bagi kita meninggalkan aturan, tatacara, upacara dan adat istiadat yang
bertentangan dengan Islam. Hanya Islam satu-satunya ajaran yang benar dan diridhai Allah Subhanahu wa
Ta'ala (Ali-Imran: 19)
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyejukkan hati kami, dan
jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (Al-Furqan 25:74) Amiin.
Judul Asli: Konsep Perkawinan Dalam Islam
50 of 50
Tammat
5/4/2008
Nikah