Mengatur tentang :
Mengatur tentang :
APA
Perbuatan apa yang dapat dipidana . Cara-cara penegakan Hukum Pidana Mate
SIAPA
KAPAN
BAGAIMANA
Pidananya
ASAS
KAIDAH
KONKRIT
Catatan :
. Psl. 362 KUHP (Pencurian), 372 KUHP (Penggelapan), 378 KUHP (Penipuan)-- Peraturan Konkrit =
Sanksi
. Kaidahnya - Jangan mencuri, jangan menggelapkan, jangan menipu.
Kaidah Hukumnya = Ketentuan tentang perilaku manusia dalam masyarakat, apa yang seharusn
dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
. Asasnya adalah Hak milik orang harus dihormati.
Asas Hukum ini kadang-kadang dijadikan ketentuan konkrit seperti Pasal 1 KUHP = Asas NULUM D
NULA POENA SINE PRAEVIALEGE
Asas Hukum ini tidak terdapat dalam UU - GEEN STRAT ZONDER SCHULD = Tak ada hukuma
Kesalahan.
KESALAHAN (SCHULD)
-Tiada Pidana tanpa Kesalahan
-Lahir dari pengertian Hukuman
-Asas Pra Hukum Positif
-Tanpa pengecualian
LEGALITAS)
Nulum Delictum
Nula Poena
Sine Priviaelege Poenale
1.Fungsi melindungi
Tindak pidana tanpa UU
Pembatasan : Asas Oportunit
2.Fungsi Instrumental
Tidak ada delik yang tidak
dituntut
DELICT
ALIRAN
I. MONISME
Unsur Obyektif
Perbuatan
Melawan Hukum
Unsur Subyektif
Kesalahan
Orang yang dapat dipertanggung
jawabkan (Toerekenvat Baar Persoon)
1. Perbuatan (Daad)
II. DUALISME
Comisiones
Omisiones
Kesalahan (Schuld)
Dolus
Culpa
Dapat dipertanggungjawabkan
Tak ada alasan pemaaf (Schuld Uitsluiting Grond)
MELAWAN HUKUM
I. M.H. FORMIL
PERBUATAN
a. Comissiones
b. Omissiones
a. Peran Positif
b. Peran Negatif
TERCELA
BEBAS
FORMIL
II.
III.
UNSUR DELICT
IV.
Perbuatan melawan Hukum Formil (asas legalitas) + Melawan Hukum Materiil disebut Melawan Hukum Umu
K E S A L A H A N ( SCHULD)
SENGAJA (DOLUS)
KESALAHAN (CULPA)
LALAI (CULPA)
Dalam Undang-Undang tidak ada definisi Culpa
J.E.Johnkers menyebut 3 elemen Culpa :
1. Dapat diduga ( Voorziendbaarheid )
2. Dapat dihindari (Vermijdbaarheid )
3. Melawan hukum ( Wederrechttelijkheid )
Pada Sengaja kehendak pelaku tertuju pada akibat, pada Lalai tidak tertuju pada akibat
Ciri Kelalaian (yang disadari) : lebih baik tidak berbuat daripada berbuat, dengan akibat
yang dikehendaki disertai akibat lain yang sama sekali tidak dikehendaki.
Culpa dianggap sebagai Aliud terhadap Dolus, jadi berbeda secara prinsipiil (Remmelink)
V. Bammelen : Culpa adalah minus dari Dolus. Perbedaannya adalah gradual.
Istilah-istilah untuk Culpa dalam KUHP :
1. Karena salahnya (pasal 359-360, 188 KUHP)
2. Ketidak hati-hatian (Onachtzianheid) (pasal 231, 232 KUHP)
3. Seharusnya dapat menduga (Redelijkkerwijs moet vermoeden) (pasal 287, 288 KUHP)
4. Dapat diduga (Om te vermoeden)
Dalam UU Delik Culpa yang ancaman hukumannya ringan berhadapan dengan Delik
Dolus yang ancaman hukumannya berat. (contoh pasal 188 dan 187, pasal 354 dengan
338 KUHP)
Delik Susila tidak mungkin dilakukan secara Culpa
Ada Delik Dolus yang tidak ada mitra Culpa-nya, karena dianggap tidak perlu oleh perasaan
hukum masyarakat pemidanaan (Ultimatum Remedium)
Dalam KUHP ada pasal tertentu yang memuat Dolus dan Culpa bersamaan dengan ancaman
hukuman yang sama (pasal 292, 293 tahu atau patut dapat menduga, pasal 418, 419 tahu
atau patut dapat mengharapkan)
disebut Pro Parte Dolus Pro Parte Culpa
Van Hammel ada 2 jenis Culpa :
1. Karena kurang dapat memperkirakan]
2. Kurang berhati-hati
Vos ada 2 elemen yang harus dipenuhi Culpa :
1. Si pembuat dapat memperkirakan akibatnya
syarat subyektif (Voorziendbaarheid)
a.l. tingkat kecerdasannya, tenaganya
2. Ketidak hati-hatian
syarat obyektif (Onvoorzichtigheid)
terlihat dari tindakannya yang berdampak subyektif a.l. apakah dia seorang ahli atau awam
Contoh (Vos hal. 162) :
Seorang dokter melakukan operasi berbahaya yang mengakibatkan kematian pasien.
Walaupun hal tsb telah dapat diperkirakan sebelumnya, namun sang dokter belum
dianggap melakukan Culpa. Perlu dibuktikan pula adanya unsur Ketidak hati-hatian,
menurut ukuran obyektif.
Syarat Berhati-Hati :
1. Pelaku melakukan perbuatan tidak menurut ukuran ketelitian yang normal.
contoh : membersihkan baju yang bernoda dengan bensin di dekat api.
2. Pelaku telah bertindak sangat hati-hati, namun akibat tetap terjadi.
(pada butir 2 ini unsur Culpa dan unsur melawan hukum bertemu)
contoh : seorang ahli/amatir yang membuat petasan tetap bersalah
2. ASAS KESALAHAN
Adagium : ACTUS NON FACIT REUM NISI SIT REA (An act does not make a man gulity of
crime unless his mind be also guilty)
1. ACTUS REUS (Criminal Act)
yang memenuhi rumusan delik dalam UU
2. MENS REA
unsur batin si pelaku, yaitu Sengaja atau Lalai
Asas Kesalahan ini bersifat fundamental dalam Hukum Pidana sehingga suatu perbuatan
(Actus
Reus) yang sudah memenuhi rumusan UU tetap tidak dapat dipidana jika tidak ada
kesalahan
(Mens Rea).
3. ASAS-ASAS MENYANGKUT RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UU PIDANA INDONESIA
Ada 2 Asas pokok :
1. Asas Teritorialitas (Pasal 2 KUHP)
Perluasan dari asas teritorialitas (Pasal 3 KUHP) setiap orang yang melakukan
perbuatan
pidana di atas alat pelayaran Indonesia di luar wilayah Indonesia
Asas Eks Teritorialitas (Pasal 9 KUHP) berlakunya pasal 2, 5 dan 8 KUHP dibatasi oleh
pengecualian-pengecualian dalam Hukum Internasional
Catatan : Alat pelayaran pengertiannya lebih luas dari kapal
Kapal = spesies dari al.at pelayaran
Di luar Indonesia = di laut bebas dan wilayah negara lain
PEMBUAT
LEPAS DARI
SEGALA
TUNTUTAN
HUKUM
(Ontslag van Alle
Pechtvervolging)
MELAMPAUI
BATAS
PEMBELAAN
DARURAT
Noodweew Exces
Excessive Self
Defence
Psl. 49 ayat 2
TIDAK DAPAT
BERTANGGUNG
JAWAB
(Insanity)
Psl. 44
DAYA PAKSA
(Duresorvermacht)
Psl. 48
TIDAK TERTULIS
TANPA SALAH
1.Salah tentang fakta
2.Salah tentang hukum
3.Salah tentang kemampuan
bertindak
PEMBUAT
BEBAS
(VRIJSPRAAK)
KEADAAN
DARURAT
(Necessary /
Noodtoestand
Psl. 48
PEMBELAAN
DARURAT
(Self Defence /
Noodweer)
Psl. 49 ayat 1
PERINTAH
JABATAN SAH
(Superior Order)
Psl. 50 ayat 1
PERINTAH UU
(Statute Order)
Psl. 50 ayat 1
TIDAK TERTULIS
1.Tidak melawan hukum materiil
2.Izin
sasaran akhir
- Tindakan
tujuannya untuk perlindungan dan bersifat sosial. Al. dalam psl 24 UU No.3/1997
tentang Pengadilan Anak, yaitu terhadap anak nakal dapat dijatuhkan tindakan :
a. Mengembalikan kepada orangtua, wali atau orangtua asuh
b. Menyerahkan kepada Depsos untuk mengikuti pendidikan & pembinaan (Dik-Bin), Lat. Kerja, dll
c. Menyerahkan kepada Depsos atau Orsos kemasyarakatan yang bergerak di bid Dik, Bin, Lat
kerja
Catatan : UU No.3/1997 Anak Nakal adalah :
- Anak usia 8-18 tahun yang melakukan tindak pidana
- Anak usia 8-18 tahun yang melakukan perbuatan terlarang bagi anak menurut
perundang-undangan / peraturan hukum lainnya.
JENIS-JENIS PIDANA
Pasal 10 KUHP menyebutkan jenis-jenis pidana menurut urutan beratnya sbb :
A. PIDANA POKOK
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana tutupan ( UU No. 20 / 1946 )
5. Pidana denda
B. PIDANA TAMBAHAN
1. Pencabutan beberapa hak tertentu
2. Perampasan barang tertentu
3. Pengumuman keputusan hakim
Catatan :
1. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ( Ps.23 ) selain tersebut diatas kecuali
pidana mati dan tutupan, ditambah pidana pengawasan
2. Pidana tambahan bagi anak nakal berupa :
- Perampasan barang
- Pembayaran ganti rugi
PIDANA POKOK
1. PIDANA MATI
Di Belanda sejak tahun 1820 pidana mati telah dihapus
a. Dalam KUHP ada sejumlah tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati, yaitu :
a.1. Kejahatan thd keamanan negara ( Psl.104, 111 ay (2), 124 ay (3), Jo. Psl. 129)
a.2. Kejahatan melanggar martabat presiden ( Psl. 140 ay (3) )
a.3. Pembunuhan berencana ( Psl. 340 )
a.4. Pencurian dengan kekerasan dengan berserikat/bersama-sama ( Psl. 365 )
a.5. Pembajakan ( Psl. 444 )
b. Di luar KUHP
b.1. Tindak pidana narkotika UU No.22/1997 psl. 80 ay (1)a, ay (2)a, ay (3)a, Psl. 81 ay (3)a,
Psl. 82 ay (1)a, ay (2)a, ay (3)a
b.2. Tindak pidana psikotropika UU No.5/1997 Psl. 59 ay (2)
b.3. Tindak pidana korupsi (Psl. 2 ay (2))
Catatan :
1. Pelaksanaan hukuman mati ditunda jika :
a. Terpidana gila, sesudah putusan sampai terpidana sembuh
b. Terpidana hamil sampai 40 hari setelah melahirkan Pasal 7 UU No.2 PNPS 1964
c. Sampai mendapat fiat Presiden UU No.40/1950 Psl. 2 ay (3) tentang Grasi
2. Pelaksanaan pidana mati dengan jalan ditembak sampai mati oleh regu tembak Brimob dibawah
perintah Jaksa Tinggi / Jaksa.
2. PIDANA PENJARA
Pidana penjara menurut KUHP maksimum adalah seumur hidup, minimum adalah 1 (satu) hari
KUHP menentukan pidana maksimum umum selama 15 tahun, namun utkkejahatan dgn
ancaman
mati/penjara seumur hidup atau karena terdapat concursus/residive dapat menjadi 20 tahun.
Hukuman minimim khusus terdapat pada :
a. UU No.22/1997 tentang narkotika
a.1. Yang didahului dengan permufakatan jahat :
- Pasal 78 ayat (2) - 2 tahun
- Pasal 80 ayat (2) - 4 tahun
- Pasal 81 ayat (2) - 2 tahun
- Pasal 82 ayat (2) - 4 tahun
a.2. Yang dilaksanakan secara terorganisasi :
- Pasal 78 ayat (3) - 3 tahun
- Pasal 80 ayat (3) - 4 tahun
- Pasal 81 ayat (3) - 4 tahun
- Pasal 82 ayat (3) - 4 tahun
b. UU No.5/1997 tentang psikotropika Pasal 59 ayat (1) - 4 tahun
c. UU No.20/2001 Jo. UU No.31/1999 tentang P.T.P. Korupsi. Ada 10 tindak pidana yang diberi
pidana minimum 1 s/d 4 tahun
d. UU No.15/2002 tentang T.P. Pencucian Uang Pasal 3 ayat (1) - 5 tahun
3. PIDANA KURUNGAN
Pidana kurungan maksimum umum adalah 1 (satu) tahun, minimum umum adalah 1 (satu) hari
Dapat dijatuhkan kurungan 1 tahun 4 bulan dalam hal :
a. samenloop,
b. Residive
c. Pegawai negeri yang melakukan tindak pidana melanggar kewajiban khusus jabatannya.
Pidana kurungan diancankan pada kejahatan culpa dan pelanggaran
Perbedaan antara pidana kurungan >< penjara
- Terpidana penjara dapat dipindahkan ke penjara lain diluar wilayah tempat ia dijatuhi pidana.
Pada terpidana kurungan tidak dapat kecuali atas kehendak terpidana sendiri.
- Terpidana kurungan hanya diberi pekerjaan ringan ( Pasal 19 ayat 2 KUHP )
- Terpidana kurungan dapat memperbaiki nasibnya yang disebut PISTOLE - Pasal 23 KUHP
Pidana kurungan pengganti atau subsidair adalah bentuk khusus sebagai pengganti pidana
denda dalam hal terpidana tidak mampu/tidak mau membayar sebagaimana yang disebut dalam
vonis. Kurungan pengganti juga atas barang rampasan yang tidak disita, jika barang tidak
diserahkan dan harganya sebagai pengganti tetap dibayar.
Kurungan pengganti minimum 1 hari, maksimum 6 bulan. Dlm hal concursus/residive dapat
menjadi 8 bulan
Jika terdapat kumulasi pidana penjara dan kurungan maka pidana penjara dijalanu duluy baru
disusul Pidana kurungan
4. PIDANA DENDA
Pidana Denda senantiasa dijatuhkan dengan pidana kurungan pengganti
Pidana denda dalam beberapa per UU dapat dijatuhkan secara kumulatif dengan pidana
penjara atau secara kumulatif alternatif :
a. Kumulatif - Psl 6 UUPTK dipidana minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun dan pidana
denda minimal Rp. 150 juta dan maksimal Rp. 750 juta ( penyuapan aktif dan pasif ) terhadap
hakim maupun advokat. Lihat juga Pasal 8, 9, 10, 12 b ayat (2)
Catatan : - Hal serupa juga terdapat pada UU Narkotika, UU Psikotropika, UU Pencucian
uang, dan pada UU T.P.Ekonomi.
- Pidana yg dijatuhkan / dituntut harus pidana penjara dan denda
- Pidana penjara yang dijatuhkan tidak boleh lebih rendah dari 3 tahun dan pidana
denda tidak boleh lebih rendah dari Rp. 150 juta.
b. Kumulatif Alternatif - Psl 5 UUTPK dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
tahun
paling lama 5 tahun dan atau pidana denda dstnya. Lihat juga Psl. 7, Psl. 11 UUTPK
Catatan : hal serupa ada pada Pasal 64, Pasal 65 UU Psikotropika dan pada UUTP Ekonomi
5. PIDANA TUTUPAN
uu No.20/1946 menambahkan pidana tutupan terhadap orang yang melakukan kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara karena didorong oleh maksud yang patut dihormati.
Pidana tutupan dilaksanakan di rumah tertutup ( PP No.8 / 1998 )
Pidana bersyarat :sejak tahun 1927 pidana bersyarat adalah pidana yang dijatuhkan namun tidak
perlu dijalankan apabila selama dalam waktu percobaan tertentu terpidana tidak melakukan tindak
pidana atau melanggar syarat khusus yang ditentukan hakim
a. Hanya terhadap pemidanaan penjara yang tidak melebihi 1 tahun
b. Dapat juga dijatuhkan pada pidana kurungan kecuali kurungan pengganti
c. Dapat juga dijatuhkan pada denda jika ternyata pidana denda ataupun perampasan barang
menimbulkan keberatan yang sangat bagi terpidana
d. Tidak dapat dijatuhkan terhadap perkara peng negara
Syarat-syarat Pidana Tutupan :
a. Syarat Umum
tidak boleh melakukan tindak pidana selama dlm masa percobaan
Masa Percobaan :
1. Untuk T.P. Pelanggaran Pasal 492, 504, 505, dan 536
2. Untuk pelanggaran yang lain selama 2 tahun
b. Syarat Khusus :
Menyangkut semua perilaku terpidana yang tidak mengurangi kebebasan agama dan politik.
Pengawasan dilakukan oleh jaksa.
P
E
N
Y
E
R
T
A
A
N
ANTE
DELICTUM
TEMPORARE
DELICTUM
KHUSUS
POST
DELICTUM
-Pemberian-pemberian
-Janji
-Penyalaggunaan Kekuasaa
-Kekerasan / ancaman
SARANA : -Tipudaya, kesempatan
-sarana / keterangan
PENYERTAAN
PEMBARENGAN
TP
x
P
P
TP TP
x x
PEMBARENGAN + RESIDIF
TP
x
TP
x
P
TP
x
TP
x
TP
x
TP
x
VONNIS
KETERANGAN :
1. TP
= TINDAK PIDANA
x
2. P = PELAKU
3. a. PENYERTAAN
b. PEMBARENGAN
c. RESIDIF
Pelakunya Jamak
Tindak Pidananya Tunggal (bisa jamak)
Pelakunya Tunggal (bisa juga jamak)
Tindak pidananya jamak
Pelakunya Tunggal
Tindak pidananya jamak
Diselingi Vonnis
TP
x
TP
x
PERBARENGAN (CONCURSUS)
1. PERATURAN YANG
DILANGGAR
(Concursus Idealis) Psl. 63
KUHP)
. Satu Perbuatan melanggar
beberapa
Per-UU Pidana / beberapa akibat
. Peraturan Khusus yang
diberlakukan
(Ex. Specialis Derogat Lex
Generalis)
Psl. 63 ayat (2)
. Perbuatan bukanlah perbuatan
Materiil perbuatan yang
menyatu
dan tak terpisah. Akibat yang
satu
adalah syarat akibat yang lain
STELSEL PEMIDANAAN
. Stelsel Absorbsi (Peleburan)
. Dikenakan hanya satu pidana
. Peraturan dengan Pidana
Tertinggi
yang diterapkan
2. PERBUATAN BERLANJUT
(Voorgezelle Handeling) - Psl.
64
KUHP
Beberapa Perbuatan
a.Yang sejenis
b.Jarak waktu yang relatif
singkat
c.Atas dasar Satu Keputusan
Niat
STELSEL PEMIDANAAN
. Stelsel Absorbsi hanya satu
pidana
yang dikenakan
3.PERBARENGAN PERBUATAN
(Concursus Realis) Psl. 65
KUHP
. Ada beberapa perbuatan
. Tiap perbuatan merupakan
delik
yang mandiri
STELSEL PEMIDANAAN
a.Kejahatan dengan Pidana
Pokok
sejenis
. Stelsel Absorbsi dipertajam
. Hanya satu Pidana yg
dikenakan :
Pidana Tertinggi + 1/3
b.Kejahatan dengan Pidana
Pokok
sejenis
. Stelsel Komulasi Terbatas
. Tiap Pidana dikenakan
Pidana Tertinggi + 1/3
. Denda disesuaikan dengan
kurungan Pidana Pengganti
c.Pelanggaran
. Stelsel Komulasi Murni
SYARAT PERCOBAAN
P
E
R
C
O
B
A
A
N
ADANYA PERMULAAN
PELAKSANAAN
(BEGINDERBUITVOERING)
PERMULAAN PERBUATAN
TIDAK SELESAI DILUAR
KEHENDAK PELAKU
CATATAN :
Pidana tambahan sama dengan delil selesai
1.Percobaan Pelanggaran tindak pidana (Psl. 54)
2.Perluasan arti delik SATHOCHID = bukan delik
3.Pidana dikurangi 1/3 dari yang diancam
4.Pidana mati jadi 15 tahun penjara
5.Unsur percobaan harus dimuat dalam dakwaan
jika tidak terbukti maka harus dibebaskan
a.Teori Subyektif
= Pelaksanaan niat/
kehendak
(MISDADIGEWIL)
M.V.T
a.Teori Obyektif
= Pelaksanaan kejahatan
membahayakan
kepentingan hukum
Perbuatan Persiapa
(VOORBEREIDING
HANDELING)
Belum dapat
dipidana
Perbuatan Pelaksan
(UITVOERINGS
HANDELING)
Sudah dapat
dipidana
CATATAN :
1.V.Hamel - Subyektif
2.Simone Obyektif
3.Hoge Raad Obyektif
(Contoh : Kasus pembakara
rumah
PERCOBAAN
POGING
Psl. 53 KUHP
ABSOLUT
Mutlak tidak mungkin
Membawa hasil
ALAT
RELATIF
Hasil tidak dicapai
Karena keadaan tertentu
ALAT
TUJUAN
OBYEK
MANGEL AM TATBESTAND
PERCOBAAN SELESAI
(DELICT MANQUE)
Semua Perbuatan
Telah dilakukan
Namun hasilnya nihil
TUJUAN
OBYEK
DELIK PUTATIF
UU LAIN
1. NE BIS IN IDEM/NEMO DEBET BIS VEXARI (Psl.76) 1. ABOLISI / Hak Penuntutan Hapus
Syarat :
a. Syarat Pelaku
pelaku yang sama 2. AMNESTI / Hak Penuntutan Dan Pidana Hapus
b. Syarat Perbuatan (fait)
perbuatan yg sama
Apabila sudah ada putusan :
a. Penghukuman (veroordeling)
PUTUSAN HAKIM :
b. Lepas dari tuntutan hukuman (Ontslag van
Rechtvervolging)
NO / Tuntutan tidak dapat diterima
c. Pembebasan (vrijspraak)
( NIET ONT VANKELIJK VERKLARING )
Maka terhadap pelaku tidak dapat dituntut lagi
2. MATINYA TERSANGKA (Psl. 77)
3. LEWAT WAKTU / VERJARING (Psl. 78-80)
Lewat waktu ada 2 macam, yaitu :
a. Menghilangkan hak menuntut
b. Menghilangkan hak untuk mengeksekusi
4. MENYANGKUT Psl. 2 8 KUHAP (Van Bemmelen)
5. PENYELESAIAN DI LUAR PROSES / AFDOENING
BUITEN PROCES (Psl. 82)
ALASAN PENGHAPUSAN PELAKSANAAN PIDANA
1. GRASI
2. AMNESTI
3. DALUWARSANYA HAK EKSEKUSI (VERJARING)
DIBATALKAN
-Psl. 450,JIKA ORANG ITU MATI
MANFAAT
L
O
C
U
S
D
E
L
I
C
T
I
E
TEORI
B. YURISDICTIE RELATIF PENGADILAN
1. PERBUATAN RAGAWI (LICHAMELIJKDAAD) LOCUS DELICTI = TEMPAT PELAKU
MELAKUKAN PERBUATAN RAGAWI
2. ALAT (INSTRUMENT) LOCUS DELICTI = PAT ALAT BERFUNGSI
3. AKIBAT (GEVOLS) LOCUS DELICTI = TEMPAT AKIBAT PERBUATAN TERJADI :
AKIBAT KONSTITUTIF = AKIBAT YG MENJADIKAN DELIK SELESAI
AKIBAT LANGSUNG (ONMIDDELIJK) = AKIBAT LANGSUNG PERBUATAN
H.R. 24 JUNI 1935 MEMAKAI TEORI 1.
4. LOCUS DELICTI JAMAK (MEERVOUDIG LOCUS DELICTIE) PERBUATAN + ALAT +
AKIBAT
LOCUS DELICTIE :
1. DELIK OMISI MURNI : ADA 2 PENDAPAT : a. TEMPAT SEHARUSNYA PELAKU BERBUAT
b. TEMPAT DIMANA PELAKU BERADA
2. DELIK OMISI TIDAK MURNI : DITAMBAH PENDAPAT KE-3, YAITU TEMPAT AKIBAT MUNCUL
MANFAAT
T
E
M
P
U
S
D
E
L
I
C
T
I
E
TEORI
PERBUATAN RAGAWI (LIRHAMELIJK DAAD)
ALAT (INSTRUMENT)
AKIBAT
TEMPUS JARAK
Delik Kekayaan :
Kekayaan seseorang dirugikan
atau timbul kerugian pada
kekayaan seseorang dan dalam
banyak hal pelaku diperkaya /
diuntungkan secara melawan
hukum.
Ad.1. PENCURIAN
a. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP)
b. Pencurian berkualifikasi
(Gequalificeerde Diefsta - Pasal
363 KUHP)
c. Pencurian Ringan (Lichte Diefstal
Pasal 364 KUHP)
d. Pencurian dengan Kekerasan (Pasal
365 KUHP)
e. Pencurian dalam Keluarga
PENCURIAN BIASA
Perbuatan materiil MENGAMBIL
(Wegnemen) Memindahkan dari
kekuasaan pemilik barang ke dalam
kekuasaan nyata Pelaku.
e.g. - Mencantel kabel aliran listrik.
- Membobol pematang agar air
mengalir ke sawahnya.
PENCURIAN BERKUALIFIKASI
(Pasal 363 KUHP)
Pasal 362 KUHP berlaku dengan berkualifikasi
sehingga menjadi Pasal 363 KUHP
Pengertian hewan Lihat perluasan pengertian
dalam Pasal 1 KUHP
Terdapat penyalahgunaan keadaan oleh pelaku
yaitu kebakaran, peledakan dstnya.
Dilakukan oleh 2 orang / lebih secara berserikat
Hal ini adalah bentuk MEDEPLEGER bukan
perbantuan (Lihat H.R 9 Juni 1941)
PENCURIAN RINGAN
(Pasal 364 KUHP)
Unsur Pasal 362 KUHP + 363 (1) butir 4
dan 5 KUHP dengan syarat :
Nilai barang tidak lebih dari Rp. 250,(duaratus lima puluh rupiah)
Tidak dilakukan dalam tempat kediaman
/ pekarangan tertutup yang diatasnya
ada tempat kediaman.
Penjara : 3 (tiga) bulan / denda Rp. 900,(sembilan ratus rupiah)
PENIPUAN RINGAN
(Pasal 379 KUHP)
Sama halnya dengan pencurian,
pada penipuan dikenal juga adanya
PENIPUAN RINGAN yang
syaratnya adalah : berlaku hanya
dalam hal barang, hutang atau
piutang yang besarnya tidak lebih
dari Rp. 250,- (dua ratus lima puluh
ribu rupiah) saja.
=
=
=
=