4.3.1. Pendidikan Agama Islam Dan Preservasi Identitas Sosiokultural-Religius - Sopyan
4.3.1. Pendidikan Agama Islam Dan Preservasi Identitas Sosiokultural-Religius - Sopyan
SOPYAN
NIM 15790018
PROGRAM DOKTOR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS STUDI INTERDISIPLINER
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
.
Segala puji dan syukur saya persembahkan kehadirat Allah swt. Berkat petunjuk
dan pertolongan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selawat
dan salam saya hadiahkan kepada Nabi Muhammad saw., pemimpin dan teladan
umat manusia di seluruh penjuru dunia, serta kepada keluarga, sahabat, dan para
pengikut beliau yang setia.
Makalah dengan judul Pendidikan Agama Islam dan Preservasi Indentitas
Sosiokultural-Religius ini disusun untuk memenuhi tugas dan sekaligus sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran Mata Kuliah Agama dan
Konflik Sosial yang diasuh oleh Bapak Prof. Dr. H. Agus Sholahuddin, M.Si.
Perlu saya sampaikan bahwa penelitian yang dijadikan bahan penyusunan
makalah ini merupakan penelitian sekunder, yang ikut numpang pembiayaan
penelitian utama kami dengan biaya DIPA UIN Sultan Syarif Kasim Riau tahun
2015 dengan judul Teaching Diversity: Cultural Pluralism in Thai Madrasahs
Islamic Studies. Sehubungan dengan itu, saya sangat bermohon kepada bapak
dosen pembimbing untuk memberikan arahan, bimbingan, dan petunjuk kepada
saya untuk perbaikan dan pengembangan makalah ini sehingga dapat memenuhi
standar mutu yang tinggi sebagai sebuah karya ilmiah.
Teknik penulisan makalah ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan
Tesis, Disertasi dan Makalah yang diterbitkan Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015.
Kepada rekan-rekan mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam
Berbasis Studi Interdisipliner Semester I Kelas B Tahun Akademik 2015/2016,
saya mengharapkan kritik-konstruktif dan saran-alternatif bagi perbaikan dan
pengem-bangan makalah ini.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang tinggi kepada dosen pengasuh dan rekan-rekan mahasiswa
yang telah berkontribusi dalam pendalaman dan pengembangan makalah ini.
Semoga Allah swt. memberikan balasan kebaikan yang berlipat-lipat baik di dunia
maupun di akhirat. mn!
Batu, 24 Oktober 2015
1
Penulis,
Sopyan
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Sistem transliterasi yang digunakan dalam tulisan ini mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Tesis, Disertasi dan Makalah yang diterbitkan Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015.
A. Konsonan
Huruf Arab
Nama
alif
b
t
th
jm
h
kh
dl
dhl
r
z
sn
shn
sd
dld
dilambangkan
th
kh
d
dh
sh
s
dl
Nama
Huruf Latin
ain
ghayn
f
gf
kf
lm
mm
nn
h
wau
hamzah
y
gh
f
q
k
l
m
n
h
w
Nama
...........
fath ah
Pendek
a
Huruf Latin
Panjang
Keterangan
a
dengan garis di
atas
...........
kasrah
dengan garis di
atas
...........
dlammah
dengan garis di
atas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN....................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
A. PENDAHULUAN.............................................................................................5
1. Latar Belakang........................................................................................5
2. Topik Kajian dan Batasan Masalah...................................................7
3. Tujuan Pembahasan...............................................................................7
B. LANDASAN TEORETIS.................................................................................8
1. Pendidikan Agama Islam.....................................................................8
2. Identitas Sosiokultural-Religius.........................................................9
3. Teori Preservasi Identitas Sosiokultural-Religius.......................11
C. METODE PENELITIAN................................................................................12
1. Pendekatan.............................................................................................13
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lapangan...................13
3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis.....................................15
4. Keterbatasan dan Pembatasan.......................................................16
D. PROFIL MADRASAH DI THAILAND SELATAN.....................................18
1. Madrasah Darussalam Narathiwat.................................................18
2. Madrasah Chongraksat Wittaya Pattani.......................................21
3. Madrasah Thamavitya Mulniti Yala................................................25
E. PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PRESERVASI
IDENTITAS SOSIOKULTURAL-RELIGIUS DI THAILAND SELATAN.27
1. Ragam Identitas Sosiokultural-Religius........................................28
a. Bahasa Melayu dan Tulisan Jawi..............................................28
b. Busana Muslimah..........................................................................30
c.
Peraturan..........................................................................................36
F. PENUTUP.......................................................................................................37
1. Kesimpulan.............................................................................................37
2. Rekomendasi..........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................39
A. PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang yang menjadi titik
tolak pembahasan makalah ini. Selain itu, untuk membantu memperjelaskan
fokus kajian maka pada bagian ini juga akan diberikan uraian tentang topik
kajian dan batasan masalah. Pada akhir bagian pendahuluan ini dijelaskan
tujuan pembahasan makalah ini untuk membantu memberikan arah kajian
mengenai topik yang telah ditetapkan.
1. Latar Belakang
Agama memiliki peran penting dan sentral dalam kehidupan manusia. Para
ulama dan filosof sepakat bahwa sesungguhnya agama itu merupakan pilar
yang paling kokoh dalam membangun akhlak bagi pribadi dan
masyarakat.1 Lebih dari itu, secara personal, agama mendidik spiritualitas
dan memperbaiki moralitas manusia, serta menetapkan pola kehidupan
keluarga yang hormanis. Sedangkan secara sosial, agama menetapkan asas
dan sistem kehidupan masyarakat yang saling pengertian dan kerja sama
dalam menunaikan kewajiban dan hak komunal, 2 memastikan supremasi
hukum, menjamin kohesi sosial, memelihara stabilitas keamanan,3 serta
mencari solusi atas pelbagai persoalan yang muncul di masyarakat yang
meliputi masalah ekonomi, politik, moral, dan lain-lain. Akan tetapi,
fenomena konflik dan kekerasan sosial yang melibatkan agama telah
mengundang banyak pertanyaan dan kritik terhadap pemahaman dan
praktik keagamaan di masyarakat. Pemahaman dan pengamalan agama
1Muh ammad `At iyyah al-Abrshiy,al-Tarbiyyat al-Islmiyyat wa Falsifatuh
(Cet. III; Mesir: `s al-Bbiy al-Halabiy wa Shurakh, 1975 M/1395 H), hlm. 47;
Ah mad Zak Yamniy, al-Shar`at al-Khlidat wa Musykilt al-`As r (Cet. IV;
Riyad: al-Dr al-Su`diyyah, 1983 M/1403 H), hlm. 1315.
2`Abdullh al-Kharjiy, `Ilm al-Ijtim` al-Dniy (Cet. II: Jedah: al-Mamlakat al`Arabiyyat al-Su`diyyah, 1990 M/1410 H), hlm. 39.
3Muh ammad `Abdullh Darz, al-Dn: Buh th Mumahhadah li Dirsat Trkh
al-Adyn (Kuwait: Dr al-Qalam, 1952 M/1371 H), hlm. 98.
M/1403 H), hlm. 29. Dalam konteks yang lebih umum, pendidikan itu memiliki
peranan penting dalam membentuk perilaku individu dan masyarakat. Dari
perspektif individu, pendidikan merupakan upaya aktualisasi dan optimalisasi
potensi dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, sedangkan dari perspektif
masyarakat, pendidikan merupakan proses kulturisasi, yakni sosialisasi nilai-nilai,
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berkembang dalam masyarakat. Nzil
S lih Ah mad,al-Tarbiyyat wa al-Mujtama` (Kairo: al-Maktabat al-Anjl alMis r iyyah, 1978), hlm. 52 53.
5Otto Von Feigenblatt, The Muslim Malay Community in Southern Thailand: A
Small People Facing Existential Uncertainty, Journal of Asia Pacific Studies,
27 (Februari 2010), hlm. 53.
6Raymond Scupin, South Thailand: Politics, Identity, and Culture, The Journal
of Asian Studies, 72 (Mei 2013), hlm. 431.
3. Tujuan Pembahasan
Sejalan dengan batasan dan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan
pembahasan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan peran pendidikan
agama Islam dalam preservasi identitas sosiokultural-religius di madrasahmadrasah pada tiga provinsi Thailand Selatan?
B. LANDASAN TEORETIS
1. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya mendidikkan agama Islam atau
ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan
sikap hidup) seseorang.8 Dalam hal ini, PAI merupakan bagian dari
pengertian Pendidikan Islam yang lebih umum. Dalam konteks Indonesia,
pendidikan agama secara regular diartikan sebagai pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.9 Sejalan dengan itu, pada
peraturan yang lebih operasional, pendidikan agama adalah pendidikan
yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua
jalur, jenjang dan jenis pendidikan.10 Berdasarkan pengertian regular ini,
maka bila diterapkan pada Islam, maka pendidikan agama Islam dapat
8Muhaimin, et al., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2001), hlm. 30.
9Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, pasal 1 ayat 1.
10Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah.
tinggi
jiwa
keikhlasan,
kesederhanaan,
kemandirian,
toleran
(tasamuh),
keseimbangan
(tawazun),
moderta
(tawasuth), keteladanan (uswah), pola hidup sehat, dan cinta tanah air.11
Dengan tujuan seperti disebutkan di atas, maka pendidikan agama
itu berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi
ahli ilmu agama.12 Dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama ini
terkandung makna bahwa pendidikan agama Islam memiliki peran
memelihara dan melestarikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama yang telah
menjadi identitas dari suatu masyarakat.
2. Identitas Sosiokultural-Religius
Istilah identitas sosiokultural-religius dalam tulisan ini sebagaimana
digunakan Joseph Chinyong Liow,13 mengacu kepada tiga term yang
merupakan bagian dari aspek-aspek identitas dalam konteks sosiologi.
Oleh karena itu, untuk kepentingan penjelasan pengertian istilah ini maka
akan merujuk pada term-term yang dimaksud itu.
Kata identitas merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris
identity yang berarti who or what is. 14 Dalam bahasa Indonesia, identitas
berarti ciri-ciri, keadaan khusus, atau tanda-tanda khas.15 Dalam pengertian
umum, identitas sosial mengacu pada definisi-diri seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain.
10
11
12
C. METODE PENELITIAN
Uraian mengenai metode penelitian dalam tulisan ini meliputi: pendekatan,
lokasi penelitian dan waktu penelitian lapangan, metode pengumpulan data
dan analisis, serta keterbatasan dan pembatasan.
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi sosial21 dengan memfokuskan pada peran pendidikan agama Islam dalam melakukan preservasi
identitas sosiokultural-religius masyarakat Muslim Melayu di Thailand
Selatan. Penelitian ini mendekati identitas sosiokultural-religius sebagai
fenomena unik yang memerlukan penyelidikan yang komprehensif dan
mendalam, yang tidak dapat sepenuhnya ditemukan melalui pendekatan
numerik kuantitatif. Identitas sosiokultural-religius sebagai subsistem personalitas memiliki peran penting dalam menentukan partisipasi seseorang
dalam sebuah sistem sosial pada masyarakat yang multikutural. Di sekolah,
identitas ini dikembangkan dan dibungkus dalam bentuk yang lebih
akademis yang terkandung dan disajikan dalam kurikulum dan kemudian
diajarkan kepada siswa. Bentuk baru ini memerlukan konseptualisasi,
20Dalam Setiawati Intan Savitri, Membangun, hlm. 24.
21M.B. Miles dan A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis (Thousands Oaks: SAGE
Publications, 1994).
13
14
15
Islam dari masing-masing madrasah, membaca dan memahami dokumendokumen itu untuk mengeksplorasi isi dari identitas sosiokultural-religius
itu dan isu-isu yang relevan. Kami meminta peneliti mitra kami untuk
menerjemahkan dan menafsirkan beberapa dokumen yang relevan bagi kita
untuk menganalisis. Keempat, kita melakukan observasi kelas dari masingmasing guru yang diwawancarai untuk mengetahui strategi pengajaran khas
pendidikan agama Islam. Sangat disayangkan, di Narathiwat kita tidak bisa
melakukan observasi kelas karena pada saat penelitian, sedang berlangsung
ujian semester. Kami melakukan observasi kelas setelah wawancara dengan
guru sehingga kita bisa mengungkap strategi pengajaran, memperjelas dan
mengkonfirmasi klaim yang dibuat selama wawancara, dan merekam
interaksi sosial dan budaya selama proses kelas yang relevan dengan tujuan
penelitian ini. Kelima, untuk mengeksplorasi budaya yang telah dibuat di
madrasah yang dipilih, kami juga melakukan pengamatan ritual madrasah,
upacara, hari-hari interaksi, dan peristiwa yang dapat disimpulkan sebagai
upaya pemeliharaan dan pelestarian idnetitas sosiokultural-religius di
madrasah.
Pendekatan sosial antropologis untuk penelitian seperti ini selalu
berkaitan dengan berbagai jenis dan sumber data untuk mengetahui
fenomena kehidupan sehari-hari, bahasa, ritual, upacara dan interaksi.
Dalam studi ini, untuk menganalisis data, kita melangkah melalui beberapa
proses. Setelah data yang dicari dikumpulkan, kami melakukan pemeriksaan
yang seksama terhadap informasi, kemudian data itu dipilih dan
dikategorikan berdasarkan jenisnya, dan menempatkan data itu dalam tahap
analisis. Untuk data wawancara, kami transkripsikan semua wawancara
yang direkam. Selama proses transkripsi, diberikan catatan penting dari
konteks wawancara. Setelah
17
tahun membuat sulit bagi kita untuk tinggal dalam jangka waktu yang
lebih lama untuk mencukupi kebutuhan pengumpulan data penelitian ini.
Penelitian ini dibatasi dalam hal-hal berikut: Penelusuran konten
identitas sosiokultural-religius dalam kurikulum pendidikan agama Islam
adalah salah satu fokus utama dari penelitian ini. Konten identitas
sosiokultural-religius di sini dimaksudkan untuk mengacu pada setiap
informasi, pengetahuan, atau konsep yang berkaitan dengan identitas orang
Melayu yang beragama Islam yang diekspresikan melalui bahasa Melayu
dan tulisan Jawi, busana Muslim/Muslimah, pendidikan agama Islam, dan
adat-istiadat yang terkandung baik secara eksplisit maupun implisit dalam
kurikulum dan/atau buku pelajaran dari mata pelajaran pendidikan agama
Islam. Fokus lain adalah pada strategi konservasi identitas sosiokulturalreligius yang dipraktikkan oleh guru pendidikan agama Islam dalam proses
pembelajaran di kelas. Selaian itu, kami juga menjelajahi ritual, interaksi
sehari-hari, dan nilai-nilai yang diciptakan oleh komunitas madrasah,
terutama yang terkait dengan upaya konservasi identitas sosiokulturalreligius masyarakat Melayu Muslim di daerah ini.
18
pelajaran agama Islam dengan jumlah santri 23 orang. Namun, sejak tahun
1980, madrasah ini telah mengintegrasikan mata pelajaran akademik
(umum) ke dalam sistem kurikulum, dan sejak itu madrasah ini
berkembang pesat.27 Dan sejak tahun 1985, madradah ini telah terdaftar
sebagai Private Islamic School (Sekolah Islam Swasta) dibawah binaan
Komisi Pendidikan Kementerian Pendidikan Thailand.28
Visi madrasah ini adalah menjadi model bagi pendidikan yang
berfokus pada pengembangan karakter dan
tahun 2016. Visi ini memiliki standar yang sama dengan standar nasional
pendidikan.29 Selain diarahkan oleh visi tersebut, sebagai upaya
meneruskan
keunggulan
pendidikan
Islam
di
Pattani,
Madrasah
untuk
memartabatkan
ketinggian
Islam
dan
19
20
Tabel C.1.
Statistik Pendidik, Tenaga Kependidikan, Siswa,
dan Fasilitas Pembelajaran
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Uraian
Guru Agama
Guru Akademik (Umum)
Pengawas Asrama
Siswa
Ruang Kelas
Laboratorium
Mushalla
Jumlah
185
182
16
5.000
116
8
2
Sumber: Profil Madrasah Darussalam, 2015; Wawancara Kepala Madrasah, 15 September 2015.
21
22
danlainlain.Dalampenguatanbahasa,programinididukungolehseorang
guru bahasa Arab delegasi dari Universitas AlAzhar Mesir dan guru
bahasaInggrisdariFilipina.37Selainmerekaitu,paraguruyangmengajar
diprograminimemilikikemampuanbahasaArabdanbahasaInggris.38
Pertama kali didirikan, madrasah ini berlokasi di Jalan Pechakasem
No. 145 Khokpo, Pattani. Kemudian, sejak tanggal 31 Oktober 1972
pindah ke alamat sekarang di 151 M3 Kruesea, Provinsi Pattani.39
Visi madrasah ini adalah menjadi lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan standar pendidikan Negara
Thailand dan Agama Islam supaya dapat mengembangkan pelajar menjadi
insan mulia, mempunyai kemampuan berbahasa serta menguasai ilmu
pengetahuan.40 Adapun misi yang diemban meliputi: (1) mengembangkan
siswa supaya memiliki ilmu pengetahun serta berakhlak mulia,
mempunyai kemampuan berbahasa dan menguasai teknologi; (2)
mengembangkan
para
pendidik
supaya
memiliki
kemampuan
23
ciri
khas
yang
jelas,
mendukung
masyarakat
dan
Primary/Elementar
y
Kelas/Tingka
t
K1
K2
K3
P1
Rombongan
Belajar
5
7
7
6
Jumlah
P2
P3
P4
P5
P6
5
5
4
4
3
224
187
172
164
100
93
272
256
251
24
Lower Secondary
Upper Secondary
M1
M2
M3
M4
M5
M6
Total
5
5
4
4
4
5
73
211
189
167
149
178
207
2.919
25
Tabel C.3.
Statistik Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Madrasah Chongraksat Wittaya, Pattani
Jumlah/Tingkat Pendidikan
Jabatan
Tenaga Administrasi
Guru TK
Guru SD/SLTP-SLTA
Pembantu
Total
SLTA
1
16
39
5
61
Sarjana
19
91
6
116
Pascasarjana
3
Jumlah
4
35
130
11
180
26
27
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Uraian
Personalia (guru agama, guru
akademik, dan pengawas
asrama)
Siswa
Ruang kelas
Kantor/ruang guru
Pusat komputer
Laboratorium
Ruang sains
Ruang kerja kejuruan (Vocational
operation rooms)
Perputakaan
Mushalla
Kantin
Jumlah
537
6.028
134
19
2
2
2
2
1
3
2
Sumber: Booklet Madrasah Thamavitya Mulniti, 2015; Presentasi Pimpinan Yayasan, 19 September
2015.
Sebagaimana dinyatakan pimpinan, madrasah ini dikenal masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang dapat melahirkan alumni yang
mampu menjadi imam shalat, khatib, pemimpin, dosen, dan banyak alumni
madrasah ini yang telah menjayakan negara. 51 Selain itu, tamatan dari
28
madrasah ini banyak yang dapat melanjutkan studi ke luar negeri seperti
Arab Saudi, Sudan, Yordan, Turki, Maroko, Mesir, Indonesia, Malaysia,
Brunei Darussalam, dan Yaman.52
mereka.
Hal
ini
seperti
dapat
dipahami
dari
29
54Surin Pitsuwan, Islam and Malay Nationalism; A Case Study of the Malay
Muslim of Southern Thailand, diterjemahkan oleh Hasan Basari dengan judul
Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani (Cet. I; Jakarta:
LP3ES, 1989), hlm. 141.
55Jeffrey Ayala Milligan, Islamic Identity, Postcoloniality, and Educational
Policy: Schooling and Ethno-Religious Conflict in the Southern Philippines (New
York: Palgrave MacMillan, 2005), hlm. 34.
30
59Pitsuwan, Islam, hlm. 142; Dalam segi tulisan, hal ini sama yang terjadi dengan
Muslim Filipina yang sampai abad ke-20 masih menggunakan tulisan Arab dalam
komunikasi tulisan, baca: Milligan, Islamic, hlm. 34.
60Wawancara dengan Dr. Ni Loh pada tanggal 16 September 2015.
31
32
Narathivat
yang
mengatakan
bahwa,
Selepas
33
ditemukan
di
tempat-tempat
keramaian
seperti
pusat
atau
bahasa
Inggris
sehingga
kami
kesulitan
untuk
69
34
71Raymond Scupin, South Thailand: Politics, Identity, and Culture, The Journal of Asian
Studies, 72 (Mei 2013), hlm. 432.
35
preservasi
identitas
sosiokultural-religius,
36
37
Chongraksat
Wittaya
Pattani
38
b. Komunikasi
Bahasa Melayu masih dominan menjadi bahasa pengantar dalam proses
kegiatan belajar mengajar di madrasah yag diteliti ini. Seperti
dijelaskan Ustadz Hamdi, bahwa proses belajar mengajar (di Madrasah
Chongraksat Wittaya Pattani) itu dalam bahasa Melayu.79 Memang
betul, bahwa di madrasah ini diadakan program khusus yang disebut
AEP (Arabic-English Program) akan tetapi program ini hanya untuk
kelas khusus dan terbatas. Bahkan, di Madrasah Thamavitya Mulniti
Yala, untuk pembelajaran mata pelajaran bahasa Arab saja masih
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Hal ini seperti
dicerikan Ustadz Anan: 80% di kelas saya bahasa pengantar yang
saya pakai adalah bahasa Melayu.80 Selain sebagai bahasa pengantar
dalam proses belajar mengajar, di madrasah yang diteliti ini semua
warga madrasah menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi,
baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Memang, ada yang menarik
terkait dengan penggunaan bahasa tulisan. Di Madrasah Thamavitya
Mulniti Yala, bahasa Melayu dan tulisan Jawi digunakan untuk
memberikan label/nama kantor dan ruang-ruang bersama dengan
bahasa dan tulisan lain, seperti Arab, English dan Thai, sehingga untuk
satu ruang terdapat empat label/nama dengan bahasa dan tulisan yang
telah disebutkan.
c. Peraturan
Penggunaan aturan sebagai metode preservasi identitas sosiokulturalreligius lebih terkait dengan busana Muslimah. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa busana Muslimah orang Melayu itu adalah baju
kurung dan jilbab. Di ketiga madrasah yang diteliti ini, penggunaan
79Wawancara pada tanggal 15 September 2015.
80Wawancara pada tanggal 15 September 2015. Ustadz Anan mengajar mata
pelajaran Bahasa Arab.
39
ini
dapat
konsekuensi
dikeluarkan
dari
madrasah.
F. PENUTUP
Sebagai akhir dari pembahasan makalah ini, maka pada bagian penutup ini
akan dirumuskan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut.
1. Kesimpulan
Identitas sosiokultural-religius adalah identitas sosial dan identitas kultural
atau budaya yang dibentuk dan dimiliki oleh suatu masyarakat berdasarkan
nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut. Dalam konteks masyarakat
Melayu Muslim di provinsi-provinsi Thailand Selatan, identitas mereka
sebagai orang Melayu yang beragama Islam yang diekspresikan melalui
bahasa Melayu dan tulisan Jawi, busana Muslim/Muslimah, pendidikan
agama Islam, dan adat-istiadat masyarakat Melayu Muslim. Busana
Muslim yang menjadi identitas sosial masyarakat Melayu Muslim bagi
perempuan adalah baju kurung dan jilbab. Sementara itu, adat-istiadat
masyarakat Melayu Muslim yang berlaku sebagai tradisi itu terkait dengan
kehidupan dan kematian, seperti ritual yang melibatkan makanan dan doa
seperti selamatan untuk penguburan orang meninggal, selamatan mawlid
(peringatan hari kelahiran Nabi Muham-mad saw.), selamatan menempati
rumah baru; upacara perjalanan, upacara pemberian nama pada hari
40
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurn Al-Karm
Ah mad, Nzil S lih . Al-Tarbiyyat wa al-Mujtama`. Kairo: al-Maktabat al-Anjl
al-Misriyyah,
1978 M.
43
1983 M/1403 H.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagama Islam.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Pitsuwan, Surin. Islam and Malay Nationalism; A Case Study of the Malay
Muslim of Southern Thailand. Diterjemahkan oleh Hasan Basari dengan
judul Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani. Cet. I;
Jakarta: LP3ES, 1989.
Profil Madrasah Darussalam, 2015.
Savitri, Setiawati Intan. Membangun Budaya Damai Berkesinambungan:
Pendekatan Teori Identitas Sosial, Etnosentrisme dan Psikologi Komunitas
di Poso, Sulawesi Tengah. Jurnal Psikologi Indonesia, 1 (2008), hlm. 22
30.
Scupin, Raymond. South Thailand: Politics, Identity, and Culture. The Journal
of Asian Studies, 72 (Mei 2013), 423432.
Suaedy, Ahmad. Dinamika Minoritas Muslim Mencari Jalan Damai: Peran Civil
Society Muslim di Thailand Selatan dan Filipina Selatan. Cet. I; Jakarta:
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI dan CISEAS-The Wahid Institute, 2012.
Thailand dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Thailand. Diakses pada tanggal 28
Agustus 2015.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III; Cet.
IV; Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
44
45