Oleh : Kelompok 7
Annisa Rahmawati
(06111181320001)
(06111181320009)
Randhy Raviza
(06111181320017)
Murtika Sari
(06111181320001)
Widya Sari
(06111181320001)
2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3 Tujuan....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6
2.1
2.2
Jarak Bintang........................................................................ 9
2.3
Gerak Bintang...................................................................... 11
2.4
Magnitudo Bintang............................................................... 15
2.5
Kesimpulan........................................................................... 26
3.2
Saran..................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .. 28
2
KATA PENGANTAR
Segenap puji syukur penyusun haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Allah SWT yang telah memberikan ridhonya atas terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi
dan Antariksa (IPBA) pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan
dalam penyelesaian makalah ini.
Besar harapan penyusun bila segenap pemerhati memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Akhirnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Pada era yang kita katakan modern saat ini, perkembangan ilmu
astronomi sudah sedemikian maju. Seiring dengan banyaknya penemuanpenemuan terbaru membuat ilmu ini semakin berjalan dinamis. Teori-teori
mengenai jagad raya pada umumnya serta tatasurya pada khususnya selalu
terus diuji kevaliditasannya. Tatasurya tak ubahnya merupakan halaman
belakang rumah astronomi kita. Di luar itu, terhampar samudera jagad raya
yang seolah tanpa batas yang menunggu untuk diarungi. Sementara itu,
perkembangan pengetahuan tata surya yang memanfaatkan instrumentasi
bertekhnologi tinggi dan berbagai wahana mutakhir yang dikirim membuat
kita harus selalu merevisi koleksi buku-buku astronomi kita. Matahari, sebagai
aktor utama dibalik segala macam hal yang terjadi di tata surya, merupakan
salah satu topik pembahasan yang paling menarik untuk diikuti. Pada tulisan
yang singkat ini, akan sedikit dijelaskan beragam fakta mengenai matahari
termasuk struktur dan sejarah kelahirannya serta pengaruhnya terhadap
lingkungan sekitarnya.
Para ahli astronomi dahulu kala mengira Bumi adalah pusat tatasurya,
bahkan beberapa diantaranya mengira bumi adalah pusat alam semesta. Semua
benda langit seperti matahari, bulan, bintang dan planet bergerak mengitari
bumi. Pandangan ini dikenal dengan teori Geosentris (berarti bumi sebagai
pusat), yang dikemukakan oleh seorang astronom Yunani-Mesir bernama
Claudius Ptolemeus pada pertengahan abad ke-2 SM lewat bukunya yang
terkenal Almagest, atas dasar pandangan Pytagoras dan Aristoteles.
Setelah bertahan selama lebih dari 1500 tahun, pendapat ini ternyata
keliru. Pada tahun 1543, seorang astronom Polandia bernama Nicolaus
Copernicus, lewat bukunya yang berjudul De Revolutionibus Orbium
Coelestium, berpendapat bahwa semua planet termasuk Bumi bergerak
mengitari matahari. Teori ini dikenal dengan teori Heliosentris (berarti
4
matahari sebagai pusat)1, teori ini semakin kuat setelah pada awal abad ke-16,
astronom Austria bernama Johannes Keppler menemukan hukum peredaran
planet atau yang dikenal dengan Hukum Keppler. Ia mendasarkan teorinya
pada hasil pengamatan gerak planet Mars sehingga teorinya benar-benar
merupakan hasil analisis data empiris. Penemuan astronom Italia bernama
Galileo Galilei pada tahun 1610 akan adanya 4 satelit Jupiter dapat disebut
turut mendukung konsep Heliosentris. Dalam teori ini, matahari-lah yang
merupakan pusat tata surya dan bukan bumi. Dengan begitu, matahari
memegang peranan yang sangat penting dalam segala dinamika yang terjadi di
tata surya.
Dari uraian diatas, marilah kita tinjau kembali bagaimana Matahari
penting keberadaannya bagi tata surya yang akan disajikan dalam makalah.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berkaitan dengan uraian latar belakang di atas, maka beberapa
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini sebagai berikut :
a. Bagaimana struktur matahari sebagai bintang?
b. Bagaimana jarak dan gerak bintang?
c. Apa dan bagaimana magnitudo sebuah bintang?
d. Apa dan macam-macam konstelasi atau rasi bintang?
1.3.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
pemaparan makalah ini adalah :
a. Mengetahui struktur bintang
b. Mengetahui jarak, gerakan, serta magnitudo bintang
c. Mengetahui macam macam rasi bintang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta
ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.
Matahari memancarkan energi dalam bentuk cahaya ke segala arah. Energi
yang dipancarkan tersebut, hanya sebagian kecil yang sampai di bumi. Namun
sejumlah energi yang kecil tersebut sudah cukup sebagai sumber energi di bumi.
Berdasarkan hasil penelitian, setiap 1 cm2 atmosfir bumi rata-rata menerima
energi matahari sebesar 2 kalori setiap menit (8,4 joule/menit). Nilai 2 kalori per
menit ini selanjutnya disebut konstanta matahari. Berdasarkan penelitian diperoleh
bahwa matahari merupakan bola gas yang sangat panas. Bola gas tersebut terdiri
atas 70 % gas hidrogen, 25 % gas helium, dan 5 % unsur-unsur lain seperti gas
oksigen, karbon, neon, besi, nitrogen, silikon, magnesium, nikel, dan belerang
(sulfur).
Wujud matahari adalah bola gas berpijar yang sangat besar. Berpijarnya bola
gas tersebut disebabkan oleh adanya reaksi fusi di bagian inti matahari. Oleh
karena itu. inti matahari mempunyai suhu yang paling tinggi dibandingkan
bagian-bagian yang lain. Berdasarkan letaknya, susunan lapisan matahari dapat
dibedakan menjadi empat macam. Lapisan-lapisan tersebut mulai dari yang
terdalam berturut-turut adalah lapisan inti, fotosfer, kromosfer, dan korona.
Inti.
Inti merupakan bagian yang paling dalam dari matahari. Suhu di lapisan ini
diperkirakan mencapai l6 juta oC. Oleh karena itu, di lapisan inilah reaksi fusi
dapat berlangsung. Energi hasil reaksi fusi dipancarkan ke luar secara radiasi.
Kromosfer.
Kromosfer merupakan lapisan gas dli atas fotoser yang tebalnya sekitar
l6.000 km. Oleh karena itu, kromosfer sering disebut lapisan atmosfer
8
C.
Kromosfer.hanya dapat dilihat pada saat terjadi gerhana matahari total. Pada
saat itu. Kromosfer tampak seperti gelang atau cincin yang berwarna merah.
Korona.
Korona mempakan lapisan matahari yang paling luar. lapisan ini juga sering
disebut lapisan atmosfer matahari bagian luar. Korona juga merupakan
lapisan gas yang sangat tipis. Gas tersebut sering tampak seperti mahkota
putih cemerlang yang mengelilingi rnatahari. Oleh karena itu, lapisan gas
tersebut disebut korona, artinya mahkota. Karena merupakan lapisan gas tipis.
bentuk korona selalu berubah-ubah. Tebal korona diperkirakan mencapai 2,5
juta km. Adapun suhunya diperkirakan mencapai 1 juta oC Korona dapat
diamati setiap saat dengan teleskop. Teleskop yang digunakan untuk
mengamati korona disebut koronagraf.
2.2
Jarak Bintang
Bintang yang terdekat dari kita setelah matahari (jarak 150.000.000 km)
adalah bintang Proksima Centauri yang berjarak 40.000.000 km. Begitu
banyaknya angka yang harus ditulis membuat astronom menggunakan satuan lain
9
untuk menyatakan jarak bintang. Dengan mengetahui bahwa dalam 1 detik cahaya
bergerak melintasi 300.000 km, maka astronom mendefinisikan satuan cahaya (1
tahun cahaya = 9,46 x 1012 km) sebagai acuan jarak bintang. Dengan demikian,
cahaya membutuhkan waktu sekitar 500 detik untuk sampai ke bumi dari
matahari, dan 4,3 tahun dari bintang Proksima Centauri. Dengan kata lain jarak
bumi-Proksima Centauri adalah 4,3 tahun cahaya.
Penentuan jarak bintang baru dapat dilakukan pada abad ke-19, dan
dikenal dengan nama cara paralaks trigonometri. Akibat gerak edar bumi
mengelilingi matahari, maka bintang yang dekat akan terlihat bergeser letaknya
relative terhadap bintang-bintang yang lebih jauh. Bintang tersebut seolah
bergerak menempuh lintasan berbentuk elips yang sebenarnya merupakan
pencerminan gerak bumi. Jika sudut p adalah bentangan sudut yang dibentuk
antara posisi bintang saat tertentu relative pada saat acuan, maka dari trigonometri
sederhana dapat dirumuskan sebagai p = o/ dengan o adalah jarak matahari
bumi, dan adalah jarak bumi ke bintang. Karena p sudut yang kecil. Maka jika
dinyatakan dalam radian dapat dituliskan sin p = o /.
Sebagai ilustrasi, bintang 61 Cygni (di rasi Cygnus) diukur paralaksnya 0,3
detik busur, maka dengan rumus di atas dengan mudah dapat dihitung jaraknya
1014 km. Astronom kerapkali menggunakan satuan jarak parsek, yang
didefinisikan sebagai jarak bintang yang paralaksnya 1 detik busur. Hubungan
yang diperoleh adalah 1 parsek = 3,26 tahun cahaya.
Tabel : Bintang-bintang yang terdekat dengan matahari yang sudah
ditentukan paralaksnya
Bintang
Paralak s ()
Jarak (pc)
Jarak (ly)
Proxima Centauri
0,76
1,31
4,27
Alpha Centauri
0,74
1,35
4,40
Barnard
0,55
1,81
5,90
Wolf 359
0,43
2,35
7,66
10
2.3
Lalande 21185
0,40
2,52
8,22
Sirius
0,38
2,65
8,64
Gerak Bintang
Bintang tidak diam, tetapi bergerak di ruang angkasa. Pergerakan bintang
ini sangat sukar diikuti karena jaraknya yang sangat jauh, sehingga kita melihat
bintang seolah-olah tetap diam pada tempatnya sejak dulu hingga sekarang.
Bila diamati, bintang selalu bergerak di langit malam, baik itu tiap jam
maupun tiap hari akibat pergerakan bumi relatif terhadap bintang (rotasi dan
revolusi bumi). Walaupun begitu, bintang sebenarnya benar-benar bergerak karena
mengitari pusat galaksi, namun pergerakannya itu sangat kecil sehingga hanya
dapat dilihat dalam pengamatan berabad-abad. Gerak semacam inilah yang
disebut gerak sejati bintang. Gerak sejati biasanya diberi symbol dengan dan
dinyatakan dalam detik busur pertahun. Bintang yang gerak sejatinya terbesar
adalah bintang Barnard dengan = 10,25 per tahun (dalam waktu 180 tahun
bintang ini hanya bergeser selebar bulan purnama).
Gerak sejati bintang dibedakan menjadi dua berdasarkan arah geraknya,
yaitu:
1. Kecepatan radial
atau dengan pendekatan untuk vr<<c dapat digunakan versi nonrelativistik yaitu:
12
d (parsec) dan ()
kita juga memiliki hubungan d = 1/p untuk d dalam parsec dan p dalam detik
busur
Keliling = 360 = 1296000
Keliling = 2d = 2/p
KECEPATAN TOTAL
13
Di atas kita telah membahas kecepatan bintang dalam arah radial dan
tangensial, sekarang kita akan mencari kecepatan total bintang, v. Karena arah
sumbu radial dan tangensial tegak lurus, maka dengan mudah kita dapat
menyelesaikannya menggunakan dalil Pythagoras atau trigonometri. Ingatlah
sudut yang dibentuk antara sumbu radial dan vektor kecepatan bintang disebut
sudut .
2.4
Magnitudo Bintang
Bintang merupakan benda langit yang amat besar. Jika kita amati secara
seksama, maka warna bintang di langit berbeda beda, ada yang kekuning
kuningan, merah, dan biru. Dapat kita simpulkan ( dengan hokum Wien pada
14
fisika radiasi, dimana maks T = konstan ) bahwa bintang yang biru memiliki suhu
tinggi, sedang yang bersuhu rendah berwarna merah. Jadi, dengan mengamati
warna bintang astronom dapat mengukur suhu bintang tersebut. Pada
kenyataannya diperlukan alat ukur yang sangat teliti untuk keperluan pengukuran
warna bintang.
Kalau diperhatikan, maka jelas kita memiliki kesan ada bintang yang
terang dan ada yang lemah cahayanya. Hipparchus (100 SM) mencoba secara
kuantitatif memberikan skala terang bintang dalam konsep magnitude, yang dalam
versi modernnya digambarkan sebagai berikut. Ua bintang yang salah satunya
lebih terang 100 kali memiliki magnitude 5 kali lebih kecil, atau dengan kata lain,
jika E1 adalah fluks enegi bintang 1 dan E2 adalah fluks enegi bintang 2. m1 adalah
magnitude bintang 1, m2 adalah magnitude bintang 2, maka dapat dirumuskan:
m1 m2 = -2,5 log(E2/E1)
Terang bintang yang diukur di bumi hanyalah terang semu (magnitude
nisbi), yaitu terang yang kita lihat , bukan terang sebenarnya. Ada bintang yang
sebenarnya sangat terang, tetapi karena begitu jauhnya maka tampak redup.
Sebaliknya ada bintang yang sebenarnya tidak terlalu terang, tetapi karena dekat,
jadi tampak berkilau. Untuk mengetahui keadaan intrinsik suatu bintang,
astronom perlu mengetahui terang sebenarnya (terang mutlak) bintang, yakni
magnitude mutlak. Magnitude mutlak suatu bintang adalah terang bintang dalam
magnitude jika diamati dari jarak 32,6 tahun cahaya atau 10 parsek (pc), dan
dirumuskan:
m M = -5+5log d(pc)
dengan m magnitude semu (nisbi), M magnitude mutlak, dan d(pc) adalah jarak
bintang dalam satuan parsek. Oleh karena itu, jarak sebuah bintang merupakan
informasi yang amat penting dalam astronomi.
15
Suhu
> 25.000 K
11.000 25.000 K
7.500 11.000 K
6.000 7.500 K
5.000 6.000 K
3.500 5.000 K
< 3.500 K
Warna
Biru
Biru
Biru
Biru keputih putihan
Putih kekuning kuningan
Jingga kemerah merahan
Merah
kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan
lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam.
Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan
sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak
berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu
yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau
Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada
rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka
hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan
biasanya terpisah sangat jauh.
Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup
acak, dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda
pula, sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali
ditemukan, misalnya Orion atau Scorpius.
Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi
bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki
oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi
bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad
Pertengahan, dan mengandung 1igrap-simbol Zodiak.
2.5.2. Graf
Teori graf adalah cabang kajian yang mempelajari sifat-sifat graf. Secara
informal, suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut simpul (vertex
atau node) yang terhubung oleh sisi (edge). Biasanya graf digambarkan sebagai
kumpulan titik-titik (melambangkan simpul) yang dihubungkan oleh garis-garis
(melambangkan sisi) atau garis berpanah (melambangkan busur). Suatu sisi dapat
menghubungkan suatu simpul dengan simpul yang sama. Sisi yang demikian
dinamakan gelang (loop).
17
Sebuah struktur graf bisa dikembangkan dengan memberi bobot pada tiap
sisi. Graf berbobot dapat digunakan untuk melambangkan banyak konsep
berbeda.
Sebagai contoh jika suatu graf melambangkan jaringan jalan maka
bobotnya bisa berarti panjang jalan maupun batas kecepatan tertinggi pada jalan
tertentu.
Ekstensi lain pada graf adalah dengan membuat sisinya berarah, yang
secara teknis disebut graf berarah atau digraph (directed graph).
Sebuah lintasan dapat dibentuk oleh sembarang graf. Lintasan tersebut
dapat berupa lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama ataupun
yang berbeda. Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut
sirkuit (circuit). Sedangkan graf yang tidak memiliki lintasan disebut pohon.
Dua buah graf dapat dikatakan sama jika mempunyai jumlah simpul,
derajat, dan bentuk geometri yang sama. Jika bentuk geometrinya bisa berbeda
atau tidak sedangkan jumlah simpul dan derajatnya sama maka graf tersebut
disebut graf isomorfik.
18
sisi-sisinya. Graf ini termasuk graf planar karena dapat digambarkan pada bidang
datar dengan sisi-sisi yang tidak saling bersilangan. Graf terdapat mengandung
sirkuit pada daerah Tau, Tau, 1 Tau, 3 Tau, 2 Tau, dan Tau.
2.3. Rasi Bintang Gemini
Rasi bintang ini adalah bagian dari langit musim dingin, berada antara
Taurus di sebelah barat dan Cancer yang redup di sebelah timur, dengan Auriga
dan Lynx yang hampir tak kelihatan di sebelah utara, serta Monoceros dan Canis
Minor di sebelah selatan. Terdapat 17 bintang yang membentuk garis konstelasi
rasi bintang ini, yaitu Gem, Gem, Gem, Gem, Gem, Gem, Gem,
Gem, Gem, Gem, Gem, Gem, Gem, Gem, Gem, Gem, dan 1 Gem.
Rasi ini dapat digambar sebagai graf dengan 17 bintang sebagai simpulnya
dan 16 garis konstelasi sebagai sisinya. Graf yang terbentuk ini lebih mirip
sebagai pohon karena tidak terdapat sirkuit sederhana.
2.4. Rasi Bintang Cancer
Rasi bintang yang digambarkan sebagai kepiting ini terletak di antara
Gemini di sebelah barat dan Leo di sebelah timur, Lynx di sebelah utara serta
Canis Minor dan Hydra di sebelah selatan. Rasi ini terbentuk dari garis konstelasi
yang menghubungkan bintang Cnc, Cnc, Cnc, Cnc, Cnc, dan Cnc.
Garis konstelasi rasi bintang ini membentuk suatu graf yang terdiri dari 6
simpul dan 5 sisi dengan 2 simpul berderajat 3. Graf ini merupakan graf planar
karena tidak ada sisi-sisi yang saling bersilangan. Graf ini juga tidak mempunyai
sirkuit sederhana dan merupakan graf terhubung.
2.5. Rasi Bintang Leo
Rasi bintang Leo merupakan rasi bintang yang secara simbolis dianggap
sebagai rasi bintang singa. Leo berada di antara Cancer di sebelah barat dan Virgo
20
di sebelah timur. Garis konstelasi rasi bintang ini menghubungkan bintang Leo,
Leo, Leo, Leo, Leo, 1 Leo, Leo, Leo, dan Leo.
Graf dalam rasi bintang ini terdiri dari 10 sisi dan 9 simpul dan merupakan
graf planar. Graf ini terdapat sirkuit sederhana maupun tak sederhana. Graf ini
bukan merupakan pohon karena mengandung sirkuit.
2.6. Rasi Bintang Virgo
Rasi bintang Virgo merupakan rasi bintang yang berada di antara Leo di
sebelah barat dan Libra di sebelah timur, rasi ini adalah salah satu dari rasi bintang
terbesar di langit. Virgo bisa ditemukan dengan mudah melalui bintang -nya,
Spica, yang dalam gambar terletak di dekat telapak tangan kiri.
Rasi bintang ini tersusun atas bintang Vir, 13 Vir, Vir, Vir, Vir, Vir,
Vir, Vir, 19 Vir, Vir, Vir, dan Vir yang membentuk garis konstelasi
Graf yang terbentuk dari rasi bintang Virgo ini terdiri dari 12 bintang
sebagai simpulnya dan 12 garis konstelasi sebagai sisinya. Graf dari rasi bintang
ini hamper mirip dengan graf dari rasi bintang Taurus. Yang membedakan dari
kedua graf tersebut adalah jumlah simpul dalam sirkuitnya. Graf Virgo ini
termasuk graf planar.
2.7. Rasi Bintang Libra
Rasi bintang Libra adalah suatu rasi bintang yang redup dan tidak
memiliki bintang dengan magnitudo pertama, berada di antara Virgo di sebelah
barat dan Scorpius di sebelah timur. Rasi ini mempunyai penggambaran sebagai
timbangan. Garis konstelasinya dibentuk oleh bintang Lib, 2 Lib, Lib, Lib,
dan Lib.
Rasi bintang ini membentuk suatu graf yang dapat dikatakan sederhana
jika dibandingkan dengan rasi bintang lainnya. Graf ini terbentuk dari 5 simpul
dan 5 sisi dan mengandung sirkuit. Graf ini merupakan graf planar karena tidak
21
mengandung sisi-sisi yang saling memotong. Graf ini juga memiliki lintasan Euler
dan Hamilton.
2.8. Rasi Bintang Scorpius
Rasi bintang Scorpius atau Kalajengking ini berada di antara Libra di
sebelah barat dan Sagitarius di sebelah timur serta merupakan salah satu rasi besar
yang terletak di belahan selatan dekat pusat Bima Sakti. Bintang Sco, Sco, 1
Sco, Sco, Sco, 1 Sco, 1 Sco, Sco, Sco,
Sco, Sco, Sco, dan 1 Sco membentuk garis konstelasi dari rasi
bintang ini. Garis konstelasi ini berjumlah 12 buah yang juga berarti 12 sisi dalam
graf. Jumlah bintang dalam garis konstelasi ini berjumlah 13 buah yang
merupakan 13 buah simpul dalam 12 sisi graf. Terdapat 1 buah simpul yang
memiliki derajat 4 yaitu simpul bintang Sco. Graf yang dibentuk ini tidak
mengandung sirkuit sederhana dan termasuk graf planar.
2.9. Rasi Bintang Sagittarius
Rasi bintang Sagittarius dengan gambar seorang pemanah seperti pada
gambar di atas berada di antara Scorpius di sebelah barat dan Capricornus di
sebelah timur. Rasi bintang ini terdiri dari 21 bintang yang menyusun 24 garis
konstelasi. Bintang-bintang tersebut adalah 2 Sgr, Sgr, Sgr, 1 Sgr, c Sgr, h1
Sgr, Sgr, Sgr, Sgr, 2 Sgr, Sgr, d Sgr, 1 Sgr, Sgr, Sgr, Sgr, Sgr,
Sgr, 3 Sgr, Sgr, dan Sgr. Dari seluruh rasi bintang zodiak, rasi bintang
Sagittarius memiliki bintang penyusun konstelasi paling banyak.
Graf yang terbentuk dari garis konstelasi Sagittarius mempunyai 21 simpul
dan 24 sisi yang mempunyai sirkuit sederhana. Graf ini juga termasuk graf planar.
Graf ini memiliki simpul dengan derajat maksimum sejumlah 4 derajat.
2.10. Rasi Bintang Capricornus
22
23
ini antara lain Psc, Psc, Psc, Psc, Psc, Psc, d Psc, 62 Psc, Psc, Psc,
Psc, Psc, Psc, Psc, Psc, Psc, Psc, dan Psc.
Sepintas rasi bintang Pisces terlihat seperti pohon, namun jika dilihat lebih
teliti maka rasi bintang Pisces merupakan graf biasa karena pada daerah kepala
kedua ikan terdapat sirkuit
Graf yang terbentuk ini terdiri dari 19 sisi dan 18 simpul dan terdapat 2
upagraf yang membentuk sirkuit sederhana. Graf ini juga memiliki lintasan Euler
dan Hamilton.
2.13. Rasi Bintang Ophiuchus
Rasi Bintang Ophiuchus adalah salah satu dari 88 rasi bintang, dan juga
satu dari 48 rasi yang didaftar oleh Ptolemeus. Dari ke-13 zodiak modern (rasi
bintang pada ekliptika), Ofiukus adalah satu-satunya yang tidak termasuk
lambang astrologi. Jika dilihat secara keseluruhan, rasi bintang Ophiuchus
berbentuk gambar seseorang yang memegang ular. Ular tersebut tidak termasuk
dalam rasi bintang Ophiuchus tetapi masuk ke dalam rasi bintang Serpens yang
berupa graf yang tidak terhubung. Rasi bintang Ophiuchus merupakan graf
terhubung dengan 7 simpul berupa bintang-bintang penyusun yang dilewati oleh
garis konstelasi yang membentuk 7 sisi graf.
Ketujuh bintang yang membentuk simpul pada graf adalah Oph, Oph,
Oph, c Oph, Oph, Oph, dan Oph. Graf ini mempunyai upagraf yang
mempunyai sirkuit sederhana dan lintasan Euler dan Hamilton.
24
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Bintang adalah benda angkasa yang mempunyai cahaya sendiri dan gas
pijar.
2. Matahari terdiri dari adalah lapisan inti, fotosfer, kromosfer, dan korona.
3. Bintang terlahir di dalam awan hidrogen dan debu yang sangat besar
yang disebut nebula.
25
4. Bintang yang terdekat dari kita setelah matahari (jarak 150.000.000 km)
adalah bintang Proksima Centauri yang berjarak 40.000.000 km.
5. Gerak sejati bintang dibedakan menjadi dua berdasarkan arah geraknya,
yaitu kecepatan radial dan kecepatan tangensial.
6. Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan
magnitude
7. Graf yang terbentuk dari rasi bintang zodiak merupakan graf planar.
8. Graf yang terbentuk dari rasi bintang zodiak merupakan graf terhubung.
SARAN
Matahari memegang peranan yang sangat penting dalam segala dinamika
yang terjadi di tata surya dimana merupakan dapur ilmiah raksasa tempat proses
ledakan nuklir yang sangat dahsyat. Dari sekian banyak pengetahuan tentang
matahari, tentunya hanya sedikit yang telah diketahui oleh manusia. Tatasurya
yang terlihat sekarang pun merupakan tatasurya yang sekedar telah teramati.
Masih banyak misteri yang belum terungkap yang terus menggelitik rasa
keingintahuan kita. Berbagai proyek sudah direncanakan. Pengiriman manusia ke
mars, penjelajahan koloni manusia, pencarian makhluk cerdas sebagai teman di
alam semesta maha luas ini dan sebagainya. Tentunya semua itu harus di dukung
oleh peralatan yang canggih bertekhnologi tinggi. Berharap dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan, termasuk jaringan kerjasama yang terkait
dengan astronomi dan berbagai bidang keilmuan lain, tentunya rasa optimis untuk
semakin menambah wawasan mengenai tatasurya secara khusus dan jagad raya
secara umum perlu dikedepankan pada generasi masa depan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27