Anda di halaman 1dari 4

KARTINI DAN POTRET PEREMPUAN MASA KINI

Perempuan. Sebuah kosakata yang sarat akan makna. Darinya lahir sebuah peradaban,
bahkan ada sebuah sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa Perempuan adalah tiang
negara hancur atau majunya suatu negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada
didalamnya.
Berbincang tentang perempuan tentu tak luput dari sosok yang kerap kali dijadikan
tokoh penting pada masanya-dan tentu saja hingga saat ini-. Dialah Kartini.

RA Kartini adalah seorang tokoh Jawa yang juga dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan Indonesia. Kartini identik dengan apa yang tersirat dalam kumpulan suratnya,
yaitu DOOR DUISTERNIS TOT LICHT, yang terlanjur diartikan oleh Armijn Pane
sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang. Sedangkan Prof. Dr. Haryati Soebadio, Dirjen
Kebudayaan Depdikbud, yang notabene cucu Kartini mengartikannya sebagai Dari Gelap
Menuju Cahaya, yang jika dilihat dalam Al Quran tertulis, Minadzhdzhulumati ilaan nuur.
Ini merupakan inti ajaran Islam yang membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya
(iman), sebagaimana terjemahan ayat dalam QS Al-Baqarah ayat 257 (Biografi Tokoh
Muslim: RA Kartini, 15/04/2015).
Kartini mengemuka dengan konep emansipasinya. Sayang itu semua sudah
mengalami banyak deviasi sejak diluncurkan dahulu. Setelah berlalu beberapa generasi,
konsep Kartini tentang emansipasi semakin hari semakin hari jauh meninggalkan makna
pencetusnya. Sekarang dengan mengatasnamakan Kartini para feminis justru berjalan
dibawah bayang-bayang alam pemikiran Barat, suatu hal yang sejatinya ditentang Kartini.

Lepas dari pro dan kontra terkait isu feminisme dan emansipasi yang kerap kali
mengiringi kisah hidupnya, kita perlu menilik lebih jauh tentang cita-cita Kartini dalam
memajukan pendidikan bagi kaum perempuan. Dalam salah satu suratnya, disebutkan:
"Kami disini ingin pendidikan buat anak perempuan dan menjadi Ibu pendidik manusia
pertama-tama. Sesederhana itulah mimpi Kartini..
Ketika kita melihat dalam konteks kekinian, tentu saja perempuan sudah lebih leluasa
dalam menentukan pendidikan bagi dirinya. Bahkan ruang-ruang aktualisasi diri bagi
perempuan sudah terbuka lebar dalam berbagai bidang. Namun yang menjadi pertanyaan
adalah, sudahkan hal tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para perempuan?
Menghadapi tantangan zaman yang berbeda, setiap perempuan tidak mungkin hanya
berpangku tangan dan meminggirkan diri dari setiap aktivitas perbaikan kondisi bangsa.
Menempatkan diri pada kontribusi yang tepatlah yang selayaknya menjadi pilihan.
Perempuan tidak boleh gamang dalam menentukan peran dan kontribusinya. Tidak boleh
berhenti dari perannya untuk memperbaiki bangsa dengan berbagai peran yang dia mampu
dan sanggup untuk melaksanakannya.
Dalam Al-Quran kita mengenal beberapa perempuan yang namanya telah tertulis
abadi. Ada Maryam Ibunda Nabi Isa AS, Asiyah istri Firaun, Ratu Bilqis, Ibunda Nabi Musa
AS, Khadijah istri Rasulullah SAW, dan Fatimah Az-Zahra. Jika kita memahami secara jeli,
kemuliaan mereka muncul karena peran mereka di ranah publik dalam memperbaiki
masyarakat, melawan kekuasaan zalim, mendidik, serta partisipasi sosial- politik dan
keagamaan.
Bagi perempuan masa kini, menjadi penting untuk turut andil dalam rangka
melakukan perbaikan-perbaikan bangsa, Menjadi seseorang yang memahami pentingnya
sebuah transformasi nilai-nilai kebaikan, Aktif dalam kegiatan sosial, atau ikut dalam proses

perbaikan dan pembangunan karakter bangsa yang diwujudkan dengan beraktualisasi sesuai
peran dan posisinya dalam masyarakat.

Jika ia mahasiswi, maka jadilah mahasiswi yang berprestasi, mampu mengharumkan


nama bangsa lewat berbagai macam kompetisi baik nasional maupun internasional.
Jika ia seorang ibu, maka jadilah ibu yang berprestasi dengan cara mendidik anakanaknya dengan baik. Memahami bahwa ialah madrasatu ula, dengan harapan agar sang
anak mampu menjadi generasi penerus yang Rabbani, yang akan membawa negeri ini
menjadi lebih baik dan berdaya.
Jika ia seseorang yang berada di ranah publik, misalnya politisi, jadilah politisi wanita
yang yang berprestasi, dengan cara bergerak aktif menyuarakan hak dan kebutuhan kaum
perempuan melalui lembaga-lembaga pemerintahan dengan tidak menyalahi fitrahnya.
Kini, sudah saatnya perempuan berkarya tanpa merasa dibatasi, menyuarakan
perbaikan bagi bangsa lewat berbagai lini.

Negeri ini butuh tangan-tangan terampil

perempuan. Negeri ini butuh ide-ide segar buah pikiran perempuan, Negeri ini butuh kamu,
iya kamu. Wahai perempuan, karena perempuan memang begitu berharga, bukan?
~Kartini masa kini, berkarya untuk negeri.

Salah satu surat Kartini yang terdapat di Museum Kartini, Rembang, Jawa tengah
*dokumentasi pribadi pada 1 Agustus 2014*

Purwokerto, 16 April 2015


Oleh : Zainab Mustaqimah
Koordinator komisi C Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai