BAB II
TEORI DASAR
mempunyai
kepekatan
yang
sangat
rendah,
tetapi
P
R.T
2.FL
b. .v 2 .c
Dimana :
CL
= Koefisien lift
= kecepatan udara
= panjang Chord
FL
2.P
.udara
a. Tekanan Statis
Yaitu
tekanan
yang
tegak
lurus
terhadap
aliran
fluida,
dimana
kecepatannya (v) konstan. Bila mengukur tekanan ini harus dijaga agar
alirannya tidak terganggu. Cara yang paling tepat untuk melakukan hal
ini adalah dengan mengukur melalui sebuah lubang didepan.
b. Tekanan Stagnasi
Yaitu tekanan yang searah dengan arah aliran fluidanya dimana
kecepatannya mendekati nol (v 0 ). Untuk mengukur tekanan ini,
ditempat aliran itu diperlambat hingga v = 0 m/s. Selisih antara P stag
dan Pstatis ditentukan sebagai ukuran kecepatan alirannya.
Lapisan fluida yang kecepatannya dipengaruhi oleh tegangan geser
batas. Dalam menentukan harga bilangan Reynolds digunakan rumus :
Re =
Dimana :
V .c
v
b2
b
AP c
Vs =
CLmaks
.
Ap
1/ 2
Keterangan tahapan
1. Titik macet belakang dipermukaan atas, gaya angkat belum tumpul.
2. Ujung belakang yang tajam menginduksikan pemisahan dalam bentuk
vorteks awal, timbul sedikit pengangkatan.
3. Vorteks awal terlontar, dan garis mengalir dengan halus dari ujung
belakang, pengangkatan telah mencapai 80 %.
4. Vorteks awal terlontar jauh kebelakang, aliran di ujung belakang sangat
halus dan pengangkatan telah berkembang penuh.
KOEFISIEN LIFT (M)
pesawat
terbang
model
maupun
pesawat
terbang
yang
sesungguhnya
pada
prinsipnya
akan
mempunyai
empat
komponen
Gaya Angkat
Gaya angkat ini sebagian besar ditimbulkan pada sayap pesawat
terbang dan biasanya digunakan untuk melawan gaya gravitasi bumi yang
masih menarik pesawat tersebut ke arah bawah.
Gaya angkat yang dalam hal ini dikhususkan pada gaya angkat sayap
dapat timbul jika suatu sayap pesawat terbang bergerak di dalam suatu
fluida yang dalam hal ini udara. Udara yang mengalir melalui bagian atas
sayap bergerak lebih cepat daripada udara yang mengalir di bagian bawah
sayap. Hal ini menyebabkan tekanan yang terjadi pada bagian atas sayap
lebih rendah daripada tekanan yang terjadi di bagian bawah.
L = Cl
Keterangan :
V2 S
Cl = Koefisien
gaya
angkat
yang
dipengaruhi
oleh sudut landa terhadap udara
Gaya Gravitasi
Seperti telah diterangkan pada bagian terdahulu, gaya angkat sayap
bekerja untuk melawan gaya gravitasi bumi yang selalu berusaha menarik
pesawat terbang untuk mendekati bumi. Apabila pada suatu pesawat
terbang
gravitasi
dan
gaya
angkat
pesawat
berada
pada
tahap
Besarnya gaya drag ini sangat menentukan apakah suatu pesawat terbang
akan dapat melaju dengan ringan dan cepat atau tidak.
Pada prinsipnya, gaya yang ditimbulkan karena gesekan udara
ini dipengaruhi oleh luas permukaan dan bentuk dari pesawat terbang itu
sendiri. Umumnya bagian yang paling luas permukaannya dari sebuah
pesawat terbang ialah sayapnya. Oleh karena itu dalam dunia penerbangan
dikenal pula perhitungan drag ini berdasarkan luas permukaan sayap.
Gaya drag dapat dirumuskan sebagai berikut:
D = Cd
S V2
Keterangan :
Drag (gesekan udara)
Cd
= Coefisien drag
= Luas sayap
= kecepatan relatif
gaya-gaya
4.
Gaya Tarik
Gaya tarik atau gaya dorong (Thrust) bekerja searah dengan arah
gerakan pesawat terbang, dan bertugas untuk mempertahankan kondisi
agar pesawat dapat tetap melaju dengan kecepatan tertentu.
Gaya thrust ini biasanya ditimbulkan oleh tarikan baling-baling yang
berputar dengan cepat di bagian depan atau di sayap, atau dapat pula
ditimbulkan oleh mesin jet yang menyemburkan gas buang ke arah
tertentu.
Propeller
Gaya tarik atau
dapat pula dihasilkan oleh kekuatan mesin yang dimiliki oleh pesawat
terbang dengan bantuan peralatan tertentu.
Dalam dunia aero modeling, peralatan pengubah putaran mesin
menjadi gaya tarik atau thrust yang paling sering dipergunakan ialah
propeller / baling-baling.
Karena tugasnya hanya mengubah tenaga dari mesin menjadi gaya tarik,
maka haruslah efisien atau dengan kata lain , kalau bisa seluruh daya pada
mesin di ubah olehnya menjadi gaya tarik yang besarnya sama dengan
daya mesin yang menggerakkannya.
Untuk mendapatkan efisiensi yang setinggi-tingginya, maka propeller
dirancang dengan desain tertentu untuk daya dan putaran mesin yang
tertentu pula. Ukuran propeller pertama-tama harus kita kenal ialah
diameter
dan
8 x 6
Diameter 8 inch
pitch 6 inch
terbang
jenis
ini
tidak
menggunakan
mesin
diwaktu
kebawah.
Sebuah
pesawat
layang
(glider)
akan
dapat
Dengan kata lain gaya thrust adalah salah satu komponen dari gravitasi
total yang bekerja pada pesawat tersebut. Karena sifatnya meluncur ke
depan sewaktu melayang turun tertarik oleh gaya gravity itulah makanya
dikenal dengan istilah Glade Ratio yang mempunyai arti jarak yang dapat
ditempuh oleh sebuah pesawat terbang melayang tanpa bantuan mesin
selama ketinggiannya berkurang satu-kesatuan jarak.
Kestabilan terbang
Kita ketahui bahwa pesawat terbang itu berada dalam daerah tiga
dimensi, dan setiap benda yang berada di dalam ruang tiga dimensi akan
bergerak berputar secara tidak menentu jika gaya-gaya yang bekerja pada
seluruh bagian badannya tidak ter koordinasi secara serasi sehingga
berada di dalam kondisi setimbang. Demikian pula pada pesawat terbang,
gaya angkat sayap yang semula berguna untuk mengangkat sebuah
pesawat terbang sehingga mengudara dapat menyebabkan pesawat
tersebut berputar pada titik beratnya jika resultan dari keseluruhan gaya
angkat yang terjadi di seluruh permukaan pesawat tersebut tidak bekerja
tepat pada titik berat tersebut.
maka
dibuatlah
sebuah
perangkat
yang
tugasnya
untuk
Bentuk airfoil yang digunakan dalam aeromodeling pada umumnya adalah serupa dengan
airfoil yang dipergunakan pada pesawat terbang yang sesungguhnya yaitu sama-sama berasal
dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh para ahli Aerodinamika di seluruh
dunia.
Model airfoil yang dikeluarkan oleh lembaga penerbangan Amerika NACA, atau lebih
dikenal sekarang dengan sebutan NASA dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
Untuk sebuah pesawat terbang layang seperti glidder, chuck glidder dan sebagainya
mengutamakan faktor melayang dengan sebaik-baiknya, biasanya digunakan airfoil NACA
6312 (12% flat bottom), ataupun NACA 7408.
Untuk menginginkan kelincahan, terutama untuk pesawat model aerobatic seperti halnya
control line aerobatic ataupun radio control aerobatic, kita akan memilih airfoil NACA 0017
sampai dengan 0020.
Untuk pesawat terbang yang memiliki kecepatan seperti halnya radio control race, control
line racing dan beberapa pesawat terbang combat, kita memilih jenis airfoil mungkin tipe
seperti NACA 0010 misalnya.
Pesawat model radio control yang menggunakan motor biasanya akan kita pasangi sayap
yang ber airfoil semi simetris dengan ketebalan sekitar 12%, seperti halnya NACA 4312
ataupun NACA 4512.
Pada sayap yang berkerangka kayu, kita akan melihat adanya suatu bagian yang dipasang
pada sayap sedemikian rupa sehingga apabila sayap tersebut dipotong dalam arah gerak tegak
lurus terhadap panjangnya akan memperlihatkan penampang airfoil seperti yang telah kita
kenal sebelumnya. Bagian ini kita sebut Wing Rib. Wing rib dalam konstruksi kayu balsa
biasanya dipasang berjejer sepanjang sayap seperti tampak pada gambar berikut ini.
Disamping istilah wing rib, pada konstruksi sayap kita juga mengenal bagian yang
disebut leading edge. Leading edge adalah bagian sayap yang terletak paling depan, dan sangat
menentukan beberapa karakteristik penerbangan suatu pesawat. Bagian ini menentukan apakah
konstruksi sayap ditujukan untuk penerbangan cepat, atau dirancang untuk terbang lambat. Hal
ini terjadi karena yang pertama-tama membelah udara ketika pesawat terbang melaju di udara.
Selanjutnya bagian yang memegang peranan dalam segi kekuatan konstruksi sayap, yaitu
spar. Memang spar inilah yang nantinya menahan sayap agar tidak melengkung akibat daya
angkat yang dihasilkannya. Apabila konstruksi sayap terutama sparnya tidak kuat menahan
beban, ada kemungkinan sayap pesawat akan melengkung dan mungkin tak jarang akan patah.
Bagian lain dari konstruksi sayap pesawat terbang model dari kayu adalah trailing edge
yang merupakan bagian sayap yang terletak di bagian belakang dan menentukan apakah udara
akan mengalir melalui sayap tersebut akan kembali secara mulus ke dalam bentuk semula atau
dengan cara melingkar-lingkar sebagai gejala turbulensi.
Dengan trailing edge yang mempunyai bentuk tertentu maka pesawat model akan
mempunyai kecepatan luncur yang tertentu pula.
Apabila wingrib diletakkan pada jarak yang renggang sedangkan multi spar yang
bertugas menyangga ketebalan airfoil tersebut tidak diterapkan, maka pada waktu sampul,
sayap akan berbentuk seperti gambar Berikut.
BAB III
Sonic
Wind
Tunnel
digunakan
sebagai
instalasi
Yaitu
yaitu
alat
untuk
menurunkan
kecepatan
dan
menaikkan tekanan
G. Fan, untuk menghisap udara
H. Pengatur Sudut Serang, untuk mengatur besarnya sudut
dari airfoil
I. Peredam/Silincer, untuk meredam getaran dan bunyi
J. Double Butterfly Valve, untuk mengatur debit udara keluar
K. Pitot Tube, untuk mengukur tekanan stagnasi
L. Fiber Washer, untuk mengamati NACA dari luar
M. Manometer,alat yang menggunakan kolom cairan untuk
menentukan perbedaan tekanan.