Anda di halaman 1dari 81

HUKUM PIDANA

OBYEKTIF IUS POENALI

SUBYEKTIF IUS POENANDY

. Perintah/Larangan yang harus ditaati dengan sanksi Pidana


. Bagaimana perintah/Larangan tersebut ditaati
. Lingkup berlakunya

Hak subyektif Penguasa / Negara


. Hak memberi ancaman Pidana
. Hak menjatuhkan Pidana
. Hak melaksanakan Pidana

HUKUM PIDANA MATERIIL

HUKUM PIDANA FORMIL

Mengatur tentang :

Mengatur tentang :

APA

Perbuatan apa yang dapat dipidana . Cara-cara penegakan Hukum Pidana Mate

SIAPA

Siapa yang dapat dipidana

KAPAN

Waktu / Tempus Delicti

BAGAIMANA

Pidananya

. Aparat Penegak Hukum Fungsi dan


kewenagannya
- LID /DIK
- PRATUT / TUT
- Persidangan / Putusan
- Pelaksanaan Putusan

SIFATnya masih abstrak


. Sifatnya Konkrit
SUMBERnya : 1.Kodifikasi - KUHP
2.Perundang-undangan lainnya

. Sumbernya : 1.Kodifikasi - KUHP


2.Perundang-undangan lainnya

A. ASAS ASAS HUKUM PIDANA


a. APA ITU ASAS HUKUM PIDANA ?
Asas Hukum (Rechtbeginsel) adalah pikiran dasar yang sifatnya umum dan melatar belakangi
hukum (Rechtnorm) yang terdapat dalam kukum konkret (Rechtregels)

ASAS
KAIDAH
KONKRIT

Catatan :
. Psl. 362 KUHP (Pencurian), 372 KUHP (Penggelapan), 378 KUHP (Penipuan)-- Peraturan Konkrit =
Sanksi
. Kaidahnya - Jangan mencuri, jangan menggelapkan, jangan menipu.
Kaidah Hukumnya = Ketentuan tentang perilaku manusia dalam masyarakat, apa yang seharusn
dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
. Asasnya adalah Hak milik orang harus dihormati.

Asas Hukum ini kadang-kadang dijadikan ketentuan konkrit seperti Pasal 1 KUHP = Asas NULUM D
NULA POENA SINE PRAEVIALEGE
Asas Hukum ini tidak terdapat dalam UU - GEEN STRAT ZONDER SCHULD = Tak ada hukuma
Kesalahan.

ASAS UTAMA HUKUM PIDANA

KESALAHAN (SCHULD)
-Tiada Pidana tanpa Kesalahan
-Lahir dari pengertian Hukuman
-Asas Pra Hukum Positif
-Tanpa pengecualian

LEGALITAS)
Nulum Delictum
Nula Poena
Sine Priviaelege Poenale

1.Fungsi melindungi
Tindak pidana tanpa UU
Pembatasan : Asas Oportunit
2.Fungsi Instrumental
Tidak ada delik yang tidak
dituntut

1.Rumusan UU harus jelas (Lexcerta)


2.Non Retroaktive
3.Pemidanaan hanya berdasar UU
4.Penafsiran Analogi tidak boleh

Penafsiran yang boleh :


1.Gramatika
Restrikt
2.Historis
if
3.Sistematis
4.Teleologis
Ekstensif

DELICT
ALIRAN

I. MONISME

Unsur Obyektif

Perbuatan
Melawan Hukum

Unsur Subyektif

Kesalahan
Orang yang dapat dipertanggung
jawabkan (Toerekenvat Baar Persoon)

1. Perbuatan (Daad)

II. DUALISME

Comisiones
Omisiones

Melawan Hukum (Wedwrechtelijk)


Tidak ada alasan pembenaran (Rechtvaar Digings Grond)
2. Pembuat (Daader)

Kesalahan (Schuld)

Dolus
Culpa

Dapat dipertanggungjawabkan
Tak ada alasan pemaaf (Schuld Uitsluiting Grond)

Untuk Pemindahan Unsur

(1) Perbuatan dan (2) Pembuat harus digabung

disebut juga Mono Dualisme

MELAWAN HUKUM
I. M.H. FORMIL

PERBUATAN
a. Comissiones
b. Omissiones

II. M.H. MATERIIL

a. Peran Positif
b. Peran Negatif

III. M.H. FACET

Memenuhi Rumusan Delik

TERCELA

Tidak sesuai dengan rasa keadilan


Tidak sesuai dengan norma-norma
penjatuhan pidana
kehidupan sosial dalam masyarakat
Tidak terbukti Lepas dari Tut.Huk (penjelasan pasal 2 UUPTK)
Melawan asas-asas Hukum Tak Tertulis
Asas Umum Kepatutan dlm masyaraka
(MA. RI-Kasus RS Natalegawa, 1981)

SEBAGAI UNSUR DELIK (BESTAND DEEL)


Harus dimasukkan dalam dakwaan
Dibuktikan dalam sidang
Tidak Terbukti

BEBAS

MELAWAN HUKUM (WEDERECHTELIJK)


I.

FORMIL

II.

Perbandingan Comissiones / Omissiones


Memenuhi rumusan Delict
Melawan hukum disebut dalam Rumusan Delict disebut Unsur Delict
Dasar Melawan Hukum Formil
Asas Legalitas ( Pasal 1 ayat (1) KUHP

MELAWAN HUKUM (FACET)


Harus disebut dalam Dakwaan
Harus dibuktikan dalam Persidangan
Jika Melawan Hukum sebagai unsur Delict tidak terbukti

III.

UNSUR DELICT

Putusan Bebas ( Vrijspraak)

MELAWAN HUKUM MATERIIL (ELEMEN DELICT)

Perbuatan melanggar rasa keadilan, atau


Norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat
TERCELA
M.A. 8 Februari 1966 No. K / Kr /1966
Tiga (3) kriteria Melawan Hukum Materiil hapus :
1. Kepentingan Umum terlayani
2. Terdakwa tidak dapat keuntungan
3. Negara tidak dirugikan
Peran Negatif - Putusan Lepas dari Tuntutan Hukum
Peran Positif - Melawan Materiil
Diukur dgn asas2 Hukum tdk Tertulis dan asas2 Kepatutan dalam masya

IV.

MELAWAN HUKUM UMUM

Perbuatan melawan Hukum Formil (asas legalitas) + Melawan Hukum Materiil disebut Melawan Hukum Umu

K E S A L A H A N ( SCHULD)
SENGAJA (DOLUS)

KESALAHAN (CULPA)

Dalam arti sempit


M.V.T. : WILLENS EN WETENS
Tingkatan SENGAJA :
1. CULPA LATA (BERAT)
1. Sebagai niat (Als Oogmerk)
2. Dengan insyaf Kepastian (Zekerheid Bewustzijn) Disadari
Semberono
3. Dengan Insyaf Kemungkinan
Tidak Peduli
(Bij Mogelijk Bewustzijn - Dolus Eventualis
Bersyarat)
Syarat (Vos) :
a. SYARAT SUBYEKTIF (Voorzienbaarheid)
SENGAJA DALAM UU
1. Mengetahui (Wetende Dat : Psl 227 230 KUHP) a.l. Kecerdasannya (dapat diperkirakan akibat
oleh perbuatannya
2. Mempunyai Pengetahuan
(Kennis Dragende : Pasal 164, 165, 464 KUHP)b. SYARAT OBYEKTIF (Onvoorzichtigheid)
1. Tidak menurut ukuran normal
3. Dengan Niat
2. Sangat hati-hati tetapi tetap terjadi
(Met Het Oogmerk : Psl 263,362,378 KUHP
4. Dengan Tipuan Mengurangi
CULPA DALAM UU
(Bedriegelijk Verkorting)
1. Karena Salah ( Pasal 354 KUHP)
5. Dengan Kata Kerja Aktif :
2. Tidak Hati-hati ( Psl. 231 KUHP)
Memaksa (Psl. 167 KUHP)
3. Dapat Diduga ( Psl. 287 KUHP)
Melawan (Psl. 212 KUHP)
Menganiaya (Psl. 351 KUHP)

LALAI (CULPA)
Dalam Undang-Undang tidak ada definisi Culpa
J.E.Johnkers menyebut 3 elemen Culpa :
1. Dapat diduga ( Voorziendbaarheid )
2. Dapat dihindari (Vermijdbaarheid )
3. Melawan hukum ( Wederrechttelijkheid )
Pada Sengaja kehendak pelaku tertuju pada akibat, pada Lalai tidak tertuju pada akibat
Ciri Kelalaian (yang disadari) : lebih baik tidak berbuat daripada berbuat, dengan akibat
yang dikehendaki disertai akibat lain yang sama sekali tidak dikehendaki.
Culpa dianggap sebagai Aliud terhadap Dolus, jadi berbeda secara prinsipiil (Remmelink)
V. Bammelen : Culpa adalah minus dari Dolus. Perbedaannya adalah gradual.
Istilah-istilah untuk Culpa dalam KUHP :
1. Karena salahnya (pasal 359-360, 188 KUHP)
2. Ketidak hati-hatian (Onachtzianheid) (pasal 231, 232 KUHP)
3. Seharusnya dapat menduga (Redelijkkerwijs moet vermoeden) (pasal 287, 288 KUHP)
4. Dapat diduga (Om te vermoeden)
Dalam UU Delik Culpa yang ancaman hukumannya ringan berhadapan dengan Delik
Dolus yang ancaman hukumannya berat. (contoh pasal 188 dan 187, pasal 354 dengan
338 KUHP)
Delik Susila tidak mungkin dilakukan secara Culpa
Ada Delik Dolus yang tidak ada mitra Culpa-nya, karena dianggap tidak perlu oleh perasaan
hukum masyarakat pemidanaan (Ultimatum Remedium)

Dalam KUHP ada pasal tertentu yang memuat Dolus dan Culpa bersamaan dengan ancaman
hukuman yang sama (pasal 292, 293 tahu atau patut dapat menduga, pasal 418, 419 tahu
atau patut dapat mengharapkan)
disebut Pro Parte Dolus Pro Parte Culpa
Van Hammel ada 2 jenis Culpa :
1. Karena kurang dapat memperkirakan]
2. Kurang berhati-hati
Vos ada 2 elemen yang harus dipenuhi Culpa :
1. Si pembuat dapat memperkirakan akibatnya
syarat subyektif (Voorziendbaarheid)
a.l. tingkat kecerdasannya, tenaganya
2. Ketidak hati-hatian
syarat obyektif (Onvoorzichtigheid)
terlihat dari tindakannya yang berdampak subyektif a.l. apakah dia seorang ahli atau awam
Contoh (Vos hal. 162) :
Seorang dokter melakukan operasi berbahaya yang mengakibatkan kematian pasien.
Walaupun hal tsb telah dapat diperkirakan sebelumnya, namun sang dokter belum
dianggap melakukan Culpa. Perlu dibuktikan pula adanya unsur Ketidak hati-hatian,
menurut ukuran obyektif.
Syarat Berhati-Hati :
1. Pelaku melakukan perbuatan tidak menurut ukuran ketelitian yang normal.
contoh : membersihkan baju yang bernoda dengan bensin di dekat api.
2. Pelaku telah bertindak sangat hati-hati, namun akibat tetap terjadi.
(pada butir 2 ini unsur Culpa dan unsur melawan hukum bertemu)
contoh : seorang ahli/amatir yang membuat petasan tetap bersalah

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA


1. ASAS LEGALITAS (TANPA UU TIDAK ADA HUKUMAN) Pasal 1 ayat (1) KUHP
Anselm Von Feuerbach merumuskan : Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia
Lege Poenali
artinya : - Nulla Poena Sine Lege (tiada pidana tanpa UU)
- Nulla Poena Sine Crimine (tiada pidana tanpa perbuatan pidana)
- Nullum Crimen Sine Poena Legali (tiada perbuatan pidana tanpa UU Pidana yang
terlebih
dulu ada.
Fungsi Asas Legalitas :
1. Melindungi rakyat terhadap pelaksanaan kekuasaan pemerintah.
2. Instrumental - penguasa diberi kuasa memidana dalam batas ketentuan UU.
Fungsi instrumentalia di Jerman, Australia, Spanyol, Italia
pemerintah wajib
menggunakan
wewenang memidana, Sedangkan di Belanda,Indonesia, erancis, elgia, dan beberapa
negara lain,
Pemerintah berwenang tetapi tidak wajib memidana.
Kelemahan : Fungsi perlindungan sering dikorbankan demi fungsi instrumentalia
ASPEK-ASPEK ASAS LEGALITAS :
1. Tidak dapat dipidana kecuali ada ketentuan pidana berdasarkan UU (formal)
2. Tidak boleh ANALOGI (pengenaan suatu UU terhadap perbuatan yang tidak diatur dalam
UU tsb)
3. Tidak dapat dipidana hanya berdasarkan kebiasaan (peraturan tidak tertulis)
4. Tidak boleh ada perumusan delik yang kurang jelas (Lexd Certa)

2. ASAS KESALAHAN
Adagium : ACTUS NON FACIT REUM NISI SIT REA (An act does not make a man gulity of
crime unless his mind be also guilty)
1. ACTUS REUS (Criminal Act)
yang memenuhi rumusan delik dalam UU
2. MENS REA
unsur batin si pelaku, yaitu Sengaja atau Lalai
Asas Kesalahan ini bersifat fundamental dalam Hukum Pidana sehingga suatu perbuatan
(Actus
Reus) yang sudah memenuhi rumusan UU tetap tidak dapat dipidana jika tidak ada
kesalahan
(Mens Rea).
3. ASAS-ASAS MENYANGKUT RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UU PIDANA INDONESIA
Ada 2 Asas pokok :
1. Asas Teritorialitas (Pasal 2 KUHP)
Perluasan dari asas teritorialitas (Pasal 3 KUHP) setiap orang yang melakukan
perbuatan
pidana di atas alat pelayaran Indonesia di luar wilayah Indonesia
Asas Eks Teritorialitas (Pasal 9 KUHP) berlakunya pasal 2, 5 dan 8 KUHP dibatasi oleh
pengecualian-pengecualian dalam Hukum Internasional
Catatan : Alat pelayaran pengertiannya lebih luas dari kapal
Kapal = spesies dari al.at pelayaran
Di luar Indonesia = di laut bebas dan wilayah negara lain

Asas2 Extra Teritoriality/Kekebalan dan Hak2 Istimewa (Immunity And Privilege)


a. Kepala Negara Asing dan anggota keluarganya
b. Pejabat-pejabat Perwakilan asing dan keluarganya
c. Pejabat-pejabat Pemerintah Negara Asing yang berstatus diplomatik yang dalam
perjalanan
melalui negara-negara lain atau menuju negara lain
d. Satuang Angkatan Bersenjata yang terpimpin
e. Pejabat-pejabat Badan Internasional
f. Kapal-kapal perang dan pesawat udara militer /ABK di atas kapal maupun di luar kapal
2. a. ASAS PERSONALITAS / NASIONALITAS AKTIF
Pasal 5 KUHP Hukum pidana Indonesia mengikuti warganegara Indonesia.
Hukum pidana Indonesia berlaku bagi WNI di luar Indonesia yang melakukan
perbuatan
pidana tertentu : kejahatan terhadap keamanan negara, martabat kepala negara,
penghasutan, dll.
b. ASAS NASIONALITAS PASIF (Perlindungan Kepentingan Nasional)
Pasal 7 KUHP Pejabat Indonesia yg melakukan kejahatan jabatan di luar Indonesia
Pasal 8 KUHP Nakhoda kapal Indonesia di luar kapal
3. ASAS UNIVERSALITAS
Pasal 4 KUHP Kejahatan uang palsu, Kejahatan perompakan
Dalam hal ini kepentingan universalitas yang dilindungi

ALASAN PEMAAF ALASAN PENGHAPUS PIDANA ALASAN PEMBENAR


UMUM
(EXCUSE)
(JUSTIFICATION)
TERTULIS
TERTULIS

PEMBUAT
LEPAS DARI
SEGALA
TUNTUTAN
HUKUM
(Ontslag van Alle
Pechtvervolging)

MELAMPAUI
BATAS
PEMBELAAN
DARURAT
Noodweew Exces
Excessive Self
Defence
Psl. 49 ayat 2

TIDAK DAPAT
BERTANGGUNG
JAWAB
(Insanity)
Psl. 44
DAYA PAKSA
(Duresorvermacht)
Psl. 48

TIDAK TERTULIS
TANPA SALAH
1.Salah tentang fakta
2.Salah tentang hukum
3.Salah tentang kemampuan
bertindak

ALASAN PENGHAPUS PIDANA


KHUSUS

1.Tidak melapor adanya


persekongkolan pihak
karena hubungan
keluarga. Psl. 166
2.Menyembunyikan /
menolong meloloskan
buron. Psl. 221
3.Menista / menista
dengan surat untuk
kepentingan umum

PEMBUAT
BEBAS
(VRIJSPRAAK)

KEADAAN
DARURAT
(Necessary /
Noodtoestand
Psl. 48
PEMBELAAN
DARURAT
(Self Defence /
Noodweer)
Psl. 49 ayat 1

PERINTAH
JABATAN SAH
(Superior Order)
Psl. 50 ayat 1
PERINTAH UU
(Statute Order)
Psl. 50 ayat 1

TIDAK TERTULIS
1.Tidak melawan hukum materiil
2.Izin

OVERMACHT / FORCE MAJEUR


Psl. 48 KUHP
OVERMACHT adalah : Tiap kekerasan ( Kracht )
Tiap paksaan ( Dwang )
Tiap dorongan ( Drang )

YANG TIDAK DAPAT DILAWAN

BEBERAPA BENTUK OVERMACHT : 1. VIS ABSOLUTA / Mutlak / Fisik


2. VIS COMPULSIVA / Relatif / Psikis
3. NOOD TOCSTAND / Keadaan Darurat
V. Hattum, Noyon, Langemeyer :
- Yang ada hanya VIS COMPULSIVA
Vos : Dilihat secara kasualitas (contoh Psl. 365 KUHP)
- Overmacht
alasan pemaaf
- Nood Tocstand
alasan PEMAAF maupun PEMBENAR
1. Kepentingan Hukum >< Kepentingan Hukuim
2. Kewajiban Hukum >< Kewajiban Hukum
3. Kepentingan Hukum >< Kewajiban Hukum
ASAS yang juga berlaku :
1. Proporsionality
2. Subsidiarity
3. Culpa In Causa

PEMBELAAN DARURAT PSL. 49 Ayat (1) KUHP


( NOODWEER )
SYARAT
1. Ada serangan :
Sekonyong-konyong (Ogenblikkelijk )
Mengancam
Melawan Hukum
2. Tertuju kepada :
Badan ( Lijf )
Kehormatan Susila ( Sex / Eerbaarheid )
Barang ( Goed baik milik sendiri atau milik orang lain )
ASAS
1. SUBSIDIARITAS
2. PROPORSIONALITAS
3. CULPA IN CAUSA

Tidak ada jalan lain yang lebih baik


Kepentingan hukum yang dikorbankan harus proporsional
dengan yang dibela
Pelaku adalah penyebab serangan

Ketiga asas ini berlaku juga untuk OVERMACHT / DAYA PAKSA

PELAKSANAAN PER UU PSL. 50 KUHP


(WETTELIJK VOOR SCHRIFT)
H.R.
Sebelum 26 Juni 1889 :
Undang-Undang adalah undang-undang dalam arti FORMIL (penafsiran sempit)
Sejak 26 Juni 1889 :
Undang-Undang adalah undang-undang dalam arti MATERIIL (penafsiran luas)
Tidak hanya peraturan per-UU yang dibuat oleh Pemerintah Pusat / sesuai UUD, tetapi semua peraturan
umum, termasuk PERDA
SYARAT
Menjalankan per-UU guna kepentingan umum (Algemen Belang) bukan kepentingan pribadi
(Eigen Belang)
Tidak terbatas pada pelaksanaan kewajiban tetapi juga pelaksanaan kewenangan (Bevoegdheid)
- Yang menentang butir 3 ini :
H.R. 28 Oktober 1895, Pompe, Noyon, Langemeijer
- Yang setuju : Vos, Jonkers
MENJALANKAN PER UU ADALAH ALASAN PEMBENAR

MELAKSANAKAN PERINTAH JABATAN Psl. 51 KUHP


(AMBTELIJK BEVEL)
A. DIKELUARKAN OLEH SUATU JABATAN YANG SAH (BEVOEGDE GEZAG)
Perintah adalah :
a. Perintah konkrit
b. Instruksi Umum ( H.R. 17 Desember 1899)
Hubungan yang memerintah dengan yang diperintah adalah hubungan hukum publik
(Publikekrechtelijk Verhouding). Hubungan hukum perdata bukan perintah jabatan
( H.R. 24 April 2939)
Contoh : Perintah orang tua kepada anak untuk tidak melakukan kewajiban.
Tidak selalu harus Pegawai Negeri
Perintah Jabatan menghapus sifat Melawan Hukum (Alasan pembenar Pasal 381 KUHP)
Kalau sifat Melawan Hukum merupakan unsur delik (Facet) - Vrijspraak
B. PERINTAH JABATAN OLEH JABATAN YANG TIDAK BERWENANG (ON BEVOEGD)
Syarat untuk tidak dipidana :
1. Syarat SUBYEKTIF Yang diperintah tidak tahu bahwa perintah tidak sah / itikad baik
2. Perintah dalam lingkup tugas sebagai BAWAHAN (Ondergeschiktheid)
3. Ada hubungan hierarkis
4. Tidak melampaui lingkup tugasnya sebagai bawahan (Ondergeschikteid)

MENJALANKAN PERINTAH TIDAK SAH adalah ALASAN PEMAAF

NULLA POENA POENA STRAF - HUKUMAN


HUKUMAN ( STRAF) >< TINDAKAN (MAATREGEL)
- Hukuman / pidana adalah derita yang ditimpakan kepada pelaku tindak pidana
- Sasarannya adalah : Derita (leed)
sasaran antara, Memperbaiki Pelaku

sasaran akhir

- Tindakan
tujuannya untuk perlindungan dan bersifat sosial. Al. dalam psl 24 UU No.3/1997
tentang Pengadilan Anak, yaitu terhadap anak nakal dapat dijatuhkan tindakan :
a. Mengembalikan kepada orangtua, wali atau orangtua asuh
b. Menyerahkan kepada Depsos untuk mengikuti pendidikan & pembinaan (Dik-Bin), Lat. Kerja, dll
c. Menyerahkan kepada Depsos atau Orsos kemasyarakatan yang bergerak di bid Dik, Bin, Lat
kerja
Catatan : UU No.3/1997 Anak Nakal adalah :
- Anak usia 8-18 tahun yang melakukan tindak pidana
- Anak usia 8-18 tahun yang melakukan perbuatan terlarang bagi anak menurut
perundang-undangan / peraturan hukum lainnya.

ALASAN PENJATUHAN PIDANA


1. TEORI ABSOLUT / PEMBALASAN
Hakekat pidana adalah pembalasan terhadap kesalahan yang :
a. Bersifat Subyektif - pembalasan terhadap kesalahan pelaku
b. Bersifat Obyektif - pembalasan atas akibat yang ditimbulkan pada dunia luar
KANT : Pidana adalah tuntutan etik. Walaupun masyarakat akan musnah besok, hari ini pembunuh
harus dihukum mati.
2. TEORI RELATIF
Tujuan Pemidanaan adalah Prevensi terhadap kejahatan. Hakekat pemidanaan : menimbulkan rasa
takut, perbaikan dan penghancuran.
Teori Prevensi sebagai tujuan terbagi menjadi :
a. Prevensi Umum (Generale Preventie)
Pemidanaan adalah untuk mencegah semua orang untuk melakukan kejahatan. Hasil teori ini
ialah
pemidanaan yang kejam, pelaksanaannya di depan orang banyak.
b. Prevensi Khusus
Tujuan pemidanaan adalah pencegahan terhadap si pelaku agar tidak berbuat lagi
3. TEORI GABUNGAN ( Veremigings Teorie )
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif
Terdapat 3 variasi :
a. Bertujuan pembalasan dengan pembatasan pulihnya tertib hukum
b. Bertujuan perlindungan masyarakat dengan pembatasan tidak melampaui derita sepantasnya
c. Bertujuan pembalasan sekalgus melindungi masyarakat

JENIS-JENIS PIDANA
Pasal 10 KUHP menyebutkan jenis-jenis pidana menurut urutan beratnya sbb :
A. PIDANA POKOK
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana tutupan ( UU No. 20 / 1946 )
5. Pidana denda
B. PIDANA TAMBAHAN
1. Pencabutan beberapa hak tertentu
2. Perampasan barang tertentu
3. Pengumuman keputusan hakim
Catatan :
1. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ( Ps.23 ) selain tersebut diatas kecuali
pidana mati dan tutupan, ditambah pidana pengawasan
2. Pidana tambahan bagi anak nakal berupa :
- Perampasan barang
- Pembayaran ganti rugi

PIDANA POKOK
1. PIDANA MATI
Di Belanda sejak tahun 1820 pidana mati telah dihapus
a. Dalam KUHP ada sejumlah tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati, yaitu :
a.1. Kejahatan thd keamanan negara ( Psl.104, 111 ay (2), 124 ay (3), Jo. Psl. 129)
a.2. Kejahatan melanggar martabat presiden ( Psl. 140 ay (3) )
a.3. Pembunuhan berencana ( Psl. 340 )
a.4. Pencurian dengan kekerasan dengan berserikat/bersama-sama ( Psl. 365 )
a.5. Pembajakan ( Psl. 444 )
b. Di luar KUHP
b.1. Tindak pidana narkotika UU No.22/1997 psl. 80 ay (1)a, ay (2)a, ay (3)a, Psl. 81 ay (3)a,
Psl. 82 ay (1)a, ay (2)a, ay (3)a
b.2. Tindak pidana psikotropika UU No.5/1997 Psl. 59 ay (2)
b.3. Tindak pidana korupsi (Psl. 2 ay (2))
Catatan :
1. Pelaksanaan hukuman mati ditunda jika :
a. Terpidana gila, sesudah putusan sampai terpidana sembuh
b. Terpidana hamil sampai 40 hari setelah melahirkan Pasal 7 UU No.2 PNPS 1964
c. Sampai mendapat fiat Presiden UU No.40/1950 Psl. 2 ay (3) tentang Grasi
2. Pelaksanaan pidana mati dengan jalan ditembak sampai mati oleh regu tembak Brimob dibawah
perintah Jaksa Tinggi / Jaksa.

2. PIDANA PENJARA
Pidana penjara menurut KUHP maksimum adalah seumur hidup, minimum adalah 1 (satu) hari
KUHP menentukan pidana maksimum umum selama 15 tahun, namun utkkejahatan dgn
ancaman
mati/penjara seumur hidup atau karena terdapat concursus/residive dapat menjadi 20 tahun.
Hukuman minimim khusus terdapat pada :
a. UU No.22/1997 tentang narkotika
a.1. Yang didahului dengan permufakatan jahat :
- Pasal 78 ayat (2) - 2 tahun
- Pasal 80 ayat (2) - 4 tahun
- Pasal 81 ayat (2) - 2 tahun
- Pasal 82 ayat (2) - 4 tahun
a.2. Yang dilaksanakan secara terorganisasi :
- Pasal 78 ayat (3) - 3 tahun
- Pasal 80 ayat (3) - 4 tahun
- Pasal 81 ayat (3) - 4 tahun
- Pasal 82 ayat (3) - 4 tahun
b. UU No.5/1997 tentang psikotropika Pasal 59 ayat (1) - 4 tahun
c. UU No.20/2001 Jo. UU No.31/1999 tentang P.T.P. Korupsi. Ada 10 tindak pidana yang diberi
pidana minimum 1 s/d 4 tahun
d. UU No.15/2002 tentang T.P. Pencucian Uang Pasal 3 ayat (1) - 5 tahun

3. PIDANA KURUNGAN
Pidana kurungan maksimum umum adalah 1 (satu) tahun, minimum umum adalah 1 (satu) hari
Dapat dijatuhkan kurungan 1 tahun 4 bulan dalam hal :
a. samenloop,
b. Residive
c. Pegawai negeri yang melakukan tindak pidana melanggar kewajiban khusus jabatannya.
Pidana kurungan diancankan pada kejahatan culpa dan pelanggaran
Perbedaan antara pidana kurungan >< penjara
- Terpidana penjara dapat dipindahkan ke penjara lain diluar wilayah tempat ia dijatuhi pidana.
Pada terpidana kurungan tidak dapat kecuali atas kehendak terpidana sendiri.
- Terpidana kurungan hanya diberi pekerjaan ringan ( Pasal 19 ayat 2 KUHP )
- Terpidana kurungan dapat memperbaiki nasibnya yang disebut PISTOLE - Pasal 23 KUHP
Pidana kurungan pengganti atau subsidair adalah bentuk khusus sebagai pengganti pidana
denda dalam hal terpidana tidak mampu/tidak mau membayar sebagaimana yang disebut dalam
vonis. Kurungan pengganti juga atas barang rampasan yang tidak disita, jika barang tidak
diserahkan dan harganya sebagai pengganti tetap dibayar.
Kurungan pengganti minimum 1 hari, maksimum 6 bulan. Dlm hal concursus/residive dapat
menjadi 8 bulan
Jika terdapat kumulasi pidana penjara dan kurungan maka pidana penjara dijalanu duluy baru
disusul Pidana kurungan

4. PIDANA DENDA
Pidana Denda senantiasa dijatuhkan dengan pidana kurungan pengganti
Pidana denda dalam beberapa per UU dapat dijatuhkan secara kumulatif dengan pidana
penjara atau secara kumulatif alternatif :
a. Kumulatif - Psl 6 UUPTK dipidana minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun dan pidana
denda minimal Rp. 150 juta dan maksimal Rp. 750 juta ( penyuapan aktif dan pasif ) terhadap
hakim maupun advokat. Lihat juga Pasal 8, 9, 10, 12 b ayat (2)
Catatan : - Hal serupa juga terdapat pada UU Narkotika, UU Psikotropika, UU Pencucian
uang, dan pada UU T.P.Ekonomi.
- Pidana yg dijatuhkan / dituntut harus pidana penjara dan denda
- Pidana penjara yang dijatuhkan tidak boleh lebih rendah dari 3 tahun dan pidana
denda tidak boleh lebih rendah dari Rp. 150 juta.
b. Kumulatif Alternatif - Psl 5 UUTPK dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
tahun
paling lama 5 tahun dan atau pidana denda dstnya. Lihat juga Psl. 7, Psl. 11 UUTPK
Catatan : hal serupa ada pada Pasal 64, Pasal 65 UU Psikotropika dan pada UUTP Ekonomi

5. PIDANA TUTUPAN
uu No.20/1946 menambahkan pidana tutupan terhadap orang yang melakukan kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara karena didorong oleh maksud yang patut dihormati.
Pidana tutupan dilaksanakan di rumah tertutup ( PP No.8 / 1998 )
Pidana bersyarat :sejak tahun 1927 pidana bersyarat adalah pidana yang dijatuhkan namun tidak
perlu dijalankan apabila selama dalam waktu percobaan tertentu terpidana tidak melakukan tindak
pidana atau melanggar syarat khusus yang ditentukan hakim
a. Hanya terhadap pemidanaan penjara yang tidak melebihi 1 tahun
b. Dapat juga dijatuhkan pada pidana kurungan kecuali kurungan pengganti
c. Dapat juga dijatuhkan pada denda jika ternyata pidana denda ataupun perampasan barang
menimbulkan keberatan yang sangat bagi terpidana
d. Tidak dapat dijatuhkan terhadap perkara peng negara
Syarat-syarat Pidana Tutupan :
a. Syarat Umum
tidak boleh melakukan tindak pidana selama dlm masa percobaan
Masa Percobaan :
1. Untuk T.P. Pelanggaran Pasal 492, 504, 505, dan 536
2. Untuk pelanggaran yang lain selama 2 tahun
b. Syarat Khusus :
Menyangkut semua perilaku terpidana yang tidak mengurangi kebebasan agama dan politik.
Pengawasan dilakukan oleh jaksa.

PENYURUHAN / DOENPLEGEN Psl. 55 ayat (1)1


a.Penyuruhan tidak berbuat ? Manus Domina
b.Perbuatan tidak dapat dipidana ? Manus manistra
. Daya paksa
. Tidak dapat bertanggung jawab

P
E
N
Y
E
R
T
A
A
N

ANTE
DELICTUM

PEMBUJUKAN / UITLOKKEN Psl. 55 ayat (1)2


Pembujuk : Pembuat Intelektual
-Menimbulkan inspirasi, tidak melakukan sendiri
-Tanggung jawab sebatas bujukan
PEMBANTUAN / MEDEPLICHTIGHEID
Psl. 56 ayat (2)
-Perbuatan pemudahan
-Bukan inspirator
-Tanggung jawab sebatas pembantuan

TEMPORARE
DELICTUM

BERSAMA / TURUT MELAKUKAN / MEDEPLEGEN


Psl. 55 ayat (1)1
-Bersama melakukan Semua unsur Delik terpenuhi
-Turut melakukan Tidak semua unsur terpenuhi
-Melakukan Perbuatan Pelaksanaan
PEMBANTUAN / MEDEPLICHTIGHEID Psl. 56 ayat (1)
-Hanya Perbuatan pemudahan

KHUSUS

POST
DELICTUM

1.Pemufakatan Jahat Psl. 88, 164


2.Turut Perkumpulan yang dilarang Psl. 169
3.Berzina Psl. 284
DELICT MANDIRI Tidak disebut Penyertaan
1.Penadahan Psl. 480, 481,482
2.Menyembuntukan orang yang melakukan
kejahatan Psl. 221

-Pemberian-pemberian
-Janji
-Penyalaggunaan Kekuasaa
-Kekerasan / ancaman
SARANA : -Tipudaya, kesempatan
-sarana / keterangan

SARANA : -Memberi kesempatan


-Sarana
-Keterangan

PENYERTAAN, PEMBARENGAN, RESIDIF


DALAM GAMBARAN

PENYERTAAN

PEMBARENGAN
TP
x

P
P

TP TP
x x

PEMBARENGAN + RESIDIF

TP
x

TP
x

P
TP
x

TP
x
TP
x

TP
x

VONNIS

KETERANGAN :

1. TP
= TINDAK PIDANA
x
2. P = PELAKU
3. a. PENYERTAAN
b. PEMBARENGAN

c. RESIDIF

Pelakunya Jamak
Tindak Pidananya Tunggal (bisa jamak)
Pelakunya Tunggal (bisa juga jamak)
Tindak pidananya jamak
Pelakunya Tunggal
Tindak pidananya jamak
Diselingi Vonnis

TP
x

TP
x

PERBARENGAN (CONCURSUS)

1. PERATURAN YANG
DILANGGAR
(Concursus Idealis) Psl. 63
KUHP)
. Satu Perbuatan melanggar
beberapa
Per-UU Pidana / beberapa akibat
. Peraturan Khusus yang
diberlakukan
(Ex. Specialis Derogat Lex
Generalis)
Psl. 63 ayat (2)
. Perbuatan bukanlah perbuatan
Materiil perbuatan yang
menyatu
dan tak terpisah. Akibat yang
satu
adalah syarat akibat yang lain
STELSEL PEMIDANAAN
. Stelsel Absorbsi (Peleburan)
. Dikenakan hanya satu pidana
. Peraturan dengan Pidana
Tertinggi
yang diterapkan

2. PERBUATAN BERLANJUT
(Voorgezelle Handeling) - Psl.
64
KUHP
Beberapa Perbuatan
a.Yang sejenis
b.Jarak waktu yang relatif
singkat
c.Atas dasar Satu Keputusan
Niat
STELSEL PEMIDANAAN
. Stelsel Absorbsi hanya satu
pidana
yang dikenakan

3.PERBARENGAN PERBUATAN
(Concursus Realis) Psl. 65
KUHP
. Ada beberapa perbuatan
. Tiap perbuatan merupakan
delik
yang mandiri
STELSEL PEMIDANAAN
a.Kejahatan dengan Pidana
Pokok
sejenis
. Stelsel Absorbsi dipertajam
. Hanya satu Pidana yg
dikenakan :
Pidana Tertinggi + 1/3
b.Kejahatan dengan Pidana
Pokok
sejenis
. Stelsel Komulasi Terbatas
. Tiap Pidana dikenakan
Pidana Tertinggi + 1/3
. Denda disesuaikan dengan
kurungan Pidana Pengganti
c.Pelanggaran
. Stelsel Komulasi Murni

SYARAT PERCOBAAN

NIAT PELAKU NYATA


JELAS (VOORNEMEN)

P
E
R
C
O
B
A
A
N

ADANYA PERMULAAN
PELAKSANAAN
(BEGINDERBUITVOERING)

PERMULAAN PERBUATAN
TIDAK SELESAI DILUAR
KEHENDAK PELAKU
CATATAN :
Pidana tambahan sama dengan delil selesai
1.Percobaan Pelanggaran tindak pidana (Psl. 54)
2.Perluasan arti delik SATHOCHID = bukan delik
3.Pidana dikurangi 1/3 dari yang diancam
4.Pidana mati jadi 15 tahun penjara
5.Unsur percobaan harus dimuat dalam dakwaan
jika tidak terbukti maka harus dibebaskan

a.Teori Subyektif
= Pelaksanaan niat/
kehendak
(MISDADIGEWIL)

M.V.T
a.Teori Obyektif
= Pelaksanaan kejahatan
membahayakan
kepentingan hukum

Perbuatan Persiapa
(VOORBEREIDING
HANDELING)
Belum dapat
dipidana

Perbuatan Pelaksan
(UITVOERINGS
HANDELING)
Sudah dapat
dipidana

CATATAN :
1.V.Hamel - Subyektif
2.Simone Obyektif
3.Hoge Raad Obyektif
(Contoh : Kasus pembakara
rumah

PERCOBAAN
POGING
Psl. 53 KUHP

PERCOBAAN BERKUALIFIKASI PERCOBAAN TERTUNDA


(GEQUALIFICEERD)
(GESCHORST)
Percobaan yang
Perbuatan menyelesaikan
Menghasilkan Delik lain Delik tidak selesai / dicegah

PERCOBAAN TAK MAMPU


(ONDEUGDELIJKE)

ABSOLUT
Mutlak tidak mungkin
Membawa hasil

ALAT

. Perbuatan pelaksanaan sudah dilakukan


namun delik-delik tidak mungkin terwujud
. Tidak dipidana

PERCOBAAN DALAM BUKU


(Psl. 163 Bis KUHP)
Pembujukan gagal

RELATIF
Hasil tidak dicapai
Karena keadaan tertentu

ALAT
TUJUAN
OBYEK

MANGEL AM TATBESTAND

PERCOBAAN SELESAI
(DELICT MANQUE)
Semua Perbuatan
Telah dilakukan
Namun hasilnya nihil

TUJUAN
OBYEK

1.a.TIDAK MAMPU MUTLAK


Catatan :
Teori Subyektif
Percobaan Tidak Mampu Mutlak tetap
dapat dipidana / sikap batin yang jahat
Teori Obyektif
Percobaan tidak mampu mutlak tidak
dapat dipidana / tidak menimbulkan
bahaya bagi tertib hukum
b.TIDAK MAMPU RELATIF
Teori Subyektif dan Obyektif
DAPAT DIPIDANA
2.Pelaku Psl. 163 bis tetap dipidana
walaupun pembuat tidak dipidana

DELIK PUTATIF

. Melakukan perbuatan yang disangk


perbuatan pidana tetapi bukan
. Tidak dipidana

ALASAN PENGHAPUS HAK MENUNTUT


(VERVOLGINGS UITSLUITING GRODEN)
DALAM KUHP

UU LAIN

1. NE BIS IN IDEM/NEMO DEBET BIS VEXARI (Psl.76) 1. ABOLISI / Hak Penuntutan Hapus
Syarat :
a. Syarat Pelaku
pelaku yang sama 2. AMNESTI / Hak Penuntutan Dan Pidana Hapus
b. Syarat Perbuatan (fait)
perbuatan yg sama
Apabila sudah ada putusan :
a. Penghukuman (veroordeling)
PUTUSAN HAKIM :
b. Lepas dari tuntutan hukuman (Ontslag van
Rechtvervolging)
NO / Tuntutan tidak dapat diterima
c. Pembebasan (vrijspraak)
( NIET ONT VANKELIJK VERKLARING )
Maka terhadap pelaku tidak dapat dituntut lagi
2. MATINYA TERSANGKA (Psl. 77)
3. LEWAT WAKTU / VERJARING (Psl. 78-80)
Lewat waktu ada 2 macam, yaitu :
a. Menghilangkan hak menuntut
b. Menghilangkan hak untuk mengeksekusi
4. MENYANGKUT Psl. 2 8 KUHAP (Van Bemmelen)
5. PENYELESAIAN DI LUAR PROSES / AFDOENING
BUITEN PROCES (Psl. 82)
ALASAN PENGHAPUSAN PELAKSANAAN PIDANA
1. GRASI
2. AMNESTI
3. DALUWARSANYA HAK EKSEKUSI (VERJARING)

SYARAT TAMBAHAN DAPAT


DIPIDANA

SYARAT TAMBAHAN DAPAT


DITUNTUT

BIJKOMENDE VOORWAARDE VAN


STRAFBAARHEID

BIJKOMENDE VOORWAARDE VAN


VERVOLSBAARHEID

- RUMUSAN DELIK DIAKHIRI DENGAN

- RUMUSAN DELIK DENGAN SYARAT TANDA

SYARAT TAMBAHAN DENGAN


MENGGUNAKAN KATA JIKA
-Psl. 123,JIKA TIMBUL PERANG
-Psl. 280,JIKA PERKAWINAN TELAH

MANA TIDAK DAPAT DITUNTUT


-Psl. 284 Ayat (5) DAPAT DITUNTUT JIKA
CERAI SUDAH DIPUTUS

DIBATALKAN
-Psl. 450,JIKA ORANG ITU MATI

-Psl. 277 MENGABURKAN ASAL USUL

- SYARAT TAMBAHAN TIDAK MAKA PELAKU

- SYARAT TAMBAHAN TIDAK ADA MAKA

TIDAK DAPAT DIPIDANA JUGA BUKAN


PERCOBAAN

TIDAK DAPAT DITUNTUT

MANFAAT

L
O
C
U
S
D
E
L
I
C
T
I
E

A. PENERAPAN HUKUM PIDANA


- ASAS TERITORIALITAS Pasal 2 KUHP
- PERLUASAN ASAS TERITORIALITAS Pasal 3 KUHP
- ASAS PERSONALITAS / NASIONAL AKTIF.
HUKUM PIDANA INDONESIA BERLAKU JUGA BAGI WNI YG MELAKUKAN KEJAHATAN THD
KEAMANAN NEGARA, MARTABAT KEPALA NEGARA, DLL Pasal 5 KUHP
- ASAS NASIONALITAS PASIF Pasal 7 KUHP

TEORI
B. YURISDICTIE RELATIF PENGADILAN
1. PERBUATAN RAGAWI (LICHAMELIJKDAAD) LOCUS DELICTI = TEMPAT PELAKU
MELAKUKAN PERBUATAN RAGAWI
2. ALAT (INSTRUMENT) LOCUS DELICTI = PAT ALAT BERFUNGSI
3. AKIBAT (GEVOLS) LOCUS DELICTI = TEMPAT AKIBAT PERBUATAN TERJADI :
AKIBAT KONSTITUTIF = AKIBAT YG MENJADIKAN DELIK SELESAI
AKIBAT LANGSUNG (ONMIDDELIJK) = AKIBAT LANGSUNG PERBUATAN
H.R. 24 JUNI 1935 MEMAKAI TEORI 1.
4. LOCUS DELICTI JAMAK (MEERVOUDIG LOCUS DELICTIE) PERBUATAN + ALAT +
AKIBAT
LOCUS DELICTIE :
1. DELIK OMISI MURNI : ADA 2 PENDAPAT : a. TEMPAT SEHARUSNYA PELAKU BERBUAT
b. TEMPAT DIMANA PELAKU BERADA
2. DELIK OMISI TIDAK MURNI : DITAMBAH PENDAPAT KE-3, YAITU TEMPAT AKIBAT MUNCUL

MANFAAT

T
E
M
P
U
S
D
E
L
I
C
T
I
E

PENERAPAN HUKUM PIDANA


HUKUM TRANSITOR Pasal 1 Ayat (2) KUHP
- PEMBAHASAN PER - UU
1. PANDANGAN FORMIL :
HANYA PERUBAHAN TEKS UU PIDANA
2. PANDANGAN MATERIIL :
TERMASUK PERUBAHAN PADA UU PERDATA WALAUPUN UU PIDANA TIDAK
BERUBAH
2a. PANDANGAN MATERIIL TERBATAS : HANYA PERUBAHAN PER UU YANG
BERUBAH :
- KEYAKINANHUKUM (RECHTOVERTUIGING)
- PANDANGAN DAPAT DIPIDANA (OPVATTIN v. STRAFBAARHEID)
C. KADALUWARSA
D. PENERAPAN PASAL 45 KUHP
E. PENENTUAN UMUR
F. RESIDIVIS

TEORI
PERBUATAN RAGAWI (LIRHAMELIJK DAAD)
ALAT (INSTRUMENT)
AKIBAT
TEMPUS JARAK

Delik Kekayaan :
Kekayaan seseorang dirugikan
atau timbul kerugian pada
kekayaan seseorang dan dalam
banyak hal pelaku diperkaya /
diuntungkan secara melawan
hukum.

1. PENCURIAN (DILFSTAL) - Pasal 362 s/d 367 KUHP


2. PEMERASAN PENGANCAMAN (AFPERSIN
AFDRIJGING) - Pasal 368 s/d 371 KUHP
3. PENGGELAPAN (VERDUISTERING) - Pasal 372 s/d
377 KUHP Pasal 513, 514 KUHP
4. PENIPUAN ( BEDROG) - Pasal 378 s/d 379a, 382 bis
389, 390 s/d 392, 393 bis, 394, 509 KUHP
5. MERUGIKAN KREDITUR atau YANG BERHAK
(BENADELING Van SCHULDEISCHERS OF
RECHTHEBBENDE)
6. PENGHANCURAN dan PENGRUSAKAN
BARANG - Pasal 406 s/d 410 KUHP

Ad.1. PENCURIAN
a. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP)
b. Pencurian berkualifikasi
(Gequalificeerde Diefsta - Pasal
363 KUHP)
c. Pencurian Ringan (Lichte Diefstal
Pasal 364 KUHP)
d. Pencurian dengan Kekerasan (Pasal
365 KUHP)
e. Pencurian dalam Keluarga

PENCURIAN BIASA
Perbuatan materiil MENGAMBIL
(Wegnemen) Memindahkan dari
kekuasaan pemilik barang ke dalam
kekuasaan nyata Pelaku.
e.g. - Mencantel kabel aliran listrik.
- Membobol pematang agar air
mengalir ke sawahnya.

Dilakukan dengan sengaja kt.kerja


MENGAMBIL

Tidak peduli benda harus berpindah


tempat atau tidak.
Misal : Menutupi suatu benda sehingga tidak
ditemukan oleh pemiliknya, termasuk
dalam MENGAMBIL.
DENGAN MAKSUD (OOGMERK)
Menunjukkan dolus dalam pencurian adalah
tingkat pertama (Opzet Als Oogmerk)

SUATU BENDA yang sebagian atau


seluruhnya adalah milik orang lain.
Definisi Benda oleh H.I.R :
Benda dalam arti luas termasuk benda tidak
berwujud. Misal : listrik (Arrest Listrik 23 Mei
1921) dan gas, benda yang tidak bernilai
ekonomis namun penting bagi pemiliknya :
Surat Keterangan Dokter (H.R 27 Nopember
1939) atau sepucuk surat (H.R 21 Februari
1938)

. Tidak termasuk ketentuan


Pasal 362 KUHP
Benda harus merupakan benda
bergerak
DENGAN MAKSUD MEMILIKI
SECARA MELAWAN HUKUM (Met
het Oogmark zich wederrechtelijke
toeligemen)

Terdapat titik singgung dengan : Penggelapan


(atas benda-benda yang ditemukan dijalan) yaitu:
Jika maksud memiliki sudah ada waktu
barang ditemukan maka hal itu merupakan
PENCURIAN. Jika baru kemudian timbul niat/
maksud tsb, maka dalam hal ini terjadi
PENGGELAPAN (Pasal 372 KUHP).
Dalam praktek bentuk Dakwaan adalah
alternative

MEMILIKI (Zich toeigemen). M.v.t menyebutkan


bahwa menguasai benda-benda seolah-olah
pemiliknya atau dapat saja memberikan kepada
orang lain, menjual dsb dilakukan dengan
melawan hukum karena bukan pemiliknya.
Tidak diisyaratkan pelaku memiliki barang
tersebut secara melawan hukum, cukup apabila
timbul maksud tersebut pada waktu mengambil.

PENCURIAN BERKUALIFIKASI
(Pasal 363 KUHP)
Pasal 362 KUHP berlaku dengan berkualifikasi
sehingga menjadi Pasal 363 KUHP
Pengertian hewan Lihat perluasan pengertian
dalam Pasal 1 KUHP
Terdapat penyalahgunaan keadaan oleh pelaku
yaitu kebakaran, peledakan dstnya.
Dilakukan oleh 2 orang / lebih secara berserikat
Hal ini adalah bentuk MEDEPLEGER bukan
perbantuan (Lihat H.R 9 Juni 1941)

Masuk ketempat kejahatan dengan ;


membongkar, merusak, memanjat, atau
dengan menggali, dengan menggunakan
kunci palsu atau perintah palsu atau
palsu
KUNCI PALSU Setiap alat yg bukan
diperuntukkan sebagai pembuka slot.
PEKARANGAN TERTUTUP - dengan
pembatas jelas agar tidak dimasuki orang,
dapat berupa pagar permanent atau yang
tidak permanent.

PENCURIAN RINGAN
(Pasal 364 KUHP)
Unsur Pasal 362 KUHP + 363 (1) butir 4
dan 5 KUHP dengan syarat :
Nilai barang tidak lebih dari Rp. 250,(duaratus lima puluh rupiah)
Tidak dilakukan dalam tempat kediaman
/ pekarangan tertutup yang diatasnya
ada tempat kediaman.
Penjara : 3 (tiga) bulan / denda Rp. 900,(sembilan ratus rupiah)

PENCURIAN DENGAN KEKERASAN


(Pasal 365 (1) KUHP)
KEKERASAN DIARTIKAN :
Mendahulukan (Ante delictum), pada
waktu melakukan (Tempore delictum) dan
pada akhir (Post delictum)
Dengan maksud untuk :
Mempermudah / mempersiapkan delik
apabila terpergok dapat melarikan diri
ataupun untuk mempertahankan pemilikan
benda hasil delik

Penjara : 9 (sembulan) tahun dapat pula menjadi


12 (dua belas) tahun, 15 (lima belas) tahun,
hukuman mati / seumur hidup/ 20 (dua puluh)
tahun lihat PAsal 365 Ayat (2) dan Ayat (3)
Pasal 365 KUHP ini mirip dgn Pasal 339 KUHP
Pada Pasal 339, pembunuhan adalah alat yang
mendahului, bersama atau mengakhiri delik agar
delik terlaksana. Pada Pasal 365 terjadi
sebaliknya, delik adalah untuk terlaksananya
pencurian
Pada Pasal 338 setiap feit memperberat pidana

PEMERASAN dan PENGANCAMAN


(Pasal 368 s/d 371 KUHP)
(AFPERSING +AFDRIJGING)
Unsur Utama :
Adanya NIAT (Oogmerk)
Menguntungkan (Bevoordelen) secara melawan
hukum Dirinya atau orang lain
Berbeda dengan niat memiliki secara melawan
hukum dalam Pasal 362 dan 372 KUHP
(Wederrechttelijk Zich Toeeigemen)
Unsur utama ini juga terdapat pada PENIPUAN
(Pasal 378 KUHP)

Disini sikorban yang menyerahkan barang


yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan
orang lain atau untuk berhutang atau
menghapus piutang.
Pada PEMERASAN ada unsure PEMAKSAAN
dengan KEKERASAN.
Pada pengancaman / AFDREIGING terdapat
ancaman untuk mengumumkan suatu rahasia
juga biasa disebut CHAMTAGE.
Benda yang diserahkan tidak selalu milik si
korban.

Ad.2. PENIPUAN (ABEDRIEGEN)


Pasal 378 s/d Pasal 394 KUHP
Penipuan dalam arti luas terdapat dalam Pasal 17
Alat / Sarana penipuan : Menggunakan nama palsu
atau Perikeadaan palsu (valse hoedanigheid) atau
Tipu muslihat (Listige kunstgrepen) atau Rangkaian
kata-kata bohong
Melalui sarana tersebut, orang digerakkan untuk :
Menyerahkan suatu barang atau membuat hutang
atau menghapuskan piutang

Berbeda dengan PENCURIAN dan


PENGGELAPAN dimana terdapat unsure : NIAT
memiliki secara melawan hukum (Wederrechttelijk
Toeeigemen), Pada PENIPUAN, PEMERASAN
dan PENGANCAMAN juga terdapat NIAT, namun
berupa Niat untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum
(Wederrechttelijk Bevoordeling)

Kata-kata bohong merupakan rangkaian


kata yang tidak benar
Nama palsu atau perikeadaan palsu
(Valsche naam of hoedanigheid) : nama yg
bukan namanya dengan keadaan diri yang
bukan keadaan dirinya, misalnya namanya
A diakuinya B dengan kedudukan sebagai
Kepala Sekolah padahal dia bukan Kepala
Sekolah.

Korban hanya tergerak oleh alat-alat /


sarana tersebut diatas TERGERAK
adalah sedikit lebih ringan daripada
TERPAKSA (Dwangbewegen)
Alat-alat tersebut diatas tidak perlu tertuju
langsung pada korban tipuan namun harus
tetap ada hubungan sebab akibat dengan
penyerahan barang.

PENIPUAN RINGAN
(Pasal 379 KUHP)
Sama halnya dengan pencurian,
pada penipuan dikenal juga adanya
PENIPUAN RINGAN yang
syaratnya adalah : berlaku hanya
dalam hal barang, hutang atau
piutang yang besarnya tidak lebih
dari Rp. 250,- (dua ratus lima puluh
ribu rupiah) saja.

Catatan : KUHP mengenal bentuk kejahatan ringan


disamping kejahatan biasa seperti :
1. Penganiayaan binatang ringan (Pasal 302 KUHP)
2. Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP)
3. Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
4. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP)
5. Penggelapan ringan (Pasal 373 KUHP)
6. Penipuan ringan (Pasal 379 KUHP)
7. Penadahan ringan (Pasal 480 KUHP)
8. Penipuan pada penjualan (Pasal 384 KUHP)
sebagai bentu ringan Pasal 383 KUHP
9. Pengrusakan benda ringan (Pasal 407, Tersebut
butir 8 dan 9 tidak di kualifikasikan sebagai
kejahatan ringan.

PENIPUAN DALAM JUAL BELI


Penipuan oleh pembeli (Flessentrekkerij Psl 379 a):
1. Pembelian barang
2. Dengan NIAT tidak membayar
3. Sebagai mata pencaharian (beroep)
atau kebiasaan (gewoonte) :
- Sebagai kebiasaan harus lebih dari satu
kali dan ada kaitannya satu sama lainnya.
- Sebagai mata pencaharian cukup satu kali
/ berkali-kali jika keadaan menunjukkan
sebagai mata pencaharian

KEJAHATAN TERHADAP NYAWA


Pasal 338 s/d Pasal 349 KUHP
Pembunuhan (Doodslag) Pasal 338 KUHP

Pembunuhan yang berkualifikasi (Gekwali


ficeerde doodslag) Pasal 339 KUHP
Pembunuhan berencana (moord)
Pasal 340 KUHP

Ad.1. PEMBUNUHAN (DOODSLAG)


Bentuk dasar pembunuhan terdapat pada Pasal
338 KUHP dengan ancaman pidana 15 tahun
Perbuatan materiilnya menghilangkan nyawa
orang lain (Een under van het leven beroep).
Dapat berbentuk delik comissiones dan dapat pula
dalam bentuk delik omissions, ada yang hanya
comissiones saja.
Harus nyawa orang lain, tidak termasuk yang
bunuh diri.

Pembunuhan baru terjadi apabila nyawa


orang lain hilang (Delik materiil)
Harus ada hubungan sebab akibat antara
perbuatan dengan akibat kematian orang
lain (akibat konstitutif)
Pembiaran (Omnissiones) orang yang
sekarat / perlu pertolongan sehingga mati
terkena Pasal 450 KUHP (Pelanggaran)

Unsur batinnya : DOLUS dalam arti luas :


= Sebagai NIAT
= Insyaf kepastian akibat
= Insyaf kemungkinan akibat (Dolus
Iventualis)
Jika unsure batinnya CULPA maka
terkena Pasal 359 KUHP

Ad. 2. PEMBUNUHAN BERKUALIFIKASI


(Gekwalificeerde doodslag )
Bentuk dasarnya pembunuhan + keadaan
yang memberatkan :
= Diikuti (Gevolgd)
= Disertai (Vergeneld)
= Didahului (Voorafgegaan)
Oleh suatu delik
Dengan NIAT (Met het Oogmerk)
Sengaja dalam arti sempit

Agar pada pelaksanaan pembunuhan :


= Dipersiapkan atau dipermudah
= Atau dalam hal kepergok / tertangkap basah
(betrapping op heter dads) dirinya atau
peserta lain lolos dari pemidanaan atau
supaya benda yg diperoleh secara melawan
hukum tetap padanya

KEPERGOK (Lamintang, Tertangkap basah


(Wirjono) adalah terjemahan dari Betrapping
op heterdaad agar agak berbeda dengan
istilah Tertangkap Tangan pada KUHAP Pasal
1 butir 19 :
= Sedang melakukan atau tengah melakukan
= atau dengan segera sesudah beberapa saat
tindak pidana dilakukan.
Catatan : Tersebut butir satu saja terhadap kategori
kepergok. Tersebut butir satu dan butir
dua adalah Ontdekking Op Heterdaan

=
=
=
=

Jadi tindak dapat dikenali sebagai Pasal


339 KUHP apabila :
Dilakukan tindak pidana lain tersebut agak
lama sesudah pembunuhan
Oleh orang / orang-orang yang melakukan
pembunuhan / pelaku peserta
Hanya ketakutan untuk kepergok saja
(Noyon, Lange Meyer, hal. 324)
Dilakukan tindak pidana lain lama sebelum
pembunuhan menjadikannya pembunuhan
berencana.

Termasuk juga dalam pengertian Pasal 339 KUHP,


Percobaan atas tindak pidana
Pengertian benda yang diperoleh secara melawan
hukum tetap dipertahankan - Bandingkan dengan
Pasal 365 KUHP.

Ad. 3 PEMBUNUHAN BERENCANA (Moord)


Pasal 340 KUHP
Delik dasar adalah pembunuhan
Pada delik dasar ditambah unsure direncanakan
(Voorbedaelterade)
Delik menjadi delik spesialis logis terhadap delik
pembunuhan.
Adanya Dolus Premeditatus sebagai unsure
tambahan dari delik pembunuhan.
M.v.t mengartikan direncanakan sebagai telah
dipertimbangkan secara tenang dan dipikirkan
tanpa emosi (Kalm Overleg en bedraad madenken)

Pada pembunuhan pengambilan


keputusan dan pelaksanaan waktu yang
dibutuhkan tidak perlu lama keputusan
merupakan persamaan
Pada pembunuhan berencana
pengambilan keputusan terpisah dari
pelaksanaan oleh ruang waktu (M.A.R.I 10
Oktober 1985 No. 717 K / Pid / 1984.

Ad. 4. PEMBUNUHAN DENGAN KEADAAN


MERINGANKAN ( Geprivililegieerd)
Pasal 341 s/d Pasal 348 KUHP adalah delik-delik
dengan syarat meringankan dr delik pembunuhan
( kebalikan dari Pasal 339 dan Pasal 340 dengan
syarat pemberatan Gequalificeerd delicten)
A.Pasal 341KUHP Pembunuhan bayi
(Kinderdoodslag)
Bentuk ringan dr pembunuhan. Dasar peringanan :
1. Takut diketahui melahirkan
2. Oleh ibu bayi itu sendiri
3. Sesaat sesudah melahirkan

Jadi Pasal 341 KUHP dapat diterapkan pada


setiap yang melahirkan, bersuami / tidak bersuami
Pasal 342 KUHP Pembunuhan bayi berencana
(kindermoord) adalah pemberatan terhadap delik
pembunuhan bayi tetapi peringanan terhadap
pembunuhan.
Pasal 341 KUHP merupakan peringanan dari
Pasal 338 KUHP.
Pasal 342 KUHP merupakan pemberatan
terhadap Pasal 341 KUHP namun tetap
peringanan dari Pasal 338 KUHP.

Pada Pasal 341 kekuatiran baik karena melahirkan


(Pasal 341 KUHP) maupun karena melahirkan (Pasal
342 KUHP) pelaksanaannya tetap saat sesudah
melahirkan.
Pasal padanan pembunuhan bayi dalam bentuk
CULPA tidak ada sehingga Pasal 359 KUHP
diterapkan.
Penyertaan pada Pasal 341 dan Pasal 342 KUHP
tidak diberi keringanan oleh KUHP (Pasal 292 KUHP)
jadi tetap dikenakan Pasal 338 KUHP atau Pasal 340
KUHP.

B. Pasal 344 KUHP - Pembunuhan atas


permintaan orang itu sendiri
Merupakan delik peringanan pembunuhan.
Ancaman pidananya = 12 tahun
Dasar pemikiran penghormatan nyawa
manusia pada umumnya bukan nyawa orang
tertentu (Noyon Lange Meyer)
Pasal 345 KUHP :
= Mendorong orang
= Membantu orang
= Memberi alat keada orang yang bunuh diri

Bunuh diri termasuk percobaan nya dan


bukalah delik
Mendorong orang membunuh diri atau
memberi alat harus merupakan sebab
bunuh diri
Aanzetter dapat sebelum niat timbul atau
sesudah niat timbul (Noyon Langemeyer
hal. 333)

C. Pasal 346 349 KUHP Pengguguran


Kandungan (Abortus)
Pasal 346 KUHP :
Perempuan yang dengan sengaja
menyebabkan gugurnya atau matinya
kandungannya sendiri, atau
Membiarkan orang lain menyebabkan
gugurnya atau matinya kandungan
perempuan tersebut.
Ada dua perbuatan materiil dalam Psl 346 KUHP
yaitu :
1. Menggugurkan (afdrijven van Vructe)
2. Mematikan ( Dood Veroorzaken)

Kandungan harus merupakan janin yg


sudah
hidup tetapi masih dalam kandungan
Abortus adalah terhadap kandungan janin
dalam kandungan.
Jika sudah diluar kandungan merupakan
pembunuhan bayi / lahir hidup.
Delik ini merupakan peringanan dari
pembunuhan bayi yang ancaman pidananya
7 tahun sedangkan abortus = 4 tahun

Apabila gugurnya kandungan itu akibat dari


penganiayaan terhadap perempuan hamil maka
yang dikenakan adalah Psl 354 Jo. Pasal 90 KUHP
Pasal 349 KUHP Perbantuan oleh orang yang
berkualitas seperti dokter, bidan atau peramu obatobatan (arsenijbereider) untuk pengguguran
kandungan Pasal 346 KUHP hukumannya
ditambah 1/3.
Melakukan atau membantu dalam Pasal 347 KUHP
(Pengguguran tanpa ijin dari perempuan ybs) oleh
dokter, bidan atau peramu obat-obatan juga
ditambah 1/3. Disini terjadi penyimpangan terhadap
Pasal 56 KUHP.

SECARA TERANG-TERANGAN MELAKUKAN


KEKERASAN ATAS ORANG /BENDA
Pasal 170 KUHP
Perbuatan materiil melakukan kekerasan
(Geweld Plegen) yang tidak secara khusus
ditentukan perbuatan apa.
Dilakukan secara terang-terangan (openlijk)
tidak perlu harus dimuka umum (Openbaar)
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan
jasmani dengan intensitas yang tidak kecil
(Simmons)

UU tidak menjelaskan arti kekerasan


Hanya perluasan pengertian kekerasan
diatur
dalam Pasal 89 KUHP yang untuk Pasal ini
tidak diperlakukan (Pasal 170 Ayat (3))
Harus dilakukan lebih dari satu orang dengan
tenaga yang dipersatukan.
Kekerasan disini adalah tujuan bukanlah
sekedar alat untuk mencapai tujuan lain
seperti pada Pasal 211 dan 212 KUHP.

Apabila terjadi kerusakan barang yang melanggar


Pasal 406 KUHP maka disini terdapat Lex specialis.
Tidak demikian halnya pada penganiayaan karena
sengaja dalam pasal ini tidak terjadi pada
penganiayaan hanya merupakan perbantuan
Tidak perlu ada permufakatan terlebih dahulu, jika
secara nyata ada kerjasama cukuplah (H.R 15 Maret
1937, N.Y 1937 permufakatan dapat secara diamdiam)

Pasal 347 KUHP Apabila pengguguran /


mematikan kandungan tanpa persetujuan
perempuan yang bersangkutan maka
ancaman pidananya diperberat.
Pasal 348 (1) KUHP Dengan persetujuan
perempuan yang bersangkutan maka
ancaman pidananya diperingan.
Pasal 348 (2) KUHP Jika menyebabkan
matinya perempuan yang bersangkutan
maka ancaman pidananya diperberat.

Anda mungkin juga menyukai