Anda di halaman 1dari 27

1

MAKALAH ETIKA PROFESI


ETIKA DALAM DUNIA KERJA

Kelas H Kelompok 4 :
Istiqomah

135040201111212

Dian Mukti Lestari

135040201111202

Wiwin Pratiwi

135040201111226

Dani Adi Saputra

135040201111262

Jekki Putra Manik

135040201111269

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja merupakan kegiatan bagi manusia. Melalui kerja manusia mengekspresikan
dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih mengenal siapa dia sebenarnya. Oleh karena
itu, kerja bukanlah sekedar untuk mendapat upah atau gaji, jabatan atau kekuasaan, dan
berbagai maksud-maksud lainnya.
Dalam melalui kerja,manusia mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang
disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun, pantang menyerah, punya visi, dan sebagainya atau
sebaliknya, tidak disiplin, tidak bisa dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak bertanggung
jawab, dan sebagainya. Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus
pelatihan diri untuk menjadi semakin baik.
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami etika yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai
sebagai seorang profesional. Terutama lebih ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip
ethos kerja, menggunakan atau mengelola waku dengan baik dan efisien, melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya
organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja, dan
meningkatkan profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan yang ada di
masyarakat, yang telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam dunia kerja atau
profesi.
Oleh karenanya akan dibahas lebih mendalam pada makalah ini demi peningkatan
pengetahuan untuk kualitas bekerja serta mengetahui prinsip etika secara lanjut didalam
dunia kerja.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mengetahui tetang sikap prilaku baik dan buruk dalam dunia kerja,memahami
etika yang mendukung dalam profesi,sehingga dapat mengembangkan diri dibidang profesi.
1.3 Manfaaat
Mahasiswa mampu mengatur dirinya dalam menjalankan profesinya untuk menyongsong
dunia kerja.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Profesi
2.1.1 Etika
Kata ethos merupakan salah satu kata dari bahasa Yunani kuno yang merupakan asal
usul dari kata etika dan etis. Dalam concise oxford dictionary (1974) ethos disifatkan
sebagai characteristic spirit of community, people or system, atau suasana khas yang
menandai suatu kelompok, bangsa atau sistem. Dengan demikian, ethos kerja atau etika
profesi menunjuk kepada suasana khas yang menandai kerja atau profesi.
Menurut Sumaryono (1995) Etika adalah study tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai
manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu etika juga dikembangkan
menjadi study tentang kebenaran dan ketidak benaran berdasarkan kodrat manusia yang
diwujudkan melalui kehendak manusia.
Dalam buku Bahan Diskusi Customer Service Group (CSG) dan Allround Teller (ART)
yang diterbitkan oleh Urusan Operasional Kantor Pusat BRI, menjelaskan bahwa etiket
adalah ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak manusia yang berkaitan
dengan :
a.
Sikap dan perilaku,yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam
menghadapi suatu situasi.
b.
Ekspresi wajah,yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam
menghadapi suatu situasi, misalnya dalam melayani tamu.
c.
Penampilan,yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri,
misalnya : cara duduk, cara cara berdiri dengan wajar dan tidak dibuat-buat.
d.
Cara berpakaian,yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam
mengenakan pakaian, baik menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian
model yang tidak menyolok dan lain-lain.
e.
Cara berbicara,yaitu tata cara atau sopan santun anda dalam berbicara baik
secara langsung maupun tidak langsung.
f.
Gerak-gerik,yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara
langsung berhadapan dengan tamu.
Etika sendiri adalah suatu refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena
segala sesuatu yang dibuat dan diterapkan merupakan suatu kebiasaan dan tanpa paksaan
untuk kepentingan individu/kelompok itu sendiri. Dapat disebut juga sebagai filsafat moral
yang berbicara tentang tindakan manusia.
Etika tidak mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini
ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma
agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan,
norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati dan norma sopan
santun berasal dari kehidupan sehari-hari.

Kata moral meliki arti terminologis sama dengan etika, yakni nilai-nilai dan normanorma yang menjadi pegangan bagi seseorang dan sekelompok orang yang sedang mengatur
tingkah lakunya, jika kita mengatakan misalnya, perbuatan seseorang itu tidak bermoral, itu
dimaksudkan bahwa kita menganggap perbuatan seseorang tersebut melanggar nilai-nilai dan
norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Moral juga berarti tingkah laku dan moral itu
sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu moral baik dan moral jahat. Moral baik ialah segala
tingkah laku yang bernilai baik, sedangkan moral jelek ialah tingkah laku yang bernilai
jelek. Etika berkaitan erat dengan moral karena pada dasarnya moral adalah tingkah laku
yang telah diatur atau ditentukan oleh etika.
2.1.2 Profesi
Profesi memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki kode etik,
khusus untuk bidang profesi tersebut. Sedangkan profesi menurut De George adalah
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian.
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris Profess, yang
bermakna janji untuk memenuhi kewajiban melakuakan suatu tugas khusus secara
tetap. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi, kode etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi,
karena profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya.
Sebuah profesi terdiri dari sekelompok terbatas dari orang-orang yang memiliki keahlian
khusus dan dengan keahlian tersebut mereka dapat berfungi di dalam masyarakat jauh lebih
baik jika dibandingkan warga masyarakat lain pada umumnya, atau dalam arti yang lain,
sebuah profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan dimana orang yang menyandangnya
memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus yang diperolehnya dari training atau
pengalaman lain atau bahkan diperoleh dari keduanya, sehingga penyandang profesi dapat
memberi nasihat/saran, juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.
Antara pekerjaan dan profesi terdapat kaitan yang erat. Profesi merupakan pekerjaan
yang ditekuni oleh seseorang. Namun tidak semua pekerjaan dapat digolongkan sebagai
profesi, karena hal yang dikerjakan, yang digolongkan sebagai profesi, memiliki kekhususan.
1. Pekerjaan sebagai profesi
Kerja atau pekerjaan meliputi bidang yang sangat luas, dan tidak hanya terbatas pada
bidang-bidang tertentu. Tidak semua pekerjaan dapat digolongkan sebagai profesi. Hanya
pekerjaan tertentu, yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup
dan yang mengandalkan suatu keahlian yang dapat disebut sebagai profesi. Seorang
profesional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu, dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang tinggi.
2. Profesi umum dan profesi khusus
Hal utama yang membedakan suatu profesi khusus dari profesi pada umumnya adalah
tekanan utamanya pada pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat. Orang yang

menjalankan suatu profesi luhur atau profesi khusus juga membutuhkan nafkah hidup yang
didapatkan dari kegiatan menjalankan profesi tersebut. Akan tetapi sasaran utamanya adalah
untuk mengabdi dan melayani masyarakat. Pelayanan dan pengabdian itu diberikan bahkan
dijalani sebagai suatu panggilan dari Allah atau Tuhan, yang memanggil dan menugaskan
mereka untuk menyampaikan kasih kepada yang membutuhkan.
2.2 Macam-Macam Etika dalam Bekerja
2.2.1 Etika komunikasi
A. Pengertian
Komunikasi merupakan terjemahan kata communication yang berarti perhubungan atau
perkabaran. Communicate berarti memberitahukan atau berhubungan. Secara etimologis,
komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dengan kata dasar communis yang
berarti sama. Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu
(pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media.
Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak
penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga
tidak terjadi salah persepsi.
B. Unsur Unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur
komunikasi, antara lain:
1. Komunikator : Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan
menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena
merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi
2. Komunikan
:Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian
memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3. Media :Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana
berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan,
gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4. Pesan :Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator
kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh
terhadap kesinambungan komunikasi.
5. Tanggapan : Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan
pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan
pesan yang diterima.
C. Fungsi Dan Manfaat Komunikasi
Dengan berkomunikasi manusia dapat saling pengertian dengan orang lain karena
komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:
1. Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan
maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2 Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia
pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.

3. Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi
pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.
4. Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator
dan komunikan.
5. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial,
barang dan jasa.
6.
Fungsi dawah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan
bersama.
Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di
antaranya adalah:
1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan
yang dimaksudkan.
2. Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu
permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau
jamaah.
4. Aktivitas di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan
penuh kedamaian.
D. Pedoman Dalam Berkomunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik tanpa menimbulkan perasaan negatif. Ada beberapa pedoman untuk
menjalin komunikasi yang baik, yaitu antara lain:
1. Berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai Agama.
2. Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.
3. Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.
4. Komunikasi secara tatap muka adalah bentuk komunikasi yang paling efektif.
5. Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus emosi.
6. Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang terbuka
untuk ditafsirkan.
7. Semakin banyak orang yang terlibat, komunikasi semakin kompleks.
8. Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.
9. Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan.
10.Orang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang diharapkannya.
E. Sikap Dalam Berkomunikasi
Ada beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam berkomunikasi,
khususnya komunikasi verbal, yaitu antara lain:
1. Berorientasi pada kebenaran (truth).
2. Tulus (sincerity).
3. Ramah (friendship).
4. Kesungguhan (Seriousness).
5. Ketenangan (poise).
6. Percaya diri (self convidence).

7. Mau mendengarkan dengan baik (good listener)


F. Teknik Berkomunikasi Secara Efektif
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa komunikasi efektif tejadi apabila suatu pesan
yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,
sehingga tidak terjadi salah persepsi. Karena itu, dalam berkomunikasi, khususnya
komunikasi verbal dalam forum formal, diperlukan langkah-langkah yang tepat. Langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi.
2. Mengenali komunikan (audience).
3. Berorientasi pada tema komunikasi.
4. Menyampaikan pesan dengan jelas.
5. Menggunakan alat bantu yang sesuai.
6. Menjadi pendengar yang baik.
7. Memusatkan perhatian.
8. Menghindari terjadinya gangguan.
9. Membuat suasana menyenangkan.
10. Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar.
G. Etika Yang Baik Dalam Komunikasi
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam
kehidupan sehari-hari :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkahlaku yang baik
H. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
- Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
- Menatap mata lawan bicara dengan lembut
- Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
- Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
- Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
- Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
- Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
- Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
- Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan
karakteristik lawan bicara.
- Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.

- Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi
kiri)
- Dan lain sebagainya.
2.2.2 Etika Diri
A. Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain.Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang
Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri
individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut berkepribadian pemalu.
Kepada orang supel diberikan atribut berkepribadian supel dan kepada orang yang plinplan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut tidak punya kepribadian.
Kepribadian menurut psikologi
Berdasarkan penjelasan Gordon Allport tersebut kita dapat melihat bahwa
kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan
suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat
berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan
mengalami perubahan.
Teori kepribadian psikodinamika :
Teori psikodinamika berfokus pada pergerakan energi psikologis di dalam manusia,
dalam bentuk kelekatan, konflik, dan motivasi.
Teori Freud :
Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego,
dan superego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara
ketiga sistem tersebut.
B. Faktor-faktor penentu kepribadian
a) Faktor Keturunan,Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu.
Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks,
tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya
dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang
tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis
bawaan dari individu.
b) Faktor Lingkungan, Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruhpengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.
C. Sifat-Sifat Kepribadian
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya
untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan

perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang
individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristikkarakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat
kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar
karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu
proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu
keputusan pengembangan karier.
a) Karakteristik kepribadian yang sehat
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong,
angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi
atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan
frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi
situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif
(merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat
fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa
nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk
menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki
sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

10

Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh


faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), danaffection (kasih
sayang).
b) Karakteristik kepribadian yang tidak sehat
Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
Senang mengkritik/mencemooh orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
D. Peran Etika Dalam Pengembangan Kepribadian
Etika berperan dalam pengembangan kepribadian seseorang. Kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan
caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari
pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu proses respons
individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta
memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan
(norma) lingkungan. Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu
khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.
Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan
kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan
dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang
bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Peranan etika dalam pengembangan kepribadian adalah etika menetukan nilai
baik dan buruk, jika seseorang telah mengetahui etika yang bernilai baik, maka
kepribadian nya pun akan baik begitu juga sebaliknya.

11

Gordon W. Allpont mengatakan ada kriteria umum dalam menetapkan


kematangan pribadi:
a. Perluasan diri
Seseorang yang sudah matang kepribadiannya tidak lagi terpusat pada dirinya sendiri,
melainkan dapat mengarahkan perhatian dan usaha-usahanya untuk kepentingan orang
lain.
b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objective
Seseorang yang sudah matang kepribadiannya mempunyai kemampuan untuk memahami
dan mengenali diri sendiri apa adanya.
c. Memiliki filsafat hidup
Mampu mempersatukan dan mengarahkan tindakan-tindakannya kesuatu arah tertentu.
2.2.3 Etika Berbusana
A. Pengertian Etika Berbusana
Dalam kaitannya dengan berbusana, maka dapat diartikan bahwa etika berbusana
merupakan suatu ilmu yang memikirkan bagaimana seseorang dapat mengambil sikap
dalam berbusana tentang model, warna, corak (motif) mana yang tepat baik sesuai
dengan kesempatan, kondisi dan waktu serta norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Estetika berbusana dapat diartikan sebagai suatu bidang pengetahuan yang
membicarakan bagaimana berbusana yang serasi sesuai dengan bentuk tubuh seseorang
serta kepribadiannya. Berbusana yang indah dan serasi yang menerapkan nilai-nilai
estetika berarti harus dapat memilih model, warna dan corak, tekstur, yang sesuai dengan
pemakai.
B. Etika Berbusana yang Baik
a) Menutup Aurat Bagian Tubuh
b) Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan
c) Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas
d) Tidak Mengganggu Orang Lain
e) Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama

12

2.2.4 Etika Jamuan Makan Dan Pesta


A. Tata Cara Jamuan Makan
Tidak sesuai dengan nasehat orang tua, para pakar etiket menganjurkan untuk memulai
makan tanpa harus selalu menunggu orang lain. Mulailah makan saat makanan hangat
disajikan. Untuk makanan dingin atau buffets, tunggulah hingga tuan rumah mempersilakan
makan, dan tunggu pula hingga tamu utama mulai mengambil makanan.
Berikut makanan yang dapat dipegang dengan tangan. Makan dengan tangan: Terlebih
dahulu,mengikuti pedoman tuan rumah.
Setelah dapat membedakan makanan yang dapat dipegang oleh tangan dan makanan
yang sebaiknya menggunakan sendok dan garpu,berikut step by step tata cara makan ala
barat yang telah dianjurkan:
1. Buka dan letakkan serbet/napkin diatas pangkuan Anda
2. Lipat sekitar 5 centimeter kedalam untuk mengelap bibir
3. Pergunakan cutlery/peralatan makan yang terletak paling luar sebelah kanan dengan
pasangannya disebelah kiri (kalau ada) untuk makanan yang dihidangkan
pertama,demikian seterusnya.
4. Peralatan makan yang terletak disebelah atas napkin/dinner/show plate adalah untuk
hidangan penutup
5. Minum hendaklah dilakukan bila mulut tidak berisi makanan
6. Saat mengunyah makanan hendaknya jangan menimbulkan suara
7. Bibir hendaknya dibersihkan dulu sebelum minum dan jangan mengunyah pada saat
gelas berada pada mulut anda
8. Hindari bersuara saat minum
9. Tidak menimbulkan suara gaduh pada saat cutlery beradu dengan piring
10. Garpu untuk mengambil dan membawa makanan ke mulut,pisau untuk memotong
hendaknya dipegang secara wajar/pasti bukan seperti memegang alat tulis
11. Bila makan hendaknya makanan yang digerakkan menuju mulut bukan sebaliknya
12. Air es dan roti juga berfungsi menetralisir lidah dari rasa makanan urutan sebaliknya
13. Makanan bisa dipotong potong terlebih dahulu diatas piring kemudian dimakan
memepergunakan garpu dengan tangan kanan
14. Walaupun rasa makanan terlalu pedas atau panas,usahakan jangan mengeluarkan suara
keluhan terdengar orang lain
Tips mencegah dan membuang makanan yang terselip dari mulut:
1. Jika Serpihan buah zaitun yang terselip : keluarkan dengan hati-hati ke telapak tangan
sebelum membuangnya ke piring.
2. Memakan Tulang ayam: gunakan garpu untuk membuang ke piring.
3. Jika akan memakan ikan yang berduri,maka duri dibuang dengan jari,sebelum
memakannya dengan memperhatikan sekitarnya terlebih dahulu
4. Bagian yang lebih besar,tulang atau makanan yang tidak ingin anda makan keluarkan
dengan hati-hati dan tersembunyi ke dalam serbet makan hingga tidak diketahui orang lain.
B. Etiket perjamuan makan :
1.
Cara duduk :

13

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Duduk di kursi yang tidak terlalu jauh dari meja


Jangan bersandar di sandaran kursi
Hendaknya punggung tegak lurus
Letakkan lengan atau tangan pada sisi luar dari Table Cover
Letakkan tangan di pangkuan paha
Usahakan agar siku selalu dalam posisi yang dekat dengan tubuh
Atur tempat duduk anda senyaman mungkin
2.
Cara berbusana
Pria :
a. Busana resmi lengkap
b. Kemeja lengan panjang
c. Celana kain

3.

Wanita :
a. Busana nasional / daerah
b. Busana bagian atas menutup dada ( jangan terbuka )
Cara berbicara :
Hindari berbicara pada saat mulut penuh berisi makanan
Jangan menyela pembicaraan orang lain
Bicaralah dengan nada dan intonasi sedang

Jangan memonopoli pembicaraan

2.2.5 Etika Melamar Pekerjaan


A. Pengertian
Melamar kerja adalah bagian terpenting untuk mendapat kerja pekerjaan yang diinginkan.
Biasanya surat lamaran di sertai CV (Curicculum vitae) alias daftar riwayat hidup .
Dalam CV pelamar kerja diminta untuk menulis semua hal yang menarik tentang
dirinya, termasuk keterampilan dan pengalaman yang mungkin di butuhkan oleh bidang
pekerjaan yang akan dilamar.
Lowongan pekerjaan dapat diperoleh melalui surat kabar atau koran, Browsing di internet
untuk berkunjung ke situs-situs lowongan kerja yang ada dan juga berkunjung ke
forum-forum lowongan kerja seperti job fair. Karena Ada banyak forum-forum yang
membahas tentang lowongan pekerjaan. atau melalui radio. Dan melalui televisi.
B. Cara Melamar Kerja
a). Surat
Bila ingin membuat surat lamaran harus. Ketik dengan rapi diatas kertas ukuran A4. Dan
apabila diminta menulis dengan tangan tulislah dengan tangan secara rapi dan
menggunakan tinta warna hitam.
b). Email
Cara melamar kerja lewat email adalah perbaiki surat lamaran terkait dengan kesalahan
penulisan dengan menggunakan tata bahasa yang baik,Isi yang singkat dan to the
point,tidak melebihi dua atau tiga paragraf pendek, pastikan menempatkan nama, alamat
email dan nomor telepon. Alamat email harus sesuai dengan identitas asli,penggunaan
model dan ukuran huruf yang sederhana, namun tetap elegan dalam menulis email.

14

C. Persiapan Sebelum Melamar


1. Cantumkan data lengkap
2. Ketiklah dengan rapi diatas kertas dengan ukuran kuarto atau A4.
3. Tinjau kembali alamat dan nama orang yang dituju sudah benar.
4. Data yang dicantumkan hal-hal berikut :
a. Data peribadi .
b. Pendidikan formal dan nonformal.
c. Pengalaman organisasi, pengalaman bekerja, dan hobi.
d. Sisipkan kartu nama
e. Membuat daftar riwayat hidup.
D. Menghadapi Wawancara
a. Sebelum Wawancara
a) Memperhatikan data yang terdapat dalam CV
b) Berlatih wawancara
b. Ketika wawancara
a) Datanglah lebih awal (10-15 menit sebelum wawancara di mulai).
b) Berpakaian rapi dan sesuai
c) Membawa bolpoin
d) Rilex dan menyapa pewawancara
c. Sesudah Wawancara
a) Memberi ucapan terima kasih.
b) Menanyakan informasi
d. Tujuan Ikut Wawancara Kerja
a)
Karna ingin mendapatkan pekerjaan
b)
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
c)

Menunggu hasilnya diterima atau tidak

15

2.2.6 Etika Bertamu Dan Menerima Tamu


A. Etika Bertamu
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat
silahturrahim. Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara (sanak famili), teman
sekantor, teman seprofesi, dan sebagainya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuannya,
antara lain menjenguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis,
membicarakan masalah keluarga, dan sebagainya.
Silahturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan
banyak menambah wawasan ataupun pengalaman karena bisa saja pada saat berinteraksi
terjadi pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan
baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki, dan sebagainya.
B. Etka Dalam Bertamu
a). Meminta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), sesuai dengan poin pertama, maka
batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali
namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda
kunjungan kita kali itu. Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat
membuka pintu kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah terbuka, bukan berarti
kita dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari sang
pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini disebabkan, sangat dimungkinkan jika
seseorang langsung masuk, maka aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum
sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah
b). Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah
dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan
rumah, demikian pula sebaliknya.
Memberi isyarat dan salam ketika datang
c). Jangan mengintip ke dalam rumah
Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran apakah ada
orang di dalam rumah atau tidak.
d). Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan
diri secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari.
e). Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang
wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak
memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia
hanya seorang diri sama halnya mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu,
tamu cukup ditemui diluar saja.
f). Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendajnya tamu masuk dan
duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi

16

diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi
(terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat
dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang
mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding
misalnya), lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya.
g). Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan
tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu.
Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa
dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah
telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya. Mulailah makan
dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
h). Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan
dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan).
Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai
suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain
i).Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan
untuk makan tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir
dinilai terlalu lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti
perasaan manusia yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk
menikmati hidangan tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan.
Tidak perlu menyisakan makanan pada pring yang bekas dipakainya yang terkadang
menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.
j).Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai
permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan
yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicraan yang tidak
ada ujung pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak
suka memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah.
Apabila tuan rumah tekah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena
mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan
ruamh menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai
membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekadar pemanis
suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu
memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
k).Lama Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam
Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu
selama tiga hari tiga malam. Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah

17

waktu itu berlalu maka habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah
menghendakinya. Dengan pembatasan waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah
tidak telampau berat dalam menjamu tamunya.
C. Etika Menerima Tamu
Menurut kamus bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan) diartikan;
kedatangan orang yang bertamu, melawat atau berkunjung. Secara istilah menerima
tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara penyambutan yang lazim (wajar)
dilakukan menurut adapt ataupun agama dengan meksud yang menyenagkan atau
memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmad dan rida dari Allah.
Menerima kehadiran tamu yang datang kepada kita hendaknya dapat
menunjukkan kesan yang baik kepada tamu kita.
a). Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian
yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam
menerima kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri.
b). Menerima tamu dengan sikap yang baik
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik,
misalnya dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan
acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar.
Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang
harus dijauhi sejauh-jauhnya.
c). Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada-adakan
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan
rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya.
Bagi tuan rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan
bagi yang kurang mampu henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu
memberikan air putih maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada,
cukuplah menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah
d). Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk
hari istimewanya
e).Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah
mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat
karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
f). Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke
dalam rumahnya tanpa izin suaminya
2.2.7 Etika Mengajukan Cuti
A. Mengajukan Cuti
Menurut Sastra Djatmika SH dan Drs. Marsono Cuti adalah keadaan tidak masuk
kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.( Sastra Djatmika dan Marsono,

18

1984 : 96). Sedangkan, menurut H. Nainggolan cuti adalah hak pegawai negeri sipil,
oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu
apabila kepentingan mendadak. (H. Nainggolan, 1987 : 149 )
B. Etika Mengajukan Cuti
1. Permohonan harus diajukan minimal satu (1) bulan sebelum tanggal yang diminta
2. Pengajuan bisa diajukan secara langsung maupun via fax, dan disarankan telah
menyampaikan tanggal,maksud dan tujuan cutinya kepada pimpinan atau
personalia lokasi
3. Pengambilan hak cuti maksimal 4 hari berturut-turut, atau 12 hari berturut-turut
untuk tujuan ke luar pulau
4. Pelaksanaan cuti bisa dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari personalia
5. Cuti bisa disetujui setelah mendapatkan persetujuan dari personalia
6. Cuti bisa disetujui setelah mendapat pertimbangan dari personalia, antara lain
perihal, tanggal,bulan dan tahun yang diminta jadwal jumlah pengajuan cuti lain
yang sudah disetujui terlebih dahulu, serta ketersediaan tenaga cadangan yang
ada, dll.
7. Cuti tidak boleh diajukan untuk keperluan pada bulan yang berurutan
8. Untuk keperluan ijin lain yang belum deprogram sesuai dengan ketentuan bisa
disetujui setelah mendapat pertimbangan-pertimbangan khusus
9. Ijin tidak masuk kerja karena sakit harus dibuktikan dengan surat keterangan dari
dokter
2.2.8
Etika Protokoler
A. Pengertian Etika Protokol
Etika protocol adalah nilai-nilai, norma-norma atau kaidah-kaidah, ukuran yang
berupa aturan tatanan yang harus ditaati dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang
meliputi pengaturan mengenai tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan.
Definisi Protokol ialah: tata cara / tata krama dalam hubungan antar negara
dengan memperhatikan pangkat kedududkan titel yang resmi. Definisi lain:
kumpulan peraturan dalam upacara yang dituruti dalam semua pergaulan internasional
oleh (kapala negara, kepala pemerintahan, para menteri, dan diplomat) baik secara
tertulis maupun tidak tertulis.
1. Keprotokolan meliputi 3 hal :
- Tata cara sebagaimana yang terdapat dalam upacara resmi kenegaraan,
penandatanganan perjanjian dan konferensi internasional.
- Tata krama dalam menempatkan, menyebut, memperlakukan seseorang sesuai dengan
kedudukannya.
- Mengatur pengaturan tempat duduk dan urutan dalam upacara kenegaraan dalam
jamuan makan dan lain-lain.
2. Tugas umum protocol meliputi :
- Tata Ruang meliputi : pengaturan ruangan, lambing Negara, bendera, gambar Presiden
dan Wakil presiden.

19

Tata Tempat merupakan norma yang berlaku dalam hal tata tempat duduk para
pejabat yang didasarkan atas kedudukannya dalam ketatanegaraan, kedudukan
administrative atau structural dan kedudukan sosialnya.
Tata Upacara merupakan tata urutan kegiatan bagaimana acara harus dilaksanakan
sesuai jenis-jenis aktivitasnya.
Tata Busana yaitu menetapkan pakaian yang harus dikenakan pada suatu kegiatan
protokoler baik oleh para pejabat atau undangan maupun petugas pelaksana kegiatan.
Tata warkat yaitu penataan administrasi surat menyurat dan undangan yang berkaitan
langsung dengan acara yang dilaksanakan.

2.2.9
Etika Peneliti Dan Komunikasi Ilmiah
A. Peneliti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2007) mendefinisikan peneliti sebagai
insan yang memiliki kepakaran yang diakui dalam suatu bidang keilmuan tertentu,
yang mempunyai tugas utama melakukan penelitian ilmiah dalam rangka pencarian
kebenaran ilmiah. Dengan demikian, tujuan utama pelaksanaan penelitian adalah
pencarian kebenaran ilmiah. Secara umum bisa dijelaskan bahwa penelitian yang
dilakukan dalam pencarian kebenaran ilmiah juga bertujuan memperluas dan
menambah pengetahuan dan pemahaman manusia tentang dunia fisik, biologis, dan
sosial melebihi dari apa yang sudah diketahui pada saat ini.
Selain itu, tujuan para peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah
adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan
menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi peningkatan peradaban dan kesejahteraan
manusia. Perlu diberikan penekanan di sini bahwa penelitian harus menghasilkan
sesuatu yang baru baik dalam tataran ilmu pengetahuan maupun dalam aspek
pengembangan teknologi dan inovasi yang bermanfaat bagi peningkatan peradaban
dan kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian, para peneliti sebagai ilmuwan
dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
bagi masyarakat. Dalam melakukan tugas tersebut, para peneliti dituntut untuk
menjunjung tinggi dan menjaga perbuatan dan tindakan yang bertanggung jawab
dalam penelitian.

20

B. Kode Etika Peneliti (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2007)


1. Kode Etika dalam Penelitian
Peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah untuk memajukan
ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan menghasilkan inovasi bagi
peningkatan peradaban dan kesejahteraan manusia.
Dalam pencarian kebenaran ilmiah peneliti menjunjung sikap ilmiah: 1)
kritis, yaitu pencarian kebenaran yang terbuka untuk diuji; 2) logis, yaitu
memiliki landasan berpikir yang masuk akal dan betul, dan 3) empiris, yaitu
memiliki bukti nyata dan absah. Tantangan dalam pencarian kebenaran ilmiah
adalah: 1) kejujuran untuk terbuka diuji kehandalan karya penelitiannya yang
mungkin membawa kemajuan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi dan
menghasilkan inovasi, dan 2) keterbukaan memberi semua informasi kepada
orang lain untuk memberi penilaian terhadap sumbangan dan/atau penemuan
ilmiah tanpa membatasi pada informasi yang membawa ke penilaian dalam satu
arah tertentu. Dalam menghasilkan sumbangan dan/atau penemuan ilmiah yang
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan manusia dan peradaban, peneliti harus
teguh hati untuk: 1) bebas dari persaingan kepentingan bagi keuntungan pribadi
agar hasil pencarian kebenaran dapat bermanfaat bagi kepentingan umum; 2)
menolak penelitian yang berpotensi tidak bermanfaat dan merusak peradaban ,
seperti penelitian bersifat fiktif, membahayakan kesehatan masyarakat, berisiko
penghancuran sumber daya bangsa, merusak keamanan negara dan mengancam
kepentingan bangsa; dan 3) arif tanpa mengorbankan integritas ilmiah dalam
berhadapan dengan kepekaan komunitas agama, budaya, ekonomi, dan politik
dalam melaksanakan kegiatan penelitian.
Peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan batasan yang diperkenankan
oleh hukum yang berlaku, bertindak dengan mendahulukan kepentingan dan
keselamatan semua pihak yang terkait dengan penelitiannya, berlandaskan tujuan
mulia berupa penegakan hak-hak asasi manusia dengan kebebasan-kebebasan
mendasarnya.
Muatan nilai dalam suatu penelitian dapat dikembangkan pada tindakan
yang mengikuti aturan keemasan atau asas timbal-balik, yaitu berlakulah kepada
orang lain hanya sepanjang Anda setuju diperlakukan serupa dalam situasi yang
sama. Aturannya adalah: 1) peneliti bertanggung jawab untuk tidak menyimpang
dari metodologi penelitian yang ada, dan 2) pelaksanaan penelitian mengikuti
metode ilmiah yang kurang lebih baku, dengan semua perangkat pembenaran
metode dan pembuktian hasil yang diperoleh. Dalam mencapai tujuan mulia
dengan segala kebebasan yang mendasarnya, peneliti perlu: 1) menyusun pikiran
dan konsep penelitian yang dikomunikasikan sejak tahapan dini ke masyarakat
luas, dalam bentuk diskusi terbuka atau debat publik untuk mencari umpan balik
atau masukan; 2) memilih, merancang, dan menggunakan bahan dan alat secara
optimum, dalam arti penelitian dilakukan karena penelitian itu merupakan

21

langkah efektif untuk mencari jawab dari tantangan yang dihadapi; tidak
dilakukan bila tidak diperlukan, dan tidak ditempuh sekadar untuk mencari
informasi; 3) melakukan pendekatan, metode, teknik, dan prosedur yang dan tepat
sasaran; dan 4) menolak pelaksanaan penelitian yang terlibat pada perbuatan
tercela yang merendahkan martabat peneliti.
Peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung jawab,
terutama dalam pemanfaatannya, dan mensyukuri nikmat anugerah tersedianya
sumber daya keilmuan baginya.
Peneliti berbuat untuk melaksanakan penelitian dengan asas manfaat, baik
itu berarti 1) hemat dan efisien dalam penggunaan dana dan sumber daya lain; 2)
menjaga peralatan ilmiah dan alat bantu lain, khususnya peralatan yang mahal,
tidak dapat diganti dan butuh waktu panjang untuk pengadaan kembali agar tetap
bekerja baik; dan 3) menjaga jalannya percobaan dari kecelakaan bahan dan
gangguan lingkungan karena penyalahgunaan bahan berbahaya yang dapat
merugikan kepentingan umum dan lingkungan. Peneliti bertanggung jawab atas
penyajian hasil penelitiannya sehingga memungkinkan peneliti lain untuk
mereproduksinya agar mereka dapat memperbandingkan keandalannya. Untuk
itu, peneliti harus mencatat dan menyimpan data penelitian dalam rekaman tahan
lama dengan memperhatikan segi moral dalam perolehan dan penggunaan data
yang seharusnya disimpan peneliti. Peneliti boleh jadi harus menyimpan data
mentah selama jangka waktu yang cukup panjang setelah dipublikasikan, yang
memungkinkan peneliti lain untuk menilai keabsahannya.

2. Etika dalam Berperilaku


Peneliti mengelola jalannya penelitian secara jujur, bernurani, dan berkeadilan
terhadap lingkungan penelitiannya.
Jujur, bernurani, dan berkeadilan adalah nilai yang inheren dalam diri
peneliti. Peneliti mewujudkan nilai semacam ini dengan: 1) perilaku kebaikan,
misalnya sesama peneliti memberi kemungkinan pihak lain mendapat akses
terhadap sumber daya penelitian (kecuali yang bersifat rahasia) baik untuk
melakukan verifikasi maupun untuk penelitian lanjutan; dan 2) perilaku hormat
pada martabat, misalnya, sesama peneliti harus saling menghormati hak-hak
peneliti untuk menolak ikut serta ataupun menarik diri dalam suatu penelitian
tanpa prasangka. Peneliti yang jujur dengan hati nurani akan menampilkan
keteladanan moral dalam kehidupan dan pelaksanaan penelitian untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi keselamatan manusia dan
lingkungannya, sebagai pengabdian dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Keteladanan moral itu seharusnya tampak dalam perilaku tidak melakukan
perbuatan tercela yang merendahkan martabat peneliti sebagai manusia bermoral,
yang dalam masyarakat tidak dapat diterima keberadaannya, seperti budi pekerti
rendah, tindak tanduk membabi buta dan kebiasaan buruk, baik dalam
pelaksanaan penelitian maupun pergaulan ilmiah.

22

Peneliti menghormati objek penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan
non-hayati secara bermoral, berbuat sesuai dengan perkenan kodrat dan karakter
objek penelitiannya, tanpa diskriminasi, dan tanpa menimbulkan rasa
merendahkan martabat sesama ciptaan Tuhan.
Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik, dan saran dari sesama peneliti
terhadap proses dan hasil penelitian, yang diberinya kesempatan dan perlakuan
timbal balik yang setara dan setimpal, saling menghormati melalui diskusi dan
pertukaran pengalaman dan informasi ilmiah yang objektif.

3. Etika dalam Kepengarangan


Peneliti mengelola, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian ilmiahnya
secara bertanggung jawab, cermat, dan saksama.
Peneliti menyebarkan informasi tertulis dari hasil penelitiannya, informasi
pendalaman pemahaman ilmiah dan/atau pengetahuan baru yang terungkap dan
diperolehnya, disampaikan ke dunia ilmu pengetahuan pertama kali dan sekali,
tanpa mengenal publikasi duplikasi atau berganda atau diulang-ulang.
Plagiat sebagai bentuk pencurian hasil pemikiran, data, atau temuantemuan, termasuk yang belum dipublikasikan, perlu ditangkal secara lugas.
Plagiarisme secara singkat didefinisikan sebagai mengambil alih gagasan, atau
kata-kata tertulis dari seseorang, tanpa pengakuan pengambilalihan dan dengan
niat menjadikannya sebagai bagian dari karya keilmuan yang mengambil. Dari
rumusan ini, plagiat dapat juga terjadi dengan pengutipan dari tulisan peneliti
sendiri (tulisan terdahulunya) tanpa mengikuti format merujuk yang baku
sehingga dapat saja terjadi auto-plagiarism. Informasi atau pengetahuan
keilmuan baru, yang diperoleh dari suatu penelitian, menambah khazanah ilmu
pengetahuan melalui publikasi ilmiahnya. Karenanya, tanpa tambahan informasi
atau pengetahuan ilmiah baru, suatu karya tulis ilmiah hanya dapat dipublikasikan
pertama kali dan sekali itu saja. Selanjutnya, sebagai bagian dari upaya
memajukan ilmu pengetahuan, karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan rujukan
untuk membangun-lanjut pemahaman yang awal itu.
Peneliti memberikan pengakuan melalui (1) penyertaan sebagai penulis
pendamping, (2) melalui pengutipan pernyataan atau pemikiran orang lain,
dan/atau (3) dalam bentuk ucapan terima kasih yang tulus kepada peneliti yang
memberikan sumbangan berarti dalam penelitiannya, yang secara nyata mengikuti
tahapan rancangan penelitian dimaksud, dan mengikuti dari dekat jalannya
penelitian itu.
Unsur penting yang melekat pada aspek perilaku seorang peneliti meliputi:
1) jujur: menolak praktik merekayasa data ilmiah atau memalsukan data ilmiah,
bukan saja karena secara moral itu salah(=tidak jujur), tetapi karena praktik ini
akan menghasilkan kesalahan-kesalahan, yang mendorong rusaknya iklim
kepercayaan yang menjadi dasar kemajuan ilmu pengetahuannya sendiri, seperti
mengabaikan hak milik intelektual atas pemikiran dalam usulan penelitian dan

23

menggunakan pemikiran tersebut dalam penelitian sendiri; 2) amanah: dalam


etika kepengarangan berlaku ungkapan penghargaan seharusnya disampaikan
pada yang berhak memperolehnya yang mencakup seputar pengakuan, hormatsesam, gengsi, uang, dan hadiah. Ini semua merupakan bentuk penghargaan yang
harus sampai ke yang berhak. Prinsip inilah yang menjadi sumber motivasi
ilmuwan untuk berkarya berpedoman pada wajib-lapor, saling mengisi,
mengumpan dan berbagi informasi dalam memelihara pemupukan khazanah ilmu
pengetahuan, seperti peneliti senior tidak berhak menyajikan data atau hasil karya
peneliti yang mereka supervisi tanpa sepengetahuan dan persetujuan peneliti yang
disupervisi serta tanpa mencantumkan penghargaan; dan 3) cermat:
mengupayakan tidak terjadinya kesalahan dalam segala bentuk, kesalahan
percobaan, kesalahan secara metode, dan kesalahan manusiawi yang tak disengaja
apalagi yang disengaja, seperti juga kejujuran di atas, kecermatan ini juga
merupakan kunci tercapainya tujuan ilmu pengetahuan, misalnya alih bahasa dan
saduran suatu karangan ilmiah yang berguna bagi penyebaran ilmu pengetahuan
harus atas seizin pengarangnya. Dengan sendirinya hal sebaliknya juga berlaku.
Tindakan korektif secara ilmiah terkait dengan layanan dan capaian tujuan
membangun ilmu pengetahuan, menemukan, dan membahas siapa yang
bertanggung jawab atas kekeliruan ilmiah artinya tanggung jawab dalam
penegakan kode etika peneliti adalah sisi lain dari amanah dan sebaliknya.
4. Perilaku tidak jujur.
Perilaku tidak jujur tampak mencakup baik perilaku tidak jujur dalam penelitian
maupun perilaku curang sebagai peneliti. Batasan ini tidak dapat dikenakan pada
hal-hal: kejadian yang sejujurnya keliru; pertikaian pendapat sejujurnya;
perbedaan dalam penafsiran data ilmiah; dan selisih pendapat berkenaan dengan
rancangan penelitian. Perilaku peneliti tidak jujur tampak dalam bentuk:
Pemalsuan hasil penelitian (fabrication), yaitu mengarang, mencatat, dan/atau
mengumumkan hasil penelitiannya tanpa pembuktian telah melakukan proses
penelitian;
Pemalsuan data penelitian (falsification), yaitu memanipulasi bahan penelitian,
peralatan, atau proses, mengubah atau tidak mencantumkan data atau hasil
sedemikian rupa sehingga penelitian itu tidak disajikan secara akurat dalam
catatan penelitian;
Pencurian proses dan/atau hasil (plagiat) dalam mengajukan usul penelitian,
melaksanakannya, menilainya, dan dalam melaporkan hasil-hasil suatu penelitian,
seperti pencurian gagasan, pemikiran, proses dan hasil penelitian, baik dalam
bentuk data atau kata-kata, termasuk bahan yang diperoleh dalam penelitian
terbatas (bersifat rahasia), usulan rencana penelitian dan naskah orang lain tanpa
menyatakan penghargaan.
Pemerasan tenaga peneliti dan pembantu peneliti (exploitation) seperti peneliti
senior memeras tenaga peneliti yunior dan pembantu penelitian untuk mencari
keuntungan, kepentingan pribadi, mencari, dan/atau memperoleh pengakuan atas
hasil kerja pihak lain;

24

Perbuatan tidak adil (injustice) sesama peneliti dalam pemberian hak


kepengarangan dengan cara tidak mencantumkan nama pengarang dan/atau salah
mencantumkan urutan nama pengarang sesuai sumbangan intelektual seorang
peneliti. Peneliti juga melakukan perbuatan tidak adil dengan mempublikasikan
data dan/atau hasil penelitian tanpa izin lembaga penyandang dana penelitian atau
menyimpang dari konvensi yang disepakati dengan lembaga penyandang dana
tentang hak milik kekayaan intelektual (HAKI) hasil penelitian;
Kecerobohan yang disengaja (intended careless) dengan tidak menyimpan data
penting selama jangka waktu sewajarnya, menggunakan data tanpa izin
pemiliknya, atau tidak mempublikasikan data penting atau penyembunyian data
tanpa penyebab yang dapat diterima; dan
Penduplikasian (duplication) temuan-temuan sebagai asli dalam lebih dari satu
saluran, tanpa ada penyempurnaan, pembaruan isi, data, dan tidak merujuk
publikasi sebelumnya.

C. Pengertian Forum Ilmiah


Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa
ataupun pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana
penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural. Dalam forum
ilmiah, presentasi ilmiah merupakan suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Presentasi
ilmiah dalam forum ilmiah selalu diikuti diskusi ilmiah yang membahas mengenai
permasalahan dan solusi masalah yang sedang dikaji.
Dari segi istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu
masalah: untuk memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan
keluarnya. Pada hakikatnya, diskusi merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah
dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan kegiatan kerja
sama yang mempunyai cara-cara dasar yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok
(Sulistiyo, 2001).
Kemahiran untuk melakukan presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan. Agar
presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan, yaitu
(Mussarafah, 2012):
1.
Menarik perhatian dan minat pelaku ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang
penyaji dapat menggunakan media yang menarik misalnya media visual seperti gambar
dengan warna yang dan ilustrasi yang menarik, menunjukkan latar belakang agar
informasi bisa tersampaikkan dengan baik sehingga semakin memperjelas pemahaman
pendengar, dan menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar dengan jelas oleh
seluruh peserta yang berada di suatu ruangan.
2.

Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas.

25

Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada makalah yang dibahas, penyaji
harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat,
terhadap butir-butir inti.
3.
Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menjaga etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat
merugikan (menyinggung perasaan) orang lain. Merupakan hal yang penting untuk
melatih dan mengontrol emosi serta ekspresi wajah agar penampilan penyaji tetap pantas,
sopan dan beretika sehingga tidak menyinggung perasaan salah satu pihak (Haryanta,
2009).
4.
Mempertahankan perhatian minat dan perhatian peserta.
Untuk menyampaikan pemikiran secara efektif, pembicara harus dapat
mempertahankan perhatian pendengar. Beberapa hal yang penting yang dapat
dipersiapkan adalah dengan menghubungkan subyek pembahasan dengan kebutuhan
pendengar, karena pendengar tertarik dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka secara
pribadi, bahasa yang digunakan sebaiknya jelas dan hidup agar pendengar tidak bosan,
hubungkan gagasan dengan subyek yang dikenal dengan luas, dan melibatkan pendengar
dengan memberi kesempatan dalam menanggapi. Selain itu, dalam presentasi juga dapat
diselipkan sedikit komentar ringan/humor, cerita singkat, mengedarkan sampel,
mengajukkan pertanyaan singkat dan mengemukakkan data statistik (Purbasari, 2009).

26

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah suatu refleksi dari apa yang disebut dengan self control(kendali
diri), karena segala sesuatu yang dibuat dan diterapkan merupakan suatu kebiasaan dan
tanpa paksaan untuk kepentingan individu/kelompok itu sendiri.
Etika termasuk dalam penunjang aktifitas kerja maupun dasar untuk menjalankan
sebuah profesi. Sehingga perlu adanya faham etika yang baik untuk kepetingan diri
maupun kelompok dan dapat mendukung kualitas kerja yang lebih baik.
Pemahaman etika bekerja adalah semua hal yang berkaitan dengan pribadi,dimana
kita dapat mengenal diri sendiri dan memberikan kesan yang baik untuk orang lain
baik atasan,rekan bisnis dan rekan kerja maupun orang-orang yang berada disekitar.
3.2 Saran
Perlunya pustaka penunjang yang lebih dari makalah ini untuk pemahaman
mahasiswa dan mahasiswa dapat mengetahui etika yang lebih baik demi mendukung
profesi yang digeluti.

27

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa.
Antonius Athosoki, 2005. Relasi dengan Dunia (alam, iptek, kerja). Elek media komputindo :
Jakarta
Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas, Rajawali Press. Jakarta.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
dePorter, Bobbi, et.al.2000. Quantum Teaching, Kaifa. Bandung.
Eka Darmaputra.1987.Etika Sederhana untuk Semua.Jakarta: BPK Gunung Mulia
E. Sumaryono, 1995.Etika Profesi Hukum.Kanisius : Yogyakarta
Mien R. Uno.2008.Buku Pintar Etiket untuk Remaja.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
H. Nainggolan, 1987, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Cetakan Kesebelas, Jakarta
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
K. Bertens.2000.Etika.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4.
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4
Madya, Suwarsih. 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya
Nasional Dosen MPK Bahasa Indoensia, 13-15 Mei di Jogjakarta.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Paul L Lehmann.1963.Ethics in a Christian Contex.New York:Harper & Row Publisher
Purbasari, Niken. 2009. Presentasi Bisnis 2. Pusat Perkembangan bahan Ajar Sastra Djatmika
dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1984.
Sulistyo, Bambang. 2001. Teknik Dan Etika Diskusi Ilmiah. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai