Dokumen - Tips - Buku Ajaran Konstruksi Kayu PDF
Dokumen - Tips - Buku Ajaran Konstruksi Kayu PDF
KONSTRUKSI KAYU
DISUSUN OLEH :
I PUTU LAINTARAWAN, ST, MT.
I NYOMAN SUTA WIDNYANA, ST, MT.
I WAYAN ARTANA, ST.
Konstruksi Kayu
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmatNya, penyusunan Buku Ajar Konstruksi Kayu dapat diselesaikan. Buku Ajar ini
disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Konstruksi Kayu
sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta pada akhirnya
tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai.
Diktat ini bukanlah satu-satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini,
terdapat banyak buku yang bisa digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan
mahasiswa bisa mendapatkan materi dari sumber lain.
Penulis
menyadari
bahwa
diktat
ini
masih
banyak
kelemahan
dan
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat
terutama yang mengasuh mata kuliah ini, sangat kami perlukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Konstruksi Kayu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I TEGANGAN IJIN KAYU ............................................................................. 1
1.1 Berat Jenis Kayu .................................................................................................. 1
1.2 Kelas Kuat Kayu ................................................................................................. 2
1.3 Faktor Reduksi .................................................................................................... 3
1.4 Penyimpangan Arah Gaya Terhadap Arah Serat Kayu ......................................... 3
1.5 Contoh Soal dan Pembahasan .............................................................................. 3
BAB II ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR ............................................................... 5
2.1 Batang Tarik ........................................................................................................ 5
2.2 Batang Tekan ....................................................................................................... 5
2.2.1 Batang Tunggal ................................................................................................. 5
2.2.2 Batang Ganda ................................................................................................... 6
2.3 Balok Lentur......................................................................................................... 7
2.4 Balok yang Menerima Momen dan Gaya Normal ................................................ 7
2.4.1 Lenturan dan Tarikan ........................................................................................ 7
2.4.2 Lenturan dan Tekanan ...................................................................................... 7
2.5 Contoh Soal dan Pembahasan .............................................................................. 8
BAB III JENIS SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG ........................................ 11
3.1 Sambungan Baut .................................................................................................. 11
3.2 Sambungan Paku ................................................................................................. 11
3.3 Sambungan Pasak Kayu Persegi .......................................................................... 13
3.4 Sambungan dengan Pasak Kayu Bulat Kubler ...................................................... 13
3.5 Sambungan dengan Cincin Belah Kreugers .......................................................... 15
3.6 Sambungan dengan Kokot Bulldog ...................................................................... 17
3.7 Contoh Soal dan Pembahasan .............................................................................. 19
BAB IV SAMBUNGAN GIGI ................................................................................... 27
4.1 Sambungan Baut .................................................................................................. 27
4.2 Contoh Soal dan Pembahasan .............................................................................. 28
BAB V SAMBUNGAN MOMEN ............................................................................. 36
5.1 Plat Sambung di Atas dan Bawah ........................................................................ 36
5.2 Plat Sambung di Samping ..................................................................................... 36
5.3 Contoh Soal dan Pembahasan .............................................................................. 37
BAB VI BALOK SUSUN ......................................................................................... 46
6.1 Balok Susun dengan Pasak Kayu dan Kokot ........................................................ 46
6.2 Balok Susun dengan Paku .................................................................................... 46
6.3 Balok Susun dengan Papan Badan Miring ............................................................ 47
6.4 Contoh Soal dan Pembahasan .............................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 78
ii
Konstruksi Kayu
BAB I
TEGANGAN IJIN KAYU
/ / = 20.g (kg/cm2)
dimana g adalah berat jenis kering udara.
Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar
0,75. Jika suatu kayu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I PKKI
1961 dapat diketahui berat jenisnya. Dari Tabel 1.1 tersebut untuk perhitungan tegangan
ijin sebagai berat jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa perbedaan
antara berat jenis maksimum dengan berat jenis minimum tidak boleh lebih dari 10%
berat jenis minimum. Atau Bj-maks Bj-min Bj-min. Jika perbedaan tersebut lebih
dari 100% harus digunakan berat jenis yang minimum.
Seperti misalnya Kayu Keruing dari Tabel 1.1 mempunyai Bj-maks = 1,01 dan
Bj-min =0,51, maka Bj-maks Bj-min = 1,01- 0,51 = 0,5 < Bj-min = 0,51 sehingga
dapat digunakan Bj-rata-rata = 0,79. Dengan cara lain, kita dapat langsung
menggunakan kelas kuat kayu yang terendah dari Tabel 1.1 tersebut.
Konstruksi Kayu
Konstruksi Kayu
diketahui kelas kuat kayu. Untuk itu hubungan antara kelas kuat dan berat jenis kayu di
dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2 Hubungan antara kelas kuat dan berat jenis
Kelas kuat
II
III
IV
Berat jenis
0,90
0,60-0,89
0,40-0,59
0,30-0,39
< 0,30
= 5/6
= 2/3
= 5/4
= 3/2
Faktor reduksi tersebut di atas, juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat
sambung.
1.4 Penyimpangan Arah Gaya Terhadap Arah Serat Kayu
Apabila arah gaya yang berkerja pada bagian-bagian konstruksi menyimpang
dengan sudut terhadap arah serat kayu, maka tegangan ijin tekan/tarik kayu harus
dihitung : = ds // - ( ds// - ds ). Sin . Faktor reduksi seperti yang
diuraikan di atas juga harus diperhitungkan.
Suatu konstruksi gording menahan beban tetap terbagi sebesar 50 kg/m. Kelas
kayu adalah kelas A. Gording terbuat dari kayu dengan Bj= 0,6. Hitung tegangantegangan ijinnya? Apabila panjang gording 3 m dengan peletakan sendi-rol, serta
Konstruksi Kayu
dimensi gording 6/8, kontrol apakah konstruksi tersebut aman. Lendutan dan berat
sendiri gording diabaikan
Penyelesaiaan:
Konstruksi gording terlindung, = 1
Pembebanan permanen, = 1
Bj = 0,6 maka:
= 170.0,6.1.1 = 102 kg/cm2
lt reduksi = lt. r
ds //r
= tr
//
= 150.0,6.1.1 = 90 kg/cm2
= 40.0,6.1.1 = 24 kg/cm2
ds r
// r
= 5625 kg.cm
Tahanan momen (W) = 1/6. b. h2 = 1/6.6.82 = 64 cm3
lt =
Mmaks 5625
=
= 87, 89 kg cm2 < lt.r = 102 kg/cm2 (OK)
W
64
3 D
3 75
=
= 2,34 kg/cm2 < // r = 12 kg/cm2 (OK)
2 b.h. 2 6.8
Konstruksi aman
2.
Suatu batang tarik yang disambung dengan alat penyambung baut. Kekuatan satu
buah baut =50 kg. Konstruksi tidak terlindung dan beban tidak permanen. Apabila
gaya tarik yang bekerja pada kontruksi tersebut sebesar 0,6 ton, Hitung jumlah
baut yang dibutuhkan.
Penyelesaian :
Konstruksi tidak terlindung,
= 5/6
= 5/4
600
= 11,52 digunakan 12 baut
52,08
Konstruksi Kayu
BAB II
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR
2.1 Batang Tarik
Batang disebut sebagai batang tarik, apabila arah gaya meninggalkan tampang
atau gayanya menarik batang. Dalam menentukan luas tampang batang yang mengalami
gaya tarik harus diperhitungkan terhadap berkurangnya luas tampang akibatnya adanya
alat-alat sambung. Oleh karena itu, perhitungan selalu menggunakan luas tampang netto
(Fnt). Besarnya Fnt = c . Fbr dengan c adalah faktor perlemahan akibat adanya alat
sambung, dan Fbr = luas tampang bruto.
Adapun besarnya faktor perlemahan untuk berbagai bentuk sambungan sebagai
berikut:
- 10 % untuk sambungan dengan paku.
- 20 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi.
- 20% untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah.
- 30% untuk sambungan dengan pasak kayu.
- 0 % untuk sambung dengan perekat.
2.2 Batang Tekan
Batang disebut sebagai batang tekan, apabila arah gaya meninggalkan tampang
atau gayanya menekan batang.
2.2.1 Batang Tunggal
Dalam merencanakan batang tekan harus diperhatikan adanya bahaya tekuk,
tetapi tidak perlu memperhatikan faktor perlemahan seperti pada batang tarik. Besarnya
faktor tekuk () tergantung dari angka kelangsingan batang ().
=
l tk
................................................................................................................. (2.1)
i min
Konstruksi Kayu
Imin
............................................................... (2.2)
Fbr
Hubungan antara dan dapat dilihat pada daftar III PKKI 1961. Selanjutnya tegangan
tekan yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan tekan yang diijinkan.
ds
P.
ds //
Fbr
..................................................................................................... (2.3)
Konstruksi Kayu
Mmaks
lt
Wn
.................................................................................................. (2.5)
Wn = c. W, dengan c adalah faktor perlemahan seperti pada batang tarik dan W adalah
tahanan momen. Juga lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi lendutan yang
diijinkan. Syarat panjang bentang efektif balok yang efektif dapat dilihat pada PKKI
1961 ps. 12.1
2.4 Balok Yang Menerima Momen dan Gaya Normal
2.4.1 Lenturan dan Tarikan
S
M
tot
O
Mmaks
.
tr / / ................................................................................(2.6)
Fnt
Wn
tr //
.............................................................................................................. (2.7)
lt
S
M
Konstruksi Kayu
tot
P
Mmaks
. .
ds //
Fbr
Wn
........................................................................... (2.8)
tr //
lt
......................................................................................................... (2.8)
P
,
Fnt
Dicoba
Fnt =
5000
= 66,67 cm3
75
Fbr =
Fnt 66,67
=
= 83,34 cm3
0,80
0,80
b = 7 cm
h = 12 cm (h 2b)
Fbr = 7.12 = 84 cm2 > 83,34 cm2 (OK)
Penyelesaian
Konstruksi kuda-kuda, terlindung
=1
Konstruksi Kayu
ds / / r
= 150.0,65 . 5/4 = 121,875 kg/cm2, Kayu kelas II, Imin = 50. P. Ltk2
imin =
1 / 12.b 4
b 2 = 0,289. b = 3,757 cm
200
= 53.23 dari daftar III PKKI 1961, dengan interpolasi liniar didapat =
3,757
1,5523
ds
P. 12000.1,5523
110, 22 kg / cm 2 121,875 kg / cm 2
Fbr
13.13
Soal 3
Diketahui a = b = 3 cm. Kayu dari Suren. P=3 ton tekan.Batang tersebut, terdapat pada
sebuah konstruksi rangka kuda-kuda. Beban permanen. Panjang batang 220 cm.
Tentukan dimensi h.
= 1 , ltk = 1 = 220 cm
Beban permanen,
=1
Kayu seren
Konstruksi Kayu
ds// = 45 kg/cm2
ds// r = 45.1.1 = 45 kg/cm2
Dicoba
h = 10 cm
ix = 0,289 . h = 2,89 cm
It = 2 . 1/12 . 10 . 33 + 2 . 10 . 3 . 33 = 585 cm4
Ig = 1/12 . 10 . 63
Iy = . (It + 3. Ig) = . (585 +3 . 180) = 281,25 cm4
Iy
Fbr
iy =
281,25
= 2,17 cm
2 . 3 . 10
220
= 101,38 dari dafter III PKKI 191, dengan interpolasi linear di dapat
2,17
= 3,0966
ds =
P.
3000 .3,0966
=
= 154, 83, kg/cm2 >> 45 kg/cm2 (Not OK)
Fbr
10.6
Iy
Fbr
984,375
= 2,17 cm
2 . 3 . 35
220
= 101,38 dari daftar III PKKI 191, dengan interpolasi
2,17
linear di dapat = 3,0966
ds =
P.
3000 . 3,0966
=
= 154, 83, kg/cm2 >> 45 kg/cm2 (OK)
Fbr
10.6
10
Konstruksi Kayu
BAB III
JENIS SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG
3.1 Sambungan Baut
Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 (tiga) golongan sebagai berikut :
-
P = 40 . 1 . d . ( 1 - 0,60 sin )
P = 215 . d2 . ( 1 - 0,35 sin )
dimana:
P adalah kekuatan ijin baut dalam kg dan diambil yang terkecil.
l dan masing-masing adalah tebal kayu tepi kayu tengah dalam cm.
d adalah diameter baut dalam cm.
adalah sudut penyimpangan arah gaya terhadap arah serat.
11
Konstruksi Kayu
Untuk kayu kelas-kuat di bawah III jarang digunakan sehingga tidak diberikan
perumusannya.
Perencanaan
sambungan
dengan
alat
sambung
baut
harus
P = 0,5 . d . l . Tk
2
Tampang satu :
untuk 1 7. d
P = 3,5 . d . Tk
untuk 1 7. d
P = d . m . Tk
untuk m 7. d
P = 7 . d2 . Tk
untuk m 7. d
Harga tampang dapat dilihat pada Tabel 1.1 sesuai dengan berat jenis kayu yang
bersangkutan. Dalam perencanaan, sambungan dengan alat sambung paku harus
memperhatikan syarat-syarat dalam PKKI 1961.
Contoh
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar
dengan Bj = 0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak tetap. Diminta menyambung
batang tersebut dengan alat sambung paku
Penyelesaian
= 1, = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5
Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16
Tebal kayu muka = 4 cm, S = 6000 kg (sangat besar0
12
Konstruksi Kayu
Maka digunakan paku 41/2 BWG 6 (52/114) dengan lp = 11,4 cm, sehingga
memenuhi syarat sambung tampang satu.
Pr = 118 . 5/4 . 1 = 147,5 kg
n=
6000
= 40,7 ,digunakan 42 paku (masing-masing sisi 21 paku)
147,5
= 2,6 cm 4 cm (bisa 3 baris)
Jarak-jarak paku : 5 d
10d
= 5,2
5,5
12d
= 6,2
6,5
Gambar 3.2 Batang tarik yang disambung dengan alat sambung paku
3.3 Sambungan Pasak Kayu Persegi
Sambungan dengan pasak kayu hanya digunakan untuk sambungan tampang dua
saja. Arah serat kayu pada pasak dibuat sejajar dengan arah serat kayu pada batang yang
disambung (batang asli). Syarat-syarat ukuran pasak sbb.
Tinggi pasak, 2t : t 1,5 cm
Panjang pasak, a : 10 cm a 15 cm
a 5t
Tegangan-tegangan yang terjadi pada pasak dan batang asli tidak boleh melebihi
tegangan-tegangan ijin-nya.
3.4 Sambungan dengan Pasak Kayu Bulat Kubler
Alat sambung ini dapat digunakan untuk sambung tampang dua atau lebih.
Kekuatan pasak Kubler dapat dilihat pada Tabel 3.4 untuk kayu dengan Bj = 0,6. Untuk
Bj-lain maka angka-angka dalam Tabel 3.4 tersebut harus diberi faktor pengali
13
Konstruksi Kayu
sebanding dengan Berat Jenis = Bj/0,6. Apabila arah gaya membentuk sudut terhadap
arah serat kayu, maka kekuatan pasak berkurang sbb.
P = P// . ( 1 0,25 . sin )
........................................................................... (3.1)
Cara memilih ukuran pasak dengan memperhatikan ukuran kayu minimum. Misal
pasak akan diletakkan setangkup dengan lebar kayu 14 cm, maka dapat diambil pasak
10 cm atau yang lebih kecil lagi sesuai dengan kekuatan pasak. Pada prinsipnya jumlah
pasak yang terpasang/digunakan semakin sedikit akan semakin baik karena menghemat
panjang plat sambung.
Contoh
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar
dengan Bj = 0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta
menyambung batang tersebut dengan alat sambung Pasak kayu bulat Kubler.
Penyelesaian
= 1 , = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5
Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16
Dengan ukuran kayu 8/16 dan plat sambung 2 x 4/16 terdapat lebar kayu 16 cm, maka
dari Tabel 3.4 digunakan pasak dengan diameter D= 10 cm.
14
Konstruksi Kayu
6000
= 3,4 digunakan 4 pasak (2 pasang)
1770,83
Gambar 3.4 Batang tarik disambung dengan alat sambung Pasak kayu bulat Kubler.
3.5 Sambungan Dengan Cincin Belah Kreugers
Kekuatan cincin belah Kreugers perpasang dapat dilihat pada Tabel3.5 untuk kayu
dengan Bj = 0,6. Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengali sebanding dengan Bj-nya.
Cincin belah ini sebaiknya gunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih dan pada
satu sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah. Apabila arah gaya
membentuk sudu terhadap arah serat kayu, maka kekuatan cincin belah berkurang
sebagai berikut.
P = P/ / . (1-0,30 . sin )
........................................................................... (3.2)
15
Konstruksi Kayu
Contoh
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar
dengan Bj = 0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta
menyambung batang tersebut dengan alat sambung cincin belah Kreugers.
Penyelesaian
= 1 , = 5/4
16
Konstruksi Kayu
Lebar
= 16 cm
= 4 cm
= 8 cm
Maka dari lampiran-3 dipilih cincin belah 125/25 dan dengan kayu muka 12,5 cm,
P = 3000 kg/pasang .
P = 3000 . 5/4 . 1 . 0,5/0,6 = 3125 kg/cm
n=
6000
= 1,92 digunakan 2 pasang.
3125
Gambar 3.5 Batang tarik disambung dengan alat sambung cincin belah Kreugers
3.6 Sambungan dengan Kokot Bulldog
Kekuatan kokot bulldog dapat dilihat pada Tabel 3.6 untuk kayu Bj = 0,5. Untuk
berat jenis lain harus diberi faktor pengali sebanding dengan berat jenisnya. Apabila
arah gaya membentuk sudut terhadap arah serat kayu maka kekuatan kokot bulldog
berkurang sebagai berikut.
P = P / / . ( 1 0,25 . sin ) ................................................................................... (3.3)
Cara memilih kokot bulldog tersebut dengan memperhatikan kayu minimum dan
tebal kayu muka minimum, serta diameter baut yang direncanakan.
17
Konstruksi Kayu
Contoh
Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu Damar
dengan Bj = 0,5. konstruksi terlindung dan beban tidak permanen. Diminta
menyambung batang tersebut dengan alat sambung Kokot Bulldog
Penyelesaian
= 1 , = 5/4
Kayu dengan Bj = 0,5
Sebagai plat sambung digunakan kayu ukuran 2 x 4/16
Ukuran kayu minimum = 4/16
Maka dipakai kokot Bulldog persegi 10 x 10 cm
(syarat kayu minimum pada lampiran-4 untuk kokot 10 x 10 cm adalah 3,81 /11,43 cm)
Dengan digunakan baut 5/8 , P = 1500 kg (Bj=0,5)
n=
6000
= 3,2 digunakan 4 kokot (2 pasang)
1500 . 5 / 4
kayu muka
= 11 cm
= 17 cm
Gambar 3.6 Batang tarik disambung dengan alat sambung Kokot Bulldog
18
Konstruksi Kayu
=1
= 5/4
5,5d = 7 cm
2d
= 2,54 cm < 7. .
7d
= 8,9 cm 10 cm
3d
= 3,8 cm 6 cm
2 = 4,9 cm
19
Konstruksi Kayu
Gambar 7
Gambar 3.7c Batang vertikal
Penyelesaian :
= 1, = , Kayu Mahoni lampiran I PKKI 1961.
Kelas kuat III
Sambungan golongan III, tampang dua, digunakan baut, digunakan baut 5/8 (= 1,59
cm) , = 90 ;
20
Konstruksi Kayu
= 60 . m . d . (1 0,60 . sin )
= 60 . 40. 1,59 . 0,4 = 534,24 kg
1050
= 1,97 digunakan 2 baut
234,24
Jarak-jarak baut
: 5d = 7,95 cm 8 cm
3d = 4,77
6 cm
2d = 11,13
12 cm
Soal 3
Sebuah batang ditarik berukuran 2 x 3/12 dari sebuah kuda-kuda menahan tarik
2,5 ton yang disebabkan oleh beban permanen + beban angin. Apabila batang tersebut
menggunakan kayu Meranti Merah, hitung dan rencana sambungan untuk batang
tersebut dengan alat sambung baut.
21
Konstruksi Kayu
= 5/4
= 60 . m . d = 60 . 3 . 0,95 = 271 kg
Pr
2500
= 5,8 digunakan 6 baut
427,5
Jarak-jarak baut
: 7d = 6,65 cm 12 cm
6d = 5,7
3d = 2,85
2d = 1,9
22
Konstruksi Kayu
Soal 4
Direncanakan kuda-kuda dari kayu dengan Bj = 0,6 Mutu b menahan beban seperti pada
gambar 14, gaya-gaya yang bekerja sudah termasuk berat sendiri, serta dihitung pada
beban tetap. Apabila tengah-tengah bentang CD serta titik buhul F terdapat sambungan
dengan alat sambung baut;
a. Rencanakanlah dimensi CD
b. Rencanakanlah dimensi FG
c. Hitung dan gambar sambungan pada batang CD
d. Hitung dan gambar sambungan pada titik buhul F
23
Konstruksi Kayu
MG = 0
(3 0,75 ) . 6-1,5 . 3 +
PCDy . 3 + PCDx . 1,5 = 0
PCDy . 3 + PCDx . 1,5 = -9
PCD
5
. 3+
2
. PCD . 1,5 = -9
5
PCD = -3,35 ton
32 1,52 = 3,35 m
Imim
= 1879, 769
b
335
= 115,92 = 4,2036
2,89
ds
3350 . 2,81
12 . h
ds // = 67, 5 kg/cm2
h 20.86 cm h
= 22 cm
b . h = 10 . 22
= 220 cm2
Dicoba dengan b = 12 cm
24
Konstruksi Kayu
335
= 96,6 = 2,81
2,89
ds
3350 . 2,81
12 . h
ds // = 67, 5 kg/cm2
h 11,6 cm h
b . h = 12 . 22
= 12 cm
= 144 cm2
P
tr //
Fnt
Fnt
4500
= 66,7 cm2
67,5
Fbr
66,7
= 83,4 cm2
0,80
3350
= 4,8 digunakan 6 baut.
693,55
2d = 2,54
3d = 2,81
25
Konstruksi Kayu
4500
= 6,5 digunakan 8 baut.
693,55
26
Konstruksi Kayu
BAB IV
SAMBUNGAN GIGI
4.1 Sambungan Gigi
Sambungan gigi berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya tekan. Sambungan
ini dapat dibuat dalam 3 (tiga) keadaan :
1. Gigi tegak lurus pada batang mendatar.
2. Gigi tegak lurus pada batang diagonal.
3. Gigi menurut garis pada sudut luar.
Kedalaman gigi (tv) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keadaan 1 :
tv =
S . cos
..................................................................................................... (4.1)
b .
Keadaan 2 :
tv =
S . cos
..................................................................................................... (4.2)
b .
Keadaan 3 :
tv =
S . cos 2 1 / 2 .
............................................................................................ (4.3)
b . 1 / 2 .
Dari ketiga keadaan tersebut yang paling banyak dan sering dipakai adalah
keadaan 3. Apabila 20 < < 60 maka untuk menghitung tv pada keadaan 3 dapat
menggunakan rumus praktis sebagai berikut:
Kayu kelas kuat I
: tv =
S
.....................................................................(4.4)
112 . b
Kayu jati
: tv =
S
........................................................................(4.5)
93 . b
S
........................................................................(4.6)
73 . b
S
........ .............................................................(4.7)
50 . b
Kayu kla-kuat IV
S
.....................................................................(4.8)
37 . b
: tv =
27
Konstruksi Kayu
H
. H = S . cos ...........................................................................(4.11)
b . //
lv 15 cm
Apabila terdapat tv atau lv yang terlalu besar sehingga tidak
memungkinkan untuk menyambung di tempat yang bersangkutan, maka ada
beberapa cara untuk mengatasinya :
1. Dipakai gigi rangkap.
2. Memperlebar batang-batang katu setempat
3. Mempertinggi batang-batang katu setempat
4. Mempergunakan kokot pada bidang takikan.
Keterangan dan gambar yang lebih jelas dapat langsung dilihat pada contoh
dan penyelesaian.
28
Konstruksi Kayu
tv = 4 cm , lv= 8 cm , b = 10 cm
tv =
// r =
S . cos
4 .10 . 57,29
, S1 =
= 2646, 11 kg
b . lv
cos 30
S . cos
12 .10 . 8
, S2 =
= 1154,7 kg
b . lv
cos 30
Soal 2
Pada sebuah titik buhul akhir batang yang merupakan kaki kuda-kuda meneruskan
gaya S = 4 ton (tekan). Konstruksi terlindung dan beban permanen. Kayu adalah
keruing, sedangkan ukuran-ukuran kayu adalan 10/14 baik untuk kaki kudakudanya maupun untuk batang tepi bawah. Diminta menyelesaikan titik buhul
tersebut dengan sambungan gigi menurut garis bagi sudut luar.
Penyelesaian
=1,=1
Kayu Keruing lampiran I PPKI 1961, kelas kuat II
ds // = 85 kg/cm2
ds = 25 kg/cm2
// = 12 kg/cm2
Kemiringan atap direncanakan 30, sehingga = 30
1/ 2. = 85 (85-25) . sin 15 = 69,47 kg/cm2
S
4000
=
= 5,5 cm > . h = . 14 = 3,5 cm
73 . b
73 . 10
29
Konstruksi Kayu
tv 2
3,5
=
= 0,04 cm
cos
cos 30
1778
= 2, 44 cm digunakan tv1 = tv2 1
73 .10
= 2,5 cm
S1 cos 2 1 / 2 .
b . tv1
= 12,83 cm lv1 15 cm
Lv2
S1. cos
4000. cos 30
=
b . //
10 .12
= 28,87 cm cm lv2 30 cm
o Dari gambar yang menentukan adalah lv1 = 15 cm
sehingga lv2 > 30 cm
30
Konstruksi Kayu
Soal 3
Pada sebuah titik buhul akhir batang yang merupakan
kaki kuda-kuda, batang D dan H masing-masing 8/12,
dengan sudut apit kedua batang =32,5, digunakan
kayu kelas kuat III, direncanakan pada beban tekan
sebesar S = 2,5 ton.
Penyelesaian
=1,=1
Kayu kelas kuat III, ds // = 60 kg/cm2
31
Konstruksi Kayu
ds = 15 kg/cm2
//
= 8 kg/cm2
tv2 > . h
= . 12 = 3 cm
digunakan tv2 = 3 cm
ts2 =
tv 2
3
=
= 3,56 cm
cos
cos 35,5
S
1479,85
=
= 3,7 cm > tv2 - 1 = 3 1 = 2 cm
50 . b
50 . 8
2500
= 6,25 cm
50 .8
> . h = 3 cm
Digunakan tv = 3cm
Sehigga perlu diperlebar kayu, b =
2500
= 16,67 cm
50 . 3
32
Konstruksi Kayu
S1 =
1/ 2. b . tv
2
cos 1 / 2 .
47,41.8.3
= 1234,51kg
cos2 16,25
S2
1898,24
=
= 21,97 kg/cm2 < 60 kg/cm2
Fnt 0,8 . 9 .12
P = 60 . m . d = 60 . 8 . 1,27 = 609, 6 kg
P = 120 . 1 . d = 120 . 4,5 . 1,27 = 685, 8 kg
P = 340 . d2 =340 . (1,27)2 = 548,39 kg
o Hubungan batang diagonal dengan plat sambung:
= 0 , S = 1898,24 kg
n=
1898,24
= 3,5 digunakan 4 baut.
548,39
1600,96
= 2,9 digunakan 3 baut.
548,39
o Kayu muka, lv =
S1 . cos ocos
=
b . //
8.8
= 16,27 cm 17 cm
o Jarak-jarak baut : 3,5d = 4,45 cm 5 cm
6d = 7,62
2d = 2,54
3d = 3,81
< 4,5 cm
33
Konstruksi Kayu
Gambar 4.3d Detail Sambungan Gigi pada Titik buhul akhir batang
c) Dengan mempertinggi batang
Jika digunakan gigi tunggal, tv =
2500
= 6,25
50.8
6,5 cm
2108,5
= 3,5 digunakan 4 kokot
600
34
Konstruksi Kayu
Gambar 4.3e Detail Sambungan Gigi pada Titik buhul akhir batang
35
Konstruksi Kayu
BAB V
SAMBUNGAN MOMEN
5.1 Plat Sambung di Atas dan Bawah
Dengan cara ini apabila balok mendukung beban sehingga terjadi momen
lentur, maka plat sambung yang berada di atas akan mengalami tegangan tekan
sedangkan yang ada di bawah akan mengalami tegangan tarik. Yang perlu
diperhatikan adalah bagian yang mengalami tegangan tarik, karena ada faktor
parlemahan (FP) akibat adanya alat sambung.
Tegangan tarik yang timbul akibat mendukung momen luar akan
menyebabkan timbul gaya sejajar serat kayu. Demikian juga tegangan tekan akan
menimbulkan gaya tekan. Dari pasangan gaya ini akan timbul kopel momen yang
selanjutnya disebut intern. Momen intern harus momen luar (momen ekstern)
atau momen dukung balok. Besarnya momen intern dihitung berdasarkan gaya
tarik yang timbul pada plat sambung yang mengalami tarikan. Jumlah alat
sambung yang dibutuhkan didasarkan atas besarnya momen luar atau besarnya
gaya tarik yang timbul akibat momen luar.
5.2 Plat Sambung di Samping
Luas penampang plat-plat sambung yang diletakkan di samping harus
luas penampang balok yang disambung. Hal ini dimaksudkan agar plat-plat
sambung tersebut mampu memberikan daya dukung momen yang momen yang
didukung balok di tempat sambungan.
Pada balok rangkap tidak diijinkan hanya menggunakan satu plat sambung
di antara dua bagian saja. Jadi berbeda dengan sambungan tarik. Penempatan alatalat sambung dibuat dalam 2 (dua) kelompok yang diberi jarak antara, sehingga
menimbulkan kopel momen yang mampu mengimbangi momen luar yang terjadi.
Besarnya momen kopel tersebut dihitung sbb.
M = 0,9 . n . P . e1 ..................................................................................... (5.1)
0,9 adalah faktor reduksi akibat tidak tepatnya letak titik berat kelompok alat
sambung
n
36
Konstruksi Kayu
jarak antara titk berat kedua kelompok alat sambung dari kedua separoh
sambungan.
(jarak titik berat alat-alat sambung di kiri dan di kanan)
Untuk kenyamana yang lebih besar, maka sambungan dapat direncanakan
berdasarkan momen maksimum yang mampu didukung oleh balok, walau pun
lebih besar dari pada momen yang terjadi di tempat sambungan.
Untuk sambungan balok yang mendukung momen disertai gaya tekan,
maka sambungan direncanakan berdasarkan momen maksimum yang mampu
didukung oleh balok. Dan selanjutnya perhitungan jumlah alat sambung hanya
didasarkan atas momen, karena pada dasarnya gaya tekan tidak perlu alat sambung,
hanya perlu pengikat saja.
5.3 Contoh Soal dan Pembahasan
Soal 1
Sebuah balok berukuran 18/28 mendukung momen di tempat sambungan sebesar
1,2 tm dan gaya lintang 0,4 ton. Jika lt = 100 kg/cm2 (kayu kelas kuat II), diminta
menyambung dengan baut dengan plat sambung di atas dan bawah. Beban
permanen dan konstruksi terlindung.
Penyelesaian
=1, =1
EP = 20% (baut)
Mmaksimum yang dapat didukung balok :
Mmaks
37
Konstruksi Kayu
Plat sambung diletakkan di atas dan bawah, sehingga gaya lintang pada sambungan
tidak menimbulkan gaya tarik/tekan tersendiri pada plat sambung melainkan hanya
menimbulkan momen yang tidak didukung balok dan mestinya sudah terhitung
dalam 1,2 tm.
Digunakan plat sambung 2 x 4/8,
Kayu kla-kuat II, tr // = 85 kg/cm2
Pada plat sambung bagian bawah, Fnt = 0,8 . 4 . 18 = 57,6cm2
Ptarik = Fnt . tr // = 57,6 . 85 = 4896 kg
Lengan momen kopel = 2 + 28 + 2 = 32 cm
Plat sambung dapat menghasikan momen kopel sebesar,
M = 4896 . 32 = 1,56672 tm > 1,2 tm
Gaya yang harus didukung oleh baut,
S=
1,2 .10 5
3750kg
32
Dipilih baut 5/8, kayu kelas kuat II, sambungan golongan dua, tampang satu
(hanya bagian bawah saja, sedangkan bagian atas/tekan hanya mengi-kuti), = 0 ,
P = 40 . 1 . d = 254,4 kg
P = 215 . d2 = 215 . (1,59)2 = 543,54 kg
n=
3750
= 14,7 digunakan 15 baut (bisa 3 baris)
254,4
Jarak-jarak baut :
7d = 11,13
cm 12 cm
6d = 9,5
10
3d = 4,8
2d = 3,2
4 + 5 + 5 + 4 = 18
38
Konstruksi Kayu
39
Konstruksi Kayu
Momen lentur disebabkan gaya yang tegak lurus arah serat tetapi pada alt
sambng paku tidak ada pengaruh penyimpangan arah gaya terhadap arah serat.
Jarak-jarak paku :
2d = 5,04 cm
10d = 4,2
5,5 cm
5
5d = 2,1
0,9 . P . n . e1
= Mmaks
0,9 . 77 . n . 10 = 14688
n
= 21,19
= 14,1
16 . P . 52 16 .10 2
=
10
52 10 2
14688 = 16 . P (
)
10
P
40
Konstruksi Kayu
Ptarik
= 14,4 . 75 =1080 kg
= 1 + 12 + 1 =14cm
14688
= 1049,1428 kg
14
1049.1428
= 30, 9 digunakan 32 paku
34
jarak-jarak paku :
12d = 3,36 cm
10d = 2,8
5d = 1,4
4 cm
3
1,6 cm (bisa 4 baris)
41
Konstruksi Kayu
Keterangan:
-
Susunan paku bisa dibuat dua kelompok dan diberi jarak antara agar
dapat mendukung momen tidak terduga.
Jumlah paku pada satu baris <10 batang sehingga kekuatan paku tidak
perlu dikurangi 10%.
Jumlah paku untuk plat sambung atas sebenarnya bisa dikurangi karena
merupakan sambungan tekan.
Soal 3
Balok kayu damar berukuran 8/18 mendukung momen M = 11000 kg cm dan gaya
lintang D = 70 kg. Hitunglah penyambungan balok tersebut dengan baut plat
sambung diletakkan di samping. Bj = 0,5. konstruksi tidak terlindung dan beban
permanen.
Penyelesaian
= 5/6 , = 1
Kayu damar dengan BJ = 0,5 , lt . r = 170 . 0,5 . 5/6 . 1
= 70,83 kg/cm2
Kelas kuat III, sambungan golongan III, tampang dua, arah gaya tegak lurus arah
serat,
42
Konstruksi Kayu
P = 60 . m . d . (1-0,6 . sin )
= 60 . 8 . 1,27 . 0,4 = 24, 84 kg
Jarak-jarak baut :
7d = 8,9 cm
10 cm
6d = 7,6
2d = 2,5
3d = 3,8
Bisa 4 baris
Diperkirakan jarak titik berat kelompok baut separoh sehubungan kiri dan kanan, e
= 100 cm,
Mtotal = M + . D . e = 11000 + . 70 . 100
= 145000 kg.cm
= Mtotal
0,9 . 203,2 . e1
= 14500
e1 = 9,9 cm < 2 x 6d
= 16 cm
10 2
] =12400
10
P1 = 155 kg
43
Konstruksi Kayu
Ptotal = 155 + 8,75 = 163,75 kg < Ptotal = 155 + 8,75 < Pr = 203,2 kg
Soal 4
Sebuah balok berukuran 2 x 6/16 dari kayu Damar. Konstruksi terlindung dan
beban permanen. Jika panjang balok 250 cm dan gaya tekan yang didukungnya P =
3 ton, hitunglah momen yang dapat didukung oleh balok itu disamping P tekan
tersebut. Kemudian sambunglah balok itu dengan pasak kayu bulat.
Lendutan balok diabaikan.
Penyelesaian
=1,=1
Kayu Damar, lampiran I PKKI 1961 kelas kuat III
= 75 kg/cm2
ds // = 60 kg/cm2
Balok direncanakan sbb.
ix = 0,289 h = 0,289 . 16 = 4,624
It = 2 . 1/12 . 16 . 62 + 2 . 6 . 16. 62 = 7488 cm4
Ig = 1/12 . 16 . 123 = 2304 cm2
Iy = . (7488 + 3 . 2304) = 3600 cm4
iy =
3600
= 4,3301 cm
2 . 6 .16
250
lk
=
= 57,754
i min 4,3301
total =
P .
Mmaks
+ .
tr //
Fbr
Wnt
3000 .1,66247 60
Mmaks
+
.
= 60
2 . 6 .16
75 0,70 .2 .1 / 6 .6 .16 2
Mmaks = 15507,1 kg .cm
44
Konstruksi Kayu
Untuk balok yang mendukung momen dan gaya tekan, sambungan direncanakan
berdasarkan Mmaks yang mampu didukung balok.
o Sambungan dengan pasak kayu bulat
Digunakan plat smbung 2 x 3/6,
Ukuran kayu minimum 3/16, dair lampiran-2 dicoba pasak dengan D = 6 cm,
h = 2,6 cm , h = 1,3 cm < 1,5 cm
(sebaiknya < h
Kayu muka
= 14 cm
= 14 cm
Kayu Damar, lampiran I PKKI 1961, Bj= 0,47 arah gaya tegak lurus arah
serat ,
Pr
Dicoba e1 = 14 cm,
0,9 . Pr . n . e1
= Mmaks
= 2,1
45
Konstruksi Kayu
BAB VI
BALOK SUSUN
6.1 Balok Susun dengan Pasak Kayu dan Kokot
Seringkali dimensi yang ada untuk balok tidak cukup tinggi seperti yang
dibutuhkan, sehingga beberapa balok harus disusun jadi satu. Pada balok-balok
susun tersebut akan timbul tegangan geser akibat gaya lintang pada bentang balok.
Apabila balok-balok tersebut tidak dilekatkan satu sama lain maka balok-balok
tersebut akan bergeser sehingga tidak satu kesatuan lagi.
Untuk melekatkan balok-balok susun tersebut dapat digunakan baut. Tetapi
karena menimbulkan gaya geser, maka pada bidang kontak antara balok-balok
susun harus diberi alat sambung yang mampu mendukung gaya tersebut Alat
sambung yang digunakan dapat berupa kokot/pasak disertai baut yang hanya
berfungsi untuk mengikat, atau bisa juga hanya digunakan serangkaian baut saja.
Alat-alat sambung tersebut dipasang merata di sepanjang bentang balok
yang jumlahnya pada tempat tertentu dapat lebih banyak atau jarak antaranya lebih
sesuai dengan besarnya gaya lintang yang bekerja di tempat tersebut. Penempatan
alat sambung kokot/pasak dapat dilakukan secara grafis dengan bantuan bidang
momen (bidang M) maupun bidang gaya lintang (bidang D).
Dalam menghitung kekuatan dukung balok terhadap momen maupun
lendutan diberi faktor reduksi untuk perhitungan momen lembam (I) tahanan
momen (W) sesuai dengan PKKI 1961 ps.12.2.
Perhitungan jumlah alat sambung yang digunakan serta cara penempatannya
dapat dilihat pada contoh soal dan penyelesaian.
6.2 Balok Susun dengan Paku
Balok susun dengan alat sambung paku, dapat berbentuk balok I dengan
kampuh mendatar maupun balok pipa dengan kampuh tegak, atau sebaliknya. Yang
dimaksod dengan kampuft adalaft bidang kontak antara papan tempat awal paku
masuk kampuh mendatar faktor sebesar 0,8 sedangkan untuk kampuh tegak 0,9.
Karena maka diperhatikan tebal kayu muka/tempat awal paku masuk dalam
merencanakan dimensi balok. Selain itu berlaku. Penempatan paku dapat dilakukan
dengan membagi bentangan balok menjadi beberapa bagian lergantung bidang D-
46
Konstruksi Kayu
nya. Hal ini untuk menghindari penempatan paku yang banyak pada gaya lintang
yang kecil dan sebaliknya. Apabila pada tempat dengan gaya lintang yang terlalu
kecii atau nol sehingga dibutuhkan paku yang sangat sedikit, maka paku tersebut
dipasang berdasarkan jarak antara maksinaum 7.ho (ho = tebal byu muka/tempat
awal paku masuk).
6.3 Balok Susun dengan Papan Badan Miring
Balok susun ini juga dapat berbentuk balok pipa dan balok I. Dalam
menghitung kekuatan balok mandukung momen dan lendulan, sebaiknya momen
lembam papan badan miring tidak diperhitungkan supaya memberikan keamanan
yang lebih besar.
Pemasangan papan-papan badan dibuat sedemikian rupa sehingga papanpapan lersebut mendukung gaya tarik. Karena gaya tarik tidak dibahayakan adanya
faktor tekuk.
Untuk hubungan setiap papan badan dengan bagian flens minimal harus ada
4 (empat) batang paku. Begitu juga dengan batang pengaku.
Batang pengaku pada setiap jarak tertentu yang biasanya sebesar tinggi
balok yang bersangkutan. Tinggi balok dapat direncanakan 1/8-1/12 L (L = panjang
benlang balok).
Untuk setiap hubungan papan badan dengan flens dibutuhkan.paku yaitu
untuk balok berbentuk pipa:
n=
b b . D .Ss
....................................................................................... (6.1)
2 . I .sin . cos . P
bb
tergantung pada gaya tarik yang dialami flens bawah dan gaya tekan pada flens atas
(bagian tarikan dan bagian tekanan), juga kekuatan balok terhadap lentur serta
lendutan yang diijinkan.
47
Konstruksi Kayu
Untuk balok terbentuk I jumlah paku pada setiap hubungan papan badan
dengan flens:
n=
D .Ss . b b
................................................................................................. (6.2)
2 . I .cos . P
// = 8 kg/cm2
PKKI 1961 ps. 12.2 untuk balok susun 3 bagian, konstruksi terlindung :
Wnt
In
= 0,3 . 1/12 . b . h3
4,5 . 10 5
Wnt = 2,4 . h =
= 6000
75
2
h2 = 2500 ,
h = 50 cm
48
Konstruksi Kayu
E = 8000 kg/cm2
D = . P = 2000 kg
Kontrol lendutan :
f ijin = 1/300 . 1 = 1,5 cm
1 P .13
4000 . (450) 3
fmaks =
.
=
= 1,34 cm
48 E .In 48.80000 .0,3. 236196
< 1,5 cm
3
D
3 300
.
= .
= 3,1 kg/cm2
2
b.h
2 18 . 54
< // = 8 kg/cm2
Ss = 18 . 18 . 18 = 5832 cm2
D .S 20010 . 5832
=
b. I
18. 236196
= 2,74 kg/cm2
Ditinjau setengah bentangan :
Gambar 6.4c Bidang gaya lintang
Gaya geser yang didukut kokot,
L = . l . . b = . 2,74 . 18 = 11097 kg
Ukuran kayu terkecil 18/18, dipilih kokot persegi 13 x 13 cm dengan baut P = 1,7
ton.
Jarak kayu muka = 15 cm
Jarak antar baut = 23 cm
Kayu Damar, lampiran I PKKI 1961, Bj-rata-rata = 0,5
tidak ada koreksi Bj, =
= 1, Pr = 1,7 ton,
49
Konstruksi Kayu
n=
11097
= 6,5 digunakan 7 kokot.
1700
Karena bidang D sama untuk seluruh bentang d, maka jarak-jarak antar baut sama.
Penempatan kokot dengan bantuan bidang M (dengan skala) :
1 / 2 . 450 30
=32,5 cm > 23 cm (OK)
6
50
Konstruksi Kayu
51
Konstruksi Kayu
Soal 2
Balok seperti pada gambar 32. b = 18 cm ,
h = 2 x 20 cm.
=130 kg/cm2
ds // = 110 kg/cm2
//
= 15 kg/cm2
20 kg/cm2
maks =
=
3
D
.
2 b.h
3
2000
.
= 4,17 kg/cm2
2 18 , 40
52
Konstruksi Kayu
Lds = n . t . b
n . t = 102,35/18 = 5,7 cm
diambil t =2 cm, n = 2,9 3 pasak
a = 5t = 10 cm (10 a 15 cm)
L
11259
=
= 20,85 kg/cm2
n .a . b
3 .10 .18
= 10,4 cm digunakan a = 11 cm
jarak antar ujung pasak (kontrol tegangan geser pada batang asli),
Lgsr = n . a1 . b = L/ //
3 . a1 . 18 = 11259/15
a1 = 13,9 cm
a =11 cm
t
= 2 cm
a1 13,9 cm
Penempatan pasak dengan bantuan bidang M :
a1 = 25,5 - . a
= 25,5 .11
= 2 cm > 13,9 cm (OK)
a1= 49,5 a = 49,5 11
= 38,5 cm > 13,9 cm (OK)
Gambar 6.4h Penempatan pasak dengan bantuan bidang M
53
Konstruksi Kayu
Pemasangan pasak untuk bagian DB = bagian AC. Pada soal ini hanya diminta
menyusun balok tersebut dengan pasak. Jadi tidak perlu kontrol dengan lentur balok
maupun lendutan balok, karena dimensi balok sudah ditentukan dan tidak disyaratkan
dapat diubah.
54
Konstruksi Kayu
Soal 3
Sebuah balok susun untuk kosntruksi gelagar jembatan berukuran 1 x 15/25 dan
2 x 15/10 dari kayu ber-Bj = 0,62. Alat penyusun yang dipakai adalah kokot Bulldog
persegi 4 x 4 dengan baut 5/8. Apabila bentang jembatan 6 m, serta dihitung pada
beban permanen,
a. hitung q maksimum dalam t/m yang masih aman dapat ditahan oleh balok
susun tersebut, apabila berat sendiri diabaikan, serta lendutan yang diijinkan
12 mm.
(q = beban terbagi rata)
b. hitung dan gambar penempatan kokot Bulldog dengan skala yang baik.
55
Konstruksi Kayu
5
q .l4
.
384 E . Int
5
q . 600 4
.
384
100000 . 34171,875
= 0,243 t/m
q maksimal yang masih aman = 0,243t/m
P = 1,5 ton
Jarak kayu muka = 11 cm
Jarak antar baut = 17 cm
Bj= 0,62 . = 5/6 , = 1.,
Pr = 1,5 . 0,62/0,5 . 5/8 = 1,55 ton
Ditinjau dari segi bentang :
Ss = 10 . 15 . 17,5 = 2625 cm3
I = 1/12 . 15 . 453 = 113906, 25 cm4
D = . q . 1 = . 0,243 . 6
= 0, 729 ton
b = 15 cm
=
D .S
D .S
=
b.I
b. I
=..1..b
= . 600 . 1,12 . 15 = 2520 kg
56
Konstruksi Kayu
L
= 1,6 digunakan 2 kokot
Pr
-ok-
-ok-
57
Konstruksi Kayu
58
Konstruksi Kayu
fmaks =
D
. D = . q . 1 = . 13 . 450
b.h
maks =
= 2925 kg
3
2925
.
= 5,96 kg/cm2 < // r = 10 kg / cm2
2 16 . 46
maks =
n . t . 16
n.t
L
ds // r
L
ds // r
= 9,466 cm
= 2,4 cm
= 5t = 12 cm
= 108,33 kg/cm2
// r
= 20 . 5/6
= 16,67 kg/cm2
10728
4 .12 .16
59
Konstruksi Kayu
4 . a1 . 16
a1
L
// r
10728
10
Pada gambar 43 :
a1 = 32,5 a
= 32,5 12
= 20,5 cm
> 16,7652 cm (OK)
60
Konstruksi Kayu
Soal 4
P .a 2 . b 2
1
.L
3.E. I.L
300
P. a.b
2. 6
=
. P = 1,5 . P kg . m
L
8
= lt . r . Wr
150 . P
= 125 .
fijin
71253,333 . 0,9
P1 = 2672 kg
20
61
Konstruksi Kayu
P.a 2 . b 2
3. E . Ir . L
fmaks
= fC =
2,667
P . 200 2 . 600 2
=
3 . 100000 .0,9 . 71253,333 . 800
Dmaks
// r
D maks . S
b.I
, S = 2 . 5 . 12 . 14 + 4 . 20 . 10
= 2480 cm3
Dmaks
= 0,75 . P =
15 . 4 . 71253,3333
2480
P3 = 2298,4946 kg
P maksimal yang diijinkan = 2298,4946 kg
b) Untuk penempatan paku, bentangan dibagi 2 bagian,
Bagian I, D = 0,75 . P = 1723,871 kg
Bagian II, D = 0,25 . P = 574,624 kg
SS = 2 . 5 . 12 . 14 = 1680 cm3
1 . b1 =
D1 . Ss
I
L1 = 1 . b1 . a
2 . b1 =
D 2 . Ss
I
LII = 2 . b1 . b
1723, 871.1680
= 40,6452 kg/cm
71253, 333
574,624 . 1680
= 13,5484 kg/cm
71253, 333
Kayu muka = 5 cm > 4 cm tidak bisa digunakan, dipilih paku dengan panjang
1= 5+4+3d
41/2 BWG 6 (52/114), lp = 11,4 cm
l = 5 + 4 + 3 . 0,52 = 10,56 cm lp = < lp = 11,4 cm (OK)
Bj = 0,5, (dari Tabel) Tk = 125 kg/cm2 , l = 5 cm > 7d = 3,64 cm
62
Konstruksi Kayu
o Bagian I
n=
8129
= 54,97 digunakan 56 paku.
147,875
6,5 cm
o Bagian II :
n = 56 paku, masing-masing kanan-kiri 28 paku.
Jarak yang dibutuhkan : 152,88 cm < 600 cm (OK)
Dipasang: 12d = 9,75 cm
10d = 21,5 cm < 7 . ho = 7 . 5 = 35 cm (OK)
63
Konstruksi Kayu
Soal 5
// = 20 . 0,6 kg/cm2
a) Letak garis netral potongan :
ya =
20 . 4 . 2 20 . 5 . 14
= 8,6667 cm
20 . 4 20 .5
yb = 15,33333 cm
Ign = 1/12 . 20 . 43 + 20 . 4 . (6,6667)2 + 1/12 . 5 . 203 + 5 . 20 . (5,3333)2
= 9840 cm4
W = Ign/yb
Kampuh mendatar, Wr =
0,8 . 9840
= 513,3924 cm3
15,3333
= 3,2325 kg/cm
fijin
64
Konstruksi Kayu
fmaks
= fB =
q . l4
8 . E . Ir
q .180 4
0,6 =
8 . 100000 . 0,8 . 9840
fmaks
= fijin =
q2
= 3,5994 kg/cm
maks
Dmaks . S
b.I
Dmaks = q . l
maks
= // 12 =
q3
= 5,5803 kg/cm
q . l . 587,7801
5 . 9840
b) Ss
.b =
= 31,5367 kg/cm
L = . l . . b = . 180 . 31,5367 = 2838,303 kg
Kayu muka = 4 cm, dipilih paku 4 BWG 8 (42/102)
lp = 10,2 cm > 2,5 . l = 10 cm,
n=
Bj = 0,6 P =92 kg
2838,303
= 30,85 digunakan 31 paku
92
karena gaya lintang di sepanjang bentang tidak sama, maka penempatan paku
dibagi dalam beberapa bagian.
Disini dibagi dalam 3 bagian :
bagian I
bagian II
: 3/9 . 31 = 10,3
bagian III
: 1/9 . 31 = 3,4
11
4
(jumlah paku pada masing-masing bagian dengan sesuai dengan luas diagram gaya
lintang pada masing-masing bagian berat tersebut).
Daerah yang dibutuhkan untuk penempatan paku :
65
Konstruksi Kayu
bagian I :
l = 60 cm , n = 18
jika digunakan satu baris paku,
17 . 10d + 2 . 12d = 81,48 cm > 60 cm
Maka harus ditambah dengan pemaku,
Digunakan papan 2 x 4/20 , sehingga bisa dibuat 3 baris.
n = 18/3 = 6 paku/baris,
5 . 10d + 2 . 12d = 31,1 cm < 60 cm
-ok-
Bagian II :
l = 60 cm, n = 4 < 11 (bagian II)
untuk sebagian I, hubungan papan pemaku dengan badan dihitung sebagai balok
susun dengan kampuh tegak.
ya
4 . 20 . 2 13. 20 . 14
4 . 20 13 . 20
= 11,1765 cm
yb
= 12,8235 cm
Ss
= 2 . 4 . 20 (12,8235-10)
= 451, 76 cm3
1 . b =
2 . b =
D1 . Ss
I
D 2 . Ss
I
581,85 . 451,76
= 14,95 kg/cm
17582,7451
387,9 . 451,76
= 9,97 kg/cm
17582,7451
L = . LI . (1 . b + 2 . b)
= . 60 . (14,95 + 9,97) = 747,6 kg
66
Konstruksi Kayu
n=
747,6
= 8,1 digunakan 12 paku, masing-masing kiri-kanan
92
c) Lendutan di B = fB =
q . l4
3,2325 . 180 4
=
8 . E .I
8 . 100000 .9840
67
Konstruksi Kayu
Soal 6
=1
lt . r
// r
ds r = 30 . 5/6 = 25 kg/cm2
lt . r
Mmaks
I
Mmaks
,W=
=
W
1/ 2 . H
lt . r
240000
40 . H 2 800 . H 5333,3333
=
108,3333
1/ 2 . H
68
Konstruksi Kayu
q . l4
2 . 200 4
4000
=
=
8. E . I
8 . 100000 . I
I
P . l3
1000 . 2003
26666,6667
=
=
3 . E . I 3 . 100000 . I
I
akibat P
fmaks total
fmaks total
= fijin
30666,667
I
= 0,5
30666,667
I
Mmaks
240000
=
z
H 10
tr // r =
Ptr
240000
, Ptr =
= 91,6667 . 0,9 . 8 . 10
Fnt
H 10
H3 = 46,3636 cm
Dmaks = P + q . l = 1000 + 2 . 200 = 1400 kg
// r =
Dmaks . S
,
b.I
S = 8 . 10 . (1/2 . H 5)
= 40 . (H-10)
I
Dmaks
1400
=
=
= 18,6667 cm
S
// r . b 12,5 . 6
I 40 . H 2 800 . H 5333,3333
=
= 18,6667
S
40 . (H 10)
69
Konstruksi Kayu
H2 38,6667 . H + 320 = 0
H4 = 26,6667 cm
H yang ekonomis dan aman adalah 48,7298 cm digunakan H = 50 cm.
b) I = 40 . (50)2 - 800 . 50 + 5333,3333 = 65333,3333 cm4
S = 40 . (50 10) = 1600 cm3
bb = 15 cm
= 45
Akibat P :
Dmaks = P = 1000 kg
n=
b b . Dmaks . S
I . Pr
15 . 1000 . 1600
= 4,7
65333,3333 . 78,3333
digunakan 5 paku untuk setiap hubungan antara flens dengan papan badan di
sepanjang bentang.
Akibat q :
15 . 1000 . 1600
= 4,7
65333,3333 . 78,3333
digunakan 2 paku untuk setiap hubungan atara flens dengan papan badan sesuai
dengan gaya lintang masing-masing.
Akibat, penempatan jumlah paku dibagi dalam 2 bagian masing dibatasi oleh
batang-batang vertikal.
bagian I
bagian II
D
.2=1
Dmaks
70
Konstruksi Kayu
Jumlah total paku untuk setiap hubungan papan badan dengan flens:
Bagian I
: n = 2 + 2 = 7 paku
Bagian II : n = 5 + 1 = 6 paku
Dimensi vertikal :
Dmaks = 1400 kg,
Batang vertikal direncanakan sama dimensinya, karena gaya lintang maksimum dan
minimum hanya berselisih sedikit, digunakan kayu 8/8,
ds =
140
= 21,875 kg/cm2 < ds r = 25 kg/cm2 (OK)
8 .8
71
Konstruksi Kayu
72
Konstruksi Kayu
Soal 7
73
Konstruksi Kayu
Penyelesaian:
=1, =1
Kayu Bj = 0,63 kayu kelas kuat II, E= 100000 kg/cm2
= 170 . 0,63 =
107,1 kg/cm2
ds // = 150 . 0,63 =
94,5 kg/cm2
ds = 40 . 0,63 =
25,2 kg/cm2
// r
12,6 kg/cm2
lt
= 20 . 0,63 =
0,8 . I
0,8 . 123250
=
= 3944 cm3
1/ 2. H
25
lt =
Wmaks 429000
=
= 108,77 kg/cm2
Wr
3944
lt =
403000
= 102,18 kg/cm2 < lt = 107,1 kg/cm2
3944
Dmaks = P = 1550 kg
=
D.S
,
b.I
S = 5 . 19 . 22,5 + 5 . 20 . 10
= 3137,5 cm3
1550 . 3137,5
= 7,89 kg/cm2 < // = 12,6 kg/cm2 (OK)
5 . 123250
74
Konstruksi Kayu
fmaks =
D . l3
1550 . (260) 3
=
3 . E . Ir
3 . 100000 . 0,8 . 123250
D . L3
= fijin = 0,80
3 . E . Ir
L3
= 242,96 cm
Kontrol :
lt
1650 . 242,96
= 101,64 kg /cm2
3944
< lt = 107,1 kg/cm2
1650 . 242,96
= 8,4 kg/cm2
5 . 123250
< // = 12,6 kg/cm2
l=
1/ 3 . P . l3
E . f ijin
1 / 3 . 1550 . 260 3
= 113511,6667 cm4
0,80 . 100000
(tidak ada reduksi untuk kampuh karena papan badan miring), setelah beberapa kali,
dicoba ukuran flens 12/14, momen lemban bagian badan diabaikan, papan badan
diambil ukuran 3/12,
75
Konstruksi Kayu
S = 12 . 14 . 18 = 3024 cm3
Gambar 6.4w Dimensi balok I
Kontrol :
lt =
1550 . 260
= 11194,4444 kg
7 22 7
tr =
11149,4444
74,04 kg/cm2 < tr // = 94,5 kg/cm2
0,9 . 12 14
(OK)
fmaks =
1 / 3 . 1550 . 260 3
= 0,7941 cm
100000 . 114352
1550 . 3024
= 10,25 kg/cm2
4 . 114352
(OK)
= 2 x12/14
b b . Dmaks . Ss
2 . I . sin . cos . P
76
Konstruksi Kayu
I = 1145352 cm4
bb = 14 cm
Dmaks = 1550 kg
= 45
Ss = 3024 cm
14 . 1550 . 3024
= 11,25 digunakan 12 paku
1142352 . 51
(jumlah paku cukup banyak, tetapi karena tinggi flens dan papan badan-nya sudah
direncanakan cukup lebar, maka daerah yang tersedia untuk penempatan paku
cukup).
Ukuran batang vertikal :
D = 1550 kg (sama untuk sepanjang bentang)
Digunakan ukuran 6/12, ds =
1550
= 21,53 kg/cm2
6 . 12
77
Konstruksi Kayu
DAFTAR PUSTAKA
78