Anda di halaman 1dari 86

BAB III

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode yang bertujuan agar penelitian
tersusun secara sistematis. Metode adalah cara bertindak menurut sistem
atau sistem tertentu (Sudartono,1995 : 41), sedangkan arti

kata

penelitian dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan


pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan
secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian ialah upaya untuk
menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh
kebenaran terhadap suatu objek permasalahan.

3.1 Metode Dasar


Metode dasar yang digunakan dalam skipsi ini adalah metode
deskriptif. Metode Deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan

objek/subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain)

19

Universitas Sumatera Utara

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana


adanya. (Nawawi 1991 : 63). Dalam metode deskriptif, penulis akan
berusaha mengungkapkan dan memaparkan hasil yang sebenarnya sesuai
dengan keadaannya sekarang.

3.2.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan daerah penelitian adalah Desa Lingga
Kabupaten Karo Kabanjahe. Penduduk desa ini bermata pencaharian
petani, pedagang, dan pegawai. Penulis memilih lokasi ini karena ditemui
rumah adat disertai dengan ornamen yang menghiasi rumah adat.

3.3.Sumber Data Penelitian


Sumber data penelitian ini diperoleh dari keterangan informan yang
mengerti tentang ornament yang terdapat di dalam rumah adat Karo.
Kemudian penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library
research) yang bertujuan untuk mencari buku-buku yang berhubungan
dengan masalah penelitian sehingga dapat mendukung penelitian ini.

20

Universitas Sumatera Utara

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat perekam (tape recorder) yang digunakan untuk mewawancarai
informan sehubungan dengan objek penelitian
2. Kamera, yang digunakan untuk mengambil foto objek
3. Alat tulis dan kertas, yang digunakan untuk mencatat segala hal yang
dianggap penting dan berhubungan dengan objek penelitian.

3.5. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data penulis menggunakan
metode sbb:
1. Metode observasi yaitu penulis langsung kelapangan melakukan
pengamatan terhadap objek penelitian.
2. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara terhadap informan
yang dianggap dapat memberikan informasi atau data-data tentang
objek yang diteliti dengan menggunakan teknik :

21

Universitas Sumatera Utara

a. Rekam yaitu merekam informasi atau data yang diberikan informan.


b. Catat yaitu mencatat semua keterangan yang diperoleh dari informasi
informan.
3. Metode kepustakaan (library research) yaitu dengan mencari data dari
buku-buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

3.6. Metode Analisis Data


Pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data
sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidak-benaran dari suatu
objek. Penganalisisan data dilakukan dengan mendeskripsikan bentuk,
fungsi dan makna ornamen rumah adat Karo. Data yang diperoleh dari
masyarakat sangat berpengaruh terhadap fungsi dan makna terhadap nilainilai budaya yang ada pada masyarakat Karo pada zaman dahulu sampai
sekarang.

22

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
SISTEM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO

4.1. Asal Usul Etnis dan Nama Karo


Daerah Sumatera Utara terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran
tinggi dan pegunungan. Daerah pantai terletak sepanjang pesisir timur, barat
dan bersambung dengan dataran rendah. Dataran Karo, Toba dan Humbang
merupakan dataran tinggi, sedangkan pegunungan Bukit Barisan yang yang
membujur di tengahtengah dari utara ke selatan merupakan daerah
pegunungan. Luas daerah Sumatera Utara sekitar 71.680 km2 dan terletak
antara 1 dengan 4 lintang utara dan antara 98 dengan 100 bujur timur.
Penduduk pribumi Sumatera Utara terdiri atass suku Melayu, Toba, Karo,
Simalungun, Pakpak Dairi, Mandailing dan Nias, dengan mata pencaharian
seharihari adalah bertani. (Saragih 2007 :42)
Berdasarkan asal usul terjadinya suku Karo belum diketahui secara
pasti. Namun diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1250. Karena menurut
beberapa penulis pada waktu itu sudah ada kerajaan Haru (Aru). Kerajaan
ini dulunya cukup kuat dan wilayah kekuasaan yang sangat luas.

23

Universitas Sumatera Utara

Masa kejayaan kerajaan ini cukup lama. Namun sekitar tahun 1539
kerajan Haru kalah dan hancur total akibat serangan tentara kerajaan Aceh
yang

memiliki

persenjataan

yang

cukup

kuat.

Rakyatnya

pergi

menyelamatkan diri ketempat yang dianggapnya aman.


Rakyat yang pergi menyelamatkan diri ada yang ke Singkil, Pak-pak
Dairi, Aceh (Gayo Alas), Asahan, Simalungun, dan dataran tinggi tanah
Karo (Karo Gugung). Sebahagian lagi pergi ke dataran rendah dekat
pengunungan mulai dari bukit Lawang, Bahorok (Buah Orok), Deli Serdang
sampai keperbatasan Sipis-pis Tebing Tinggi sekarang. Mereka yang
menempati tempat yang baru diluar Asahan kemudian disebut orang Karo
sisa perang Haru. Suku Karo yang tinggal di dataran rendah dekat
pengunungan yang luasnya lebih kurang 5.000 km2 kemudian disebut
Batak Karo Dusun.
Disisi lain dari penemuan sejarah, di Labu Tuo yang letaknya
berdekatan dengan kota pelabuhan Baros, ditemukan sebuah batu bertulis
pada tahun 1872, isinya baru dapat dibaca pada tahun 1932 oleh Prof.
Nilakantisastri, Guru besar Purbakala di Madras.

24

Universitas Sumatera Utara

Batu tertulis tersebut ditemukan oleh Kontelitir Deuz. Isinya bahwa


pada tahun 1088 M ada 1.500 orang Tamil dari India Selatan bertempat
tinggal di Baros. Mereka membentuk kesatuan untuk mencegah persaingan
sesama mereka dalam dagang kapur barus dan kemenyan, mereka
membentuk kesatuan dagang di daerah itu.
Penduduk yang terdahulu menempati daerah itu semakin bertambah
dengan adanya pendatang baru. Pendatang baru itu terutama berasal dari
India dengan maksud untuk mencari sumber penghidupan terutama
berdagang disamping menanamkan pengaruhnya. Di luar daerah Baros
mereka menjumpai gading gajah, cula badak, kapur barus, kemenyan dan
emas yang sangat berharga dan digemari pada waktu itu.
Barang-barang ini dibawa dan diperdagangkan di India, Eropa, dan
Tiongkok.

Beberapa

diantaranya

ada

juga

yang

menetap

dan

menggabungkan diri dengan golongan pribumi setempat. Mereka tidak


kembali kenegrinya, ada juga akibat sulitnya atau putusnya hubungan
karena pemimpinnya tidak datang lagi.

25

Universitas Sumatera Utara

Di daerah-daerah sekitarnya sering terjadi perpindahan penduduk.


Perpindahan tersebut disebabkan terjadinya huru-hara untuk mencari tempat
pertanian yang lebih baik. Oleh karena terjadinya pergeseran penduduk
tersebut suku Karo tinggalnya berpencar dan sebagian kecil derada di
dataran tinggi Karo.Diperkirakan orang India (Tamil) yang tinggal disekitar
Baros itulah yang sampai di desa Seberaya (Karo) kemudian tinggal
bersama dengan penduduk setempat.
Dari sumber lain diketahui pula bahwa pada tahun 1680 Guru
Pertimpus (Guru Pa Timpus) sudah tinggal di Medan sekarang. Dia
bermarga Sembiring Pelawi datang dari tanah Karo Gugung, bermaksud
untuk membuka ladang diantara sungai Babura dan sungai Deli. Kemudian
Guru Pa Timpus kawin dengan seorang putri panglima Hali yang tinggal di
Sei Sikambing. Panglima Hali sendiri sebenarnya dulu berasal dari suku
Karo, bermarga Tarigan.
Disisi lain masih ada sumber dengan versi yang berbeda. Sumber itu
adalah nenek kandung penulis (Sempa Sitepu) bernama Rayung Karo
Sitepu

26

Universitas Sumatera Utara

Nama orang si Karo-lah asal mula nama suku Karo, katanya dengan
muka serius memulai penuturanya. Pada zaman dahulu kala ada seorang
maharaja yang sangat kaya, sakti dan berwibawa. Dia tinggal disebuah
negeri bersama permaisuri dan putra-putrinya, yang letaknya jauh
diseberang lautan. Dia mempunyai panglima, ratusan prajurit, puluhan
wanita sebagai dayang-dayang dan puluhan pembantu.
Pada suatu ketika maharaja ingin pergi dari negeri tempat tinggalnya
itu dan ingin mencari tempat lain yang lebuh luas dan tanahnya lebih subur
serta ditempat baru itu dia akan mendirikan sebuah kerajaan. Pada waktu
yang ditentukan berangkatlah maharaja, permaisuri, putra-putrinya, dayangdayang, pembantu dan panglima pengawal maharaja ikut bersama berpuluhpuluh prajurit. Panglima itu bernama si Karo, tubuhnya kekar dan berwajah
tampan. Mereka juga membawa perhiasan miik raja untuk kebutuhan
sehari-hari dan kebutuhan diperjalanan.

27

Universitas Sumatera Utara

Berbulan-bulan mereka berjalan ke arah selatan melewati gunung,


perbukitan dan sungai. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka
berburu dan menangkap ikan sambil berjalanan yang tampa disadari mereka
telah sampai di pulau Pinang.
Setelah agak lama mereka tinggal di semenanjung Malaka yang
bersebarangan dengan pulau Pinang pada pagi hari ketika matahari terbit
maharaja memandang ke selatan yang nampak terlihatnya laut yang
terbentang luas dan pulau yang lebih luas dari pulau Pinang. Maharaja
berniat mengetahui pulau itu perjalanan yang mereka alami sangat sulit
karena angin dan gelombang yang sangat kencang. Perahu yang mereka
tumpangi terkatung-katung dan tidak ada yang dapat mereka lakukan.
Dalam keadaan seperti itu mereka sadar bahwa mereka telah kembali ke
tempat semula. Setelah mereka memperhatikan ternyata pulau itu adalah
bukan tempat mereka semula akan tetapi, pulau berhala sekarang.
Beberapa bulan lamanya mereka tinggal di pulau itu dengan mencari
ikan sebagai makanan mereka sehari-hari. Di pulau itu tidak mereka
temukan manusia sehingga mereka hidup bebas.

28

Universitas Sumatera Utara

Pada saat itulah si Karo panglima maharaja mempersunting seorang


dari putri dari maharaja yang selama ini sudah jatuh cinta, hal itu di
beritahukan kepada rombongan yang lantas mencari pasangan masingmasing. Setelah itu rombongan si Karo pergi melanjutkan perjalanan ke
pulau sangat jauh yaitu pulai perca (Sumatera) tempat itu kemudian
diketahui dengan nama pulau Belawan. Dari tempat itu mereka melanjutkan
perjalanan malalui perahu sungai kepedalaman.
Sepanjang perjalanan mereka tidak menjumpai manusia selain
sungai dan pepohonan. Berapa jam lamanya kemudian mereka berjalan kaki
ketempat yang disebut Durin tani. Ditempat itu terdapat gua umang yang
cukup besar. Gua umang itu yang digunakan mereka sebagai rumah
sementara. Lebih kurang satu tahun lamanya mereka tinggal dan
bersembunyi di Gua itu. Si Karo bekas panglima maharaja menganggap
tempat itu tidak sesuai, sehingga dia mengajak rombongan pergi kearah
hulu sunagai menuju pegunungan. Anggota rombongan tidak menjawab
karena keberatan. Si Karo mulai marah dan seorang anggota bertanya
kemana lagi mereka akan pergi karena tempat itu cukup baik bagi mereka.

29

Universitas Sumatera Utara

Mereka tidak mau tua-tua diperjalanan. Persediaan makanan juga sudah


menipis. Mendengar ucapan itu si Karo bertanya siapa yang mau ikut dia,
dan 15 orang mengikut dia. Si-Karo berpesan pada orang yang tinggal agar
suatu waktu kita dapat bertemu kembali atau anak cucu kita oleh karena itu,
kuperintahkan kalian agar semuanya memakai nama Karo sebagai
tambahan namanya, hal ini sebagai tanda pengenal keturunan kita agar tidak
saling baku hantam dan kita satu keturunan yang merasa senasib dan
sepenanggungan.
Setelah itu mereka berangkat dan rombongan yang tinggal di Durin
tani yang menempati daerah dataran rendah Karo yang berdekatan dengan
kota Medan sekarang. Rombongan si Karo yang mengikuti aliran sungai
Lau betimus menuju arah pegunungan. Dua hari lamanya mereka berada
dalam perjalanan melalui beberapa tempat yang kemudian dinamai Buluh
Hawar.
Tempat itu berpariasi berbukit dan dekat sungai. Tempat itu
kemudian disebut dengan desa Si Keben berdekatan dengan Bandar baru.
Mereka tinggal disitu beberapa bulan yang pada suatu pagi, si Karo pergi

30

Universitas Sumatera Utara

kesebuah bukit yang agak tinggi kemudian mengarahkan pandanganya ke


arah utara dan nampak olehnya batas laut dengan daratan dan dia merasa
tempat itu dekat dengan laut.
Akhirnya rombongan si Karo bergerak kembali meneruskan
perjalanan yaitu sebelah kiri gunung Barus sekarang. Dengan susah payah
mereka melintasi hutan rimba yang belum pernah di jamah manusia dan
tanahnya berlapis-lapis dan terlindung dari cahaya matahari. Suara burung
dan suara binatang masih banyak disekitar mereka. Setelah perjalanan
mereka tiba diatas dataran dekat gunung Barus. Mereka terkejut melihat
alam yang begitu indah dengan aneka ragam tumbuhan dan pepohonan
hutan. Keesokan harinya mereka berjalan ke tempat yang mereka pandang
indah. Menjelang tengah hari mereka tiba disana dan berhenti di bawah
pohon (jabi-jabi) sejenis pohon beringing.
Mereka semua berpendapat tempat itu cukup baik dan memberikan
ketenangan pikiran karena udara sejuk yang dekat dengan sungai Lau Biang
sekarang.

31

Universitas Sumatera Utara

Si Karo mengambil segenggam tanah dan mengamati dan rasa tanah


itu belum sama beratnya dengan tanah negeri asal, maka di putuskan untuk
mencari tempat lain disekitar. Mereka kemudian memutuskan mencari
tempat lain disekitarnya. Dari sebuah bukit mereka melihat suatu dataran
yang

agak

luas

diseberang

sungai.

Mereka

menyuruh

anjing

menyebaranginya, setelah kurang dua jam anjing tersebut mengibasibaskan ekornya sebagai suatu tanda ada tempat yang baik ditempati.
Karena dipandu anjing maka tempat itu disebut sungai Lau Biang
yang berarti dapat diseberangi anjing. Tempat itu luas dan tanahnya subur,
si Karo pun mengulangi caranya menilai tanah. Terdapat kesesuaian tanah
di negeri asalnya dengan tanah tersebut
Anggota rombongan bersorak mendengar ucapan si Karo yang
kemudian dahulu dinamakan tempat itu mulawari berseberangan dengan
sungai si Capah yang sekarang dinamakan Seberaya daerah sekitarnya
dinamakan Sukapiring. Mulawari dahulu telah jadi talun karo (peninggalan
nenek Karo)

32

Universitas Sumatera Utara

Sehari-hari mereka membuat rumah sederhana dari gubuk,


mengerjakan lahan pertanian dengan tebang bebas. Setelah itu jumlah
mereka bertambah sehingga berpindah ketempat lain diantaranya kuta Bale,
Samura, Seberaya, Sukanalu dan Suka. Demikianlah dan beratus tahun
bahkan ribuan tahun jumlahnya bertambah. Mereka menempati wilayah si
Karo kebarat sampai dengan Aceh dan selatan berbatasan dengan Tapanuli
Utara dan sampai ke Dairi, sedangkan Timur menempati daerah
Simalungun. Jadi pendatang si Karolah yang menjadi asal-usul nama Karo.
Ada juga yang mengatakan kerajaan Sukapiring didataran tinggi
Karo erat hubunganya sejarah putri hijau seorang raja di Deli yang
kerajaannya hancur akibat kerajaan aceh ceritanya ada di seberaya berkaitan
dengan putri hijau di deli tua. Memang ada perbedaan akan tetapi,
persamaan tokoh dan sisa perang yang ditinggalkan berupa pecahan meriam
Putri Hijau yang ada di Seberaya yang kemudian pindah ke Sukanalu yang
saat ini kita jumpai di kawasan Sitepu rumah ukir. Pecahan meriam Putri
Hijau di deli tua diletakkan dalam sebuah bangunan berbentuk rumah adat
Karo.

33

Universitas Sumatera Utara

Walaupun sementara ada pendapat suku Karo termasuk Sub Suku


keturunan Toba yang berasal dari gunung Pusuk Buhit hal tersebut menurut
buku yang penulis kurang logis dan tidak rasional. (Sitepu 1996 : 5 12)

4.2. Daerah Wilayah Budaya Masyarakat Karo


Suku Karo adalah salah satu sub suku yang berdiam di dataran
tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu dan sebagian daerah Dairi. Wilayah
tersebut merupakan bagian dari kabupaten Karo dengan ibu kota Kabanjahe
di propinsi Sumatera Utara. Menurut (Neuman dalam Saragih 1972:8)
Wilayah Karo adalah suatu wilayah yang luas, yang terlepas dari perbedaan
perbedaan antar suku, yang menganggap dirinya termasuk ke dalam
Karo, yang berbeda dengan

Toba,

Pakpak,

Simalungun. Seluruh

perpaduan suku suku Karo diikat oleh suatu dialek yang dapat dimengerti
dimana- mana dan hampir tidak ada perbedaannya antara yang satu dengan
yang lain.

34

Universitas Sumatera Utara

Secara geografis kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten


Langkat dan Deli Serdang di bagian utara, kabupaten Dairi di bagian
selatan, kabupaten Simalungun di bagian timur, dan D.I. Aceh di bagian
barat.
Menurut Parlindungan dalam Saragih (2007-35) membagi wilayah
Karo menjadi dua bahagian yaitu wilayah Karo Gunung, wilayah ini
terletak 1000 meter di permukaan laut yang mencakup di sekitar gunung
Sinabung dan gunung Sibayak dan wilayah Karo Dusun 1000 meter di atas
permukaan laut. Wilayah ini berada diluar dari wilayah Karo Gunung.
Daerah ini boleh jadi mencakup Langkat, Deli Serdang, Simalungun,
Pakpak Dairi sampai tanah Alas.
Berdasarkan perkiraan Neumann dan Parlindungan di atas, wilayah
budaya Karo pada zaman sebelum kedatangan Belanda sangat luas. Namun
setelah kedatangan Belanda (Putro, 1981), Wilayah Karo ini di bagi atas
beberapa daerah. Pembagian ini bermotif kepentingan politik pemerintahan
jajahan Belanda.

35

Universitas Sumatera Utara

1. Pada tahun 1908 (stbl no.604) ditetapkan batas- batas daerah kabupaten
Karo dengan kabupaten Dairi, dengan memasukkan daerah Karo
Baluren, sepanjang sungai Renun kecamatan tanah Pinem dan
kecamatan Lingga, masuk menjadi daerah kabupaten Dairi.
2. Pada tanggal 19 April 1912, dengan besluit Government Bijblad No.
7645, menetapkan batas- batas kabupaten Karo dengan kabupaten
Simalungun sekarang dengan memasukkan Urung Silima Kuta ke
dalam daerah tingkat II kabupaten Simalungun.
3. Pada tanggal 19 April 1912, dengan besluit government no.17, telah
ditetapkan pula batas antara kabupaten Karo sekarang dengan Deli
Hulu, dengan memisahkan seluruh pantai timur dengan kabupaten Karo
sekarang.
1.

Karo Bingei, yang terdiri atas kecamatan Selapian dan kecamatan


Bahorok dimasukkan ke Kabupaten Langkat sekarang.

2.

Karo Dusun, yang terdiri atas kecamatan Serbanyaman, kecamatan


Sunggal dan kecamatan Delitua dimasukkan ke kabupaten Deli
Serdang.

3.

Karo timur, dimasukkan ke daerah tingkat II Kotamadya Medan.

36

Universitas Sumatera Utara

Pada masa penjajahan Belanda, pemerintahan jajahan Belanda


membagi daerah Karo menjadi 5 wilayah yang terdiri dari : a. wilayah
Lingga, b. wilayah Sarinembah, c. wilayah Suka, d. wilayah Barusjahe, dan
e. wilayah Kutabuluh. Dan masing-masing mempunyai beberapa desa. Pada
masa Pemerintahan Jepang, wilayah ini tidak mengalami perubahan.
Namun setelah Indonesia merdeka, wilayah ini masuk menjadi bagian
daerah tingkat II kabupaten Karo yang dikepalai oleh seorang Bupati yang
berkedudukan di Kabanjahe.
Hingga sampai sekarang kabupaten Karo terdiri dari 13 kecamatan
mencakup kecamatan Barus Jahe, kecamatan Tiga Panah, kecamatan
Kabanjahe, kecamatan Merek, kecamatan Payung, kecamatan Tigandreket,
kecamatan Kutabuluh, kecamatan Munte, kecamatan Laubaleng, kecamatan
Tiga Binanga, kecamatan Juhar , kecamatan Mardingding , dan kecamatan
Simpang Empat ( lokasi penulis meneliti).
Kabupaten daerah tingkat Karo ini mempunyai relief bergelombang
yang terdiri dari bukit-bukit dan gunung. Puncak tertinggi adalah gunung
Sibuatan(2.457 m) , terletak di perbatasan kabupaten Karo dan kabupaten

37

Universitas Sumatera Utara

Dairi. Daerah ini juga merupakan daerah vulkanik. Gunung yang aktif
adalah gunung Sinabung dan gunung Sibayak.
Kabupaten dati II Karo ini terletak pada koordinat 2 0 50 sampai 30
10 lintang utara dan 97

55 sampai 98

38

bujur timur , dengan

ketinggian 140 m 1400 m di atas permukaan laut. Luas kabupaten Karo


2.127, 25 Km2 atau 3,01 % dari wilayah Propinsi Sumatera Utara (lihat peta
kabupaten dati II Karo). Curah hujan tahunan berkisar 1000 hingga 4000
mm/tahun. Curah hujan maksimum jatuh pada bulan November dan
minimum pada bulan Juli. Suhu udara berkisar dari 16

hinggga 27

celsius dengan kelembaban udara rata- rata 82 %.

4.3. Sejarah Terbentuknya Desa Lingga


Asal usul desa Lingga berasal dari daerah Pak-pak. Seorang yang
bermarga Lingga di Pak-pak merantau ke kampung tersebut dan namanya
disebut Sitading Lingga, lama kelamaan nama tersebut berubah menjadi
Lingga. Menurut masyarakat yang menghuni rumah adat Karo yang ada di

38

Universitas Sumatera Utara

Lingga orang Karo berasal dari orang Pak pak yang merantau ke desa
Lingga. (Hasil wawancara penelitian)

4.4. Letak Geografis dan Sistem Sosial Desa Lingga


Suku Karo pada umumnya mendiami daerah tanah Karo sebagai
daerah pemirantahan Kabupaten Karo, yang meliputi : Kecamatan Brastagi,
Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Tiga
Panah, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Juhar, Kecamatan Kuta Buluh,
Kecamatan Munthe, Kecamatan Mardinding, Kecamatan Merek.
Masyarakat Karo memiliki berbagai nilai budaya, salah satu
diantaranya adalah nilai budaya pada arsitektur tradisional yang ada pada
rumah adat. Hal ini pula yang menjadi penelitian penulis. Penulis
memfokuskan objek penelitian di kecamatan Simpang Empat, dan menitik
beratkan permasalahan

pada fungsi ornamen tradisional rumah adat

masyarakat Karo yang ada di desa Lingga kecamatan Simpang Empat


Kabanjahe.

39

Universitas Sumatera Utara

Desa

Lingga

merupakan

desa

pertanian,

yang

mayoritas

penduduknya bermata pencaharian petani, pedagang, dan pegawai. Luas


desa lingga adalah 2624 Ha.
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Surbakti,
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kacaribu,
Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kaban, dan
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Nang belawan.
Jarak desa Lingga dengan Ibukota Kabanjahe lebih kurang 4,5 km.

4.5. Ornamen Rumah Adat Karo


Rumah adat Karo merupakan bangunan tradisional yang ditandai
ornamen yang keseluruhan ornamen memiliki hal hal yang berhubungan
dengan lambang yang bermakna adat istiadat. Dalam pembuatan ornamen
rumah adat Karo akan melewati berbagai proses perencanaan yang matang
dan tidak terlepas dari adat istiadat yang telah ditetapkan sebagai sumber
hukum yang berlaku di tengah tengah masyarakat, melalui sidang adat
raja, yang kemudian dikirim kepada ahli kesenian (penggerga) yang
mendapat perintah dari pengulu taneh.

40

Universitas Sumatera Utara

Setiap lembar papan yang dihiasi ornamen pada masyarakat Karo


ada yang bermakna keindahan, kekeluargaan dan yang mengandung unsur
mistik untuk menjaga pemilik rumah dan sebagai pengerat sistim
kekeluargaan pada masyarakat Karo. Ornamen yang diteliti pada skripsi ini
adalah ornamen yang terdapat pada Rumah adat Karo.

4. 5.1. Ornamen Lumut-lumut Lawit

a. Bentuk
Ornamen Lumut-lumut lawit berbentuk persegi empat sama sisi yang
bagian tengahnya berbentuk kotak-kotak.

41

Universitas Sumatera Utara

Kotak-kotak tersebut terdiri dari empat bagian. Antara bagian yang


pertama, kedua, ketiga dan ke empat memiliki sisi yang sama. Adapun
panjang, lebar dan luas dari masing-masing kotak berukuran sama. Kotakkotak pada bagian tengah tersebut berwarna putih, sedangkan sisi yang
menutupi kotak-kotak tersebut berwarna hitam.
Ornamen Lumut-lumut lawit bermotif geometris karena merupakan
gambaran tumbuh-tumbuhan yang ada di alam laut. Adapun ornamen ini
diambil dari gambaran rumput laut dengan lumut-lumut yang bertebaran di
laut pada batu karang. Rumput laut yang licin akan menjaga batu karang
yang merupakan kekuatan untuk menjaga kelangsungan hidupnya di alam
laut dari segala macam gangguan yang di timbulkan oleh alam dan manusia
untuk merusak laut.
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi masyarakat Karo membentuk
ornamen Lumut-lumut lawit yang mereka percaya dapat menggelincirkan
segala niat jahat yang berusaha mengganggu ketentraman pemilik rumah.

42

Universitas Sumatera Utara

Ornamen ini terbuat dari bambu yang dibelah dan dianyam


sedemikian rupa membentuk segi empat yang diletakkan pada ayo-ayo
depan rumah adat Karo.
Adapun bambu yang dianyam itu diberikan warna hitam dan putih
yang merupakan tiruan dari batu karang dan Lumut yang mana lumut
berwarna hitam sedangkan batu karang berwarna putih.
b.Fungsi
Ornamen Lumut-lumut lawit diatas diletakkan pada ayo-ayo rumah
adat Karo yang berfungsi yakni:
1. Penolakan kepada segala niat jahat
Penolakan berarti menepis segala hal-hal yang tidak baik karena
masyarakat Karo pada zaman dahulu masih percaya akan adanya roh-ro0h
jahat yang hendak mengganggu ketentraman rumah. Roh-roh jahat itu
dikirim melalui bantuan dukun yang gunanya untuk merusak dan
membinasakan orang yang tinggal di rumah, sehingga mereka mempercayai
ornamen

Lumut-lumut

lawit

dapat

dijadikan

penangkal

untuk

menggagalkan segala niat jahat orang tersebut.

43

Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai ventilasi udara


Ornamen Lumut-lumut lawit di letakkan pada ayo-ayo depan rumah
adat Karo memiliki fungsi sebagai ventilasi udara. Ornamen ini akan
memberikan cahaya matahari karena ornamen ini diletakkan pada ayo-ayo
rumah adat yang dibuat dengan cara dianyam sehingga udara segar masuk
melalui ornamen tersebut.
c. Makna
Lumut-lumut lawit dalam masyarakat Karo memiliki makna berupa
keamanan. Ornamen Lumut-lumut lawit akan menjaga keamanan dari
setiap anggota keluarga dari segala niat jahat orang. Niat jahat tersebut
bentuknya tidak terlihat karena dibuat untuk menghancurkan dan
membinasakan orang yang ada dalam rumah adat. Roh-roh jahat tersebut
dikirim dengan bantuan dukun yang berusaha untuk merusak keharmonisan
para anggota keluarga yang tinggal dalam rumah adat.

44

Universitas Sumatera Utara

Niat jahat orang tersebut akan menjadikan pertengkaran antara satu


keluarga dengan keluarga lainnya yang tinggal di rumah adat. Kekuatan
jahat tersebut juga dapat membinasakan orang yang ada di rumah adat.
Dengan datangnya penyakit yang secara tiba-tiba sehingga sebelum terjadi
hal-hal tersebut harus dicegah.
Ornamen Lumut-lumut lawit di percaya dapat menghancurkan niat
jahat tersebut dan menjaga ketentraman anggota keluarga yang ada dalam
rumah adat. Ornamen Lumut-lumut lawit dipercaya dapat menghalau dan
menggelincirkan segala niat jahat orang tersebut sehingga ketentraman
rumah akan terjaga.

45

Universitas Sumatera Utara

4.5.2. Ornamen Bindu Matagah

a. Bentuk
Bentuk ornamen ini berupa garis yang menyilang diagonal dan
membentuk persegi yang melambangkan pesilah simehuli (menyingkirkan
yang tidak baik). Penyingkiran yang tidak baik itu merupakan kekuatan
ornamen Bindu Matagah untuk menjaga lingkungan dan manusia dari rohroh alam semesta yang ditimbulkan oleh manusia sendiri ataupun alam
yang berusaha mengganggu dan merusak ketentraman desa dan pemilik
rumah adat. Ornamen ini bermotif geometris. Bahan dasar ornamen ini

46

Universitas Sumatera Utara

adalah kayu yang tehnik pembuatannya di ukir dan dibuat garis menyilang
membentuk persegi.
b. Fungsi
Ornamen ini memiliki fungsi sebagai penyingkir yang tidak baik
dalam masyarakat Karo yang memiliki arti apabila seorang tamu hendak
memasuki kampung atau rumah maka ornamen Bindu Matagah akan
dilukiskan di tanah dan tamu tersebut harus memijak ornamen Bindu
Matagah.
Ada anggapan masyarakat bahwa tidak semua orang mempunyai
sifat baik apalagi kalau ada orang asing yang datang ke kampung atau ke
rumah, maka orang tersebut harus memijak ornamen bindu matagah dengan
kaki kanan agar supaya segala niat jahat yang mungkin di bawa orang
tersebut hilang, dan tidak masuk ke rumah atau kampung, sehingga
ketentraman tetap terjaga.
Ornamen ini juga berfungsi untuk menjaga pemilik rumah atau orang
kampung yang sedang berburu kehutan. Apabila penghuni kampung di
hutan memiliki ketakutan, akibat adanya gangguan dari binatang buas

47

Universitas Sumatera Utara

seperti ular, harimau dan hewan-hewan liar yang berusaha mengganggu dan
mengancam jiwa mereka, maka ornament ini dilukiskan ditanah dan
dipijakkan dengan kaki kanan, maka hal-hal buruk tidak akan terjadi.

c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekuatan dan
makna kepercayaan
1. Makna Kekuatan
Ornamen Bindu Matagah mempunyai kekuatan untuk menjaga orang
kampung dari niat jahat orang ketika mereka kedatangan tamu dari luar
desa yang tidak dikenal.
Masyarakat Karo menganggap setiap orang yang tidak dikenal
belum tentu mempunyai niat baik maka ornamen Bindu Matagah akan
memiliki kekuatan untuk menjaga orang kampung dan pemilik rumah dari
segala ancaman dan gangguan

yang datangnya terlihat maupun tidak

terlihat.

48

Universitas Sumatera Utara

Gangguan yang terlihat seperti merusak hubungan persaudaraan


masyarakat yang menghuni kampung dan gangguan yang tidak terlihat
berupa gangguan yang dikirim lewat udara dengan bantuan dukun.
2. Makna kepercayaan
Makna Kepercayaan terlihat dari kepercayaan masyarakat Karo pada
ornamen Bindu Matagah saat kedatangan tamu, tamu tersebut harus
memijak ornamen Bindu Matagah dengan kaki kanan agar niat jahat tidak
masuk ke kampung atau kerumah. Ornamen ini juga dipercaya akan
memperkuat roh orang yang akan berburu kehutan ketika mereka berjumpa
dengan hewan binatang buas di hutan dengan melukisan ornamen ini di
tanah dan memijaknya dengan kaki kanan.

49

Universitas Sumatera Utara

4.5.3. Ornamen Embun Sikawiten

a. Bentuk
Ornamen ini bermotif alam yang merupakan tiruan dari awan akan
tetapi ornamen ini dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar
membentuk segitiga. Ornamen ini merupakan gambar awan yang beriring
dilangit yang memiliki gumpalan tebal yang ketika lapisan

awan atas

bergerak maka bayangan awan dibawahnya akan ikut.


Terjemahan secara bebas ornamen ini adalah awan yang berkaitan
atau rangkaian awan yang beriringan yang

berarti rakut sitelu dalam

masyarakat Karo. Lapisan awan atas menunjukkan Kalimbubu dan lapisan


awan bawah sebagai pengikut menunjukkan anak berru.

50

Universitas Sumatera Utara

Bahan dasar ornamen ini adalah kayu yang tehnik pembuatannya di


ukir dan dipahat sesuai gambar awan yang beriringan. Warna dasar
ornamen diambil dari warna bunga yang merah yang berarti kekuatan
kalimbubu

dalam

acara

adat

Karo

yang

menjaga

keharmonisan

kekeluargaannya dengan anak berru.


b. Fungsi
Ornamen Embun Sikawiten merupakan gambar alam yang berupa
segitiga yang memiliki bayangan yang berfungsi menunjukkan hubungan
kalimbubu dan anak berru yang posisinya berbeda yaitu kalimbubu di atas
dan anak berru di bawah sesuai dengan gambar awan yang beriringan.
Dalam masyarakat Karo, kalimbubu memegang peranan yang
penting, orang yang sangat dihormati dan

disegani. Masyarakat Karo

percaya menghormati kalimbubu akan mendapatkan usaha dan rejeki yang


baik. Oleh karena itu kalimbubu disebut juga Dibata Idah yang maksudnya
kalimbubu merupakan wakil Dibata di dunia ini.

51

Universitas Sumatera Utara

Anak Berru ialah pihak keluarga Laki-laki yang kawin atau


mengambil anak perempuan suatu keluarga dan kalimbubunya ialah pihak
keluarga perempuan yang dikawininya. Dan anak berru harus menghormati
kalimbubunya dan kalimbubu akan memberikan perlindungan kepada anak
berru.
Ornamen ini juga berfungsi untuk menolak segala niat jahat orang
yang berusaha untuk mengganggu ketentraman satu keluarga anak berru
yang memiliki konflik. Posisi kalimbubu sebagai pelindung anak berru akan
terlihat dan kalimbubu akan membuat keputusan yang baik sesuai dengan
warna merah yang berarti pemberi semangat pada ornamen Embun
Sikawiten.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen Embun Sikawiten ialah makna
kekeluargaan. Makna kekeluargaan itu terlihat dari hubungan antara
kalimbubu dan anak berru. Ornamen Embun Sikawiten berarti rakut sitellu
dalam masyarakat Karo (Kalimbubu, Senina, Anak Berru) yang tidak

52

Universitas Sumatera Utara

terpisahkan dalam masyarakat Karo. Sebagai contoh perkawinan antara


marga dan sub marga dalam masyarakat Karo.
Perkawinan tersebut menghasilkan keturunan baru disamping ada
keluarga lama, maka terjadilah pertukaran kedudukan dan fungsi pihak
keluarga laki-laki dinamakan anak berru pihak keluarga perempuan. Dan
selanjutnya kelurga pihak perempuan disebut kalimbubu oleh pihak
keluarga laki-laki. Dan hal ini yang menimbulkan kekelurgaan yang di
sebut rakut sitellu.
Rakut artinya suatu ikatan dan sitellu artinya kelengkapan dari tiga
unsur. Selain itu ornamen ini juga mempunyai makna keindahan yang
memberikan kesan indah pada dapur-dapur rumah adat Karo. Unsur mistik
dalam ornament ini tidak ada , akan tetapi ornament ini menunjukkan rakut
si tellu dalam masyarakat Karo.

53

Universitas Sumatera Utara

4.5.4. Ornamen Cimba Lau (Tutup Dadu)

a. Bentuk
Ornamen ini bermotif geometris (alam) yang membentuk persegi
panjang dengan garis-garis melintang membentuk tutup stoples pada bagian
dalamnya. Bahan dasar ornamen ini adalah papan (ayo-ayo) yang di ukir
dan dipahat membentuk tutup stoples melintang.
Warna dasar ornamen ini ialah hitam dan putih yang mana ornamen
ini menunjukkan awan hitam yang berarak di langit yang akan segera
menunjukkan datangnya hujan. Ornamen ini terdapat pada bagian atas dan
bawah papan dapur-dapur rumah adat Karo.

54

Universitas Sumatera Utara

Ornamen yang merupakan bentuk awan yang berarak di langit


menunjukkan doa masyarakat Karo kepada sang pencipta yang memberikan
kecerahan pada hidup mereka.
b. Fungsi
Ornamen Cimba Lau (Tutup Dadu) diletakkan pada dapur-dapur
rumah adat Karo yang berfungsi sebagai:
1. Doa masyarakat Karo kepada penciptanya.
Masyarakat Karo pada zaman dahulu percaya pada kekuatan gaib
dan

roh-roh

halus

sebagai

suatu

bentuk

kekuatan

yang

dapat

membahagiakan dan menghancurkan. Oleh karena itu kepercayaan


animesme merupakan sistem religius yang mereka anut. Kepercayaan
kepada Dibata atas, Dibata tengah dan Dibata Terruh dibagi lagi atas
beberapa bagian seperti kepercayaan akan adanya pembagian sibiak atau
Dewa yang mereka yakini sudah mempunyai peranan masing-masing.
Doa masyarakat Karo pada langit menunjukkan permohonan mereka
pada Dewa hujan agar ketika mereka bertanam diturunkan hujan yang
memberikan kecerahan pada hidup mereka.

55

Universitas Sumatera Utara

2. Ornamen ini berfungsi sebagai hiasan yang memperindah rumah adat


Karo. Ornamen Cimba Lau tidak mengandung unsur mistik akan tetapi
hanya merupakan sebagai keindahan dan doa masyarakat Karo pada
penciptanya.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen Cimba Lau ini tidak jauh dari
fungsinya yaitu sebagai makna keindahan dan makna kepercayaan.
1. Makna keindahan
Makna keindahan itu terlihat pada ornamen Cimba Lau yang
memberikan kesan keindahan pada dapur-dapur sepanjang rumah adat
Karo.
2. Makna kepercayaan.
Makna Kepercayaan terlihat pada upacara-upacara ritual masyarakat
Karo seperti dalam meminta hujan akibat terjadinya kekeringan pada suatu
kampung. Kekeringan tersebut akan mengganggu pertumbuhan tanaman
yang akan menguning. Air yang ada di sungaipun sudah mulai surut
sehingga orang kampung membuat inisiatif untuk meminta Dewa hujan

56

Universitas Sumatera Utara

(sibiak udan), agar hujan turun dengan acara ritual yang diadakan di sungai
yang dikenal dengan nama ndilo wari udan.

4.5.5. Ornamen Pengret-ret (Pengerat)

a. Bentuk
Bentuk Ornamen yang terdapat pada gambar ini bila di perhatikan
secara seksama akan hampir mirip dengan rupa hewan yang menyerupai
gambar cecak. Ornamen ini memiliki lambang yang berupa kekuatan.
Ornamen ini dalam masyarakat Karo diartikan sebagai lambang
untuk memperkuat derpih rumah adat Karo. Dalam pembuatan ornamen
Pengret-ret sebenarnya derpih sudah dilobangi membentuk cecak dan
pengret-ret dihubungkan kelobang yang sudah dilobagi yang membentuk

57

Universitas Sumatera Utara

cecak. Ornamen ini juga yang menghubungkan tiap lembar papan dalam
pembuatan rumah adat Karo.
Ornamen pengeret-ret sebagai paku yang mempunyai kekuatan
untuk memperkuat tiap lembar papan yang terdapat pada rumah adat Karo.
Ketahanan rumah adat juga berkisar empat ratus tahun di tempat penulis
mengadakan penelitian. Bahan dasar ornamen ini adalah sejenis tali (ijuk)
yang dibentuk membentuk cecak dan lengket pada derpih rumah adat Karo.
b. Fungsi
Pengret-ret ini dalam masyarakat Karo diletakan pada derpih depan
rumah adat Karo yang berfungsi sebagai
1. Tolak Bala
Tolak bala merupakan penolakan masyarakat Karo terhadap segala
bahaya yang datangnya dari roh-roh jahat di udara yang dapat mengganggu
ketentraman orang yang berada dalam rumah adat.
Didalam rumah adat Karo terdiri dari delapan rumah tangga yang
semuanya diikat oleh rasa kesatuan yang merasa senasib sepenanggugan,
sehingga untuk menghindari hal-hal yang merusak keharmonisan yang

58

Universitas Sumatera Utara

datangnya dari luar mereka percaya bahwa ornamen pengret-ret akan


menjaga mereka.
2. Pagar Rumah
Ornamen ini merupakan pagar rumah yang berfungsi menjaga
pemilik rumah dari orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman
dari pemilik rumah. Mereka percaya bahwa kekuatan jahat yang ada di
sekitar mereka dapat merusak keharmonisan yang ada dalam rumah adat.
Untuk menghalau kekuatan jahat itu mereka percaya bahwa ornamen
pengeret-ret sebagai penolak kekuatan jahat
pelindung yang melindungi seisi rumah orang tersebut agar terhindar dari
perbuatan jahat orang lain yang memiliki niat yang akan mengganggu
ketentraman orang yang ada dalam rumah adat.
c. Makna
Makna dalam ornamen pengret-ret ini tidak jauh dari fungsinya
yaitu sebagai makna kekuatan dan kepercayaan.
a. Makna kekuatan ini ditunjukkan pada saat pembangunan rumah yang
tidak memakai paku sebagai bahan dalam bangunan akan tetapi

59

Universitas Sumatera Utara

mempergunakan pengret-ret sebagai paku yang merupakan tali yang


mengikat setiap lembar papan yang ada dalam rumah adat. Masyarakat
Karo memiliki keyakinan pengret-ret lebih kuat untuk menjaga
ketahanan rumah dari gangguan alam seperti gempa, karena setiap
lembar yang di ikat oleh pengret-ret lebih kuat dan lebih tahan lama.
b. Makna Kepercayaan dimana mereka percaya bahwa ornamen pengret-ret
memberikan perlindungan yang menolak segala niat jahat orang dan
sebagai pagar rumah yang melindungi orang yang ada dalam rumah.

4.5.6. Ornamen Bendi-Bendi

a. Bentuk
Ornamen di atas berbentuk satu garis panjang dengan tiga lubang
yang berukuran setengah lingkaran. Setengah lingkaran tersebut merupakan

60

Universitas Sumatera Utara

pegangan apabila memasuki rumah adat. Ornamen tersebut dipahat dari


bahan kayu. Adapun bahan kayu yang membentuk ornamen ini disebut
kempawa.
Kempawa memiliki arti kayu yang sudah tua. Kayu yang sudah tua
itu dipahat hingga membentuk setengah lingkaran. Ornamen ini berwarna
hitam dan pada bagian kiri dan kanan pintu rumah adat Karo. Ornamen ini
ditempatkan pada bagian kiri dan kanan pintu rumah adat Karo agar
menjadi pegangan ketika masuk ke rumah. Ornamen tersebut juga sebagai
pegangan ibu-ibu hamil saat proses persalinan.
b. Fungsi
Ornamen Bendi bendi di atas diletakkan padasebelah kiri dan
kanan pintu rumah adapt Karo yang memiliki fungsi
a. Pegangan ketika akan memasuki rumah
Ornamen Bendi-bendi diletakkan pada pintu sebelah kiri dan kanan
rumah adat Karo disebabkan karena bendi-bendi sebagai pegangan saat
akan memasuki rumah. Pertama sekali sebelum kita memasuki rumah adat

61

Universitas Sumatera Utara

kita memegang bendi-bendi sebagai pegangan dan penyambut kedatangan


kita untuk masuk dan melangkahkan kaki untuk masuk kerumah.
b. Pegangan ibu-ibu hamil saat melakukan proses persalinan
Ornamen Bendi-bendi juga merupakan pegangan Ibu-ibu hamil saat
proses persalinan. Saat akan melakukan proses persalinan ibu-ibu hamil
akan didudukkan di atas danggulen (pijakan waktu akan memasuki rumah)
dan tangan ibu tersebut akan di ikatkan pada ornamen Bendi-bendi yang
berfungsi sebagai pegangan dan dukun beranak (sibaso) akan memulai
proses persalinan.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornament Bendi-bendi ialah makna
kekuatan dan makna komunikasi.
a. Makna kekuatan
Makna kekuatan ini ditunjukkan pada kekuatan seorang ibu ketika
akan melahirkan anaknya dimana pada saat proses persalinan ibu yang akan
melahirkan tersebut hanya memegang Bendi-bendi sebagai pegangan. Pada

62

Universitas Sumatera Utara

saat itu dunia kedokteran belum mereka kenal jadi ibu tersebut hanya di
temani sibaso (dukun beranak) dalam proses persalinan.
b. Makna Komunikasi
Ornamen ini bermakna komunikasi yang menunjukkan hubungan
komunikasi antara penghuni rumah dengan lingkungan tempat mereka
tinggal. Bendi-bendi yang berada didekat pintu masuk merupakan pengaloalo (penyambut tamu) yang menunjukkan sikap keterbukaan masyarakat
Karo dengan dunia luar. Namun keterbukaan itu ada batasnya sesuai dengan
etika. Apabila tergantung seutas benang pada ornamen Bendi-bendi tamu
tersebut harus masuk melalui pintu yang lain.

4.5.7. Ornamen Bunga Gundur Sitelinen

a. Bentuk
Ornamen ini memiliki bentuk persegi dengan dihiasi kotak-kotak.
Ornamen ini dibentuk dari gambaran alam yang merupakan tiruan dari
bunga.

63

Universitas Sumatera Utara

Bunga tersebut merupakan bunga labu yang saling menelan.


Ornamen ini berbentuk kotak-kotak yang merupakan tiruan dari gambar
bunga labu. Yang setiap kotak yang di gambarkan pada ornamen memiliki
sisi, lebar dan luas yang sama.
Ornamen ini dapat kita lihat pada bagian depan (ayo-ayo) rumah
adat Karo, dengan warna dasar hitam dan putih, di katakan ayo-ayo karena
memiliki arti bahwa benda yang dipergunakan dalam pembuatan ornamen
tersebut terbuat dari bambu yang di iris tipis-tipis lalu dianyam membentuk
rupa bunga labu yang saling.
Bentuk yang melatar belakangi pembuatan pada ornamen ini di latar
belakangi oleh masyarakat Karo yang melihat bunga labu yang saling
menelan menunjukkan kelemahan dari bunga yang merupakan sebagai
suatu bentuk perlawanan masyarakat Karo terhadap musuh.
b. Fungsi
Ornamen ini

diletakkan pada ayo-ayo rumah adat Karo yang

memiliki fungsi
1. Mengetahui kelemahan lawan
Bunga yang merupakan gambaran dari bunga labu menunjukkan
bagaimana bunga labu tersebut akan memakan bunga yang ada di dekatnya.

64

Universitas Sumatera Utara

Bunga tersebut yang melatar belakangi masyarakat Karo untuk melihat


segala kelemahan dari pada lawan yang berusaha untuk mengganggu
ketentraman rumah dan kampung yang ada pada masyarakat Karo.
2. Sebagai ventilasi udara
Ornamen ini diletakkan pada ayo-ayo rumah adapt Karo berfungsi
sebagai ventilasi udara yang memberikan kesegaran pada rumah adat
karena ornament ini di tempatkan di atas bagian depan yang berbentuk
segitiga dari rumah adat Karo.
c. Makna
Ornamen Bunga Gundur Sitelinen merupakan gambaran bunga labu
yang saling menelan. Ornamen ini mempunyai makna sebagai keamanan.
Keamanan yang ditunjukkan pada ornamen Bunga Gundur Sitelinen
dimana ornamen ini sebagai pelindung yang melindungi anggota keluarga
yang ada dalam rumah adat dengan mempelajari setiap kelemahan dari
pada lawan.

Gambaran bunga Labu yang memakan bunga yang ada di dalamnya


sebagai bentuk pertahanan bunga tersebut dari lingkungannya itulah yang

65

Universitas Sumatera Utara

melatarbelakangi pembuatan ornamen ini pada ayo-ayo rumah adat Karo.


Perlindungan tersebut berupa kekuatan dari pada lawan yang ingin merusak
kampung atau anggota keluarga dengan mengetahui maksud jahat orang
tersebut sehingga bisa dibuat penangkal dan kampong atau orang yang
berada dalam rumah adat terlindungi.

4.5.8. Ornamen Ser-ser Sigembel

a. Bentuk
Ornamen ini berbentuk persegi empat sama sisi, yang bahagian
tengahnya membentuk kotak-kotak membentuk persegi panjang yang
bertumpu pada diagonalnya. Antara bagian pertama, kedua, ketiga dan

66

Universitas Sumatera Utara

keempat memiliki sisi yang sama dan bagian dalam ornamen membentuk
persegi panjang.
Ornamen ini terdapat pada ayo-ayo depan rumah adat Karo dengan
warna dasar hitam. Ornamen ini dibuat dengan cara dianyam dari bambu
yang diiris tipis dan dibelah membentuk kotak persegi dan persegi panjang
yang menunjukkan pembagian tugas kepala keluarga yang ada di dalam
rumah adat dan kesatuan mereka untuk bermusyawarah dalam mengambil
keputusan.
b. Fungsi
Ornamen ini diletakkan

pada Ayo-ayo rumah adat Karo yang

mempunyai fungsi
Sebagai penolak segala bala yang ada pada masyarakat Karo yang
mengganggu ketentraman rumah. Setiap bahaya datangnya tidak disangkasangka maka setiap anggota keluarga yang berada dalam rumah adat akan
mempunyai tugas yang sama untuk saling menjaga anggota keluarga.

67

Universitas Sumatera Utara

Ornamen ini juga memperlihatkan tugas dari masing-masing kepala


keluarga yang ada dalam rumah adat.
Didalam Rumah adat masyarakat Karo terdiri dari delapan keluarga
maka setiap keluarga menempati masing-masing jabu dan dua keluarga
memiliki satu tempat masak.
Kepala keluarga yang ada dalam rumah adat tersebut juga memiliki
fungsi sendiri sendiri dalam rangkaian pengelolaan kegiatan masyarakat
terkecil dirumah itu. Ada yang berfungsi sebagai kepala dari seluruh
penghuni rumah, petugas keamanan dan penghubung pemberi kabar
informasi, penjaga ketentraman, juru bicara, pemberi nasihat. Masingmasing cara kerja kepala keluarga sudah ditentukan melalui musyawarah.
Ornamen Ser-ser Sigembel yang diletakkan pada ayo-ayo rumah
adat Karo juga memiliki fungsi sebagai ventilasi udara yang memberikan
kesegaran dan cahaya matahari setiap pagi bagi pemilik rumah.

68

Universitas Sumatera Utara

c. Makna
Saat

kita

melihat

ornamen

diatas

maka

terdapat

makna

kebijaksanaan dan kepercayaan.


1. Makna Kebijaksanaan
Penghuni rumah adat masyarakat Karo terdiri dari delapan keluarga
yang menempati rumah adat maka dalam urusan untuk ketentraman rumah
perlu diambil suatu keputusan yang tidak merugikan salah satu keluarga
maka diambil suatu kebijaksanaan. Hal ini terlihat jika sekiranya dalam
rumah adat itu terjadi suatu kecurangan ataupun pertengkaran maka
pertama sekali personalannya diselesaikan oleh anggota-anggota keluarga
penghuni rumah dan ada pihak yang membuka persoalan (anak berru) dan
pihak yang tertuduh juga dapat membela dirinya baik oleh dirinya maupun
anak sampai penyelesaian masalah ditemukan.
2. Makna Kepercayaan
Ornamen ini bermakna kepercayaan, karena mereka percaya setiap
bahaya datangnya tidak disangka-sangka maka setiap anggota keluarga
bertanggung jawab untuk saling menjaga anngota keluarga lainnya.

69

Universitas Sumatera Utara

4.5.9. Ornamen Taruk-taruk

a. Bentuk
Ornamen ini berbentuk gambar bunga yang merupakan tiruan dari
tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu merupakan sulur labu yang
menjalar. Tumbuhan Sulur labu yang menjalar menunjukkan kesuburan dan
kemakmuran yang memberikan kebahagian.
Kebahagian itu didapatkan dari hasil pengolahan pertanian yang
akan mendatangkan rejeki yang baik pada masyarakat Karo. Hal inilah yang
melatarbelakangi masyarakat Karo membentuk ornamen Taruk-taruk yang
mereka yakini bahwa pertanian memberikan rejeki yang baik jika diolah
dengan baik.

70

Universitas Sumatera Utara

Ornamen ini di bentuk dengan teknik tatah dan diberi warna sesuai
dengan gambar Sulur labu yang menjalar.
b. Fungsi
Ornamen Taruk-taruk di atas diletakkan pada dapur-dapur rumah
adat Karo yang berfungsi sebagai hiasan yang memperindah sepanjang
dapur-dapur rumah adat Karo. Keindahan dari sulur labu ditunjukkan pada
pertanian Karo yang sampai pada saat sekarang ini masih dapat terlihat.
Sulur labu yang menjalar menunjukkan kesuburan pertanian Karo yang
pada umumnya masyarakat Karo menyukai pertanian sebagai mata
pencaharian mereka. Pertanian juga memberikan rejeki yang baik pada
masyarakat Karo.

c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen Taruk-taruk ialah makna
kemakmuran. Masyarakat Karo pada umumnya bermata pencaharian petani

71

Universitas Sumatera Utara

atau orang yang bekerja dilembaga instansi juga akan menyempatkan waktu
kosongnya dengan bertani.
Pertanian yang ada di Karo dengan menanam sayur mayur, buahbuahan dan padi sebagai tanaman yang mereka anggap mendatangkan
rejeki yang baik.
Penanaman yang dilakukan juga bertukar-tukar menurut musim
tanam masing-masing sehingga mendatangkan rejeki yang baik bagi
mereka. Pada zaman dahulu tanah yang mereka olah adalah tanah adat yang
berdasarkan keturunan. Pelaksanaan pengolahan tanah juga dengan gotong
royong yang disebut dengan aron (kelompok kerja) sehingga pekerjaan juga
cepat selesai.
Akan tetapi pada saat sekarang ini pengolahan tanah tidak
berdasarkan tanah adat lagi, tetapi menurut kemampuan ekonomi yang ada
pada masyarakat Karo tersebut.

72

Universitas Sumatera Utara

4.5.10. Ornamen Pantil Manggis

a. Bentuk
Ornamen ini berbentuk persegi empat yang bagian tengahnya dibagi
atas empat bagian seperti gambar kelopak bunga. Antara kelopak bunga
yang pertama, kedua, ketiga dan ke empat memiliki ukuran yang sama.
Keempat kelopak bunga tersebut berwarna putih dan persegi dan yang
menutupi kelopak tersebut berwarna hitam.
Ornamen ini bermotif tumbuh-tumbuhan berupa bagian bawah buah
manggis. Bagian bawah buah manggis tersebut menunjukkan isi dari pada
buah manggis.

73

Universitas Sumatera Utara

Adapun ornamen ini bermotif tumbuh-tumbuhan karena merupakan


tiruan dari buah manggis dan isi dari buah manggis. Warna hitam persegi
pada ornamen ini menunjukkan kulit dari buah manggis dan putih yang
membentuk kelopak bunga menunjukkan isi dari buah manggis tersebut.
Bahan

dasar ornamen ini adalah papan (ayo-ayo) yang tehnik

pembuatannya dengan cara di ukir yang menyerupai bagian bawah buah


manggis dengan warna dasar putih membentuk kelopak bunga yang setiap
bentuknya sama.
b. Fungsi
Ornamen pantil manggis diatas di letakkan pada dapur-dapur rumah
adat Karo yang berfungsi sebagai
1. Hiasan yang memperindah rumah adat Karo. Bunga yang merupakan
bagian bawah buah manggis akan memberikan kesan indah pada dapurdapur rumah adat Karo.
2. Ornamen Pantil Manggis juga menunjukkan kemurah hatian masyarakat
Karo dalam melakukan kegtiatan mereka sehari-hari.

74

Universitas Sumatera Utara

Warna

hitam

yang

ditunjukkan

pada kulit

buah

manggis

menunjukkan semangat kerja keras mereka dan anggapan banyak orang di


luar mereka yang menyatakan orang Karo jahat akan tetapi dibalik
semangat kerja keras dan sifat keras mereka terdapat kemurnian hati dari
mereka yang ditunjukkan pada bagian isi dari buah manggis yang berwarna
putih.
c. Makna
Ornamen ini merupakan gambaran bunga yang merupakan bagian
bawah buah manggis. Ornamen ini mempunyai makna yang tidak jauh dari
fungsinya yaitu makna kebaikan. Kebaikan tersebut

terlihat dari sifat

tolong menolong masyarakat Karo dalam bekerja.


Sikap kerja keras dan sifat yang keras pada masyarakat Karo tidak
mencerminkan hati masyarakat Karo yang keras pula akan tetapi dibalik
sikap keras mereka , terdapat kemurnian hati. Ketulusan hati tersebut
terlihat dari ornamen pantil manggis yang menunjukkan isi putih dari buah
manggis.
s

75

Universitas Sumatera Utara

4.5.11. Ornamen Pucuk Merbung

a.Bentuk
Ornamen ini berbentuk persegi empat dan persegi panjang yang
bagian tengahnya menunjukan gambar bunga yang sedang mekar. Motif
ornamen ini diambil dari gambar tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu
berupa bunga kembang sepatu yang sedang mekar.
Ornamen ini dibentuk pada dapur-dapur rumah adat Karo. Tehnik
pembuatan ornamen ini dengan cara di ukir dan dipahat. Pembuatan
ornamen ini dilakukan dengan melihat tumbuh-tumbuhan yang ada di alam
sekitar sehingga ornamen ini menyerupai bunga kembang sepatu yang

76

Universitas Sumatera Utara

sedang mekar. Ornamen ini pembuatannya tidak mengandung unsur mistik,


sehingga ornamen ini hanya merupakan keindahan bagi masyarakat Karo.
b.Fungsi
Ornamen pucuk merbung diletakkan pada dapur-dapur rumah adapt
Karo yang berfungsi sebagai keindahan yang memperindah rumah adt
Karo. Ornamen pucuk merbung yang menunjukkan bunga kembang sepatu
yang sedang mekar menunjukkan kesan indah dan cantik dari bunga yang
sedang mekar.
Kesan indah itulah yang melatar belakangi pembuatan ornamen ini.
Tehnik pembuatan ornamen ini dengan cara diukir dan di pahat pada ayoayo rumah adat Karo, karena ornamen ini berfungsi memberikan kesan
indah dan cantik pada dapur-dapur rumah adat Karo.
Bunga pucuk merbung yang sedang mekar itulah yang melatar
belakangi ornamen Pucuk Merbung yang jika sedang mekar akan
memperlihatkan keindahannya.

77

Universitas Sumatera Utara

c.Makna
Ornamen Pucuk Merbung yang merupakan tiruan dari bunga
kembang sepatu yang sedang mekar memberikan keindahan pada
masyarakat Karo. Pucuk Merbung yang merupakan pucuk bunga kembang
sepatu memberikan kesan indah dan keagungan rumah sehingga ornamen
ini diletakkan pada dapur-dapur rumah adat Karo.
Makna yang mengandung mistik pada ornamen ini tidak ada, karena
ornamen ini dibentuk dengan melihat keindahan alam sekitar. Keindahan
akan tumbuhan alam sekitar yang merupakan bunga kembang sepatu
tersebut yang sedang mekar yang sangat indah tersebutlah yang terdapat
pada dapur-dapur rumah adat Karo.
Kecantikan dari pada bunga kembang sepatu tersebutlah yang
menjadikan dapur-dapur rumah adat Karo indah dan ornament ini
menunjukkan kesan indah pada dapur-dapur rumah adat Karo.

78

Universitas Sumatera Utara

4.5.12. Ornamen Bunga Bincole

a. Bentuk
Ornamen ini berbentuk tumbuh-tumbuhan yang sedang mekar yang
menunjukkan keindahan. Pembuatan ornamen ini dengan cara di ukir dan di
pahat dengan cara melihat tumbuh-tumbuhan yang ada di alam sekitar.
Motif tumbuhan yang ada pada ornamen ini menyerupai tumbuhan teratai
putih. Tumbuhan bunga teratai putih yang ada pada ornamen ini tumbuh di
semak-semak di rawa-rawa hutan.

79

Universitas Sumatera Utara

Bunga Bincole yang merupakan bunga teratai putih yang terdapat


pada ornamen ini sangat harum baunya dan sangat sulit untuk memetiknya.
Akan tetapi memberikan keindahan yang sangat indah ditengah-tengah
lumpur dan rawa-rawa hutan. Kesan cantik dan indah itulah yang melatar
belakangi pembuatan ornamen bunga Bincole.
b. Fungsi
Ornamen bunga Bincole diletakkan pada dapur-dapur rumah adat
Karo yang berfungsi sebagai keindahan yang memperindah rumah adat
Karo. Ornamen bunga Bincole yang merupakan tiruan dari bunga teratai
putih yang tumbuh disemak-semak di rawa-rawa hutan menunjukkan
kecantikan dan kemurnian hati masyarakat Karo.
Kemurnian hati masyarakat Karo tersebut bisa terlihat dari sikap
kerja keras mereka pada pertanian dan sikap gotong-royong mereka saat
akan mendapatkan hasil pertanian yang mau berbagi dengan orang lain.
Ornamen bunga Bincole juga dapat ditunjukkan pada gadis Karo yang
berparas ayu dan memiliki kemurnian hati dan terpuji.

80

Universitas Sumatera Utara

c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen ini tidak jauh dari fungsinya
yaitu sebagai makna keindahan dan kekeluargaan
1. Makna keindahan pada ornamen ini terlihat pada keindahan bunga
bincole yang merupakan tiruan dari bunga teratai putih yang tumbuh
disemak-semak dirawa-rawa hutan. Keindahan Bbunga tersebut
menunjukkan keiklasan dan kemurnian hati masyarakat Karo yang mau
berbagi degan sesamanya.
2. Makna kekeluargaan

ornamen ini terlihat dari gadis Karo yang

mempunyai wajah yang ayu dan hati yang baik sesuai dengan bunga
teratai yang memancarkan keindahannya ditengah tengah lumpur dan
semak-semak, yang memberikan bau harum dan wangi bagi yang
melihatnya. Bau harum dan wangi tersebut memperlihatkan kecantikan
dari gadis Karo dan kemurnian hatinya yang memahami dirinya sebagai
anak berru dalam keluarganya yang harus menghormati keluarganya
yang diikat oleh rakut sitellu.

81

Universitas Sumatera Utara

4.5.13. Ornamen Lukisan Umang

a. Bentuk
Ornamen ini dibentuk dari tumbuh-tumbuhan yang menjalar, ikal
dan pada ujung ikal terdapat motif hiasan mahluk halus. Ornamen ini
merupakan gambar tumbuhan bunga yang dijagai oleh umang (mahluk
halus) yang memiliki tubuh kecil seperti tuyul akan tetapi tidak jahat.
Bunga menunjukkan keindahan dan keindahan bunga tersebut akan
dijaga umang dari segala gangguan yang berusaha untuk merusak bahkan
menghancurkan bunga tersebut.

82

Universitas Sumatera Utara

Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan ornamen lukisan


umang karena dipercaya ornamen ini dapat menjaga mereka dari segala niat
jahat orang.
b. Fungsi
Ornamen Lukisan Umang diletakkan pada dapur-dapur rumah adapt
Karo yang berfungsi sebagai
1. Penolakan kepada segala niat jahat
Penolakan berarti mencegah segala hal-hal buruk yang disebabkan
oleh lingkungan sekitar yang dikirim melalui roh-roh jahat yang tidak
terlihat oleh mata yang berusaha untuk mengganggu ketentraman anggota
keluarga yang ada dirumah. Umang yang menjaga bunga menunjukkan
bahwa ornamen ini akan menjaga pemilik rumah dari segala bentuk niat
jahat orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman rumah. Bentuk
niat jahat orang tersebut tidak terlihat karena dikirim melalui roh-roh jahat
di udara. Sehingga mereka percaya bahwa umang yang menjaga bunga
tersebut sanggup mengalahkan roh-roh jahat tersebut.

83

Universitas Sumatera Utara

2. Media Komunikasi
Ornamen ini juga sebagai media komunikasi dimana mereka percaya
untuk berkomunikasi dengan roh-roh halus nenek moyang sebagai suatu
bentuk penghormatan yang memberikan kekuatan dan kebahagian pada
masyarakat Karo media komunikasi yang dipergunakan adalah ornament
Lukisan Umang sebagai perantaranya. Kepercayaan mereka pada umang
yang ada dalam ornament tersebut dengan harapan umang yang ada dalam
ornament tersebut akan menyampaikan maksud mereka untuk memanggil
roh nenek moyang.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen Lukisan Umang tidak jauh dari
fungsinya yaitu sebagai makna kepercayaan dan makna komunikasi.
1. Makna kepercayaan
Makna

kepercayaan

pada

ornamen

Lukisan

Umang

yang

menunjukkan gambar mahluk halus yang menyukai keindahan merupakan


kepercayaan masyarakat Karo bahwa mahluk halus itu tidak selamanya

84

Universitas Sumatera Utara

jahat akan tetapi dia juga menyukai keindahan yang merupakan penjagaan
mahluk halus terhadap seisi rumah.
Penjagaan tersebut merupakan penjagan ornamen Lukisan Umang
yang menjaga pemilik rumah dari roh-roh jahat dan umang yang menyukai
keindahan menunjukkan rumah adat Karo tercipta dengan kesan indah dan
agung yang dijagai oleh ornamen yang sebagian mengandung unsur mistik.
2. Makna Komunikasi
Ornamen
masyarakat

ini

Karo

juga
percaya

mempunyai
bahwa

makna

roh-roh

komunikasi

nenek

moyang

dimana
dapat

berkomunikasi dan akan memberikan bentuk kekuatan yang dapat


membahagiakan masyarakat Karo dan sebagai media perantaranya adalah
ornamen lukisan umang, mereka percaya bahwa umang tersebut sebagai
perantara yang baik bagi mereka untuk dapat berhubungan dengan dunia
lain.

85

Universitas Sumatera Utara

4.5.14. Ornamen Bindu Matoguh

a. Bentuk
Bentuk ornamen ini berpa garis yang menyilang diagonal, yang
membentuk persegi yang melambangkan memegang yang baik atau encikep
simehuli dalam masyarakat Karo. Pemegangan terhadap yang baik tersebut
berupa keteguhan hati masyarakat Karo untuk berbuat dan bertindak dengan
baik, tanpa merugikan banyak orang.
Ornamen ini bermotif geometris dan terdapat pada bagian bawah
dapur-dapur rumah adat karo. Bahan dasar ornament ini adalah kayu yang
tehnik pembuatannya di ukir dan dibuat garis menyilang membentuk
persegi.

86

Universitas Sumatera Utara

b. Fungsi
Ornamen ini berfungsi sebagai tolak bala dan memegang yang baik
(encikep simehuli) dalam masyarakat Karo.
1. Memegang yang baik (encikep simehuli)
Memegang yang baik dalam masyarakat Karo berhubungan dengan
kepercayaan mereka bahwa hal-hal yang baik yang tidak melanggar norma
yang harus dipegang dan tidak merugikan banyak orang.
2.Tolak Bala
Tolak Bala berarti penolakan kepada hal-hal yang dianggap dapat
merugikan banyak orang. Penolakan ini juga berhubungan dengan upacara
ritual pada saat mereka akan berburu kehutan. Sebelum mereka pergi ke
hutan masyarakat Karo pada zaman dahulu akan mengadakan acara
bepergian kehutan supaya di hutan mereka mendapatkan hasil buruan yang
banyak. Ornamen ini dilukiskan ditanah dan dipijakkan dengan kaki
sebelah kiri.

87

Universitas Sumatera Utara

c. Makna
Makna yang terdapat pada Ornamen Bindu Matagah ini adalah
makna kepercayaan. Makna kepercayaan pada ornamen ini berhubungan
dengan upacara ritual adat kepercayaan masyarakat Karo pada zaman
dahulu.
Pada zaman dahulu sebelum pergi ke hutan masyarakat Karo akan
mengadakan acara ritual berburu ke hutan dan sebelum mereka pergi
mereka harus memijak ornamen Bindu Matagah dengan kaki kiri agar
mereka mendapatkan hasil buruan yang banyak.
Ornamen ini juga dipergunakan saat mereka akan memulai menanam
maka ornamen ini berhubungan dengan hasil yang melimpah saat mereka
melukiskan ornamen ini di tanah maka hasil pertanian mereka akan
terhindar dari hama dan mereka akan mendapatkan hasil yang banyak.

88

Universitas Sumatera Utara

4.12 Tupak salah Silima-lima

a. Bentuk
Ornamen ini berbentuk garis-garis yang menyilang yang membentu
gambar bintang. Ornamen ini diambil dari gambaran alam berupa gambar
bintang yang ada dilangit. Gambaran bintang yang ada dilangit
menunjukkan kekuatan dari pada alam sendiri untuk menerangi jagad raya
pada malam hari. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pembuatan
ornamen ini pada pintu masuk rumah adat Karo yang menunjukkan
kesatuan dari merga silima dalam masyarakat Karo.

89

Universitas Sumatera Utara

Kelima merga tersebut adalah merga induk dalam masyarakat Karo


yang diikat oleh struktur sosial masyarakat Karo yang utuh dan tidak
terpisah-pisahkan pada masyarakat Karo. Merga dalam masyarakat Karo
menunjukkan bahwa mereka satu kesatuan dari orang Karo agar dihormati
dan disegani.
b. Fungsi
Ornamen ini berfungsi sebagai penolakan niat jahat orang yang
hendak mengganggu keutuhan merga silima. Pada masyarakat Karo merga
merupakan dasar untuk mengadakan sisitim organisasi adat orang Karo.
Merga berasal dari kata meherga yang artinya berharga atau memiliki nilai.
(sitepu 1996 : 34). Sebagai mana yang ditunjukkan ornamen Tupak Salah
Silima-lima yang menunjukkan kelima merga besar yang menjadi golongan
induk sub-sub merga yang ada pada masyarakat Karo yaitu Karo-karo,
Ginting, Sembiring, Perangin-angin, Tarigan.
Merga juga menunjukkan jati diri orang Karo yang mana Laki laki
dipanggil dengan marga dan perempuan dipanggil dengan sebutan berru
yang kenyataan ini menunjukkan bahwa suku Karo mewarisi garis

90

Universitas Sumatera Utara

keturunan ayah. Penolakan niat jahat yang terdapat pada ornamen ini
dimana ada orang diluar merga silima yang berusaha merusak keutuhan
mereka dan sebagai pegangan mereka ialah ornamen Tupak salah Silimalima yamg menunjukkan bahwa mereka adalah bersaudara yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen ini ialah makna kesatuan
keluarga yang berarti bahwa merga silima tidak dapat dipisahkan dalam
susunan marga yang ada dalam masyarakat Karo. Kelima merga tersebut
adalah Karo-karo, Ginting, Sembiring, Perngin-angin, Tarigan merupakan
merga induk dalam masyarakat Karo. Sehingga dengan adanya merga ini
maka segala sikap-sikap dan tanggung jawab serta hak dari rakut sitellu bisa
terlaksana dengan teratur. Manfaat dari pada merga bagi masyarakat Karo
menurut (sitepu 1996:34) sebagai berikut :
1.

Merga membuat seorang masyarakat Karo dihargai, disegani dan


dihormati.

2.

Merga sebagai tanda pengenal bagi anggota masyarakat Karo.

91

Universitas Sumatera Utara

3.

Merga sebagai tanda garis keturunan seseorang dalam masyarakat


Karo.

4.

Merga adalah bagiaan atau unsure yang terdapat dalam hak pemilikan
dan pewarisan pada suku Karo.

5.

Merga menunjukkan posisi atau sangkut paut keluarga dan


lingkungannya secara langsung atau tidak langsung

4.5.16. Desa Siwaluh Desa Delapan

a. Bentuk
Ornamen ini bermotif alam/geometris dengan warna dasar hitam dan
bagian tengah terlihat empat bulatan dan garis berwarna putih.

92

Universitas Sumatera Utara

Ornamen ini menunjukkan tutur siwaluh dalam masyarakat Karo. Ragam


hias ini terdapat pada dinding bagian bawah rumah adat, berupa petunjuk
arah mata angin, yaitu :
1.

Utara : Utara

2.

Iresen

: Timur Laut

3.

Purba

: Timur

4.

Anguni : Tenggara

5.

Daksina : Selatan

6.

Nariti

7.

Pustima : Barat

8.

Mangabia: Barat Laut

: Barat Daya

Petunjuk arah mata angin yang ada pada ornament ini menunjukkan
arah yang baik dan buruk bagi masyarakat Karo untuk melakukan sesuatu
yang berhubungan dengan acara adat.
b. Fungsi
Ornamen ini berfungsi untuk melihat hari yang baik dan buruk
dalam melakukan sesuatu acara yang berhubungan dengan acara adat

93

Universitas Sumatera Utara

istiadat yang berhubungan dengan kegiatan penolakan segala hal-hal yang


jahat dengan melihat hari yang baik. Dalam masyarakat Karo mereka
percaya bahwa hari dapat dilihat dengan bantuan dukun untuk melihat
keadaan mereka atau supaya tidak terjadi bahaya saat akan mengadakan
acara adat.
Ornamen ini juga

merupakan gambaran tutur siwaluh dalam

masyarakat Karo yang menunjukkan hubungan seseorang dengan yang lain


sehingga kedudukan dan statusnya lebih jelas (sapaan dalam keluarga).
c.Makna
Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekelurgaan dan
kepercayaan.
1. Makna Kekeluargaan
Ornamen desa siwaluh mempunyai makna sebagai makna kekeluargaan
yang berarti tutur siwaluh dalam masyarakat Karo. Tutur siwaluh
menunjukkan hubungan seseorang dengan yang lain (tutur) yang
kedudukan dan statusnya berbeda yang meliputi :

94

Universitas Sumatera Utara

a. Senina sipemeren, yaitu orang yang bersaudara karena ibu mereka kakak
adik
b. Senina sipengalon, yaitu saudara karena anak perempuan kawin dengan
anak laki-laki dalam satu keluarga.
c. Senina siparibanen, yaitu orang yang tidak semarga tapi istri mereka
bersaudara
d. Puang Kalimbubu, yaitu Semua Kalimbubu dari kalimbubu itu sendiri
dengan berbagai tingkatannya.
e. Puang ni puang yaitu puang kalimbubu dari kalimbubu.
f. Anak Sincekuh baka yaitu anak laki-laki

dari saudara perempuan

kandung ayah. Sincekuh baka memiliki arti dia bebas untuk mengambil
apa saja dari rumah kalimbubunya, termasuk anak perempuannya. Anak
Berru Mentri yaitu : kelompok penerima yang dikawini (anak berru dari
anak berru).
g. Anak berru singukuri yaitu anak berru dari anak berru mentri.

95

Universitas Sumatera Utara

2. Makna Kepercayaan
Makna kepercayaan berhubungan dengan kepercayaan masyarakat
Karo terhadap adanya hari yang baik dan buruk, sehingga untuk melakukan
suatu acara yang berhubungan dengan ada, mereka akan melihat hari yang
baik dengan bantuan dukun.
4.5.17. Ornamen Tapak Raja Sulaiman

a. Bentuk
Ornamen ini bermotif geometris yang berupa garis menyimpul
membentuk ruang. Bentuk ornamen ini merupakan jalinan dari motif bunga
tertentu yang secara geometris membentuk menjadi empat bagian. Nama

96

Universitas Sumatera Utara

ornamen ini merupakan nama raja yang dianggap sakti yang ditakutimahluk
jahat mulai yag kecil sampai yang besar.
Ornamen ini terdapat pada dinding bagian bawah rumah adat yang
menggambarkan posisi masing-masing ruang dalam rumah adat Karo.
Rumah adat Karo terdiri dua bagian yaitu : Jabu ture dan Jabu tengah.
Jabu ture menandakan posisi rumah raja dan sangat berperan dalam
segala kegiatan adat, sedangkaan jabu tengah sebagai pengikut saja yang
disetarakan dengan rumah rakyat biasa, akan tetapi hubungan kekeluargaan
tetap terjaga tanpa ada perbedaan status.
Ornamen ini juga menandakan kepercayaan masyarakat bahwa raja
sulaiman merupakan raja yang ditakuti oleh dedemit.
b. Fungsi
Ornamen ini terletak pada dinding bagian bawah rumah adat Karo
yang berfungsi sebagai
1. Penolakan niat jahat orang
Ornamen Tapak Raja Sulaiman akan menolang mereka untuk
menghancurkan niat jahat orang yang datang secara nyata maupun tidak

97

Universitas Sumatera Utara

nyata dalam masyarakat Karo. Raja sulaiman dalam masyarakat Karo


dipercaya sebagai raja yang dapat menghancurkan dedemit yang ada di
alam lain. Mereka percaya bahwa tapak Raja sulaiman sebagai penolong
mereka untuk menghadapi roh-roh jahat yang ada di udara.
2. Ornamen Tapak raja sulaiman juga menunjukkan status yang berbeda
dalam masyarakat Karo, sebagai status raja atau golongan bangsa taneh
yang sangat berperan dalam acara adat, akan tetapi saling menghargai
dan menyanyangi dengan golongan rakyat biasa yang dalam masyarakat
Karo.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekeluargaan
dan makna kekuatan.
1. Makna Kekeluargaan
Makna Kekeluargaan terlihat pada ornamen tapak raja Sulaiman
yang menunujukkan status dari keluarga raja Atau bangsa taneh yang
menyayangi golongan rakyat biasa dalam masyarkat Karo.

98

Universitas Sumatera Utara

2. Makna Kekuatan
Tapak raja sulaiman merupakan kekuatan pada masyarakat Karo
yang dipercayai bahwa tapak raja sulaiman akan menjaga pemilik rumah
dari segala niat buruk orang dan yang menunjukkan status raja sebagai
orang yang lebih tinggi kedudukannya

dan yang dihormati dalam

masyarakat Karo.

99

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ornamen yang berhasil dikumpulkan sebanyak 17 (tujuh belas) yaitu
Ornamen Lumut-lumut Lawit, Ornamen Bindu Matagah, Ornamen
Embun Sikawiten, Ornamen Cimba Lau, Ornamen Pengret-ret,
Ornamen Bendi-bendi, Ornamen Bunga Gundur Sitelinen, Ornamen
Ser-ser Sigembel, Ornamen Taruk-taruk, Ornamen Pantil Manggis,
Ornamen Pucuk Merbung, Ornamen Bunga Bincole, Ornamen Lukisan
Umang, Ornamen Bindu Matoguh, Ornamen Tupak Salah Silima-lima,
Ornamen Desa Siwaluh, Ornamen Tapak Raja Sulaiman.
2. Ornamen yang terdapat dalam rumah adat Karo tidak semua mengandung
mistik akan tetapi diantaranya ada ornamen yang hanya merupakan
keindahan yang memperindah rumah adat Karo

100

Universitas Sumatera Utara

3. Pada rumah adat Karo ornamen menunjukkan kesan indah dan


keagungan dari rumah adat yang mana setiap ornamen juga memiliki
fungsi dan makna yang berhubungan dengan adat istiadat yang terdapat
pada masyarakat Karo.
4. Pembuatan ornamen yang ada pada masyarakat Karo dengan melihat halhal yang terdapat di alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan alam
itu sendiri yang mereka yakini dapat memberikan perlindungan bagi
mereka.
5. Ornamen dalam masyarakat Karo juga diletakkan ditiga tempat seperti
Ayo-ayo, dapur-dapur dan derpih yang mana ketiga tempat tersebut
merupakan Kepercayaan kepada Dibata Atas, Dibata tengah dan Dibata
bawah yang memberikan perlindungan bagi masyarakat Karo.

101

Universitas Sumatera Utara

5. 2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap Fungsi Dan Makna
Ornamen Rumah Adat Karo dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Ornamen yang ada dalam rumah adat Karo memiliki banyak nilai sosial
yang bermakna adat istiadat dalam masyarakat Karo yang perlu dijaga
dan dilestarikan.
2. Untuk mengetahui Nilai-nilai yang terkandung dalam ornamen rumah
adat Karo perlu diadakan penelitian lanjutan karena masih banyak nilai
nilai yang terdapat pada ornamen yang ada di Karo.
3. Pada masyarakat Karo perlu untuk menjaga kelestarian rumah adat yang
saat ini sudah mulai mengalami kepunahan.

102

Universitas Sumatera Utara

103

Universitas Sumatera Utara

PETA KABUPATEN KARO

104

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai