Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KONSEP TERMODINAMIKA YANG DITERAPKAN PADA BAHAN

BAKAR ORGANIK (BIOGAS) KOTORAN SAPI


Radjak1, Bila2, Hasan3, Alinti4, Pakaya5
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo
Jln. Jenderal Sudirman, No.6 Kota Gorontalo, Kode Pos 96128
ABSTRAK
A
PENDAHULUAN
Krisis energi yang membuat harga minyak dunia mencapai US $ 70/barel semakin
menghimpit kehidupan masyarakat berbagai lapisan di Indonesia. Kenaikan harga BBM yang
dilakukan pemerintah membuat harga minyak tanah menyamai harga premium sebelum
dinaikkan (Subroto, Himawanto, dan Putro.S.2006). Dalam situasi seperti ini pencarian,
pengembangan, dan penyebaran teknologi energi non BBM yang ramah lingkungan menjadi
penting, terutama ditujukan pada keluarga miskin sebagai golongan yang banyak terkena dampak
kenaikan. BBM. Salah satu teknologi energi yang sesuai dengan persyaratan tersebut adalah
teknologi biogas. (Darsin, 2006).
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap
udara). (http://www.majarikanayakan.com/). Pada umum nya semua jenis bahan organik bisa
diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair)
homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas
sederhana (Rahayu et al, 2009)
Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan
merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa
merusaknya sihingga siklus ekologi tetap terjaga. Manfaat lain mengolah kotoran sapi menjadi
energi alternatif biogas adalah dihasilkannya pupuk organik untuk tanaman, sehingga
keuntungan yang dapat diperoleh adalah:
1. Meningkatnya pendapatan dengan pengurangan biaya kebutuhan pupuk dan pestisida.
2. Menghemat energi, pengurangan biaya energi untuk memasak dan pengurangan konsumsi
energi tak terbarukan yaitu BBM.

3. Mampu melakukan pertanian yang berkelanjutan, penggunaan pupuk dan pestisida organik
mampu menjaga kemampuan tanah dan keseimbangan ekosistem untuk menjamin kegiatan
pertanian berkelanjutan. Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi
tanpa oksigen (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau
fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika kandungan gas
CH4 lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudah terbakar, kandungan gas CH 4 dalam
biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses
fermentasi untuk pembentukan biogas berkisar 30 oC (Sasse, L., 1992, Junaedi, 2002).
Produksi biogas dari kotoran sapi berkisar 600 liter s.d. 1000 liter biogas per hari, kebutuhan
energi untuk memasak satu keluaraga rata-rata 2000 liter per hari. Dengan demikian untuk
memenuhi kebutuhan energy memasak rumah tangga dapat dipenuhi dari kotoran 3 ekor
sapi. Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya memiliki kadar pencemar BOD dan
COD berkurang sampai 90%, dengan kondisi ini pupuk dari kotoran sapi sudah tidak
berbau. Permasalahan yang dihadapi peternak sapi mengenai tumpukan kotoran sapi yang
menimbulkan bau tidak enak dan mengganggu kehidupan penduduk di sekitar kandang
dapat diatasi. Jenis konstruksi unit pengolah (digester) biogas yang dapat dibangun di daerah
tropis dapat dibagi menjadi 3 model yaitu:
a. Digester permanen (fixed dome digester),
b. Digester dengan tampungan gas mengapung (floating dome digester),
c. Digester dengan tutup plastik. (Junaedi, 2002)
Termodinamika adalah ilmu pengetahuan tentang energi, pengalihan energi (energi
transfer) dan efeknya pada sifat fisik bahan. Hukum-Hukum Termodinamika merupakan hasil
observasi ilmiah untuk membuka tabir hukum alam yang berkaitan dengan energi. Istilah
thermodinamics berasal dari kata Yunani therme (heat) dan dynamics (power), yang secara
deskriptif yaitu kemampuan merubah panas (heat) menjadi daya (power). Sekarang,
Termodinamika diinterpretasikan secara lebih luas mencakup segala aspek energi dan perubahan
energi, termasuk pembangkitan daya, pendinginan dan hubungan yang menyertai sifat-sifat
bahan (Anonim, 2009).

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya aplikasi
konsep termodinamika pada pembuatan bahan bakar organik (biogas) dari kotoran sapi, melalui
kajian pustaka dari sumber-sumber pendukung teori.
METODE
Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu dusun di desa Bongoime, kecamatan
Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Lokasi ini dipilih karena
perumahan di dusun tersebut banyak yang menggunakan bahan bakar organik (Biogas) dari
kotoran sapi. Sekitar 24 unit digester biogas masih aktif digunakan di desa tersebut.
Objek Penelitian
Adapun objek yang diteliti dalam penelitian ini, meliputi digester (penampung biogas),
manometer, dan bahan baku yang digunakan, yakni kotoran sapi.

(a)

(b)

(c)
Gambar 1. (a). Kompor Biogas; (b). Nyala api biogas; (c). Manometer

Lokasi Digester

Gambar 2. Lokasi digester (tampungan biogas)


Pembahasan
Prinsip Pembuatan Biogas
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas
metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas
(Fahri, Anis. BPTP)
Prinsip utama proses pembentukan biogas adalah pengumpulan kotoran ternak atau
kotoran manusia ke dalam tangki plastik/paralon yang kedap udara, yang disebut dengan tanki
digester. Di dalamnya kotoran-kotoran tersebut akan dicerna dan difermentasi oleh bakteribakteri.
Gas yang dihasilkan akan tertampung dalam digester. Terjadinya penumpukan produksi
gas akan menimbulkan tekanan sehingga dari tekanan tersebut dapat disalurkan melalui pipa
yang dipergunakan untuk keperluan bahan bakar atau pembangkit listrik. Gas tersebut sangat
baik untuk pembakaran karena menghasilkan panas yang tinggi, tidak berbau, tidak berasap, dan
api yang dihasilkan berwarna biru. Selain itu, pupuk kandang yang dihasilkan dari pembuangan
bahan biogas ini akan menaikkan kandungan bahan organik sehingga menjadi pupuk kandang
yang sangat baik dan siap pakai (Desakuhijau, 2011)
Pengaruh Suhu
Suhu berpengaruh terhadap produksi biogas, umumnya produksi biogas meningkat dua
kali lipat setiap kenaikan suhu 100C pada kisaran suhu 150C - 350C (Fulford,1988). Bakteri
metanogen sangat sensitif terhadap perubahan suhu, Perubahan suhu yang mendadak lebih dari
50C dalam satu hari dapat menyebabkan bakteri ini berhenti bekerja sementara (Rino14, 2011)

Kajian Termodinamika
Berbicara bahan bakar kita pasti tidak pernah terlepas dari kata kalor. Kalor adalah
sejumlah energi yang dihasilkan panas, dengan satuan Kalori = 4,2 J

Anda mungkin juga menyukai