Anda di halaman 1dari 4

ASIDI ALKALIMETRI

PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT


I.

TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami metode analisis titrimetri,
asidimetri dan alkalimetri.
2. Mahasiswa dapat menetapkan kadar asam salisilat dengan metode asidialkalimetri.

II. DASAR TEORI


II.1Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan senyawa asam karboksilat yang secara sintetis
diperoleh dari reaksi antara natrium fenoksida dan karbondioksida dengan
pemanasan. Asam salisilat memiliki rumus molekul C7H6O3 dan nama IUPAC
asam o-hidroksibenzoat (Bahl dan Bahl, 2007). Asam salisilat mengandung tidak
kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Berat molekul dari asam salisilat adalah 138,12 g/mol.
Asam salisilat biasanya berbentuk jarum halus, atau serbuk hablur halus putih;
rasa agak manis, tajam dan stabil diudara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak
berbau. Asam salisilat sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam
kloroform (Depkes RI, 1995). Berikut rumus struktur asam salisilat:

Gambar 1. Struktur Molekul Asam Salisilat (Bahl dan Bahl, 2007).

Penetapan kadar asam salisilat dilakukan dengan menimbang lebih kurang


500 mg, larutkan dalam 25 mL etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan
5

natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan phenolphthalein LP dan titrasi dengan


natrium hidroksida 0,1 N. 1 mL natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg
C7H6O3 (Depkes RI, 1995).
II.2 Asam Oksalat
Asam oksalat memiliki rumus molekul C2H2O4. Asam oksalat mengandung
tidak kurang dari 99,5% C2H2O4. Asam oksalat berbentuk hablur, tidak berwarna,
larut dalam air dan etanol (95%) P (Depkes RI, 1979).
II.3

Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih

dari 100,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak
lebih dari 3,0%. Natrium hidroksida berbentuk pellet, serpihan atau barang atau
bentuk lain, berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, keras, rapuh, dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbon dioksida atau lembab, mudah larut dalam air dan dalam etanol serta
disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
II.4
Phenolphthalein
Phenolphthalein mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C2OH14O4, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Phenolphthalein
memiliki rumus molekul C22H14O4 dengan bobot molekul 318,33. Berupa serbuk
hablur, putih, atau putih kekuningan lemah, tidak berbau, stabil di udara. Praktis
tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter (Depkes RI,
1995). Indikator fenolftalein yang memiliki rentang pH 8,3-10,0 (Ahluwalia et al.,
2005).

Gambar

4.

Struktur

Asam

Oksalat

Gambar 3. Struktur Fenolftalein


(Oxtoby, 2001)

(Ahluwalia et al., 2005)

II.5Asidimetri-Alkalimetri
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
6

Sedangkan alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang


bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Asidimetri dan alkalimetri
melibatkan reaksi netralisasi melalui pembentukan garam dan air atau reaksi
antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Pada analisis titrimetri, suatu analit secara kimia akan bereaksi dengan
larutan baku pereaksi yang diketahui konsentrasinya secara pasti dengan tujuan
untuk memperkirakan kemurnian sampel yang terlihat dari jumlah larutan baku
yang dibutuhkan untuk bereaksi (Watson, 2010). Larutan standar ada dua macam
yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer
mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus distandarisasi
dengan larutan baku primer (Gandjar dan Rohman, 2007).
Untuk mengetahui titik akhir (end point) pada titrasi asidi-alkalimetri,
digunakan indikator pada sistem titrasi. Indikator tersebut harus memiliki bentuk
tautomer yang mana rumus struktur dan warnanya berbeda antara bentuk
terdisosiasi

dan

tidak

terdisosiasinya.

Contohnya

adalah

indikator

phenolphthalein (pp) yang memiliki dua bentuk tautomer yaitu bentuk benzenoid
dan quinoid. Bentuk benzenoid yang tidak berwarna (colourless) akan terbentuk
dalam suasana asam sedangkan bentuk quinoid yang berwarna merah muda akan
terbentuk pada suasana basa. Setiap indikator memiliki rentang pH tersendiri dan
biasanya sekitar dua unit pH. Indikator phenolphthalein yang memiliki rentang
pH 8,3-10,0 (Ahluwalia et al., 2005).

Gambar 1. Proses Tutomerisasi Phenolphthalein (Ahluwalia et al., 2005)


DAFTAR PUSTAKA
Ahluwalia, V. K., S. Dhingra dan A. Gulati. 2005. College Practical Chemistry.
Hyderabad: Universities Press.

Bahl, A. dan B. S. Bahl. 2007. A Textbook of Organic Chemistry (For B.Sc.


Student). New Delhi: S. Chand & Company Ltd.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern: Edisi IV. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Watson, D. G. 2010. Analisis Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai