Anda di halaman 1dari 7

MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU, KELOMPOK, DAN

MASYARAKAT
Nafizatus Salmi, 1506796063

BAB II Individu dan Kelompok


A. Pendahuluan
Sebagai makhluk social, individu memiliki kebutuhan yang kuat untuk hidup bersama
dalam kelompok agar dapat mengembangkan kemanusiannya. Individu yang ada didalam
kelompok, melakukan interaksi diantara mereka. Melalui interaksinya itu disepakati aturanaturan atau norma-norma yang mengatir kehidupan berkelompok. Setiap kelompok memiliki
pemimpin, pemimpin harus memahami lingkungan tempat mereka beroperasi, menetapkan
tujuan dan sasaran.

B. Isi
1. Kepemimpinan dan Kelompok
1.1.Karakteristik Kepemimpinan yang Efektif
1.1.1.Menginspirasi Visi Bersama secara jelas
Tanggung jawab kepemimpinan adalah menciptakan visi bersama. Untuk sampai ke
sana, seorang pemimpin harus :
1)
2)
3)
4)

Memiliki visi yang dapat dicapai organisasi,


Mengomunikasikan visi itu dengan komitmen dan antusiasme,
Membuat visi bersma dapat diadopsi oleh anggota sebagai milik mereka, dan
Membuat visi yang rasional dan procedural yang disusun berdasarkan kesepakatan
bersama.
Pemimpin yang efektif akan mengakui nilain-nilai, keyakinan, dan emosi anggota

kelompok, serta memotivasi mereka untuk menyelaraskan diri dengan misi yang
mecerminkan kebaikan yang lebih besar.

1.1.2.Memungkinkan Orang Lain untuk Bertindak

Pemimpin yang efektif akan berbagi informasi dan kekuasaan dengan cara
berkolaborasi dan memberdayakan mereka untuk menetapkan dan mencapai tujuan
bersama. Dengan mendengarkan dan mendukung semua anggota kelompok akan tercipta
suasana saling percaya untuk mengembangkan potensi mereka.
Pemimpin yang efektif bertindak hampir seperti anggota-anggota kelompok dan
anggota-anggota kelompok yang efektif bertindak seperti pemimpin kelompok (Gordon,
1994).

1.1.3.Model Bagaimana Kelompok Berfungsi


Suatu hasil penelitian ulang yang sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang
memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang
positif terhadap sikap, kepuasaan, dan pelaksanaan kerja (Alan, Robert, Steven, 1976).
Seorang pemimpin adalah bagian yang tidak terlepas dari kelompok. Dengan kata
lain, kekuatan seorang pemimpin tidak begitu banyak karena peran mereka diberikan
oleh para pengikutnya. Dengan demikian agar efektif, pemimpin harus menunjukkan
perilaku yang konsisten antara kata dan perbuatan mereka.

1.1.4.Mendorong Berkembangnya Semangat Kebersamaan


Pemimpin hendaknya mampu menemukan cara untuk menghargai anggota dan
kelompok untuk mencapai kemajuan dan sukses menuju tujuan bersama. Pemimpin yang
efektif akan memberikan pelatihan, umpan balik, dan pengakuan pada anggotanya untuk
menunjukkan penghargaan atas upaya mereka.

2. Membangun Kelompok yang Efektif

Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka
saling bergantung (interpendent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama,
menyebabkan sasu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright & Zander, 1968).
Dibawah ini terdapat beberapa argument tentang perlunya pembentukan kelompok :
1. Dengan menjadi anggota kelompok, para anggota kelompok akan merasa ikut serta
mengontrol diri mereka sendiri. Hal ini akan membebaskan mereka dari rasa
ketakutan akan diperlakukan sewenang-wenang oleh pemimpin.
2. Sewaktu para anggota kelompok berperan serta memecahkan masalah kelompok,
mereka akan belajar betapa kompleksnya tugas kelompok. Dari titik tolak ini meraka
akan menukar dan menimba pengalaman baik dari sesame anggota maupun dari
pemimpin itu sendiri.
3. Suatu kelompok akan meluluhkan status antara anggota dan pimpinan. Hal ini akan
mendorong komunikasi secara lebih terbuka dan lebih jujur antara anggota kelompok
dengan para pemimpinnya.
4. Keputusan-keputusan berkualitas lebih tnggi sering merupakan hasil dari kombinasi
sumber-sumber yang terdapat dalam kerja kelompok.
Johnson dan Johnson (2008) mangajukan tujuh pedoman untuk membangun kelompok
yang efektif.
a. Tetapkan sasaran kelompok yang jelas, operasional, dan relevan sehingga
menciptakan saling kebergantungan yang positif dan membangkitkan komitment
yang tinggi dari setiap anggota. Dalam kelompok yang efektif, sasaran harus
dinyatakan dengan jelas sehingga setiap anggota memahami hakikat dari sasaran
tersebut.
b. Bangun komunikasi dua arah yang efektif dalam kelompok agar setiap anggota dapat
mengkomunikasikan gagasan dan perasaannya secara tepat dan jelas. Komunikasi
merupakan dasar dari interaksi manusia serta berfungsinya kelompok. Komunikasi
yang efektif juga dapat mengurangi salah pengertian dan perpecahan antar anggota
kelompoknya.
c. Pastikan bahwa setiap anggota berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan
berpartisipasi. Dengan berbagi kepemimpinan dan partisipasi, kelompok sebagai
suatu kesatuan dapat menggunakan sumber daya tiap anggotanya untuk
meningkatkan kelompok.
d. Pastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok da nada pola pengaruh
yang variatif sesuai dengan kebutuhan dari kelompok. Dalam kelompok yang efektif,

kekuatan didasarkan pada keakhlian, kemampuan, dan akses pada informasi, bukan
pada otoritas ataupun karakter kepribadian.
e. Sesuaikan prosedur pengambilan keputusan dengan situasinya. Kelompok bisa
mengambil keputusan dalam berbagai cara, namun harus ada keseimbangan antara
waktu dan sumber daya yang dimiliki dengan metode pengambil keputusan yang
dipilih.
f. Libatkan kontroversi yang konstruktif melalui ketidaksetujuan dan tantangan
terhadap kesimpulan dan penalaran satu sama lain. Hal ini akan meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang kreatif. Untuk
membuat keputusan yang efektif, anggota kelompok harus menyajikan alasan terbaik
bagi program yang pilihannya serta menganalisis berbagai pilihan secara kritis.
g. Hadapi dan pecahkan konflik secara konstruktif. Secara konsepsial, ada empat
sumber dari konflik organisasi itu, yakni ;
(1) Suatu situasi yang tidak menunjukkan keseimbangan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai;
(2) Terdapatnya sarana-saran yang tidak seimbang, atau timbulnya proses alokasi
sumber-sumber yang tidak seimbang;
(3) Terdapatnya suatu persoalan status yang tidak selaras; dan
(4) Timbulnya persepsi yang berbeda.
Lima strategi dasar berikut dapat digunakan untuk menangani konflik kepentingan.
(1) Strategi burung hantu (kolaborasi)
Strategi burung hantu sangat menghargai tujuan maupun hubungan. Apabila
tujuan maupun hubungan dianggap sama pentingnya untuk menyelesaikan
konflik, individu akan memilih pemecahan masalah melalui negosiasi. Solusi
yang dicari dapat dipastikan bahwa ia maupun anggota kelompok lainnya dapat
mencapai tujuan dan menyelesaikan setiap ketegangan dan perasaan negatif
antara mereka yang terlibat konflik.
(2) Strategi boneka beruang (Akomodasi)
Dalam strategi boneka beruang hubungan dianggap sangat penting, sedangkan
tujuan memiliki derajat kepentingan yang rendah. Individu yang cenderung
menggunakan strategi ini, dalam menghadapi konflik dengan orang lain,
cenderung lebih mempertahankan kualitas hubungan. Mereka cenderung
mengorbankan tujuannya sendiri.
(3) Strategi Hiu (Konfrontasi)

Strategi hiu menganggap hubungan tidak penting sedangkan tujuannya sangat


penting. Oleh karena itu, individu akan mencoba untuk mengalahkan lawan
dengan memaksa mereka untuk menyerah sehingga ia dapat mencapai
tujuannya. Hiu berusaha untuk mencapai tujuannya dengan memaksa atau
membujuk yang lain hingga berhasil.
(4) Rubah (Kompromi)
Rubang menganggap tujuan dan hubungan dengan anggota kelompok lain sama
pentingnya. Akibatnya, dia dan anggota kelompok lain yang terlibat konflik
tidak mungkin memperoleh semua yang diinginkan dalam mencapai
kesepakatan, orang dengan gaya rubah merasa perlu untuk menyerahkan
sebagian dari tujuannya dan sedikit mengorbankan hubungannya kepada
anggota kelompok lainnya itu. Dengan kompromi, kedua belah pihak bertemu di
tengah sehingga masing-masing mendapat setengah.
(5) Kura-kura (Menghindar)
Gaya kura-kura apabila terlibat konflik dengan orang lain, ia cenderung menarik
diri untuk menghindari konflik. Ia tidak mementingkan hubungannya dengan
orang lain dan tujuannya tidak akan tercapai. Apabila tujuan tidak penting dan
hubungan dengan orang lain tidak perlu dijaga, gaya kura-kura ini dapat dipilih.
Perlu diingat, anggota kelompok yang efektif akan menghadapi konflik. Apabila
konflik berhasilkan diselesaikan secara konstruktif, efektivitas kelompok akan meningkat.
Oleh karena itu, konflik merupakan aspek penting dan sangat diperlukan guna meningkatkan
efektivitas kelompok.

3. Penutup
Tanda-tanda kelompok efektif yang meyakinkan akan tampak apabila orang yang
pertama kali diperlakukan sebagai pemimpin terlihat seperti anggota kelompok yang lain.
Dalam suatu kelompok yang efektif, sumbangan dari semua anggota akan dinilai sesuai
dengan jasanya, bukan atas dasar prestise penyumbangnya. Dengan demikian sumbangan
pemikiran seorang pemimpin juga akan diperlakukan seperti sumbangan pemikiran anggota
kelompok lainnya, sehingga sumbangan tersebut didasarkan atas jasa, bukan atas status
sebagai pemimpin. Berdasarkan pernyataan ini, sumbangan pemikiran pemimpin bisa
diterima dan bisa juga d tolak oleh kelompok.

Daftar Pustaka

Singgih Evita E., Z. Miranda D., Solihat Ade, Moeis Jossy P., 2015. Buku Ajar 2: Individu,
Kelompok, Masyarakat dan Kebudayaan. Depok: Universitas Indonesia.
Gordon Thomas, 1918. kepemimpinan Yang Efektif. Terjemahan oleh Mudjito. 1994. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Alan C. Filley, Robert J. House, dan Steven Kerr, Managerial Process and Organizational
Behavior, 2nd ed., Scott, Foresman, Glenview, Illinois, 1976.
Cartwright Dorwin. & Zander A. Frederick. 1968. Group dynamics : research and theory
social science paperbacks; SSP 48 Harper Internasional Editions, London: Harper & Row

Joseph A. Litterer, Managing Conflict in Organizations. Proceedings of The 8 th Annual


Midivest Management Conference, Southern Illinois University, Business Research Bureau,
1965.
Thoha Miftah, 2012. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai