Oleh:
Rizky Dimastyanto
072 11 100
TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
Kristalisasi Magma
Komponen SiO2 tidak selalu berarti fase padat/mineral kuarsa. Ada 6 bentuk/fase
padat/mineral dari komponen SiO2 yaitu kuarsa alfa, kuarsa beta, tridmit, kristobalit, coesite
dan stishovite. Adanya lebih dari satu bentuk dalam suatu komponen ini disebut sebagai
polimorf. Semua polimorf SiO2 memperlihatkan daerah kestabilan (daerah divariant), yaitu
area berkumpulnya satu fasa. Batas fasa yang menunjukkan daerah limit stabilitas dari tiaptiap mineral dinamakan kurva univarian. Sedangkan perpotongan batas fasa disebut titik
invariant (tidak aka nada perubahan tekanan dan temperatur selama tidak ada penghilangan
fasa).
Kondisi kesetimbangan berlaku ketika sistem berada dalam energy pembentukan
terkecil (komponen SiO2 sebagai padatan). Bila terjadi gangguan seperti perubahan drastis PT, SiO2 dapat terbentuk dalam berbagai fasa seperti polimomorf tekanan tinggi shishovite
atau gelas. Bila kondisi itu terjadi maka sistem tidak setimbang dan tidak dapat digambarkan
dengan diagram fasa. Sistem dikatakan metastabil apabila energi pembentukan bukan yang
terkecil tetapi proses pembentukan tetap terus berlangsung.
J Williard Gibbs mengajukan suatu aturan yang selanjutnya disebut sebagai hukum
fasa, yang menunjukkan hubungan umum antara fasa, komponen, tekanan, dan temperatur.
Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan:
F=cp+2
Keterangan: F = derajat kebebasan (jumlah variable minimum untuk mengubah fasa)
c = jumlah komponen
p = jumlah fasa
Pada kondisi tekanan yang tetap (isobaric), maka persamaan hukum fasa menjadi:
F=cp+1
Evolusi Magma
Evolusi Magma
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai
berikut.
a. Hibridasi (pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang
berlainan jenisnya)
b. Sinteksis (pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
samping)
c. Anateksis (proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang snagat besar)
Perubahan magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi massa
batuan beku dengan komposisi yang bervariasi disebut diferensiasi magmatik. Proses-proses
diferensiasi magmatic meliputi sebagai berikut.
Fraksinasi Kristal
Kristalisasi fraksinasi adalah proses diferensiasi magmatic yang menyertai kegagalan
awal pembentukan kristal untuk bereaksi terhadap lelehan yang tersisa. Kristalisasi fraksinasi
diasumsikan terjadi ketika seluruh padatan kristal dengan segera terpisah dari magma oleh
berbagai macam proses.
Mekanisme yang sering terjadi adalah pengendapan oleh gravitasi, dimana kristal
dengan massa jenis yang lebih tinggi akan tenggelam di bawah magma yang massa jenisnya
lebih rendah. Beberapa kejadian juga menunjukkan kristal dengan massa jenis yang lebih
rendah dari magma akan bergerak melayang ke atas magma (crystal flotation).
Gravitational settling
Inward crystallization
Liquid Immiscibility
Larutan magma yang memiliki suhu dan tekanan tinggi, pada suhu rendah akan pecah
menjadi fraksi larutan yang masing-masing membeku membentuk batuan yang heterogen.
Vesiculation
Proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO, SO, S, Cl, dan HO
sewaktu naik ke permukaan membentuk gelembung-gelembung gas dan membawa serta
komponen volatile sodium (Na) dan potassium (K).
Asimilasi Magma
Proses ini dapat terjadi pada saat materian asing dalam tubuh magma seperti adanya
batuan disekitar magma yang kemudian bercampur, meleleh dan bereaksi dengan magma
induk dan kemudian akan mengubah komposisi magma.
Dalam proses asimilasi, terkadang batuan-batuan yang ada di sekitar magma chamber
yang kemudian masuk ke dalam magma membeku sebagai satu bentuk inklusi batuan yang
disebut dengan xenoliths. Namun bentukan inklusi ini juga dapat terbentuk sebagai suatu
inklusi Kristal yang disebut dengan xenocryst.