Kelas H Kelompok 4 :
Istiqomah
135040201111212
135040201111202
Wiwin Pratiwi
135040201111226
135040201111262
135040201111269
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja merupakan kegiatan bagi manusia. Melalui kerja manusia mengekspresikan
dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih mengenal siapa dia sebenarnya. Oleh karena
itu, kerja bukanlah sekedar untuk mendapat upah atau gaji, jabatan atau kekuasaan, dan
berbagai maksud-maksud lainnya.
Dalam melalui kerja,manusia mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang
disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun, pantang menyerah, punya visi, dan sebagainya atau
sebaliknya, tidak disiplin, tidak bisa dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak bertanggung
jawab, dan sebagainya. Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus
pelatihan diri untuk menjadi semakin baik.
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami etika yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai
sebagai seorang profesional. Terutama lebih ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip
ethos kerja, menggunakan atau mengelola waku dengan baik dan efisien, melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya
organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja, dan
meningkatkan profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan yang ada di
masyarakat, yang telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam dunia kerja atau
profesi.
Oleh karenanya akan dibahas lebih mendalam pada makalah ini demi peningkatan
pengetahuan untuk kualitas bekerja serta mengetahui prinsip etika secara lanjut didalam
dunia kerja.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mengetahui tetang sikap prilaku baik dan buruk dalam dunia kerja,memahami
etika yang mendukung dalam profesi,sehingga dapat mengembangkan diri dibidang profesi.
1.3 Manfaaat
Mahasiswa mampu mengatur dirinya dalam menjalankan profesinya untuk menyongsong
dunia kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Profesi
2.1.1 Etika
Kata ethos merupakan salah satu kata dari bahasa Yunani kuno yang merupakan asal
usul dari kata etika dan etis. Dalam concise oxford dictionary (1974) ethos disifatkan
sebagai characteristic spirit of community, people or system, atau suasana khas yang
menandai suatu kelompok, bangsa atau sistem. Dengan demikian, ethos kerja atau etika
profesi menunjuk kepada suasana khas yang menandai kerja atau profesi.
Menurut Sumaryono (1995) Etika adalah study tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai
manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu etika juga dikembangkan
menjadi study tentang kebenaran dan ketidak benaran berdasarkan kodrat manusia yang
diwujudkan melalui kehendak manusia.
Dalam buku Bahan Diskusi Customer Service Group (CSG) dan Allround Teller (ART)
yang diterbitkan oleh Urusan Operasional Kantor Pusat BRI, menjelaskan bahwa etiket
adalah ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak manusia yang berkaitan
dengan :
a.
Sikap dan perilaku,yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam
menghadapi suatu situasi.
b.
Ekspresi wajah,yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam
menghadapi suatu situasi, misalnya dalam melayani tamu.
c.
Penampilan,yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri,
misalnya : cara duduk, cara cara berdiri dengan wajar dan tidak dibuat-buat.
d.
Cara berpakaian,yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam
mengenakan pakaian, baik menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian
model yang tidak menyolok dan lain-lain.
e.
Cara berbicara,yaitu tata cara atau sopan santun anda dalam berbicara baik
secara langsung maupun tidak langsung.
f.
Gerak-gerik,yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara
langsung berhadapan dengan tamu.
Etika sendiri adalah suatu refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena
segala sesuatu yang dibuat dan diterapkan merupakan suatu kebiasaan dan tanpa paksaan
untuk kepentingan individu/kelompok itu sendiri. Dapat disebut juga sebagai filsafat moral
yang berbicara tentang tindakan manusia.
Etika tidak mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini
ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma
agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan,
norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati dan norma sopan
santun berasal dari kehidupan sehari-hari.
Kata moral meliki arti terminologis sama dengan etika, yakni nilai-nilai dan normanorma yang menjadi pegangan bagi seseorang dan sekelompok orang yang sedang mengatur
tingkah lakunya, jika kita mengatakan misalnya, perbuatan seseorang itu tidak bermoral, itu
dimaksudkan bahwa kita menganggap perbuatan seseorang tersebut melanggar nilai-nilai dan
norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Moral juga berarti tingkah laku dan moral itu
sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu moral baik dan moral jahat. Moral baik ialah segala
tingkah laku yang bernilai baik, sedangkan moral jelek ialah tingkah laku yang bernilai
jelek. Etika berkaitan erat dengan moral karena pada dasarnya moral adalah tingkah laku
yang telah diatur atau ditentukan oleh etika.
2.1.2 Profesi
Profesi memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki kode etik,
khusus untuk bidang profesi tersebut. Sedangkan profesi menurut De George adalah
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian.
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris Profess, yang
bermakna janji untuk memenuhi kewajiban melakuakan suatu tugas khusus secara
tetap. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi, kode etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi,
karena profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya.
Sebuah profesi terdiri dari sekelompok terbatas dari orang-orang yang memiliki keahlian
khusus dan dengan keahlian tersebut mereka dapat berfungi di dalam masyarakat jauh lebih
baik jika dibandingkan warga masyarakat lain pada umumnya, atau dalam arti yang lain,
sebuah profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan dimana orang yang menyandangnya
memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus yang diperolehnya dari training atau
pengalaman lain atau bahkan diperoleh dari keduanya, sehingga penyandang profesi dapat
memberi nasihat/saran, juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.
Antara pekerjaan dan profesi terdapat kaitan yang erat. Profesi merupakan pekerjaan
yang ditekuni oleh seseorang. Namun tidak semua pekerjaan dapat digolongkan sebagai
profesi, karena hal yang dikerjakan, yang digolongkan sebagai profesi, memiliki kekhususan.
1. Pekerjaan sebagai profesi
Kerja atau pekerjaan meliputi bidang yang sangat luas, dan tidak hanya terbatas pada
bidang-bidang tertentu. Tidak semua pekerjaan dapat digolongkan sebagai profesi. Hanya
pekerjaan tertentu, yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup
dan yang mengandalkan suatu keahlian yang dapat disebut sebagai profesi. Seorang
profesional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu, dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang tinggi.
2. Profesi umum dan profesi khusus
Hal utama yang membedakan suatu profesi khusus dari profesi pada umumnya adalah
tekanan utamanya pada pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat. Orang yang
menjalankan suatu profesi luhur atau profesi khusus juga membutuhkan nafkah hidup yang
didapatkan dari kegiatan menjalankan profesi tersebut. Akan tetapi sasaran utamanya adalah
untuk mengabdi dan melayani masyarakat. Pelayanan dan pengabdian itu diberikan bahkan
dijalani sebagai suatu panggilan dari Allah atau Tuhan, yang memanggil dan menugaskan
mereka untuk menyampaikan kasih kepada yang membutuhkan.
2.2 Macam-Macam Etika dalam Bekerja
2.2.1 Etika komunikasi
A. Pengertian
Komunikasi merupakan terjemahan kata communication yang berarti perhubungan atau
perkabaran. Communicate berarti memberitahukan atau berhubungan. Secara etimologis,
komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dengan kata dasar communis yang
berarti sama. Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu
(pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media.
Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak
penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga
tidak terjadi salah persepsi.
B. Unsur Unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur
komunikasi, antara lain:
1. Komunikator : Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan
menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena
merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi
2. Komunikan
:Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian
memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3. Media :Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana
berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan,
gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4. Pesan :Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator
kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh
terhadap kesinambungan komunikasi.
5. Tanggapan : Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan
pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan
pesan yang diterima.
C. Fungsi Dan Manfaat Komunikasi
Dengan berkomunikasi manusia dapat saling pengertian dengan orang lain karena
komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:
1. Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan
maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2 Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia
pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3. Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi
pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.
4. Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator
dan komunikan.
5. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial,
barang dan jasa.
6.
Fungsi dawah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan
bersama.
Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di
antaranya adalah:
1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan
yang dimaksudkan.
2. Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu
permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau
jamaah.
4. Aktivitas di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan
penuh kedamaian.
D. Pedoman Dalam Berkomunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik tanpa menimbulkan perasaan negatif. Ada beberapa pedoman untuk
menjalin komunikasi yang baik, yaitu antara lain:
1. Berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai Agama.
2. Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.
3. Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.
4. Komunikasi secara tatap muka adalah bentuk komunikasi yang paling efektif.
5. Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus emosi.
6. Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang terbuka
untuk ditafsirkan.
7. Semakin banyak orang yang terlibat, komunikasi semakin kompleks.
8. Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.
9. Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan.
10.Orang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang diharapkannya.
E. Sikap Dalam Berkomunikasi
Ada beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam berkomunikasi,
khususnya komunikasi verbal, yaitu antara lain:
1. Berorientasi pada kebenaran (truth).
2. Tulus (sincerity).
3. Ramah (friendship).
4. Kesungguhan (Seriousness).
5. Ketenangan (poise).
6. Percaya diri (self convidence).
- Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi
kiri)
- Dan lain sebagainya.
2.2.2 Etika Diri
A. Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain.Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang
Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri
individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut berkepribadian pemalu.
Kepada orang supel diberikan atribut berkepribadian supel dan kepada orang yang plinplan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut tidak punya kepribadian.
Kepribadian menurut psikologi
Berdasarkan penjelasan Gordon Allport tersebut kita dapat melihat bahwa
kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan
suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat
berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan
mengalami perubahan.
Teori kepribadian psikodinamika :
Teori psikodinamika berfokus pada pergerakan energi psikologis di dalam manusia,
dalam bentuk kelekatan, konflik, dan motivasi.
Teori Freud :
Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego,
dan superego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara
ketiga sistem tersebut.
B. Faktor-faktor penentu kepribadian
a) Faktor Keturunan,Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu.
Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks,
tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya
dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang
tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis
bawaan dari individu.
b) Faktor Lingkungan, Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruhpengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.
C. Sifat-Sifat Kepribadian
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya
untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan
perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang
individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristikkarakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat
kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar
karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu
proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu
keputusan pengembangan karier.
a) Karakteristik kepribadian yang sehat
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong,
angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi
atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan
frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi
situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif
(merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat
fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa
nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk
menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki
sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
10
11
12
13
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
3.
Wanita :
a. Busana nasional / daerah
b. Busana bagian atas menutup dada ( jangan terbuka )
Cara berbicara :
Hindari berbicara pada saat mulut penuh berisi makanan
Jangan menyela pembicaraan orang lain
Bicaralah dengan nada dan intonasi sedang
14
15
16
diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi
(terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat
dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang
mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding
misalnya), lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya.
g). Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan
tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu.
Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa
dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah
telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya. Mulailah makan
dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
h). Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan
dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan).
Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai
suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain
i).Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan
untuk makan tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir
dinilai terlalu lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti
perasaan manusia yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk
menikmati hidangan tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan.
Tidak perlu menyisakan makanan pada pring yang bekas dipakainya yang terkadang
menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.
j).Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai
permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan
yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicraan yang tidak
ada ujung pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak
suka memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah.
Apabila tuan rumah tekah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena
mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan
ruamh menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai
membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekadar pemanis
suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu
memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
k).Lama Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam
Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu
selama tiga hari tiga malam. Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah
17
waktu itu berlalu maka habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah
menghendakinya. Dengan pembatasan waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah
tidak telampau berat dalam menjamu tamunya.
C. Etika Menerima Tamu
Menurut kamus bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan) diartikan;
kedatangan orang yang bertamu, melawat atau berkunjung. Secara istilah menerima
tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara penyambutan yang lazim (wajar)
dilakukan menurut adapt ataupun agama dengan meksud yang menyenagkan atau
memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmad dan rida dari Allah.
Menerima kehadiran tamu yang datang kepada kita hendaknya dapat
menunjukkan kesan yang baik kepada tamu kita.
a). Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian
yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam
menerima kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri.
b). Menerima tamu dengan sikap yang baik
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik,
misalnya dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan
acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar.
Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang
harus dijauhi sejauh-jauhnya.
c). Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada-adakan
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan
rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya.
Bagi tuan rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan
bagi yang kurang mampu henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu
memberikan air putih maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada,
cukuplah menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah
d). Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk
hari istimewanya
e).Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah
mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat
karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
f). Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke
dalam rumahnya tanpa izin suaminya
2.2.7 Etika Mengajukan Cuti
A. Mengajukan Cuti
Menurut Sastra Djatmika SH dan Drs. Marsono Cuti adalah keadaan tidak masuk
kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.( Sastra Djatmika dan Marsono,
18
1984 : 96). Sedangkan, menurut H. Nainggolan cuti adalah hak pegawai negeri sipil,
oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu
apabila kepentingan mendadak. (H. Nainggolan, 1987 : 149 )
B. Etika Mengajukan Cuti
1. Permohonan harus diajukan minimal satu (1) bulan sebelum tanggal yang diminta
2. Pengajuan bisa diajukan secara langsung maupun via fax, dan disarankan telah
menyampaikan tanggal,maksud dan tujuan cutinya kepada pimpinan atau
personalia lokasi
3. Pengambilan hak cuti maksimal 4 hari berturut-turut, atau 12 hari berturut-turut
untuk tujuan ke luar pulau
4. Pelaksanaan cuti bisa dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari personalia
5. Cuti bisa disetujui setelah mendapatkan persetujuan dari personalia
6. Cuti bisa disetujui setelah mendapat pertimbangan dari personalia, antara lain
perihal, tanggal,bulan dan tahun yang diminta jadwal jumlah pengajuan cuti lain
yang sudah disetujui terlebih dahulu, serta ketersediaan tenaga cadangan yang
ada, dll.
7. Cuti tidak boleh diajukan untuk keperluan pada bulan yang berurutan
8. Untuk keperluan ijin lain yang belum deprogram sesuai dengan ketentuan bisa
disetujui setelah mendapat pertimbangan-pertimbangan khusus
9. Ijin tidak masuk kerja karena sakit harus dibuktikan dengan surat keterangan dari
dokter
2.2.8
Etika Protokoler
A. Pengertian Etika Protokol
Etika protocol adalah nilai-nilai, norma-norma atau kaidah-kaidah, ukuran yang
berupa aturan tatanan yang harus ditaati dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang
meliputi pengaturan mengenai tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan.
Definisi Protokol ialah: tata cara / tata krama dalam hubungan antar negara
dengan memperhatikan pangkat kedududkan titel yang resmi. Definisi lain:
kumpulan peraturan dalam upacara yang dituruti dalam semua pergaulan internasional
oleh (kapala negara, kepala pemerintahan, para menteri, dan diplomat) baik secara
tertulis maupun tidak tertulis.
1. Keprotokolan meliputi 3 hal :
- Tata cara sebagaimana yang terdapat dalam upacara resmi kenegaraan,
penandatanganan perjanjian dan konferensi internasional.
- Tata krama dalam menempatkan, menyebut, memperlakukan seseorang sesuai dengan
kedudukannya.
- Mengatur pengaturan tempat duduk dan urutan dalam upacara kenegaraan dalam
jamuan makan dan lain-lain.
2. Tugas umum protocol meliputi :
- Tata Ruang meliputi : pengaturan ruangan, lambing Negara, bendera, gambar Presiden
dan Wakil presiden.
19
Tata Tempat merupakan norma yang berlaku dalam hal tata tempat duduk para
pejabat yang didasarkan atas kedudukannya dalam ketatanegaraan, kedudukan
administrative atau structural dan kedudukan sosialnya.
Tata Upacara merupakan tata urutan kegiatan bagaimana acara harus dilaksanakan
sesuai jenis-jenis aktivitasnya.
Tata Busana yaitu menetapkan pakaian yang harus dikenakan pada suatu kegiatan
protokoler baik oleh para pejabat atau undangan maupun petugas pelaksana kegiatan.
Tata warkat yaitu penataan administrasi surat menyurat dan undangan yang berkaitan
langsung dengan acara yang dilaksanakan.
2.2.9
Etika Peneliti Dan Komunikasi Ilmiah
A. Peneliti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2007) mendefinisikan peneliti sebagai
insan yang memiliki kepakaran yang diakui dalam suatu bidang keilmuan tertentu,
yang mempunyai tugas utama melakukan penelitian ilmiah dalam rangka pencarian
kebenaran ilmiah. Dengan demikian, tujuan utama pelaksanaan penelitian adalah
pencarian kebenaran ilmiah. Secara umum bisa dijelaskan bahwa penelitian yang
dilakukan dalam pencarian kebenaran ilmiah juga bertujuan memperluas dan
menambah pengetahuan dan pemahaman manusia tentang dunia fisik, biologis, dan
sosial melebihi dari apa yang sudah diketahui pada saat ini.
Selain itu, tujuan para peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah
adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan
menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi peningkatan peradaban dan kesejahteraan
manusia. Perlu diberikan penekanan di sini bahwa penelitian harus menghasilkan
sesuatu yang baru baik dalam tataran ilmu pengetahuan maupun dalam aspek
pengembangan teknologi dan inovasi yang bermanfaat bagi peningkatan peradaban
dan kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian, para peneliti sebagai ilmuwan
dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
bagi masyarakat. Dalam melakukan tugas tersebut, para peneliti dituntut untuk
menjunjung tinggi dan menjaga perbuatan dan tindakan yang bertanggung jawab
dalam penelitian.
20
21
langkah efektif untuk mencari jawab dari tantangan yang dihadapi; tidak
dilakukan bila tidak diperlukan, dan tidak ditempuh sekadar untuk mencari
informasi; 3) melakukan pendekatan, metode, teknik, dan prosedur yang dan tepat
sasaran; dan 4) menolak pelaksanaan penelitian yang terlibat pada perbuatan
tercela yang merendahkan martabat peneliti.
Peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung jawab,
terutama dalam pemanfaatannya, dan mensyukuri nikmat anugerah tersedianya
sumber daya keilmuan baginya.
Peneliti berbuat untuk melaksanakan penelitian dengan asas manfaat, baik
itu berarti 1) hemat dan efisien dalam penggunaan dana dan sumber daya lain; 2)
menjaga peralatan ilmiah dan alat bantu lain, khususnya peralatan yang mahal,
tidak dapat diganti dan butuh waktu panjang untuk pengadaan kembali agar tetap
bekerja baik; dan 3) menjaga jalannya percobaan dari kecelakaan bahan dan
gangguan lingkungan karena penyalahgunaan bahan berbahaya yang dapat
merugikan kepentingan umum dan lingkungan. Peneliti bertanggung jawab atas
penyajian hasil penelitiannya sehingga memungkinkan peneliti lain untuk
mereproduksinya agar mereka dapat memperbandingkan keandalannya. Untuk
itu, peneliti harus mencatat dan menyimpan data penelitian dalam rekaman tahan
lama dengan memperhatikan segi moral dalam perolehan dan penggunaan data
yang seharusnya disimpan peneliti. Peneliti boleh jadi harus menyimpan data
mentah selama jangka waktu yang cukup panjang setelah dipublikasikan, yang
memungkinkan peneliti lain untuk menilai keabsahannya.
22
Peneliti menghormati objek penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan
non-hayati secara bermoral, berbuat sesuai dengan perkenan kodrat dan karakter
objek penelitiannya, tanpa diskriminasi, dan tanpa menimbulkan rasa
merendahkan martabat sesama ciptaan Tuhan.
Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik, dan saran dari sesama peneliti
terhadap proses dan hasil penelitian, yang diberinya kesempatan dan perlakuan
timbal balik yang setara dan setimpal, saling menghormati melalui diskusi dan
pertukaran pengalaman dan informasi ilmiah yang objektif.
23
24
25
Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada makalah yang dibahas, penyaji
harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat,
terhadap butir-butir inti.
3.
Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menjaga etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat
merugikan (menyinggung perasaan) orang lain. Merupakan hal yang penting untuk
melatih dan mengontrol emosi serta ekspresi wajah agar penampilan penyaji tetap pantas,
sopan dan beretika sehingga tidak menyinggung perasaan salah satu pihak (Haryanta,
2009).
4.
Mempertahankan perhatian minat dan perhatian peserta.
Untuk menyampaikan pemikiran secara efektif, pembicara harus dapat
mempertahankan perhatian pendengar. Beberapa hal yang penting yang dapat
dipersiapkan adalah dengan menghubungkan subyek pembahasan dengan kebutuhan
pendengar, karena pendengar tertarik dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka secara
pribadi, bahasa yang digunakan sebaiknya jelas dan hidup agar pendengar tidak bosan,
hubungkan gagasan dengan subyek yang dikenal dengan luas, dan melibatkan pendengar
dengan memberi kesempatan dalam menanggapi. Selain itu, dalam presentasi juga dapat
diselipkan sedikit komentar ringan/humor, cerita singkat, mengedarkan sampel,
mengajukkan pertanyaan singkat dan mengemukakkan data statistik (Purbasari, 2009).
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah suatu refleksi dari apa yang disebut dengan self control(kendali
diri), karena segala sesuatu yang dibuat dan diterapkan merupakan suatu kebiasaan dan
tanpa paksaan untuk kepentingan individu/kelompok itu sendiri.
Etika termasuk dalam penunjang aktifitas kerja maupun dasar untuk menjalankan
sebuah profesi. Sehingga perlu adanya faham etika yang baik untuk kepetingan diri
maupun kelompok dan dapat mendukung kualitas kerja yang lebih baik.
Pemahaman etika bekerja adalah semua hal yang berkaitan dengan pribadi,dimana
kita dapat mengenal diri sendiri dan memberikan kesan yang baik untuk orang lain
baik atasan,rekan bisnis dan rekan kerja maupun orang-orang yang berada disekitar.
3.2 Saran
Perlunya pustaka penunjang yang lebih dari makalah ini untuk pemahaman
mahasiswa dan mahasiswa dapat mengetahui etika yang lebih baik demi mendukung
profesi yang digeluti.
27
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa.
Antonius Athosoki, 2005. Relasi dengan Dunia (alam, iptek, kerja). Elek media komputindo :
Jakarta
Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas, Rajawali Press. Jakarta.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
dePorter, Bobbi, et.al.2000. Quantum Teaching, Kaifa. Bandung.
Eka Darmaputra.1987.Etika Sederhana untuk Semua.Jakarta: BPK Gunung Mulia
E. Sumaryono, 1995.Etika Profesi Hukum.Kanisius : Yogyakarta
Mien R. Uno.2008.Buku Pintar Etiket untuk Remaja.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
H. Nainggolan, 1987, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Cetakan Kesebelas, Jakarta
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
K. Bertens.2000.Etika.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4.
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4
Madya, Suwarsih. 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya
Nasional Dosen MPK Bahasa Indoensia, 13-15 Mei di Jogjakarta.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Paul L Lehmann.1963.Ethics in a Christian Contex.New York:Harper & Row Publisher
Purbasari, Niken. 2009. Presentasi Bisnis 2. Pusat Perkembangan bahan Ajar Sastra Djatmika
dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1984.
Sulistyo, Bambang. 2001. Teknik Dan Etika Diskusi Ilmiah. Jakarta.