TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami metode analisis titrimetri,
asidimetri dan alkalimetri.
2. Mahasiswa dapat menetapkan kadar asam salisilat dengan metode asidialkalimetri.
Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dari 100,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak
lebih dari 3,0%. Natrium hidroksida berbentuk pellet, serpihan atau barang atau
bentuk lain, berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, keras, rapuh, dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbon dioksida atau lembab, mudah larut dalam air dan dalam etanol serta
disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
II.4
Phenolphthalein
Phenolphthalein mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C2OH14O4, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Phenolphthalein
memiliki rumus molekul C22H14O4 dengan bobot molekul 318,33. Berupa serbuk
hablur, putih, atau putih kekuningan lemah, tidak berbau, stabil di udara. Praktis
tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter (Depkes RI,
1995). Indikator fenolftalein yang memiliki rentang pH 8,3-10,0 (Ahluwalia et al.,
2005).
Gambar
4.
Struktur
Asam
Oksalat
II.5Asidimetri-Alkalimetri
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
6
dan
tidak
terdisosiasinya.
Contohnya
adalah
indikator
phenolphthalein (pp) yang memiliki dua bentuk tautomer yaitu bentuk benzenoid
dan quinoid. Bentuk benzenoid yang tidak berwarna (colourless) akan terbentuk
dalam suasana asam sedangkan bentuk quinoid yang berwarna merah muda akan
terbentuk pada suasana basa. Setiap indikator memiliki rentang pH tersendiri dan
biasanya sekitar dua unit pH. Indikator phenolphthalein yang memiliki rentang
pH 8,3-10,0 (Ahluwalia et al., 2005).