teoritis. Lacan secara rutin memberikan seminar di Perancis dari tahun 1953 hingga 1981,
hingga memiliki pengaruh yang begitu besar di kalangan intelektual Perancis saat itu,
terutama bagi pemikiran filsafat aliran post-strukturalis.
Sigmund
Freud
psikoanalis
a
filsafa
t
Strukturalis
, Linguistik
Saussure
Martin
Heidegge
r
Claude
LeviStrauss
Linguistic
structural,
antropolo
gi
Filsafat,
linguistic
Jacque strukturalis
s
Derrida
R e s u m e / Te o r i J a c q u e s L a c a n | 2
R e s u m e / Te o r i J a c q u e s L a c a n | 3
MANUSIA
SUBJEK
CARTESIAN
AWAS
Bersandar
pada AKAL
MURNI
SADAR
DIRI
RASIONAL
AKAL
Ketidaksadar
an
HASRA
T
R e s u m e / Te o r i J a c q u e s L a c a n | 4
(I). Ataupun sebaliknya, konsep aku (I) tidak sekadar selesai pada tahap individual,
tetapi juga mengakui (to recofnize) yang lain (the other baik liyan maupun Liyan) sebagai
bagian yang ada (being).
Di sinilah Lacan tidak tidak hanya menarik linguistik ke dalam ruang
psikoanalisa, tetapi juga membangun sebuah sintesa psikoanalisa-semiotika. Fenomenafenomena yang dialami oleh individu seperti lelucon, keseloe lidah (slip of the tounge),
mimpi, terkait dengan permainan bahasa dan bersumber dari ruang bawah sadar.
Penjelajahan fungsi kata diyakini dapat menjelaskan bagaimana ketidaksadaran terbentuk
dan terus beroperasi. Subjek dan penanda dalam kosa kata lacanian mengandung makna
yang beroposisi secara biner (binary opposition). Semboyan Lacan kembali pada
penanda bermakna ajakan kembali pada pembicaraan tentang ruang ketidaksadaran.
Lacan memandang bahwa subjek merupakan sesuatu yang senantiasa terbelah
dan tidak utuh. Keterbelahan tersebut merupakan hasil dari proses pada fase-fase
perkembangan
perversitas
polimorfosis.
Berikut
penjelasannya
dalam
bentuk
visualisasi:
Fase REAL/
NYATA
Fase
IMAGINER
HASRAT
UTUH
Nome
du
pare
KETERBELAHA
N
Stadu de
moroir
Fase SIMBOLIK
Subjek
(liyan)
Liyan
Terjadi
kesalahan
mempersepsi
citra cerminal
R e s u m e / Te o r i J a c q u e s L a c a n | 5
tanpa kekurangan (lack) dan penuh dengan pemenuhan. Hasrat ini berarti hasrat
kembali pada yang real, yang telah menghilang saat akuisisi bahasa. Hasrat untuk
kembali pada sesuatu yang tidak mungkin lagi dijelajahi oleh bahasa dan simbol.
Pembacaan atas konsep Lacan harus menggunakan dua pendekatan
linguistik, yakni metonimi dan metafora. Kontribusi Lacan menghubungkan
psikoanalisis dengan logika linguistik cukup berharga, baik dalam studi ilmu
sosial maupun studi ilmu psikologi maupun psikologi klinis. Dalam konsep
Lananian, Lacan secara tegas dan konsisten memegang pandangannya bahwa
justru id lah yang mengontrol ego, bukan sebaliknya.