Anda di halaman 1dari 10

terapi akupuntur terhadap pasien stroke

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah
Stroke. Istilah ini lebih populer di banding CVA. Kelainan ini terjadi pada organ otak. Lebih
tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak. Berupa penurunan kualitas pembuluh
darah otak.
Stroke menyebabkan angka kematian yang

tinggi. Kejadian sebagian besar dialami

oleh kaum lai-laki daripada wanita (selisih 19 % lebih tinggi) dan usia umumnya di atas 55
tahun.
1.2 Tujuan
a.

Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui trend isu terapi pada penyakit stroke

b. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengetahui definisi stroke


Mengetahui etiologi stroke
Mengetahui patofisiologi terjadinya stroke
Mengetahui WOC dari stroke
Mengetahui tanda dan gejala stroke
Mengetahui diagnosis stroke
Mengetahui penatalaksanaan pasien stroke
Mengetahui komplikasi stroke
Mengetahui terapi untuk menangani stroke

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Stroke
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik (Mansjoer, 2001).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan
pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
1. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai
dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala,
mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik
dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik
2. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra
serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran,
pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk

2.2 Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
1. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain.
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2001) adalah:
1. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit
jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
2. Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat,
kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

2.3 Patofisiologi
1.

Stroke Non Hemoragik


Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau

embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding


pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi
infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang
cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2.

Stroke Hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau

ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya


konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh

akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

2.4 WOC
2.5 Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit
stroke adalah
a. kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh,
b. hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

pada satu atau kedua mata,


pusing dan pingsan,
nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas,
bicara tidak jelas (pelo),
sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat,
tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,
ketidakseimbangan dan terjatuh,
hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

2.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5
hari setelah infark serebral.
2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskuler.
3. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002)
adalah:
1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi
otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen

suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima
akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi
ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
3.

meluasnya area cedera.


Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah
jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
1.

Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.


2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli
serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak sepintas. Tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik
subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
4.

thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.


MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,

hemoragik, dan malformasi arteriovena.


5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak
dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.

BAB III
TERAPI AKUPUNTUR PASIEN STROKE
Akupunktur merupakan suatu sistem pengobatan tradisional dari Cina yang telah
digunakan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Teori pengobatan tusuk jarum Cina
didasarkan pada pemikiran bahwa ada suatu pola aliran energi (Qi) yang melalui sistem
meridian tubuh. Gangguan pada aliran energi ini dipercaya mengakibatkan penyakit pada
manusia. Akupunktur akan membantu memulihkan kembali pola aliran energi tersebut
sehingga penyakit dapat disembuhkan. Metode akupunktur yang diberi nama Akupunktur
GI merupakan penyederhanaan terhadap metode akupunktur dari Cina. Akupunktur GI
merupakan metode penusukan jarum akupunktur berdasarkan prinsip pemijatan dengan titik
utama 2 di leher, 3 di perut, dan 2 di tungkai bawah. Lama terapi yang disarankan yaitu
selama dua bulan. Berdasarkan psycho neuroendocrine immunology, tubuh merupakan
kesatuan dari sistem psikis, saraf, hormon dan imun. Akupunktur GI berperan melalui
stimulasi sistem saraf untuk mengembalikan homeostasis tubuh.
Penyederhanaan metode akupunktur ini dilakukan dengan tujuan Akupunktur GI dapat
dipelajari dengan lebih mudah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat sebagai upaya
peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia, terutama bagi golongan masyarakat yang
keadaan keuangannya tidak begitu baik Akupunktur dapat diberikan segera pada stroke
iskemik, namun pada stroke perdarahan akupunktur dapat dimulai setelah kondisi pasien
sudah stabil (2-3 minggu pasca serangan stroke).
Menurut survei yang dilakukan Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) pada tahun 2004,
stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. WHO
(World Health Organization) menyatakan akupunktur sebagai pengobatan efektif menangani
kasus stroke
3.1 Kelebihan Terapi Akupuntur
a.

Mudah dilakukan, karena tidak melihatjenis kelamin dan usia,

b. Aman, karena tidak ada efek samping yang dapat ditimbulkan seperti pemakaian obat dalam
jangka panjang,
c.

Rasional, karena banyak penelitian yang membuktikan akupuntur termasuk salah satu
alternatif pengobatan,

d. Afektif mengurangi keluhan pasien,


e.

Murah, apabila dibandingkan dengan metode pengobatan yang lain.

3.2 Efek Negatif


Pada umumya, terapi akupuntur atau tusuk jarum tidak memiliki efek samping yang
berbahaya. Pada saat jarum ditusukkan ke kulit, rasa nyeri yang ditimbulkan tidak terlalu
mengganggu. Rasa nyeri, ngilu atau pegal yang ditimbulkan dikatakan sebagai tanda
terangsangnya sistem syaraf pasien. Kecil sekali kemungkinan adanya pendarahan, terkecuali
bagi mereka yang memang mengalami kelainan pada hemoglobin darah.
Bahaya infeksi yang kemungkinan timbul, dapat diminimalisir dengan penggunaan
jarum sekali pakai. Beberapa penelitian juga tidak menemukan adanya bahaya yang dapat
timbul berkenaan dengan penggunaan jarum atau terapi ini. Setidaknya, fakta ini
menunjukkan bahwa efek samping akupuntur yang berbahaya, yang selama ini dpertanyakan,
tidak terbukti.

3.3 Kontraindikasi Terapi Akupuntur


Adapun pasien yang sangat tidak disarankan melakukan terapi akupuntur adalah:
a.

Kedaruratan medik,

b. Gangguan pembekuan darah,


c.

Ibu Hamil trimester pertama,

d. Menusuk daerah tumor atau kanker,


e.

Penderita yang memakai alat pacu jantung,

f.

Menusuk kulit yang sedang mengalami radang.

3.4 Penyakit yang dapat diobati Terapi Akupuntur


a.

Gangguan saluran pernafasan (Sinusitis, Rhinitis, Influensa, Batuk, Asthma),

b. Gangguan Pencernaan (Maag, Konstipasi, Diare, Cegukan , Mual Muntah)

c.

Gangguan Muskuloskeletal / Otot dan persendian (Sakit Kepala, Vertigo, Migrain, Bells
Palsy, Neuropati Perifer, Nyeri Pinggang, Kaku Leher, Frozen Shoulder, Myalgia, Nyeri
Lutut, Post Stroke, Tennis Albow).

d. Keadaan Tertentu (Kegemukan, Kecantikan, Peningkatan Stamina, Penurunan Kadar Gula)


3.5 Metode Akupuntur pada Stroke
Adapun metode akupunktur yang dapat digunakan pada penyakit stroke sesuai
tujuan yang ingin dicapai yaitu:

Akupunktur tubuh (untuk merangsang otot-otot perifer yang lumpuh supaya pulih kembali,
mengatasi nyeri, menurunkan kolesterol darah, menurunkan gula darah pada kencing manis
dan menurunkan berat badan).

Mikro akupunktur telinga (mengatasi stress, nyeri, depresi, dan menurunkan tekanan darah)

Mikro akupunktur kepala (merangsang pusat otak yang mengendalikan pergerakan tubuh
dan pusat bicara)

3.6 Manfaat Akupuntur terhadap Penyakit Stroke


Dapat diringkas beberapa efek atau manfaat akupunktur terhadap penyakit stroke
adalah sebagai berikut :
a.

Meningkatkan suplai darah/oksigen di daerah otak yang mengalami kerusakan

b. Menurunkan tekanan darah pada hipertensi


c.

Menurunkan kolesterol darah jika tinggi

d. Meurunkan gula darah pada kencing manis


e.

Menekan radikal bebas sehingga kerusakan otak lebih lanjut dapat dihambat

f.

Merangsang pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh

g. Mengatasi stress, depresi dan nyeri.


h.

Bukti terbaru pada hewan percobaan akupunktur dapat merangsang perbaikan saraf yang
mengalami kerusakan.

i.

Memperbaiki gangguan elektrik otak terutama yang berhubungan dengan saraf untuk
pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh

BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau
penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral
sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. Stroke
diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Stroke Hemoragic dan Stroke Non Hemoragic. Stroke
biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu: Thrombosis, Embolisme serebral,
Iskemia dan Hemoragi serebral. Menurut survei yang dilakukan Yayasan Stroke Indonesia
(Yastroki) pada tahun 2004, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker.

WHO (World Health Organization) menyatakan akupunktur sebagai pengobatan efektif


menangani kasus stroke. Manfaat akupunktur terhadap penyakit stroke antara lain :
Meningkatkan suplai darah/oksigen di daerah otak yang mengalami kerusakan, menekan
radikal bebas sehingga kerusakan otak lebih lanjut dapat dihambat, merangsang pergerakan
otot lengan-kaki yang lumpuh, mengatasi stress, depresi, nyeri,dll. Bukti terbaru pada hewan
percobaan akupunktur dapat merangsang perbaikan saraf yang mengalami kerusakan dan
memperbaiki gangguan elektrik otak terutama yang berhubungan dengan saraf untuk
pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh.
1.2 Saran
Sebaiknya untuk metode terapi akupuntur GI pada pasien stroke ini penggunaan
jarumnya harus menggunakan jarum yang steril sehingga tidak menimbulkan efek yang
negatif. Dan jarum yang digunakan harus dengan menggunakan jarum yang baru, agar pasien
baru yang akan melakukan terapi akupuntur tidak tertular penyakit pasien sebelumnya yang
jikalau mempunyai riwayat penyakit menular.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A,dkk.2001. Kapita

Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius.
.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC.
Yogyakarta: Media Action
Price, S.A & Wilson. L.M.2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C & Bare, B.G.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai