MAKALAH
oleh
Kelompok 3
Mafa Afnes Sukowati
(102310101050)
(132310101003)
(132310101011)
Nur Winingsih
(132310101020)
Indra Kurniawan
(132310101021)
Yulia Marta F.
(132310101029)
Mufti Hafiyana
(132310101038)
Sintya Ayu P.
(132310101049)
Siti Nurhasanah
(132310101058)
tiroid juga merangsang perkembangan normal susunan syaraf pusat. Apabila tidak ada
hormone ini pada waktu seseorang dilahirkan atau pada masa bayi terjadi refendasi
mental dan kematangan neurologi terhambat.
4.1 Syntesis dan sekresi hormon tiroid
Hormon tiroid disintesis melalui jalur mekanisme dasar yang berbeda dengan
hormon lainnya pada sistem endokrin. Sel-sel epitel dari kelenjar tiroid inilah yang
bertanggung jawab terhadap sintesis hormon tiroid yang disebut sebagai folikel tiroid
(Gambar 5). Folikel-folikel tersebut berisi koloid (senyawa protein) yang merupakan
prekursor sintesis hormon tiroid.
Sel epitel tiroid merupakan tempat dari kelenjar tiroid yang penting dalam
sistem endokrin. Ruang antar folikel tiroid yang dikenal dengan nama Parafollicular
atau sel C yang mensekresikan hormon Calcitonin. Folikel tiroid inilah yang merupakan
suatu tempat dalam memproduksi hormon tiroid.
4.2 Semua proses sintetik mealui tiga tahapan, seperti:
Pembuatan dan sintesis hormon pada tulang belakang atau prekursor antar ruas,
Pelepasan hormon bebas dari ruas-ruas dan sekresinya ke dalam darah. Perintah untuk
pembuatan hormon tiroid melalui dua prinsip pada bahan kasar, Tyrosine disiapkan dari
rantai glikoprotein yang besar yang disebut sebagai thyroglobulin, yang disintesis
melalui sel epitel Thyroid dan disekresikan kedalam lumen dari folikel-koloid, yang
secara umum disimpan dalam bentuk tiroglobulin. Molekul tiroglobulin yang
mengandung 134 tyrosin, dan hanya senyawa ini yang berfungsi untuk sintesis T-4 dan
T-3. Iodium, atau senyawa iodida lainnya, selalu diambil dari darah melalui sel epitel
tiroid, yang terdapat pada bagian luar membran plasma sebagai sodium-iodide
symporter atau perangkap iodium( iodine trap ). Pada sel yang lain, iodida dibawa ke
dalam lumen,dari folikel sebagai tiroglobulin. Pembentukan hormon tiroid dikendalikan
oleh enzim tiroid peroksidase. Enzim tersebut berperan sebagai katalisator pada dua
reaksi, seperti:
Iodinasi tyrosin dalam tiroglobulin (dikenal dengan nama Penggabungan Iodida),
Sintesis tiroksin atau triiodotironin dari dua buah senyawa iodotyrosin.
Gambar 6. Mekanisme pembentukan hormon tiroid
Dengan adanya enzim tiroid peroksidase, tiroid hormon akan terakumulasi dalam
bentuk koloid pada permukaan sel epitel tiroid. Perlu diingat bahwa hormon tersebut
selalu terikat dengan molekul tiroglobulin yang kemudian akan muncul dan tersebar
dari ruas-ruas dan kemudian disekresikan sebagai hormon yang bebas ke dalam darah.
Hormon tiroid dibebaskan dari tiroglobulin yang terdapat dalam ruas-ruas melalui
peruraiannya dalam lisozom sel epitel tiroid.
Reseptor hormon tiroid mempunyai ikatan yang pendek, yang dilanjutkan dengan rantai
DNA yang dikenal dengan nama T-3 respon element (TRE), bentuk element respon
hormon. TRE dibentuk oleh dua AGGTCA separo sisi yang dipisahkan oleh empat
nukleotida. Separo sisi dari TRE dapat dibentuk dengan pengulangan langsung,
pallindromes atau pengulangan balik.
Reseptor Ikatan DNA terdapat dua set dari empat residu sistein, danmasing-masing set
membentuk khelat dengan ion Zn, membentuk loop yang dikenal dengan nama
penunjuk jari Zn. Bagian pertama dari penunjuk jari Zn berinteraksi secara langsung
dengan nukleotida pada bagian yang besar dari TRE DNA, di mana pada penunjuk jari
kedua berinteraksi dengan bagian kecil dari TRE. Maka, penunjuk jari Zn merupakan
suatu mediator dalam pembentukan ikatan terhadap TRE. Reseptor hormon tiroid dapat
berikatan dengan TRE dalam bentuk monomer, sebagai Homodimer atau sebagai
Heterodimer dengan Retinoid X Reseptor (RXR). Heterodimer memberikan bentuk
ikatan dengan afinitas yang tinggi, dan ini menunjukkan fungsi yang besar dari reseptor.
Pengertian tentang spesifik protein telah ditunjukkan kemampuannya sebagai
senyawa pembentuk kompleks dengan molekul inti dan koaktivator. Alpha-2 reseptor
tidak mungkin berikatan dengan T-3 dan menunjukkan aktivitas yang sama dengan
mutan dominan-negatif dari reseptor, tetapi terminal karboksi dapat memberikan
fosforilasi yang berbeda, yang mempengaruhi ikatan DNA dan dimerisasi. Juga beta-2
isoform menunjukkan fungsi yang lain terhadap represor dengan tidak adanya T-3.
4.7 Reseptor Hormon Tiroid dan Mekanisme Aksi
Reseptor untuk hormon tiroid adalah bentuk intraseluler protein ikatan DNA, yang
berfungsi sebagai hormon-responsif faktor transkripsi, merupakan konsep yang sama
dengan rfeseptor untuk hormon steroid. Tiroid hormon dalam sel menembus membran
dengan protein pembawa. Sejumlah pembawa dalam plasma membran telah
diidentifikasi, salah satu diantaranya adalah hidrolisis ATP; sistem pembawa yag
berbeda dan jauh lebih penting belum dapat ditunjukkan dan kemungkinan letaknya
diantara jaringan. Salah satunya terdapat di dalam inti sel, hormon berikatan dengan
reseptor, dan kompleks hormon-reseptor berinteraksi dengan spesifik rantai DNA pada
promosi gene responsif. Efek dari kompleks hormon-reseptor yang berikatan dengan
DNA akan membentuk ekspresi gene, kecuali adanya stimulasi atau penghambatan
transkripsi gene spesifik.
Suatu ilustrasi, dengan melihat satu mekanisme yaitu adanya peningkatan
hormon tiroid akan meningkatkan kontraksi jantung. Kontraksi jantung tergatung pada
perbandingan relatif dari protein miosin dengan bentuk yang berbeda di dalam otot
jantung. Transkripsi dari gene miosin distimulasi oleh hormon tiroid, sedangkan
transkripsi lainnya dihambat. Suatu pembahasan yang mendalam tentang mekanisme
aksi dan bentuknya adalah bagimana reseptor berinteraksi dengan faktor transkripsi
lainnya, secara pasti membahas tentang Reseptor Hormon Tiroid.
4.8 Efek fisiologik hormon tiroid
Sangat menarik bahwa semua sel dalam tubuh merupakan target dari hormon
tiroid. Hormon tiroid menunjukkan efek yang besarterhadap proses fisiologik, seperti
Pengembangan, pertumbuhan dan metabolisme, dan defisiensi hormon tiroid tidaklah
menunjukkan perbedaannya dengan kondisi sehat.
Metabolisme: Hormon tiroid menstimulasi berbagai aktivitas metabolisme
terhadap jaringan, terutama dalam peningkatan laju metabolisme basal. Konsekuensi
dari aktifitas ini adalah peningkatan suhu tubuh, akibatnya terjadi peningkatan konsumsi
oksigen dan laju hidrolisis ATP. Beberapa contoh yang spesifik terhadap efek metabolik
dari hormon tiroid seperti:
Metabolisme Lemak: Bertambahnya jumlah hormon tiroid menstimulasi
mobilisasi lemak, terutama pada peningkatan konsentrasi asam lemak dalam plasma.
Hormon tersebut akan mengoksidasi asam lemak pada berbagai jaringan. Akibatnya,
konsentrasi kolesterol dan trigliserida dalam plasma akan menunjukkan kebalikannya
dengan keberadaan hormon tiroid, salh satu diagnostik indikasi terhadap hipotiroidema
karea peningkatan konsentrasi kolesterol dalam darah. Metabolisme karbohidrat.
Hormon tiroid menstimulasi terhadap semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk
ketergantungan akan insulin terhadap pemasukkan glukosa ke dalam sel dan
peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis pada perubahan glukosa.
Pertumbuhan:Hormon tiroid sangat penting untuk pertumbuhan normal pada
anak-anak, dan hewan muda pada kejdian tentang kegagalan pertumbuhan akibat
defisiensi hormon tiroid. Tidak mengherankan, bahwa efek hormon tiroid terhadap
Hormone tiroid yang memicu katekolamin, jika terjadi penurunan hormone tiroid,
maka terjadi peningkatan cairan intertisial yang tidak hanya terjadi panda jantung,
namun pada tubuh lain, khususnya area mata bagian bawah dan pergelangan kaki
sehingga menyebabkan edema ekstrimitas bawah dan wajah sembab.
d. Intoleransi terhadap suhu dingin
Hormone tiroid berfungsi dalam meningkatkan metabolisme sel target dengan
meningkatkan penggunaan energi sel melalui metabolisme protein, lemak, dan
karbohidrat sehingga membakar kalori dan meningkatkan panas. Jika kekurangan
hormone tiroid, maka terjadi penurunan laju metabolism sel yang menyebabkan
penurunan produksi panas tubuh sehingga tubuh tidak tahan (intoleransi) terhadap
suhu dingin.
e. Penurunan laju metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
dan absorbsi zat gizi yang melewati usus.
Hormon tiroid berfungsi sebagai peningkat laju metabolism sel. Apabila laju
metabolism sel menurun akibat kekurangan hormone tiroid, maka terjadi penurunan
energi sel sehingga kontraktilitas usus menurun dan menyebabkan penurunan
absorbs nutrient, kebutuhan kalori menurun yang dapat mempengaruhi nafsu
makan.
f. Konstipasi
Hormon tiroid yang berfungsi dalam meningkatkan laju metabolism sel dan
meningkatkan kontraktilitas usus, apabila terjadi penurunan hormone tiroid, maka
kontraktilitas usus akan menurun, khususnya pada kolon sehingga terjadi
penumpukan feses dalam kolon yang cukup lama dan menyebabkan gangguan pola
defekasi berupa konstipasi
g. Perubahan fungsi reproduksi
Hormone tiroid berfungsi sebagai peningkat laju metabolism sel yang
menyebabkan peningkatan kecepatan fungsi selular. Jika terjadi penurunan laju
metabolism akibat kekurangan hormone tiroid, maka akan terjadi penurunan
kecepatan fungsi seluler. Apabila mengenai sel target, yaitu organ reproduksi, salah
satunya yaitu ovarium, maka akan mengganggu proses ovulasi di mana terjadi
keterlambatan ovulasi yang dapat menyebabkan anovulasi. Dan jika meengenai
Respirasi
respon
ventilasi
terhadap
Efusi pleura
Anoreksia
Penurunan peristaltic usus (konstipasi
Ginjal
(intoksikasi
hiponatremia)
cairan
dan
Hematologi
Anemia akibat:
Gangguan
sintesis
hemoglobin
akibat
defisiensi tiroksin
Defisiensi besi akibat kehilangan besi pada
menoragia dan absorbsio besi
Defisiensi asam folat akibat gangguan
absorbs asam folat
Neuromuskuler
Anemia pernisiosa
Kelemahan otot proksimal
Berkurangnya reflex
Gerakan otot lambat
Psikiatri
Kesemutan
Depresi
Gangguan memori
Endokrin
Gangguan kepribadian
Gangguan
pembentukan
estrogen
Ciri ciri tiroidal berupa goiter akibat hyperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroid akibat
sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala gejala hipertiroid berupa manifestasi
hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang berlebihan. Manifestasi ektratiroidal
berupa: oftalmopati dan infiltrasi kulit local yang biasannya tebatas pada tungkai
baawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan
mata melotot, fisura palpebral melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan
kelpoak mata dalam mengikuti pergerakkan mata), dan kegagalan konvergensi. Lid lag
sebagai gerakan kelopak mata yang relative lebih lambat terhadap gerakan bola matanya
sewaktu pasien diminta perlaahn-;ahan melirik ke bawah. Penyakit grave muncul
sebagai manifestasi gangguan autoimun. Dalam serum pasien ini ditemukan antibody
imunoglobin (IgG). Antibody ini bereaksi dengan reseptor TSH atau membrane plasma
tiroid. Akibat dari reaksi ini antibody dapat merangsang fungsi tiroid tanpa tergantung
TSH hipofisis, yang dapat mengakibatkan hipertiroidi. Imuoglobin yang merangsang
tiroid ini mungkin diakibatkan karena suatu kelainan imunitas yang bersifat herediter.
2.
3.
Gemetar
4.
Konsentrasi berkurang
7.
8.
9.
10.
11.
Insomnia
Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal
jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat
mungkin berakibat pada "thyroid storm," suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah
tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan
dan kegila-gilaan, juga mungkin terjadi.
Mendiagnosis Hipertiroid
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang
karekteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas.
Gejala-gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala
awal, terutama pada orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata.
Pada semua kasus-kasus, suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi
diagnosisnya.
Tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur secara langsung dan
biasanya meningkat dengan hipertiroid. Bagaimanapun, alat utama untuk mendeteksi
hipertiroid adalah pengukuran tingkat darah TSH. Seperti disebutkan lebih awal, TSH
dikeluakan oleh kelenjar pituitari. Jika suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan
hadir, TSH diatur untuk turun dan tingkat TSH turun dalam suatu usaha untuk
mengurangi produksi hormon tiroid. Jadi, pengukuran TSH harus berakibat pada
tingkat-tingkat yang rendah atau tidak terdeteksi pada kasus-kasus hipertiroid.
Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang berlebihan
disebabkan oleh suatu tumor pituitari yang mengeluarkan TSH, maka tingkat-tingkat
TSH akan menjadi tingginya tidak normal. Penyakit tidak umum ini dikenal sebagai
"hipertiroid sekunder".
9. Gambar
a. Kelebihan Hormon Tiroid
Kesimpulan
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin murni berbentuk kupu-kupu yang terdiri
atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak tepat dibawah
kartilago krikoid pada leher. Sekresi hormon tiroid normal mebutuhkan dorongan
yang ade kuat atau TSH. Jumlah tiroid fungsional ade kuat jumlah subtrat yang ade
kuat atau yodium, dan enzim ade kuat untuk organifikasi dan perangkaian.
Defisiensi setiap hal ini akan menyebabkan terjadinya hipofungsi kelenjar. Hormon
tiroid mempengaruhi banyak sistem. Efk utamanya adalah perangsangan
metabolisme sel. Hormon tiroid merangsang hormon pertumbuhan paa anak dan
berperan dalam perkembangan sistem saraf pusat normal tidak adanya hormon tiroid
pada saat lahir yang menyebabkan retardasi mental dan hambatan perkembangan
neurologis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.totalkesehatananda.com/hipertiroid3.html
http://health.detik.com/read/2011/08/24/081442/1709776/763/tanda-tanda-orang-yangkelebihan-dan-kekurangan-hormon-tiroid
Anwar, Ruswana. 2005. Fungsi Dan Kelainan Kelenjar Tiroid. Bandung: UNPAD.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Hamdani, William & Sampepajung, Daniel. (tanpa tahun). Tyroid Cancer: The Diagnose
And The Manajement. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Mansjoer A, Sudoyo AW, Rinaldi I, Et Al. 2011. Kedokteran Perioperatif Evaluasi dan
Tatalaksana Dibidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Interna Publishing.
Syahfreadi. 2008. Ketepatan Pemeriksaan Klinis, Sitologi Aspirasi Jarum Halus Dan
Potong Beku Pada Nodul Tunggal Tiroid. Medan: FK USU.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2247508-struktur-dan-fungsi-kelenjartiroid/#ixzz2fmnPyOOh
Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk SMA
dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346