Anda di halaman 1dari 86

TINJAUAN TERHADAP IMPLEMENTASI HAK-HAK PASIEN BEDAH

DALAM PEMBERIAN INFORMASI MEDIS DI RSUD


DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2015

DIAN SARI
12D30012

PROGRAM STUDI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA BORNEO BANJARBARU
2015

TINJAUAN TERHADAP IMPLEMENTASI HAK-HAK PASIEN BEDAH


DALAM PEMBERIAN INFORMASI MEDIS DI RSUD
DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
Perekam dan Informasi Kesehatan (A.Md. RMIK)

DIAN SARI
12D30012

PROGRAM STUDI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA BORNEO BANJARBARU
2015

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

: Dian Sari

NIM

: 12030012

Program Studi

: 0111 Perekam dan Informasi Kesehatan

Judul

: Tinjauan Terhadap Implementasi Hak-Hak Pasien


Bedah

dalam memberikan Informasi Medis di

RSUO Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin


Tahun 2015
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah ini belum diajukan ke
perguruan tinggi manapun dan dalam bentuk apapun, sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkn maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain terlah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
di bagian akhir karya i1miahini.

Penulis,

SARI)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama

: Dian Sari

NIM

: 12030012

Karya Tulis IImiah ini telah disetujui untuk disidangkan

Banjarbaru. 23 Juni 2015

Pembimbing Utarna,
Rizana Mirza, SH, M.Kes
Pembimbing Pendamping.
iah, Amd. RMIK

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama

: Dian Sari

NIM

: 12030012

Karya Tulis IImiah ini telah disetujui untuk disidangkan

Banjarbaru, 26 Aqustus 2015

Pembimbing Utama,

.-.-y

Rizana Mirza. SH. M.Kes

Pembimbing Pendamping,

LEMBAR PENGESAHAN

Nama

: Dian Sari

NIM

: 12D30012

Karya Tulis IImiah ini telah dipertahankan di depan dewan penguji dan disetujui
Pada tanggal : 29 Agustus 2015

Penguji 1 (Ketua)

Rizana Mirza, SH, M.Kes

Penguji 2 (Anggota),

Pe~uji 3 (Anggota),

Armiati,'A.Md. RMIK, S.Pd


NIK: 113071872032
Diketahui:
PLH. Ketua Program Studi

Ketua Sekolah Tinggi IImu

Perekam dan Informasi

Tanggal Lulus :..

!1.9 ... SEP..... 2015'


vi

MOTTO
# Berusahalah jangan
sampai terlengah
Walau
sedetik saja
Karena atas
kelengahan,
kita tak akan bisa dikembalikan
seperti semula

# Bersabar, Berusaha, dan


Bersyukur
-

Bersabar dalam
berusaha

Berusaha dengan tekun dan


pantang menyerah
-

Bersyukur atas apa


yang diperoleh

vii

PERSEMBAHAN
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain engkau YA ALLAH.
Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu, saya bisa menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah. Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Alm. Usman Kiki dan Ibunda Hajijah.
Anakmu mencoba untuk memberikan terbaik untukmu. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuatmu bahagia. Betapa diri ini ingin melihat kalian
bangga padaku. Tak ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian. Terima
kasih atas dukungan moril dan materil untukku selama ini. Meskipun Alm.
Ayah tidak bisa melihat bangga secara langsung semoga disana bisa melihat
ku tersenyum bangga karena sudah membuktikan apa yang Alm. Ayah
inginkan.
2. Kakak dan adik-adikku, Fitria usman, Chairul Ihsan, dan Chairunnisa terima
kasih sudah menjadi saudaraku yang terbaik. Semoga kita semua bisa
bahagiakan mama dan Alm. Ayah bisa tersenyum bahagia di alam sana.
3. Dosen-dosen ku yang telah menjadi orang tua keduaku, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu selalu member motivasi untukku, ucapan terima
kasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah kalian berikan sangat
bermanfaat untukku.
4. Dosen pembimbingku Bapak Rizana Mirza, SH, M.Kes dan Ibu Mariatul
Qiftiah, A.Md. RMIK yang sudah memberikan bimbingan, dan saran dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Kampusku terima kasih untuk selama ini, semoga kampus kita lebih maju lagi
kedepanny.
6. Buat orang yang tersayang terima kasih kasih sayang, perhatian, dan
semangatnya untukku.
7. Sahabat-sahabatku tersayang Devi, Anjar, Fitriani, Juwita, Raizatul, Putri,
Ernia, Husna, Fitri Hardiana. Terima kasih karena kalian selalu siap
menampung air mata, tawa, dan tempat bertukar pikiran. Persahabatan ini
takkan terlupakan sampai akhir hayat memisahkan kita.
8. Untuk teman-taman seperjuanganku kampus STIKES Husada Borneo
angkatan 2012. Mari kita lanjutkan perjuangan kita diluar sana.

viii

ABSTRAK
DIAN SARI, 12D30012
TINJAUAN TERHADAP IMPLEMENTASI HAK-HAK PASIEN BEDAH DALAM
PEMBERIAN INFORMASI MEDIS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN 2015
KTI. Program Studi DIII Perekam dan Informasi Kesehatan. 2015
(xviii+43+lampiran)
Hak atas informasi dan hak memberikan persetujuan tindakan medis
terwujud dalam bentuk informed consent. Dari hasil observasi yang dilakukan
ditemukan belum sepenuhnya informasi medis tersebut
diinformasikan oleh
dokter kepada pasien dengan jelas dan lengkap, padahal pasien mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi medis seperti diagnosis, tata cara tindakan medis,
resiko, komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis dan perkiraan biaya. Informasi
medis tersebut harus dijelaskan agar pasien mengerti dan memahami sebelum
mengambil keputusan persetujuan tindakan tersebut. Penelitian ini bertujuan
mengetahui implementasi hak-hak pasien bedah dalam pemberian informasi
medis di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2015. Penelitian ini
menggunakan metode desktiptif. Penelitian ini menggunakan 30 responden
pasien bedah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terdapat 10 pasien
(33%) memahami, 20 pasien (67%) kurang memahami. Terdapat mengenai
informasi medis tentang diagnosa sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan, tujuan
tindakan medis sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan, Resiko sebanyak 13
pasien (43%) dijelaskan dan tidak dijelaskan
17 pasien (57%), komplikasi
sebanyak pasien 13 (43%) dijelaskan dan 17 (57%) tidak dijelaskan, Pragnosis
sebanyak 18 pasien (60%) dijelaskan dan 12 pasien (40%) tidak dijelaskan,
perkiraan biaya sebanyak 5 pasien (17%) dan 25 pasien (83%) tidak dijelaskan.
Dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa tidak terpenuhinya hak-hak pasien
bedah dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin tahun 2015.
Daftar Pustaka
Kata Kunci

: 15 (2005-2014)
: Hak, pasien, informed consent

ix

ABSTRACT

DIAN SARI, 12D30012


REVIEW OF IMPLEMENTATION OF SURGERY PATIENTS 'RIGHTS IN
RENDERING MEDICAL INFORMATION IN L DR . H. MOCH . ANSARI SALEH
HOSPITAL BANJARMASIN 2015
KTI . Scientific Writing DIII Recorder and Health Information. 2015
(xviii+43+ attachments)
The right to information and the right to approve medical action materialized
in the form of informed consent . From the results of observation conducted found
that medical information is not yet fully informed by the physician to the patient
with clear and complete, even though the patient has the right to obtain medical
information such as diagnoses, procedures for medical action, risks, possible
complication, prognosis and cost estimates. The medical information should be
explained so that pastients know and understand before taking such action the
approval decision. This study aims to determine the implementation of the rights
of surgical patients in the provision of medical information in Hospital Dr. H. Moch
. Ansari Saleh Banjarmasin 2015. This research uses descriptive method . This
study uses 30 respondents surgical patients. Based on observations and
interviews there were 10 patients ( 33 % ) understand , 20 patients ( 67 % ) are
less understood . There are about medical information on diagnosis by 30
patients ( 100 % ) explained , the purpose of medical action of 30 patients ( 100
% ) is explained , Risk as many as 13 patients ( 43 % ) described and not
dijelasakan 17 patients ( 57 % ) , complications of as many as 13 patients ( 43 %
) described and 17 ( 57 % ) are not described , Pragnosis total of 18 patients ( 60
% ) described and 12 patients ( 40 % ) is not described , the estimated cost of as
much as 5 patients ( 17 % ) and 25 patients ( 83 % ) did not explained . It can be
concluded that there are some surgical patients ' rights in the provision of medical
information in Hospital Dr. H. Moch . Ansari Saleh Banjarmasin 2015 .
Bibliography
Keyword

: 15 (2005-2014)
: Rights, patient, informed consent

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dimudahkan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Tinjauan implementasi
terhadap hak-hak pasien bedah dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2015. Karya Tulis ilmiah ini disusun
dan dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir untuk
menyelesaikan pendidikan pada program pendidikan DIII Perekam dan Informasi
Kesehatan di Stikes Husada Borneo Banjarbaru.
Dalam pelaksanaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis pendapat
banyak bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Dengan ini saya
ucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada Bapak Rizana Mirza, SH.
M.Kes selaku pembimbing utama dan Ibu Mariatul Qiftiah A.Md. RMIK selaku
pembimbing

pendamping

yang

telah

banyak

membimbing

saya

dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada;
1. Ketua Yayasan Stikes Husada Borneo, Bapak H. DR. Suharto, SE. MM
2. Ketua Stikes Husada Borneo, Bapak Rusman Efendi, SKM. M.Si yang telah
mendukung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kepala RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang telah menyetujui
peneliti untuk mengadakan penelitian di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
4. PLH. Ketua Program Studi DIII Perekam dan Informasi Kesehatan, Ibu
Armiati A.Md. RMIK, S.Pd yang banyak memberikan saya ilmu pengetahuan
dan pengalaman di kampus Stikes Husada Borneo.
5.

Seluruh pegawai Stikes Husada Borneo Banjarbaru yang telah membantu


dalam pembuatan surat izin Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

6. Seluruh dosen mata kuliah yang telah memberikan materi kuliah kepada saya
dan seluruh teman-teman yang membantu saya dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.

xi

7. Orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan doa dan dukungan
dengan tulus ikhlas dan mencurahkan segala kasih sayang dan semangat
tiada hentinya hingga terselesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.
8. Teman-teman mahasiswa Stikes Husada Borneo Banjarbaru yang telah
banyak memberikan bantuan dan memberikan saran untuk kelancaran
penulisan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan, sehingga penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini agar dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca.

Banjarbaru, 29 Agustus 2015

Peneliti

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.......................................................................................

HALAMAN JUDUL ......

ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................

iii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................

iv

LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN . .

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN/MOTTO ............................................................

vii

ABSTRAK.....................................................................................................

ix

ABSTRACT ..................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xvii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................

1.1

Latar Belakang ..................................................................................

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................

1.3

Tujuan Peneliti...................................................................................

1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................

1.4

Manfaat Bagi Peneliti.........................................................................

1.5

Keaslian Penulis ................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................

2.1

Tinjauan Teori ...................................................................................


xiii

2.2

Landasan Teori .................................................................................

19

2.3

Kerangka Konsep Penelitian .............................................................

20

BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................

21

3.1

Rancangan Peneliti ...........................................................................

21

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................

21

3.3

Subyek Penelitian..............................................................................

21

3.4

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................

22

3.5

Instrumen Penelitian..........................................................................

22

3.6

Teknik Pengumpulan Data ................................................................

23

3.7

Teknik Analisis Data ..........................................................................

23

3.8

Prosedur Penelitian ...........................................................................

24

3.9

Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ...

25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

26

4.1

Hasil Penelitian..................................................................................

26

4.2

Pembahasan .....................................................................................

35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

38

5.1

Kesimpulan .......................................................................................

40

5.2

Saran ................................................................................................

41

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

42

LAMPIRAN

44

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................

21

Tabel 4.1 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter


sebelum mendapatkan tindakan medis........................................... 30
Tabel 4.2 Pelaksanaan Hak-hak pasien dalam menerima informasi
medis .........................................................................

xv

31

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1

Kerangka Konsep Penelitian..................................................

Gambar 4.1

Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter


sebelum mendapatkan tindakan medis...........

19

30

Gambar 4.2

Informasi medis tentang diagnosa ........................................

32

Gambar 4.3

Informasi medis tentang tindakan medis ...............................

33

Gambar 4.4

Informasi medis tentang resiko ..............................................

33

Gambar 4.5

Informasi medis tentang komplikasi ......................................

34

Gambar 4.6

Informasi medis tentang pragnosis .......................................

34

Gambar 4.7

Informasi medis tentang perkiraan biaya .............................

35

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Lembar Surat Izin Penelitian dari Stikes ..............................

19

Lampiran 2.

Lembar Surat Balasan dari Instansi Penelitian.......................

19

Lampiran 3

Lembar Surat Pengantar ke Ruangan Poliklinik Bedah .........

19

Lampiran 4

Lembar Surat Pengantar ke Ruangan Kumala (Bedah) ........

19

Lampiran 3.

Lembar Konsultasi pembimbing I ..........................................

19

Lampiran 4

Lembar Konsultasi Pembimbing II ........................................

19

Lampiran 5

Lembar Saran Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing I ........

19

Lampiran 6

Lembar Saran Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing II ........

19

Lampiran 7

Lembar Saran Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing III .......

19

Lampiran 8

Lembar Saran Perbaikan KTI Pembimbing I .........................

19

Lampiran 9

Lembar Saran Perbaikan KTI Pembimbing II ........................

19

Lampiran 10 Lembar Saran Perbaikan KTI Pembimbing III .......................

19

Lampiran 11

19

Lembar Daftar Hadir Seminar Hasil ......................................

Lampiran 12 Lembar Absensi Mahasiswa Menghadiri Seminar Hasil


Penelitian .............................................................................

19

Lampiran 13 Lembar Pedoman Observasi ................................................

19

Lampiran 14 Lembar Pedoman Wawancara .............................................

19

Lampiran 15 Lembar SPO Informed Consent ............................................

19

Lampiran 16 Lembar Dokter Spesialis Berdasarkan Jenis Spesialis


Tahun 2014 ..........................................................................

xvii

19

Lampiran 17 Lembar Sepuluh Diagnosa Terbanyak Pasien Rawat Inap


Tahun 2014 ..........................................................................

19

Lampiran 18 Lembar Rekapitulasi Kegiatan Pembedahan tahun 2014 .....

19

xvii
i

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,


peningkatan

kesehatan

penyembuhan

penyakit

(promotif),
(kuratif,

pencegahan
dan

pemulihan

penyakit

(preventif),

(rehabilitatif)

yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta keseimbangan (Siregar, 2004).


Kesehatan sebagai jasa publik adalah hak asasi manusia dibidang
kesehatan

yang

harus

dihormati

dan

dijunjung

tinggi

oleh

setiap

penyelengaraan pelayanan kesehatan. Penghormatan akan hak asasi


manusia ini tertuang dalam pasal 28H UUD 1945 yang mengatakan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
Secara sosiologis kedudukan pasien tampaknya lebih rendah dari pada
kedudukan tenaga kesehatan. Kedudukan dokter yang lebih tinggi rupanya
didasarkan atas kepercayaan pasien pada kemampuan dokter, disamping
adanya keawaman pasien terhadap ilmu dan teknologi kedokteran. Hal-hal
inilah yang mempengaruhi terbentuknya hubungan paternalistik antara dokter
dan pasien (Wiradharma, 2013).
Dokter bertanggung jawab selaku profesional dibidang medis yang
memiliki ciri tindakan medis berupa pemberian bantuan atau pertolongan
yang

seharusnya

selalu

berupaya
1

meningkatkan

keahlian

dan

keterampilannya

melalui

penelitian.

Pasien

bertanggung

jawab

atas

kebenaran informasi yang diberikan kepada dokter dan membayar biaya


administrasi

pengobatan.

Pasien

didalam

mendapatkan

pelayanan

kesehatan sering kali pasien hanya mengikuti kata dokter sehingga pasien
berada pada posisi yang lemah. Hubungan dokter dengan pasien tidaklah
seimbang, dokter sebagai orang yang mempunyai ilmu tentang kesehatan,
semua perkataan dan perintahnya akan diikuti oleh pasien sedangkan hak
pasien kadang terabaikan.
Tindakan dokter secara umum hanyalah menyangkut kewajiban untuk
mencapai tujuan tertentu yang didasarkan pada standar profesi medis.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesional dan menghormati hak pasien. Kewajiban dokter untuk
memberikan informed consent kepada pasien sebenarnya tidak terlepas dari
kewajiban dokter untuk memperoleh atau mendapatkan informasi yang benar
dari pasien.
Pemberi dan penerima pelayanan kesehatan mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dihormati, dalam ikatan demikian maka muncul
masalah persetujuan tindakan medik (informed consent). Disatu pihak, para
pemberi pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk melakukan
tindakan medik. Dipihak lain, pasien maupun keluarga mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan (Rismawan,
2008).
UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 tentang hakhak pasien, diantaranya adalah hak atas informasi dan hak memberikan
persetujuan tindakan medik. Pelaksanaan kedua hak tersebut diwujudkan
dalam bentuk informed consent sehingga

konsekuensinya adalah setiap

tindakan medik yang dilakukan tanpa informed

consent merupakan

perbuatan melanggar hukum. Sebelum melakukan tindakan medik, dokter


harus

memberikan

penjelasan

keluarganya untuk dimintai

atau

informasi

kepada

pasien

atau

persetujuannya mengenai suatu tindakan

sehingga pasien berhak untuk menerima dan menolak tindakan tersebut


(Guwandi, 2006).
Pelaksanaan informed consent terhadap pasien merupakan wewenang
dokter untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik yang akan dilakukan.
Pada pasal 56 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak menerima dan menolak
sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepada
pasien setelah menerima dan memahami informasi

mengenai tindakan

tersebut secara lengkap.


Kendala dalam memberikan informasi yang mungkin kurang dilakukan
oleh banyak dokter bisa saja karena kesibukan dan rutinitas pekerjaan dokter
kurang mempunyai waktu untuk memberikan seluruh informasi. Banyaknya
pasien yang dihadapi dokter setiap hari mungkin dapat menyebabkan dokter
mengalami kebosanan dan kejenuhan dalam memberikan informasi yang
berlebihan (Wiradharma, 2013).
Oleh karena itu, pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang

keadaan

dirinya,

penyakit

yang

dideritanya,

prospek

kesembuhannya, tindakan medis yang akan dilakukan, obat-obatan yang


akan dikonsumsinya, tenaga kesehatan akan merawatnya, dan sebagainya
(Macmud, 2012).
Hak pasien untuk menolak prosedur diagnostik dan terapi yang akan
direncanakan merupakan hak asasi manusia untuk menerima dan menolak
suatu yang ditawarkan. Oleh karena itu pasien memiliki hak dasar untuk
menentukan sendiri, harus diberikan hak untuk memberikan persetujuannya
terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya. Apabila pasien
menolak tindakan medik yang akan diberikan pelayanan medik, maka dokter
tidak boleh memaksakan kehendaknya, walaupun dokter tahu bahwa
penolakan tersebut dapat berdampak negatif pada kesembuhan pasien
(Machmud, 2012).
Dari survey pendahuluan di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin pada tanggal 14 April 2015 di ruang poli bedah, ditemukan

belum sepenuhnya informasi medis tersebut

diinformasikan oleh dokter

kepada pasien dengan jelas dan lengkap, padahal pasien mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi medis seperti diagnosis, tata cara tindakan
medis, resiko, komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis dan perkiraan
biaya. Informasi medis tersebut harus dijelaskan agar pasien mengerti dan
memahami sebelum mengambil keputusan persetujuan tindakan tersebut.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari 5 pasien, semua pasien yang
ingin melakukan tindakan kedokteran belum dijelaskannya informasi medis
tersebut oleh dokter seperti informasi medis mengenai penjelasan perjalanan
penyakit yang diderita dengan jelas, resiko yang mungkin terjadi, dan
mengenai perkiraan biaya pengobatan saat pasien ingin melakukan tindakan
operasi, padahal perkiraan mengenai biaya juga termasuk penting bagi
pasien. Pada saat wawancara dengan pasien, pasien juga mengatakan
perlunya penjelasan informasi medis itu dengan lengkap karena belum
memahami sepenuhnya penyakit yang dideritanya dan pasien juga perlunya
penjelasan

masalah

rincian

biaya

yang

ditanggungnya

untuk

bisa

mempersiapkan biayanya tersebut. Berdasarkan hal diatas penelitian


dilakukan untuk melihat implementasi

hak-hak pasien dalam pemberian

informasi medis.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, rumusan
masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi
hak-hak pasien bedah dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015 ?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui implementasi hak-hak pasien bedah dalam pemberian
informasi medis di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun
2015.

1.3.2

Tujuan Khusus
a. Mengetahui penjelasan informasi apa saja yang disampaikan dokter
kepada pasien.
b. Mengetahui pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter
sebelum mendapatkan tindakan medis.
c. Mengetahui pelaksanaan pemberian informasi medis.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Bagi Rumah Sakit


Dapat dijadikan masukan bagi pihak rumah sakit guna mengambil
keputusan dalam pemberian informasi, persetujuan dan penolakan dari
pasien sebelum bertindak untuk menyusun rencana peningkatan pelayanan
dalam memenuhi hak-hak pasien.

1.4.2

Bagi Akademik
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut
dengan topik yang sejenis serta untuk memperluas bahan referensi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.

1.4.3

Bagi peneliti
Dapat memperoleh pengetahuan dan menambah wawasan tentang
rekam medis, khususnya dalam hal hak pasien dalam pemberian informasi
medis kemudian dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.

1.5

Keaslian Penelitian
Penelitian dengan topik Tinjauan hak-hak pasien bedah dalam
pemberian informasi medis belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun
serupa dengan 2 judul penelitian yakni Tinjauan implementasi hak pasien
pada layanan di RSUD Banjarbaru (Roni Rizky Anugrah, 2014) dan Tingkat
Pengetahuan tentang hak dan kewajiban pasien atas informasi medis pasien
rawat inap kelas III di Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Karanganyar (Yan.
Sri Dugairsi, dkk, 2008).

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan


dilakukan adalah judul pertama menekankan pada hak pasien dalam
kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya karena
rekam medis dibawa sendiri ke poliklinik oleh keluarga atau orang yang
mengantarkan pasien dan penelitian dilakukan di RSUD Banjarbaru pada
tahun 2014. Pada judul kedua menekankan pada tingkat pengetahuan
tentang hak dan kewajiban pasien atas informasi medis pasien rawat inap
dan penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Karanganyar
pada tahun 2008.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Teori

2.1.1

Pengertian Rekam Medis


Berdasarkan PERMENKES RI

Nomor

269/MENKES/PER/III/2008

tentang rekam medis pasal 1, yang dimaksud dengan rekam medis adalah
berkas rekam medis yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
2.1.2

Kegunaan Rekam Medis


Berdasarkan PERMENKES

RI

Nomor

269/MENKES/PER/III/2008

tentang rekam medis pasal 13 menyebutkan bahwa rekam medis dapat


digunakan sebagai :
a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.
b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan
kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran
gigi.
c. Keperluan penelitian pendidikan.
d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan dan
e. Data statistik kesehatan.;
2.1.3

Hak Dasar atau Hak Asasi Manusia dalam Bidang Kesehatan


Hak dasar atau hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia
bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau negara, bukan jadi
berdasarkan hukum positif berlaku, melainkan berdasarkan martabatnya
sebagai manusia (Wiradharma, 2013).
Pada umumnya dikenal 2 jenis hak asasi manusia, yaitu hak dasar
sosial dan hak asasi individual. Batasan antara agak kabur, sehingga
diperlukan

suatu

landasan

pemikiran

yang

berbeda.

Hal

tersebut

dikarenakan hak asasi individual mempunyai aspek sosial. Hal ini berarti,
7

kedua kategori hak asasi tesebut dalam keadaannya mengungkapkan


dimensi individual dan sosial dari keberadaan atau eksistensi sesuatu. Hak
atas pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak asasi sosial manusia
(Wiradharma, 2013)
The right to health care akan menimbulkan hak individual lain lain, yaitu
the right to medical care atau hak atas pelayanan medis. Dalam setiap
negara hak atas pelayanan kesehatan akan terwujud secara baik atau tidak.
Ada empat faktor yang berkaitan dalam rangka melaksanakan hak atas
pemeliharaan kesehatan, yaitu faktor sarana, faktor geografis, faktor
finansial, dan faktor kualitas yang terdiri dari kualitas sarana dan kualitas
tenaga kesehatan (Wiradharma, 2013).
Jadi the right of self determinations sebagai hak dasar atau hak primer
individual, merupakan sumber dari hak individual, yaitu :
a. Hak atas privacy
Hak atas privacy sebagai hak sekunder dalam bidang kesehatan,
akan melahirkan hak pasien yang menyangkut segala sesuatu mengenai
keadaan diri sendiri atau badannya sendiri yang tidak ingin diketahui
orang lain, kecuali dokter yang memeriksanya. Hak ini yang dikenal
sebagai hak (pasien) atas kerahasian kedokteran.
b. Hak atas tubuhnya sendiri
Hak atas tubuhnya sendiri akan melahirkan hak pasien yang lain,
misalnya mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
terhadap

tubuhnya.

Tindakan

tersebut

sebelum

dilakukan

harus

mendapat persetujuan terlebih dahulu dan sebelumnya lagi, pasien harus


sudah mengerti akan penjelaskan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
tersebut.
2.1.4

Pengertian Hak dan Pasien


Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan
kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas
(Ismani, nila, 2001;20)

Pasien adalah orang yang berdasarkan pemeriksaan dokter dinyatakan


menderita mengidap penyakit baik didalam tubuh maupun didalam jiwanya,
termasuk juga orang yang datang kepada dokter hanya untuk check-up,
untuk konsultasi tentang masalah kesehatan dan lain-lain. Dilihat dari cara
perawatannya pasien dibedakan atas:
a. Pasien opname
Pasien opname adalah pasien yang memerlukan perawatan khusus
dan terus menerus secara teratur serta harus terhindar dari gangguan
situasi

dan

keadaan

dari

luar

yang

dapat

mempengaruhi

dan

menghambat proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien.


b. Pasien berobat jalan
Pasien berobat jalan adalah pasien yang tidak memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit seperti pasien opname.
2.1.5

Hak dan Kewajiban Pasien


Hak pasien adalah hak asasi yang bersumber dari hak dasar individual
dalam bidang kesehatan. Meskipun sebenarnya sama fundamentalnya, hak
atas pelayanan kesehatan sering dianggap lebih mendasar. Pasien
mempunyai hak dan kewajiban tertentu, demikian pula dokternya. Secara
umum pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi dan perawatan yang
bermutu.
Hak-hak pasien diatur dalam Undang-Undang dalam Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 :
a.

Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku


di Rumah Sakit.

b.

Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

c.

Memperoleh layanan manusiawi, adil jujur dan tanpa diskriminasi

d.

Memperoleh layanan kesehatan yang bemutu sesuai dengan standar


profesi dan standar prosedur operasional.

e.

Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar


dari kerugian fisik dan materi.

f.

Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat.

1
0

g.

Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan


peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

h.

Meminta konsultasi tentang penyakit yang diderita kepada dokter lain


yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.

i.

Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk


data-data medisnya.

j.

Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan


medis, resiko, dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

k.

Memberikan persetujuan atau penolakan atas tindakan yang dilakukan


oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang diderita.

l.

Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya


selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
n.

Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di


Rumah sakit.

o.

Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit


terhadap dirinya .

p.

Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama


dan kepercayaan yang dianutnya.

q.

Menggugat dan menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga


memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata atau pidana .

r.

Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar


pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Hak-hak pasien ini juga dicantumkan pada KODEKI (Kode Etika

Kedokteran Indonesia yaitu :


a. Hak untuk hidup, atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar.

1
1

b. Hak memperoleh pelayanan kedokteran manusiawi sesuai dengan


standar profesi kedokteran.
c. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi kedokteran
yang mengobatinya.
d. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapio yang
direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik.
e. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan
diikutinya serta menolak dan menerima keikutsertaannya dalam riset
kedokteran tersebut.
f.

Hak untuk rujuk kepada dokter spesialis bila perlu, dan dikembalikan
kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau
pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut.

g. Hak atas kerahasiaan atau rekam medik bersifat pribadi.


h. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.
i.

Hak untuk berhubungan dengan keluarga, penasehat atau rohaniawan


dan lain-lainnya yang diperlukan selama perawatan di rumah sakit.

j.

Hak untuk memperoleh penjelasan tentang rincian biaya rawat inap, obat,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG),
CT-Scan, Magnetic Imaging (MRI) dan sebagainya, (kalau dilakukan)
biaya kamar bedah, bersalin, imbalan jasa dokter dan lain-lainnya.
Secara umum memberikan penjelasan tentang hak-hak pasien dalam

pelayanan kesehatan sebagai berikut :


a. Hak pasien atas perawatan dan pengurusan.
b. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan
merawat pasien.
c. Hak menolak cara perawatan tertentu,
d. Hak atas informasi.
e. Hak atas rasa aman dan tidak terganggu.
f.

Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan.

1
2

Kewajiban pasien dalam transaksi terapeutik diatur pula secara


normatif dalam pasal 53 Undang-Undang Praktek Kedokteran, menyebutkan
sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
b. Memenuhi nasehat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
c. Memenuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan, dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Selain dalam perundang-undangan sebagaimana dalam pasal UndangUndang Praktek kedokteran diatas, pasien juga berkewajiban secara moral
dalam bidang kesehatan, yaitu menjaga kesehatannya yang menjalankan
aturan-aturan perawatan sesuai denagn nasehat dokter yang merawatnya.
Beberapa kewajiban pasien yang harus terpenuhinya dalam pelayanan
kesehatan sebagai berikut:
a. Kewajiban memberikan informasi.
b. Kewajiban melaksanakan nasehat dokter atau tenaga kesehatan.
c. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam
hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan.
d. Kewajiban memberikan imbalan jasa.
e. Kewajiban memberikan ganti rugi, apabila tindakannya merugikan dokter
atau tenaga kesehatan.
2.1.6

Kewajiban Dokter
Menurut

Leenan,

kewajiban

dokter

atau

dokter

gigi

dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan. Kewajiban-kewajiban dimaksud dibagi


menjadi 3 (tiga) kelompok (Wiradharma, 2012) yaitu :
a. Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medik dimana dokter harus
bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktik
kedokterannya secara lege artis.
b. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hakhak asasi dalam bidang kesehatan.

1
3

c. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan


kesehatan, misalnya dokter harus mempertimbangkan penulisan resep
obat yang harganya terjangkau dengn khasiat yang kira-kira sama dan
tidak menulis resep obat yang tidak benar-benar diperlukan. Keputusan
untuk merawat pasien di rumah sakit dilakukan dengan melihat keadaan
sosial ekonomi pasien dan kebutuhan pasien lain yang lebih memerlukan
perawatan.
Kewajiban dokter atau dokter gigi terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana tertulis diatas ditulis lebih konkrit dalam pasal 51 UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran, yang telah
menentukan secara normatif tentang serangkaian kewajiban dokter atau
dokter

gigi

dalam

melakukan

pelayanan

kesehatan

yang

harus

dilaksanakannya kepada pasien, yaitu :


a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan.
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanuasiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya,
dan
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.
2.1.7

Hubungan Antara Dokter-Pasien


Hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran umumnya
berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif. Dalam hubungan
tersebut rupanya hanya terlihat superioritas dokter terhadap pasien dalam
bidang ilmu biomedis; hanya ada kegiatan pihak dokter sedangkan pasien

1
4

tetap pasif. Hubungan ini berat sebelah dan tidak sempurna, karena
merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh satu terhadap lainnya. Oleh
karena itu hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antarmanusia,
lebih dikehendaki hubungan yang mendekati persamaan hak antarmanusia
(Wiradharma, 2013).
Jadi, hubungan dokter yang semula bersifat paternalistik akan bergeser
menjadi hubungan yang dilaksanakan dengan saling mengisi dan saling
ketergantungan anatara kedua belah pihak yang ditandai dengan suatu
kegiatan aktif yang saling mempengaruhi. Dokter dan pasien akan
berhubungan lebih sempurna sebagai partner (Wiradharma, 2013).
Pola dasar hubungan dokter dan pasien terutama bedasarkan keadaan
sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola
hubungan yaitu:
a. Activity passivity
Pola hubungan orang tua anak seperti ini merupakan pola klasik
sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 SM. Di sini
dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa
campur tangan pasien, dengan suatu motivasi altruistis.
Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan
jiwanya terancam, tidak sadar, dan menderita gangguan mental berat.
b. Guidance cooperation
Hubungan membimbing kerjasama, seperti halnya orang tua
dengan remaja. Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu
berat, misalnya pasien penyakit infeksi baru atau penyakit akut lainnya.
Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan
sendiri. Ia berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia
bekerja sama. Walaupun dokter mengetahui lebih banyak, ia tidak
semata-mata menjalankan kekuasaan, tetapi mengharapkan kerja sama
pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.

1
5

c. Mutual Participation
Filosofi pada pola berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia
memiliki maratabat dan hak yang sama, Pola ini terjadi pada mereka
yang ingin memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada
pasien kronis. Pasien secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan
terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar
belakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien
dengan gangguan mental tertentu.
Dari ketiga pola hubungan dokter atau dokter gigi dengan pasiennya
tersebut, maka hendaknya pandangan ketigalah yang dikembangkan dalam
hubungan

transaksi

terapeutik

tersebut.

Karena

terdapat

kesamaan

kedudukan hak dan kewajiban antara dokter atau dokter gigi dengan pasien,
sehingga diharapkan tercipta kerjasama yang saling menguntungkan
diantara kedua belah pihak (Machmud, 2012).
Hubungan dokter dan pasien, secara hukum umumnya terjadi melalui
suatu perjanjian dan kontrak. Dimulai dengan Tanya jawab (anamnesis)
antara dokter dan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik,
akhirnya dokter menegakkan suatu diagnosa. Diagnosa ini dapat merupakan
suatu working diagnosis atau diagnosis sementara, biasa juga merupakan
diagnosis yang definitive. Setelah itu dokter yang biasanya merencanakan
suatu terapi dengan memberikan resep obat, suntikan, atau operasi, atau
tindakan lainnya yang disertai nasihat yang perlu diikuti agar kesembuhan
lebih segera dicapai oleh pasien. Dalam proses pelaksanaan hubungan
dokter-pasien tersebut, sejak tanya jawab sampai dengan perencanaan
terapi, dokter melakukan pencatatan dalam suatu Medical Records (Rekam
Medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban

dokter sesuai

dengan dipenuhinya standar profesi medis (Wiradharma, 2013).


Hubungan hukum antara dua subjek hukum membentuk hak dan
kewajiban. Hubungan dokter-pasien juga membentuk hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Dalam melaksanakan kewajiban bagi dokter itulah yang
dapat menimbulkan malpraktik kedokteran dan dapat membebani tanggung

1
6

jawab hukum terhadap akibat buruk bagi pasien. Hubungan dokter-pasien


disebut dengan kontrak terapeutik. Kontrak terapeutik merupakan salah satu
bentuk perikatan hukum timbal balik. Kedua belah pihak memiliki hak dan
kewajiban masing-masing. Pelaksanaan kewajiban dokter adalah menjadi
hak pasien. Sebaliknya, kewajiban pasien adalah menjadi hak dokter (Nazir
,2005).
Bagi pihak dokter, prestasi dalam melakukan sesuatu merupakan
kewajiban hukum untuk berbuat dengan sebaik dan semaksimal mungkin
bagi kepentingan kesehatan pasien.Kewajiban hukum untuk tidak berbuat
salah atau keliru dalam perlakuan medis, artinya kewajiban untuk pelayanan
kesehatan pasien dengan sebaik-baiknya (Chazawi, 2007).
2.1.8

Pengertian Informed Consent


Dalam suatu perjanjian medis seperti halnya dalam suatu perjanjian
perikatan, syarat terpenting adalah kesepakatan yang terjadi karena adanya
kerja sama antara dokter dan pasien (Wiradharma, 2013).
Istilah informed consent dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia

nomor

290/Menkes/Per/III/2008

diterjemahkan

menjadi

Persetujuan Tindakan Kedokteran, yang terdapat pada Bab I Pasal 1, yaitu


persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien serta segala resikonya.
Unsur-unsur yang perlu diinformasikan meliputi prosedur yang akan
dilakukan, resiko yang mungkin terjadi, manfaat dari tindakan yang
dilakukan,

alternatif

tindakan

yang

dilakukan.

Disamping

itu

perlu

diinformasikan pula kemungkinan yang dapat timbul apabila tindakan tidak


dilakukan dan ramalan (prognosis) atau perjalanan penyakit yang diderita.
Pasien

berhak

mendapatkan

informasi

mengenai

perkiraan

biaya

pengobatannya (Wiradharma, 2013).


Pada transaksi terapeutik antara dokter dan dokter gigi dengan pasien,
maka pihak pasien/keluarga pasien harus saling sepakat tentang upaya

1
7

pengobatan atau pelayanan kesehatan yang akan diberikan dokter atau


dokter gigi. Oleh karena itu informasi medis itu harus diberikan dengan
bahasa yang dapat dipahami oleh pasien atau keluarganya. Maka wujud dari
transaksi terapeutik ini adalah informed consent yang lazim diterjemahkan
dengan persetujuan medik. Informed consent terjadi setelah hak atas
informasi dan kemudian hak untuk memberikan

persetujuan dari pasien

upaya dokter dan dokter gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan baginya
telah diberikan secara cukup (Machmud, 2012).
Oleh karena itu sebelum pasien memberikan pesetujuan diperlukan
beberapa masukan sebagai berikut (Machmud, 2012) :
a.

Penjelasan lengkap mengenai procedure yang akan digunakan dalam


tindakan medis tertentu yang akan diusulkan oleh dokter serta tujuan
yang akan dicapai.

b.

Deskripsi mengenai efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tak


diinginkan yang akan timbul.

c. Deskripsi mengenai keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh


pasien.
d. Penjelasan mengenai perkiraan lamanya procedure berlangsung.
e. Penjelasan mengenai hak pasien untuk menarik kembali persetujuan
tanpa adanya prasangka mengenai hubungannya dengan dokter dan
lembaganya.
f.

Prognosis mengenai kondisi medis pasien bila menolak tindakan medis


tertentu tersebut.

2.1.9

Aspek Hukum dari Informed Consent


Menurut pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang
praktek kedokteran, informed consent wajib dibuat dalam bentuk terulis pada
tindakan medis yang mengandung resiko tinggi (misalnya luka, cacar, atau
kematian) yang dilakukan di sarana kesehatan yaitu di rumah sakit atau
klinik, karena erat kaitannya dengan kewajiban membuat rekam medis.
Untuk membuat rasa aman dalam melakukan tindakan medis yang

1
8

mengandung resiko sekaligus sebagai alat atau alasan jika pasien berdalih
tidak memberikan persetujuan dalam hal akibat buruk yang benar terjadi.
Informed consent yang dibuat dalam bentuk tertulis tidak dibuat sendiri
oleh pasien secara bebas. Pasien atau keluarganya tinggal mengisi dan
menandatangani blanko yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit, jadi
telah diseragamkan. Isinya sudah ditentukan secara sepihak oleh rumah
sakit sebagai standar prosedur operasional. Kadang tulisan yang telah
tersedia sekedar berupa pernyataan dari pasien atau keluarganya. Akan
tetapi, ada juga yang lebih lengkap dengan menyebutkan bahwa pasien atau
keluarganya tidak akan menuntut pihak rumah sakit atau dokter. Juga ada isi
yang sudah merupakan pemberi kuasa pada rumah sakit atau dokter untuk
melakukan tindakan medis tertentu pada diri pasien.
Orang yang berhak memberikan informed consent pada dasarnya
adalah

pasien

sendiri.

Akan

tetapi,

apabila

pasien

berada

dalam

pengampuan, informed consent dapat diberikan oleh salah satu keluarga


terdekat, suami/istri, ibu/ayah kandung, adik kandung, atau saudara-saudara
kandung. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien
tidak diperlukan persetujuan. Namun setelah pasien sadar atau dalam
kondisi yang sudah memungkinkan, segera diberikan persetujuan baru
kemudian dibuat persetujuan ( Pasal 45 ayat (1) UU No. 29/2004).
Dalam keadaan normal pembedahan yang dilakukan oleh dokter tanpa
ada persetujuan pasien atau keluarganya, maka sang dokter terkena
pelanggaran pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang
penganiayaan.
Leenen menyatakan bahwa dokter dapat terlepas dari ancaman pasal
351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersebut, jika :
a. Pasien telah memberikan persetujuan.
b. Tindakan tersebut merupakan tindakan medik berdasarkan indikasi
medik.
c. Tindakan medik tersebut dilakukan menurut kaidah ilmu kedokteran.

1
9

Persetujuan dari pasien sebelum dokter dan dokter gigi melakukan


pelayanan medik, atau tindakan medik atas pasiennya merupakan suatu
keharusan atau kewajiban. Hal ini tercermin dari ketentuan pasal 45 ayat
(1 dan 2) Undang-Undang praktek kedokteran menyatakan sebagai berikut:
a. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
oleh kedokteran atau dokter gigi tehadap pasien harus mendapatkan
persetujuan.
b. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap.
Sementara penjelasan yang harus diberikan dokter atau dokter gigi
kepada pasien atau keluarga menurut pasal 45 Undang-Undang Nomor 29
tahun 2004 tentang praktek kedokteran, minimal mencangkup tentang:
a. Diagnosa dan tata cara tindakan medis.
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya.
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang mungkin dilakukan.
2.2

Landasan Teori
Ketentuan yang mengatur hak pasien dalam pemberian pelayanan
medis yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Kesehatan.
c. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
d. Peraturan Menteri kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang
Rekam Medis.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran.

2
0

2.3

Kerangka Konsep
INPUT

1. Formulir
persetujuan
tindakan
kedokteran
2. Dokter
3. Pasien/keluarga
yang
mendapatkan
tindakan
kedokteran

PROSES
1. Mengetahui

OUTPUT

penjelasan

Hak-hak

pasien

informasi medis apa saja

bedah

dalam

yang disampaikan dokter

pemberian informasi

kepada pasien.

medis yang harus


dijelaskan

2. Mengetahui pemahaman

oleh

pasien dalam menerima

dokter dengan jelas

penjelasan

dan lengkap sesuai

sebelum

dokter

dengan

mendapatkan

peraturan

yang berlaku

tindakan medis.
3. Mengetahui
pelaksanaan pemberian
informasi medis.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


Input dari penelitian ini adalah formulir persetujuan tindakan kedokteran, dokter
yang menjelaskan dalam persetujuan tindakan kedokteran, dan juga pasien yang
memberikan persetujuan tindakan kedokteran.
Proses dari penelitian ini adalah, mengetahui penjelasan informasi medis yang
disampaikan dokter kepada pasien bedah, mengetahui pemahaman pasien dalam
menerima penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis, mengetahui
pelaksanaan pemberian informasi medis..
Output dari penelitian ini adalah hak-hak pasien

bedah dalam pemberian

informasi medis yang harus dijelaskan oleh dokter dengan jelas dan lengkap sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

21

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1

Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan
informasi tentang implementasi hak-hak pasien bedah dalam pemberian
informasi medis di RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2015.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1

Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin, yang dikhususkan di poli bedah, ruang Kumala (bedah).

3.2.2

Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan Mei-Juni 2015..

3.3

Subjek Penelitian

3.3.1

Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh dokter bedah yang berjumlah 6
orang, pasien/keluarga yang mendapatkan tindakan kedokteran yang
berjumlah selama 1 tahun pada tahun 2014 yaitu berjumlah 2005 pasien dan
formulir persetujuan tindakan kedokteran di ruang Kumala yang ada di RSUD
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015.

3.3.2

Sampel
Sampel

penelitian

ini

adalah

pasien/keluarga yang mendapatkan

sub

bagian

dokter

bedah,

30

tindakan kedokteran, dan 30 formulir

persetujuan tindakan kedokteran di ruang Kumala (bedah) yang ada di


RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Teknik sampel yang
21

2
2

digunakan adalah non probability

sampling yaitu pengambilan sampel

dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap anggota populasi,
dengan tujuan tidak untuk generalisasi yang berasal dari probabilitas yang
tidak sama. Teknik yang digunakan adalah accidental sampling yaitu cara
yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan
ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005).
3.4

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah : Formulir persetujuan
tindakan kedokteran, dokter, pasien/keluarga yang mendapatkan tindakan
kedokteran.
Definisi operasional dari variabel penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional
No

1.

2.

3.5

Variabel

Persetujuan tindakan
kedokteran

Definisi Operasional
Pasien

atau

keluarga

pasien

yang

menyepakati

persetujuan tindakan kedokteran dan menandatangani


lembar informed consent yang berikan pihak rumah sakit.

Dokter

lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal


penyakit dan pengobatannya

3.

Pasien

4.

Hak

Seseorang yang menerima perawatan medis.


Sesuatu

yang

mutlak

menjadi

milik

kita

dan

penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.

Instrumen Penelitian
Instrumen

penelitian

adalah

alat-alat

yang

digunakan

untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005).Instrumen yang digunakan dalam


penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

2
3

3.6

Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara :

3.6.1

Observasi
Observasi digunakan melihat langsung keadaan di tempat tersebut
agar peneliti mendapatkan gambaran implementasi hak-hak pasien dalam
pemberian informasi medis di RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
tahun 2015.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapi dengan format atau blanko pengamatan secara instrumen.
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi. Peranan yang paling penting dalam menggunakan
metode observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati
adalah menatap kejadian, gerak atau proses (Suharto dan Sardjono, 2010).

3.6.2

Wawancara
Peneliti melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini secara
langsung dengan wawancara agar jawaban yang dihasilkan lebih terstruktur
dalam hak-hak pasien dalam pemberian informasi medis di RSUD Dr. H.
Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. Wawancara dilakukan kepada Pasien atau
keluarga terdekat, suami/istri, ibu/ayah kandung, anak kandung, adik
kandung, atau saudara-saudara kandung.
Wawancara

adalah

suatu

metode

yang

pergunakan

untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau


pendirian secara lisan dari seseorang penelitian (responden), atau bercakapcakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo,
2005).
3.7

Teknik Analisa Data


Pada Penelitian data dianalisa dengan teknik-teknik tertentu. Data yang
digunakan analisis data univariate yang dilakukan terhadap variabel dari hasil

2
4

penelitian (Notoatmodjo, 2005). Cara penyajian data penelitian ini dilakukan


dalam bentuk teks (textular)

yaitu penyajian data hasil penelitian dalam

bentuk kalimat (Notoatmodjo, 2005).


3.8

Produser Penelitian

3.8.1

Tahap Persiapan Penelitian


Tahap persiapan penelitian yang dilakukan ini dimulai dari identifikasi
masalah, masalah tersebut dibuat menjadi judul dalam proposal penelitian.
Judul penelitian diajukan kemudian disetujui oleh pembimbing, kemudian
langsung meminta surat ijin penelitian dari akademik. Surat ijin penelitian
diserahkan ke RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin setelah pihak
Diklat membalas surat dan menyetujui judul penelitian, selanjutnya peneliti
melakukan studi pendahuluan pada bulan Maret 2015. Wawanacara
langsung dengan perawat diruangan poli bedah kemudian dipersilahkan
untuk observasi. Dalam studi pendahuluan serta wawancara dan observasi
tersebut diperoleh beberapa informasi mengenai permasalahan yang terjadi
pada implementasi hak-hak pasien dalam pemberian informasi medis.

3.8.2

Tahap Pelaksanaan Penelitian


Pada

tahap

pelaksanaan

penelitian

ini,

peneliti

melakukan

pengumpulan data. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu berupa studi


pendahuluan, observasi dan wawancara kepada pihak yang terkait dalam
pengumpulan data-data informasi penelitian.
3.8.3

Tahap Akhir Penelitian


Pada tahap akhir ini peneliti melakukan pengolahan data yang telah
didapat. Selanjutnya disusun dan disajikan dalam bentuk sebuah laporan
penelitian.

2
5

3.9

Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

3.9.1

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah dimana peneliti tidak dapat
menghasilkan data yang lebih konkrit karena faktor pendidikan responden
saat dilakukan wawancara.

3.9.2

Kelemahan Penelitian
Adapun yang menjadi kelemahan dalam penelitian adalah keterbatasan
pengumpulan data yang dibutuhkan karena sampel dalam penelitian ini sulit
untuk ditemui dengan waktu yang sudah ditentukan. Sehingga peneliti tidak
dapat menghasilkan data informasi yang mencukupi dalam penelitian ini.

26

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Penelitian

4.1.1

Gambaran Umum RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin


Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor : 6
Tahun 2008, Tanggal 15 April 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang berfungsi sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Provinsi Kalimantan Selatan yang menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan seperti peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan dibidang kesehatan umum dan kesehatan lainnya dan sebagai
Rumah Sakit rujukan Kota Banjarmasin, Kabupaten Batola serta wilayah
sekitarnya mengingat telah ditetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagai Rumah Sakit Daerah Kelas B oleh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui surat Keputusan Nomor ;
372/MENKES/IV/2008, pada tanggal 15 April 2008, maka dengan visi
Terwujudnya Pelayanan Prima (Excellent Service) Bagi Masyarakat Tahun
2005.
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menyelanggarakan
pelayanan dengan :
1.

Menyediakan fasilitas terdepan dan terjangkau bagi masyarakat


menengah kebawah. Renovasi yang ditargetkan dapat menampung
pelayanan VIP dan diharapkan akan sedkit menggeser segmen pasar
yang tidak hanya berkutat dikelas menengah bawah, tetapi juga
menengah keatas.

2.

Mengutamakan

kenyamanan

dan

keselamatan

pasien

melalui

keramahan pelayanan, kecepatan/kelancaran serta kebersihan sarana


dan prasarana di lingkungan Rumah Sakit.
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang berlokasi di jalan.
Brigjend H. Hasan Basry No. 1 Banjarmasin ini, berdiri diatas lahan seluas
26

2
7

86.240 m2 dengan rencana luas fisik sesuai dengan masterplan yang telah
dibuat untuk pembangunan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
berjumlah 27.432,7 m2 (31,81%). Pada kepemimpinan Gubernur Kalimantan
Selatan H. Rudy Ariffin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
berkembang demikian pesat, sampai dengan tahun 2011 dan berdasarkan
Keputusan Gubernur Kalimantan selatan Nomor. 188.44/0592/KUM/2011,
tanggal 16 Nopember 2011 telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum
Daerah yang menerapkan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PKK-BLUD) penuh telah mendapat dukungan terhadap
perkembangan dan peningkatan pembangunannya di Rumah Sakit sebagaii
berikut :
1.

Peningkatan dana Operasional Rumah Sakit.

2.

Peningkatan fasilitas Rumah

Sakit

baik

fisik/gedung

dan

alat

kesehatan.
3.

Pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM).

4.

Pemberlakuan Perda Pola Tarif Pelayanan Kesehatan nomor 5 Tahun


2012, tanggal 16 Maret 2012.

5.

Peningkatan dan penetapan kelas Rumah Sakit menjadi Kelas B oleh


DepKes.

6.

Akreditasi Rumah Sakit Lulus Penuh 12 kelompok kerja pelayanan.

7.

Memberlakukan Perda tugas pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Rumah


Sakit.

Hasil yang didapat sebagai berikut :


1.

Dana Operasioanal Rumah Sakit meningkat.

2.

Bertambah ruang rawat inap dan rawat jalan dan alat kesehatan.

3.

Bertambah tenaga (SDM)..

4.

Memberlakukan tarif baru.

5.

Rumah Sakit menjadi Kelas B.

6.

Lulus 12 Akreditasi Penuh.

7.

Berlakunya SOTK baru.

2
8

Berdasarkan indikator pelayanan untuk tahun 2014 angka BOR


sebesar 80,47%, TOI sebesar 1,21 hari, LOS sebesar 4,85 hari, BTO
sebesar 58,84 kali, NDR sebesar 35,97 , GDR sebesar 66,78 dan
kepuasan penggunaan pelayanan rumah sakit sebesar 89,71%. Dari
indikator pelayanan tersebut hanya TOI, BOR, dan kepuasaan pengguna
pelayanan rumah sakit yang melebihi batas bawah standar yang telah
ditetapkan.
Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
umum, rumah sakit juga memberikan pelayanan kesehatan seperti BPJS
maupun Ansuransi lainnya. RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin,
sebagai Rumah Sakit kelas B, juga menyelenggarakan praktek belajar
lapangan bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum maupun Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan, Poltekes Banjarbaru, Akademi Keperawatan,
Akademi Kebidanan Negeri maupun Swasta.
4.1.2

Visi dan Misi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin


1.

Visi
Terwujudnya Pelayanan Prima (Excellent Service) Bagi Masyarakat
Tahun 2015.

2.

Misi
a. Mengembangkan pusat rujukan pelayanan kesehatan dengan
unggulan penyakit syaraf, penyakit infeksi dan penyakit tropic di
Provinsi Kalimantan Selatan.
b. Mengembangkan aspek pendidikan dan penelitian bagi tenaga
medik dan tenaga kesehatan lainnya.
c. Mengembangkan
kesehatan.

dan

meningkatkan

kualitas

sumber

daya

2
9

Hasil Penelitian
4.1.3

Penjelasan informasi apa saja yang disampaikan dokter kepada pasien


Berdasarkan

hasil

observasi

diketahui

pelaksanaan

penjelasan

informasi medis yang disampaikan dokter kepada pasien dilakukan oleh


dokter yang merawat dan disaksikan oleh perawat secara lisan. Namun
terkadang persetujuan tindakan tersebut hanya dilakukan oleh perawat yang
menjaga ruangan tersebut saja apabila dokter tersebut tidak bisa menemui
pasien untuk melakukan persetujuan tindakan tersebut. Dokter melakukan
persetujuan tindakan medis kepada pasien saat pasien dinyatakan bahwa
pasien harus dilakukan tindakan medis. Dokter menjelaskan informasi medis
mengenai diagnosis yang diderita, tujuan tindakan medis, resiko, komplikasi,
prognosis dan perkiraan biaya namun informasi medis tersebut tidak semua
pasien dijelaskan dengan lengkap dan jelas kepada pasien. Hanya pasien
yang ingin mengetahui bagaimana kelanjutan tindakannya kemudian dokter
menginformasikan medis dengan jelas dan dimengerti pasien atau keluarga
pasien tersebut.
4.1.4

Pemahaman pasien

dalam menerima penjelasan dokter sebelum

mendapatkan tindakan medis


Pemahaman pasien akan informasi yang diberikan sangat penting
karena terkait dengan keputusan pasien untuk memberikan persetujuan atau
penolakan tindakan kedokteran. Persetujuan sebenarnya lebih mengarah
kepada proses komunikasi dokter dengan pasien. Oleh karena itu seorang
dokter harus lebih pintar memberikan informasi mengenai tindakan yang
dilakukan oleh pasien denggan bahasa yang mudah dipahami. Dokter juga
harus menyakinkan bahwa pasien dan keluarganya telah memahami
informasi yang disampaikan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan bulan Mei-Juni 2015, diketahui
bahwa di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin jumlah sampel
sebanyak 30 pasien mengenai pemahaman pasien dalam menerima
penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis. Data diperoleh dari

3
0

hasil wawancara kepada pasien atau keluarga terdekat pasien ( suami/istri,


Ibu/ayah kandung, anak kandung, kakak/adik kandung, saudara-saudara
kandung). Dengan menanyakan apakah anda sudah memahami semua
informasi yang disampaikan oleh dokter. Hasil presentase yang diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 4.1

Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum


mendapatkan tindakan medis di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin tahun 2015
Persentase

No

Kategori

Jumlah Pasien

1.

Memahami

10

33%

2.

Kurang memahami

20

67%

(%)

Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter


sebelum mendapatkan tindakan medis
Memahami

Kurang Memahami

20

10

67%
33
%
Jumlah
Persentase

Gambar 4.1 Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum


mendapatkan tindakan medis

Dari tabel dan gambar 4.1 diatas diketahui dari 30 pasien yang sudah
diwawancarai mengenai pemahaman pasien dalam menerima penjelasan

3
1

dokter sebelum mendapatkan tindakan medis yaitu ada 20 Pasien (67%)


yang kurang memahami dan 10 pasien (33%) yang sudah memahami
sepenuhnya penjelasan informasi medis tersebut.
Pasien atau keluarga pasien yang kurang memahami penjelasan
informasi dari dokter dikarenakan faktor diantaranya adalah tingkat
pendidikan pasien atau keluarga pasien yang kurang memahami, dokter
yang tidak sabar dan terburu-buru dalam menjelaskan informasi yang
diberikan. Pada pasien atau keluarga pasien yang memahami penjelasan
informasi dari dokter dikarenakan tingkat pendidikannya sudah cukup tinggi
sehingga mudah memahami informasi yang disampaikan oleh dokter dan
pasien/keluarga lebih banyak bertanya mengenai penyakit dan tindakan yang
akan dilakukan oleh dokter tersebut.
4.1.5

Pelaksanaan pemberian informasi medis


Dari jumlah sampel sebanyak 30 sampel yang melakukan persetujuan
tindakan medis, pelaksanaan pemberian informasi medis sebagai berikut :
Tabel 4.2
No
1.
2.
3.
4.
5
6.

Pelaksanaan pemberian informasi medis


Informasi Medis

Diagnosa
Tujuan Tindakan Medis
Resiko
Komplikasi
Pragnosis
Perkiraan Biaya

Dijelaskan

Tidak dijelaskan

(%)

(%)

30 pasien

0 pasien

(100%)

0%

30 pasien

0 pasien

(100%)

0%

13 pasien

17 pasien

(43%)

(57%)

13 pasien

17 pasien

(43%)

(57%)

18 pasien

12 pasien

(60%)

(40%)

5 pasien

25 pasien

(17%)

(83%)

3
2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pelaksanaan pemberian


informasi medis terdapat mengenai informasi medis tentang diagnosa
sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan, tujuan tindakan medis sebanyak 30
pasien (100%) dijelaskan, resiko sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan dan
17 pasien (57%) tidak dijelaskan, komplikasi sebanyak 13 pasien (43%)
dijelaskan dan 17 (57%) tidak dijelaskan, prognosis sebanyak 20

pasien

(60%) dijelaskan dan 10 pasien (40%) tidak dijelaskan, perkiraan biaya


sebanyak 5 pasien (17%) dan 25 pasien (83%) tidak dijelaskan.
1.

Informasi medis tentang diagnosa


Informasi medis tentang diagnosa
Dijelaskan

Tidak dijelaskan

30

0%
100%

Jumlah
Persentase
Gambar 4.2 Informasi tentang diagnosa

Berdasarkan gambar 4.2 diketahui dari 30 pasien yang


menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis
tentang diagnosa sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan dan 0
pasien (0%) tidak dijelaskan.

2.

Informasi medis tentang tindakan medis


Informasi medis tentang tindakan medis
Dijelaskan

30

Tidak dijelaskan

0%
100%

Jumlah
Persentase
Gambar 4.3 Informasi medis tentang tindakan medis

Berdasarkan gambar 4.3 diketahui dari 30 pasien yang


menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis
tentang tindakan medis sebanyak 30 pasien (100%) dijelaskan dan 0
pasien (0%) tidak dijelaskan.
3.

Informasi medis tentang resiko


Informasi medis tentang resiko
Dijelaskan

Tidak dijelaskan
17

13

57%
43
%

Jumlah
Persentase
Gambar 4.4 Informasi medis tentang resiko

Berdasarkan gambar 4.4


menerima penjelasan dari dokter

diketahui dari 30 pasien yang


, terdapat mengenai informasi

medis tentang resiko sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan dan tidak


dijelaskan 17 pasien (57%).

4.

Informasi medis tentang komplikasi


Informasi medis tentang komplikasi
Dijelaskan

Tidak dijelaskan
17

13

57%
43%

Jumlah
Persentase
Gambar 4.5 Informasi medis tentang komplikasi

Berdasarkan gambar 4.5

diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis


tentang komplikasi sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan dan tidak
dijelaskan 17 pasien (57%),
5.

Informasi medis tentang pragnosis


Informasi medis tentang pragnosis
Dijelaskan
18

Tidak dijelaskan

12
40%
60%

Jumlah
Presentase
Gambar 4.6 Informasi medis tentang prognosis

Berdasarkan gambar 4.6

diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis


tentang resiko sebanyak 12 pasien (40%) dijelaskan dan tidak
dijelaskn 18 pasien (60%),

6.

Informasi medis tentang perkiraan biaya


Informasi medis tentang perkiraan biaya
Dijelaskan

Tidak dijelaskn

25
83%

17%
Jumlah
Persentase
Gambar 4.7 Informasi medis tentang perkiraan biaya

Berdasarkan gambar 4.7

diketahui dari 30 pasien yang

menerima penjelasan dari dokter, terdapat mengenai informasi medis


tentang perkiraan biaya sebanyak 5 pasien (17%) dan 25 pasien
(83%) tidak dijelaskan.
4.3

Pembahasan Penelitian

4.3.1

Penjelasan informasi apa saja yang disampaikan dokter kepada pasien


Kendala dalam memberikan informasi yang mungkin kurang dilakukan
oleh banyak dokter bisa saja karena kesibukan dan rutinitas pekerjaan dokter
yang kurang mempunyai banyak waktu untuk memberikan seluruh informasi.
Banyak

pasien

menyebabkan

yang
dokter

dihadapi
mengalami

dokter

setiap

kebosanan

hari
dan

mungkin

dapat

kejenuhan

dalam

memberikan informasi yang berlebihan (Wiradharma, 2013).


Dari hasil data

yang diperoleh penelitian yang dilakukan dengan

observasi di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin diperoleh


informasi medis yang disampaikan dokter terhadap pasien masih belum
dijalankannya dengan baik karena persetujuan tindakan kedokteran juga
dilakukan oleh perawat dan tidak hanya dilakukan oleh dokter. Hal itu

disebabkan karena banyaknya jumlah pasien yang ingin dilakukan tindakan


medis dan kesibukan dokter sehingga untuk melakukan pemberian informasi
terlalu singkat untuk dijelaskan kepada pasien. Namun dalam observasi ini
tidak semua dapat lakukan
dilakukannya

karena kendala waktu yang tidak pasti kapan

persetujuan tindakan medis antara dokter dengan pasien

tersebut.
4.3.2

Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter sebelum


mendapatkan tindakan medis
Orang yang berhak memberikan informed consent pada dasarnya
adalah

pasien

sendiri.

Akan

tetapi,

apabila

pasien

berada

dalam

pengampuan, informed consent dapat diberikan oleh salah satu keluarga


terdekat, suami/istri ,ibu/ayah kandung, anak kandung, adik kandung, atau
saudara-saudara kandung. Dalam gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien

tidak diperlukan persetujuan. Namun setelah pasien sadar atau

dalam kondisi sudah memungkinkn, segera diberikan persetujuan baru


kemudian dibuat persetujuan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini yang
dilakukakan dengan wawancara di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin yang diperoleh 30 pasien yang menerima penjelasan mengenai
persetujuan tindakan medis. Ada 20 Pasien (67%) yang kurang memahami
dan 10 pasien (33%) yang sudah memahami sepenuhnya penjelasan
informasi medis tersebut. Hal ini terlihat bahwa pemahaman pasien dalam
menerima informasi medis kurang mengerti dengan jelas. Hal ini dikarenakan
pasien/keluarga pasien merupakan masyarakat umum, sehingga memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu penjelasan yang diberikan
harus dengan bahasa dan kata-kata yang dapat dipahami oleh pasien sesuai
dengan tingkat pendidikan serta kemampuan dalam menerima informasi.
Dokter juga harus berusaha mengecek apakah penjelasannya telah dipahami
dan diterima pasien. Jika belum, dokter harus mengulangi lagi uraiannya
sampai pasien benar-benar memahami informasi yang berikan dokter.

Pemahaman pasien dalam menerima penjelasan dokter dalam


mendapatkan tindakan medis yaitu pasien masih kurang paham mengenai
persetujuan tindakan yang diberikan oleh dokter itu dilatar belakangi karena
faktor pendidikan yang rendah, awam terhadap pendidikan kesehatan, sulit
mengerti tentang tindakan medis yang akan dilakukan.

Sehingga dokter

harus memberikan penjelasan yang berulang-ulang sampai pasien tersebut


mengerti

akan

tindakan

yang

akan

dilakukan.

Dengan

kurang

pemahamananya pasien sehingga pasien ada yang menyetujui selalu


bersedia apapun yang akan dilakukan oleh dokter

dan ada juga yang

menolak tindakan medis tersebut. Adapun pasien atau keluarga pasien yang
sudah memahami tentang persetujuan tindakan medis karena pasien sudah
mengerti dan memahami dengan jelas informasi dari dokter tersebut karena
faktor pendidikan yang tinggi sehingga pasien atau keluarga pasien juga
lebih banyak bertanya tentang diagnosa dan bagaimana kelanjutan tindakan
yang akan dilakukan oleh dokter.
4.3.3

Pelaksanaan pemberian informasi medis


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini yang dilakukan
dengan wawancara di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
terdapat mengenai informasi medis sebagai berikut :
1. Hak pasien atas Informasi medis tentang penjelasan diagnosa
Untuk pertanyaan tentang apakah informasi tentang diagnosa
disampaikan oleh dokter sebanyak 30 pasien (100%) menjawab Ya
dijelaskan karena pasien banyak bertanya tentang penyakit yang
dialaminya kepada dokter.
2. Hak pasien atas informasi medis tentang tindakan medis
Untuk pertanyaan apakah informasi tentang tata cara tindakan medis
disampaikan oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 30 pasien
(100%) menjawab Ya dijelaskan, karena pasien merasa sudah yakin
apa yang akan dilakukan oleh dokter untuk kesembuhan penyakitnya.

3. Hak pasien atas informasi medis tentang resiko


Untuk pertanyaan apakah informasi tentang resiko yang mungkin
terjadi disampaikan oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 13
pasien (43%) Ya dijelaskan dan Tidak dijelaskan 17 pasien (57%).
Seharusnya informasi mengenai resiko lebih dijelaskan, karena resiko
pada pasien menyangkut tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya.
4. Hak pasien atas informasi medis tentang komplikasi
Untuk pertanyaan apakah informasi tentang komplikasi disampaikan
oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 13 pasien (43%) dijelaskan
dan 17 (57%) tidak dijelaskan. Seharusnya informasi mengenai
komplikasi lebih dijelaskan karena tindakan medis yang ingin dilakukan
mengalami komplikasi.
5.

Hak pasien atas informasi medis tentang prognosis


Untuk pertanyaan apakah informasi tentang prognosis disampaikan
oleh dokter, dari jumlah 30 pasien sebanyak 20 pasien (60%) dijelaskan
dan 10 pasien (40%) tidak dijelaskan. Seharusnya informasi mengenai
prognosis lebih dijelaskan karena informasi tersebut termasuk penting
untuk diterima oleh pasien.

6. Untuk pertanyaan apakah informasi tentang perkiraan biaya disampaikan


oleh dokter perkiraan biaya sebanyak 5 pasien (17%) menjawab Ya
dijelaskan

karena

pasien

melakukan

tindakan

medis

tersebut

membayarnya secara umum dan pasien sebanyak 25 (83%) menjawab


Tidak dijelaskan karena pasien menggunakan BPJS jadi tidak perlu
dijelaskan lagi oleh dokter.
Hal ini memungkin tidak terpenuhinya hak pasien atas informasi medis
yang seharusnya didapatkan oleh pasien atau keluarga yang ingin
melakukan tindakan medis.
Hak-hak pasien yang diatur dalam Undang-undang dalam Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 yang mengatakan hak pasien

dalam mendapatkan informasi medis yang meliputi diagnosa, tata cara


tindakan, resiko, komplikasi yang mungkin terjadim prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan harus diberikan
sebelum dilakukannya persetujuan tindakan kedokteran.
Persetujuan tindakan kedokteran adalah yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien serta segala resikonya.
Persetujuan tindakan kedokteran dibuat tertulis pada tindakan medis
yang mengandung resiko tinggi, karena erat hubunganya dengan kewajiban
membuat rekam medis. Untuk membuat rasa aman dalam melakukan
tindakan medis yang mengandung resiko sekaligus sebagai alat atau alasan
jika pasien berdalih tidak memberikan persetujuan dalam hal akibat buruk
yang benar terjadi.
Adapun Standar Prosedur Operasional Informed Consent di RSUD Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin :
1. Panggil

pasien/wali,

saksi,

penterjemah

(jika

diperlukan)

untuk

mendapatkan penjelasan tentang Informed Consent.


2. Jelaskan informasi tentang tindakan medis yang akan dilakukan kepada
pasien.
3. Jelaskan manfaat dan resiko yang dapat menimbulkan jika tindakan
tersebut dilakukan.
4. Berikan formulir Informed Consent untuk dibaca dan dimengerti.
5. Tandatangani formulir Informed Consent oleh pasien/wali. Saksi,
penterjemah (jika diperlukan).
6. Tandatangani

dokter,

sebagai

bukti

sudah

pasien/wali, saksi, penterjemah (jika diperlukan).


7. Tulis nama, alamat, dan tanda tangan saksi.

menjelaskan

kepada

40

BAB 5
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukannya
observasi dan wawancara dapat disimpulkan :
1.

Pada penjelasan informasi medis pada persetujuan tindakan medis


yang disampaikan dokter kepada pasien tidak semua pasien dijelaskan
dengan lengkap dan jelas kepada pasien. Persetujuan tindakan
tersebut juga dilakukan oleh perawat karena banyaknya jumlah pasien
dan kesibukan dokter sehingga untuk melakukan pemberian informasi
terlalu singkat untuk dijelaskan kepada pasien.

2.

Indikator memahami dan tidak memahami pasien dalam

menerima

penjelasan dokter sebelum mendapatkan tindakan medis terdapat 20


Pasien (67%) yang kurang memahami dan 10 pasien (33%) sudah
memahami penjelasan informasi medis oleh dokter terhadap pasien.
3.

Hak-hak pasien dalam menerima informasi medis terdapat haknya


sebagai pasien untuk mendapatkan informasi medis belum sepenuhnya
didapatkan. Hal ini karena pasien atau keluarga pasien tidak telalu
banyak bertanya masalah penyakit yang dialami karena pasien sudah
sepenuhnya mempercayai tindakan medis yang diberikan oleh dokter
terhadap pasien.

5.2

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti akan mengemukakan
beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat,antara lain :
1.

Sebaiknya pada persetujuan tindakan kedokteran sebaiknya dijalankan


dengan baik sesuai dengan SPO informed consent yang sudah ada.
Sehingga akan hak pasien atas informasi medis yang seharusnya
diterima oleh pasien lebih dimengerti dan dipahami oleh pasien.
40

41

2.

Untuk pasien yang tingkat pendidikannya rendah agar lebih dijelaskan


dengan bahasa yang mudah dimengerti untuk mempermudah pasien
dalam menerima informasi medis yang disampaikan oleh dokter
tersebut.

3.

Diharapkan tenaga medis lebih mengerti dan memahami tentang


pemberian

informed consent pada pasien untuk meningkatkan mutu

kesehatan di masyarakat.
4.

Diharapkan pihak RSUD Dr. H. Moch. Ansari. Saleh Banjarmasin lebih


mensosialisasikan mengenai hak dan kewajiban pasien misalnya dalam
bentuk tulisan dan ditempatkan pada setiap ruangan, agar pasien lebih
memperhatikan informasi tersebut.

5.

Dengan banyaknya jumlah pasien, sebaiknya lebih ditambahnya tenaga


medis untuk lebih meningkatkan pelayanan di RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.

42

DAFTAR PUSTAKA

Chazawi, Adami. 2007. Malpraktek Kedokteran. Malang: Banyumedia Publishing


Hatta, Gemala R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press
Kasjono, Subaris, 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Liana, Santi. 2010. Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Informed Consent
antara Dokter dan Pasien Di RSUD Sulthan Thaha SaIfudin Tebo.
http://law.uii.ac.id/images/stories/dmdocuments/FH-UII-TINJAUAN-YURIDIS
TERHADAP-PELAKSANAAN-INFORMED-CONSENT-ANTARA-DOKTERDAN PASIEN-DI-RSUD-SULTHAN-THAHA-SAIFUDIN-TEBO,-JAMBI.pdf
(Diakses tanggal 15 Maret 2015)
Machmud, Syahrul. 2012. Bagi Dokter Yang diduga Melakukan Medikal Malpraktek.
Bandung: Karya Putra Darwati
Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2008.

Permenkes

Nomor

2008.

Permenkes

Nomor

269/Menkes/Per/2008 tentang Rekam Medis.


Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia.

290/Menkes/Per/2008 tentang Persetujuan Tindakan kedokteran.


Nazir, Moch. 2005 Malpraktek Kedokteran. Bogor: Ghalia Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Presiden Repubik indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Jakarta

42

4
3

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta
Roni Rizky Anugrah. 2014. Tinjauan implementasi hak pasien pada layanan dii
RSUD Banjarbaru. Banjarbaru
Suharto & Sudjono, Sigit. 2010. Metedeologi Penelitian Kesehatan. Surabaya. Tiga
N. Surabaya
Wiradharma, Danny. 2013. Hukum Kedokteran. Tanggerang Selatan: Binarupa
Aksara

4
4

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Stikes Husada Borneo

4
5

Lampiran 2 Surat balasan dari intalasi penelitian

4
6

Lampiran 3 Surat pengantar untuk ke Poli Bedah

4
7

Lampiran 4 Surat Pengantar untuk ke Ruang Kumala

4
8

Lampiran 5 Lembar konsultasi bimbingan I

4
9

Lampiran 6 Lembar konsultasi bimbingan II

5
0

Lampiran 7 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan I

5
1

Lampiran 8 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan II

5
2

Lampiran 9 Lembar saran perbaikan KTI penguji III

5
3

Lampiran10 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan I

5
4

Lampiran 11 Lembar saran perbaikan KTI bimbingan II

5
5

Lampiran 12 Lembar saran perbaikan KTI penguji III

5
6

Lampiran 13 Lembar Daftar hadir seminar hasil penelitian

5
7

5
8

Lampiran 14 Lembar Absensi Mahasisiwa yang Mengadiri Seminar Hasil

5
9

Lampiran 15 Lembar Persetujuan Berpartisipasi dalam Penelitian

6
0

Lampiran 16 Lembar pedoman observasi

6
1

Lampiran 17 Lembar Pedoman Wawancara

6
2

6
3

Lampiran 18 Lembar SPO Informed Consent

6
4

Lampiran 19 Lembar Dokter Spesialis berdasarkan Jenis Spesialis


tahun 2014

6
5

Lampiran 20 Lembar Sepuluh Diagnosa terbanyak Pasien Rawat Inap


tahun 2014
No

Nama Penyakit

ICD x

1.

Diare

2.

Jumlah

Total

Laki-Laki

Perempuan

A09

432

294

726

TB Paru

A15.0

338

210

548

3.

CHF

I50.0

197

210

407

4.

SNH

I63.9

194

207

401

5.

Pneumonia

J18.8

206

153

359

P03.4

183

131

314

O82.1

314

314

6.
7.

Fetus and newborn


affected by other
malpresentatio
Delivery bh
emergency
caesarean section

8.

Typhoid Fever

A01.0

153

155

308

9.

Hipertensi

I10

133

162

295

10.

Diabetes Melitus
Non dependen
Insulin dengan
komplikasi multiple

E11.7

103

187

290

6
6

Lampiran 21 Lembar Rekapitulasi Kegiatan Pembedahan tahun 2014

6
7

Lampiran 22 Daftar Riwayat Hidup


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

Data Pribadi
Nama Lengkap

: Dian Sari

Tempat Tanggal Lahir

: Pangkal Pinang, 27 Juli 1994

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Golf Perumahan Wengga Indah IV RT :011/004


Kel. Landasan Ulin Utara Kec. Liang Anggang,
Banjarbaru, KalSel

B.

Email

: Oiku.dian@gmail.com

Telpon

: 085754154992

Pendidikan Formal
1999-2000

: TK Al- Inayah Banjarmasin

2000-2006

: SDN Kuin Ceruncuk 1 Banjarmasin

2006-2009

: SMP Negeri 4 Banjarbaru

2009-2012

: SMA Negeri 4 Banjarbaru

Anda mungkin juga menyukai