Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan


I.1.1 Maksud Percobaan
Mengatahui

dan

memahami

cara

mengidentifikasi

serta

penentuan kadar senyawa xanthin dan barbiturat dengan metode


tertentu
I.1.2 Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi dan menentukan kadar teofilin, teobromin,
kofein, dan luminal dalam sediaan farmasi dengan metode yang
ditetapkan.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Penetapan kadar pada sediaan farmasi yang mengandung Teobrorim
dan Teofilin dengan AgNO3 pada argentometri yang membentuk
endapan dalam suasan basa. Sementara itu kafein tidak bereaksi
dengan Ag karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat
dilepas.
2. Penetapan kadar suatu sediaan farmasi yang mengandung Kafein jika
direaksikan denga iod. Pada metode iodometri akan membentuk
endapan periodida. Teobromin bereaksi serupa. Jumlah iod yang
bereaksi bervariasi tergantung dari kelebihan iod selama titrasi.
3. Penetapan kadar fgolongan Xantin pada metode TBA yang dapat
dititrasi sebagai basa pada pelarut bebas air.

4. Penetapan kadar suatu sediaan yang mengandung luminal dengan


metode aside-alkalimetri. Titrasi dalam air dihindari karena sifat
keasaman barbiturat yang lemah kelarutannya dalam air yang kecil.
Oleh karena itu titrasi dilakukan denganpelarut campuran air-alkohol
atau alcohol.
5. Penetapan kadar suatu sediaan yang mengandung luminal dengan
metode Argentometri yang dalam suasana basa membentuk garam
yang tidak larut. Reaksi yang terjadi tergantung pada larutannya.
6. Penetapan kadar golongan barbiturat dengan menggunakan metode
Bromometri

yang

mempunyai

substituent

pada

larutan

yang

merupakan gigis yang tidak jenih, seperti dial. Gugus ini dititrasi
kuantitatif dengan metode Bromometri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Derifat xantin yang mengandung gugus metal. Xantin sendiri adalah
dioksi purin yang mempunnyai struktur mirip dengan asam urat. Kafein
ialah 1,3,7-trimetilxntin; teofilin ialah 1,3-dimetilxantin; dan teobromin ialah
3,7-dimetilxantin.
Teofilin, kafein dan teobromin mempunyai efek farmakologi yang
sama yang bermanfaat secara klinin. Obat-obat ini menyebabkan
relaksasi otot polos. Terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot
jantung, dan meningkatkan diuresis. Teobromin tidak bermanfaat secara
klinin karenaefek farmakologinya rendah (1:226-227)
Kofein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan
rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan
reaksi dipertinggi, prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya
terhadap kulit otak lebih ringan dan singkat daripada amfetamin. Kofein
juga berefefk inotrop positif terhadap jantung (memperkuat daya
kontraksi), vasodilatasi perifer, dan diuretik. Kofein bersifat menghambat
enzim fosfodiesterase. Zat ini sering dikombinasi dengan parasetamol
atau asetosal guna memperkuat efek analgetisnya, juga untuk ergotamin
guna memperlancar absorbsinya (2:351).
Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pka 8,6 dan
9,9. Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom hydrogen

yang dapat dilepas, sehingga kofein merupakan basa yang sangat lemahh
dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kofein dapat disari dari
larutan asam atau basa dengan kloroform. Tetapi kofein mudah terurai
oleh basa kuat, maka larutan dalam basa harus segera disari.
Penentuan kadar untuk senyawa xanthin dapat dilakukan dengan
metode argentometri (untuk teofilin dan teobromin), iodometri (untuk
kofein), titrasi bebas air dan spektrofotometri (3:20).
Reaksi volumetri didasarkan pada pengukuran vlume sejumlah
larutan pereaksi yang diperlukan untuk bereaksi dengan senyawa yang
hendak ditentukan. Larutan pereaksi yang digunakan untuk memenuhi
suatu penentuan volumetric ada empat persyaratan yang harus dipenuhi
(4:145)
1.

Reaksi antara larutan baku dan zat yang hendak ditentukan harus
berjalan secara kuantitatif dan stoikiometrik.

2.

Reaksi harus berjalan cepat yaitu secara praktis hanya sekejap.

3.

Konsentrasi senyawa dalam larutan baku harus betul-betul


diketahui atau harus dapat ditentukan dengan percobaan blangko.

4.

Titik akhir penentuan volumetric harus dapat ditentukan dengan


indicator visual atau secara elektrometrik.
Titrasi pengendapan termasuk golongan prosedur kombinasi ion.
Titrasi ini didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif, yang
dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya
pada laruta senyawa yang hendak ditentukan. Titik akhir titrasi tercapai

bila semua bagian titran sudah membentuk endapan. Seperti pada titrasi
protolisis dalam hal ini juga diperlukan agar titik ekuivalen jatuh bersamasama titik akhir titrasi (4:248).
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat
sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut ( 5:81)
Banyak metode dipergunakan dalam penetapan titik akhir titrasi
dalam reaksi pengendapan, yang paling penting adalah (5:83):
a. Pembentukan suatu endapan berwarna
b. Pembentukan suatu senyawa berwarna yang dapat larut
c. Pengguanaan indikator adsorbs.

II.2 Uraian Bahan

1. Asam asetat Glasial (6)


Nama resmi

: Acidum Aceticum Glaciale

Nama lain

: Asam Asetat Glasial

RM/BM

: CH3COOH/60.5

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas

Kelarutan

: Dapt bercampur dengan air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan

: Sebagai pelarut

2. Asam perklorat (6)


Nama resmi

: Acidum Perchlorat

Nama lain

: Asam Perklorat

RM/BM

: HClO4/60.5

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna

Kelarutan

: Bercampur dengan air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan
3.

: Sebagai titran

Asam sulfat (H2SO4) (6: 58)


Nama resmi

: Acidum sulfuricum

Nama lain

: Asam sulfat

RM / BM

: H2SO4 / 98,07

Pemerian

: Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau


sangat tajam dan korosif

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Penetral kelebihan basa

4. Aquades (6)
Nama resmi

: Aqua destillata

Nama lain

: Air suling

RM / BM

: H2O/18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak


berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan
5.

: Sebagai pelarut

Kofein (6)
Nama resmi

: Coffenium

Nama lain

: Kofeina

RM/BM

: C8H10N4O2/194,19

RB

Pemerian

: Serbuk hablur bentuk jarum, mengkilat, biasanya

Kelarutan

menggumpal, putih, tidak berbau, rasa pahit


: Agak sukar larut, larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform P, sukar larut

dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 101,0% C8H10N4O2, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.

Khasiat
: Stimulan saraf pusat, kardiotonikum
Kegunaan
: Sebagai sampel
6.
Kristal Violet (6)
Nama resmi : Kristal violet
Sinonim
: Gertian violet
RM/BM
: C25H30ClN3 / 408
Pemerian
: Hablur berwarna hijau tua.
Kelarutan
: Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P. Larutannya berwarna lembayung tua.
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Sebagai indikator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
7. Luminal (6)
Nama resmi

: Phenobarbitalum

Nama lain

: Luminal

RM/BM

: C12H12N2O3/232,2

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa


agak pahit

Kelarutan

: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)


P dalam eter P dalam larutan alkali hidroksida dan
dalam larutan alakali karbonat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan
8.

: Sebagai sampel

Perak nitrat (6)


Nama resmi

: Argenti nitras

Nama lain

: Perak nitrat

RM / BM

: AgNO3 / 169,87

Pemerian

: Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih;


tidak berbau, menjadi gelap jika kena cahaya.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.


Kegunaan

: Sebagai titran
9.Teobromin (6)

Nama resmi

: Theobromine

Nama lain

: Teobromiini

RM/BM

: C7H8N4O2/180,2

Pemerian

: Serbuk putih atau bentuk jarum, mengkilat putih

Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan

10.

:Sebagai sampel

Theofilin (6)
Nama resmi

: Theophillinum

RM/BM

: C7H8N4.H2O/198,18

Pemerian

: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, pahit, mantap di


udara.

Kelarutan

: Larut dalam + 180 bagian air, lebih mudah larut dalam


air panas, larut dalam + 120 bagian etanol (95%) P,
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan
ammonia encer.

Kegunaan

: Sebagai sampel.

II.3 Prosedur Kerja


II.3.1 Analisis Kualitatif
1. Kofein
a. Reksi Murexid (zat + HCl pekat (H 2O2) uapkan diatas penangas:
kuning-jingga + NH4OH (uap NH3) : reaksi (+) (ungu)
Zat + 1 tetes H2O2 (KClO4 padat) + 1 tetes HCl 25%, panaskan
b.
c.
d.
e.

diatas waterbath: kuning + NH3: Ungu


Test asam amalik: orange violet
Zwikker (5 tetes larutan zat +3 tetes pereaksi): hijau-ungu
Aq.Brom: Jingga tdk stabil
Larutan dalam air + I2 : Tdk ada endapan.
+ HCl : endapan coklat.
+ NaOH : endapan larut

f. Larutan zat + larutan Tannin: endapan putih


+ berlebih : endapan larut
g. Reaksi Kristal
HgCl2
Reaksi Zwikker (pyridine + larutan CuSO4)
h. Dragendorff: kuning oranye
2. Teofilin
a. Rx Murexid
b. 2 mg zat + 1 ml air, dipanaskan, + 3-4 tetes AgNO 3 5% terbentuk

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

endapan putih.
+NH4OH encer, endapan tetap
Test asam amalik : kuning violet
Folin-Ciocalteu reagent : Biru
Roux : hijau
Parri (zat+ cobalt nitrat + uap NH4OH) : ungu
Zwikker : biru
Aq.Brom : endapan putih stabil
Larutan zat + NH4OH + AgNO3: Endapan seperti selai.
+ HNO3 : endapan larut.
Reaksi Burian: Zat + Diazo A + Diazo B + NaOH : Merah
Larutan jenuh zat + larutan Tannin : endapan putih
+ berlebih : endapan larut.
Cu. Asetat: terbentuk endapan, berbeda dengan kofein &

teobromin
m. Reaksi Kristal
Meyer
Bouchardat
Dragendorff
Fe kompleks
3. Teobromin
a. Rx Murexid : +
b. 2 mg zat + 1 ml air, dipanaskan, + 3-4 tetes AgNO 3 5% terbentuk
endapan kental tembus cahaya.
+NH4OH encer, endapan larut.
c. Test asam amalik : kuning violet
d. Roux : hijau
e. Zwikker : biru-ungu
f. Aq.Brom : Kuning tidak stabil
g. Dragendorff : merah terang.
h. Reaksi. Kristal
Dragendorff Fe Kompleks Cu Kompleks
i. Zat + HCl + Aq.Iod : endapan coklat sampai hijau tua
j. Larutan zat + larutan tannin :endapan putih
k. Zat + HNO3 encer + AgNO3 : endapan putih/Kristal
4. Luminal

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Parri : +
Zwikker : (+) viole
Zat + air + larutan AgNO3 : putih
Liebermen test : merah oranye
Merkurium nitrat : hitam
H2SO4 pekat + -naftol : ungu
Ekert : ( - )
Formalin + H2SO4 pekat : merah
Rx Kristal
Sublimasi
Fe kompleks Cu kompleks
Bi kompleks
Wagenaar Amonium fosfat

II.3.2 Analisis Kuantitatif


1. Teofilin
a. FI III:598
Ditimbang seksama 250 mg, larutkan dalam 100 ml air.
Tambahkan AgNO3 0.1 N menggunakan indicator 1 ml larutan
merah fenol
1 ml NaOH 0.1 N setara dengan 18.02 mg Teofilin
b. Analisis Kuantitatif Obat:190
i.

Titrasi

larutan

zat

dalam

dimetilformaldehid

dengan NaOH 0,1 N (1/10 mol) indicator timolftalein


ii.

Titrasi 300 mg zat dilarutkan dalam 3,5 ml asam


formiat lalu ditambahkan 50 ml anhidrida asetat sesudah ditetsi
2-3 tetes larutan, dititrai dengan 0,1 N HClO 4 mmol sampai
warna ungu kelabu

c.

Brirtish Pharmacopee:975

Larutkan 0,15 g dalam 100 ml air tambahkan 20 ml 0,1 M AgNO 3


dan kocok tambahkan larutan BTB. Titrasi dengan 0,1 m NaOH
2.

Kofein
a.

FI III:175
Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada TBA
menggunakan 100 mg yang ditimbang. Larutka dalam 40 ml
Anhidrida asetat P, panaskan dinginkan, tambahkan 80 ml
Benzene P
(1 ml HClO4 0,1 N setara dengan 19,42 mg kofein)

b.

Identifikasi Obat:175
i.

Kofein dititrasi larutan zat dalam anhidrida asetat.


Dititrasi dengan HClO4 timbul warna (1/10 mol) , indicator ungu
Kristal

ii.

Titrasi: 300 mg zat dilarutkan dalam 3,5 ml asam


formiat lalu ditambahkan 50 ml anhidrida asetat, setelah diberi 23 tetes larutan. Larutan dititrasi dengan 0,1 N HClO 4 (1/10 mmol)
sampai warna kembali menjadi ungu kelabu.

3.

Teobromin
a.

FI III:189
Basa: titrasi larut zat dalam anhidrat asetat atau benzal (5:1).
Dititrasi dengan 0,05 N HClO4 (1/20 mmol), indicator Sudan III
sampai timbul warna ungu kelabu.

b.

Analisis Kuantitaif Obat:157

Sejumlah sampel setara dengan 500 mg Teobromin ditimbang


secara sekasama lalu ditambah 125 ml air. Larutan ditambaha 1
ml larutan merah fenol 0,1% dalam alcohol dan 4 ml asam sulfat 1
N. Jika perlu larutan ditambah asam lagi sampai larutan sedikit
asam yang dapat dilihat larutannya berwarna kuning. Larutan
didihkan selama 10-15 menit lalu didinginkan 40 oC. Larutan
ditambah NaOH 1 N sampai berwarna merah kebiruan kemudian
ditambah tetes demi tetes H2SO4 0,1 N hingga berwarna kuning.
Larutan ditambah 40 ml AgNO 3 0,1 N dan ditetesi dngan NaOH
0,1 N samapai berwarna merah kebiruan.
c.

British Pahrmacopee:5967

d.

Larutkan 0,15 g dalam 125 ml air mendidih, dingnkan


hingga sushu 50-60oC dan tambahkan 25 ml 0.1 M AgNO 3.
Gunakan larutan pp sebagai indicator titrasi dengan 0,1 M NaOH
hingga warna perak muncul.

4.

Luminal
a.

FI III
500 mg yang ditimbang seksama.Larutkan dalam 40 ml etanol
(95%) P dan 25 ml larutan. Titrasi dengan NaOH 0,1 N
menggunakan indicator timolftalein. Lakukan titrasi blanko.

b.

Analisis Kuantitatif Obat:157


Sejumlah sampel setara dengan 500 mg ditimbang sekasama
dilarutkan dalam 20 ml etil formaldehid. Larutan didtitrasi dengan

litium metoksida 0,1 N menggunakan indicator tomilftalen secara


potensiometri. Dilakukan juga titrasi blanko.
c.

British Pharmacopee
Larutkan 0,1 g dalam 5 ml pyridine. Tambahkan 0,5 ml timolgtalein
dan 10 ml AgNO3. Titrasi dengan NaoH 0,1 N menggunakan
indicator timolftalein. Lakukan titrasi blanko.

BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan


III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah Buret 50 ml, corong, gelas ukur 50
ml, labu Erlenmeyer, neraca analitik, penangas air , pipet tetes,
pipet volume, plat tetes, rak tabung, sikat tabung, sendok tanduk,
statif dan klem, tabung reaksi.
III.1.2 Bahan
Bahan yang dugunakan adalah aluminium foil, amonium tiosulfat
baku, AgNO3 baku, aquades, HClO4 baku, indicator PP, indicator
Kristal violet, kertas perkamen, kertas saring, NaoH baku, perak
nitrat, Kofein, Luminal, Teobromin, teofilin.
III.2 Cara kerja

1. Luminal (Argentometri)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dimasukkan sampel dalam Erlemnmeyer
c. Dilarutkan Na2CO3 15 ml
d. Dititrasi dengan AgNO3 baku hingga warna tidak hilang selama 2
menit
2. Teofilin (argentometri)
a. Dimasukkan sampel dalam Erlenmeyer
b. Dilarutkan dengan AgNO3 baku 0,1 N
c. Ditambahkan merah fenol
d. Dititrasi dengan NaOH baku

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan


1. Kualitatif
Pereaks
i
Roux
Parri
AgNO3
Zwikker
Diazo

A6

A4

G4

F1

B1

Hijau
Ungu
Putih
Hijau-

Hijau
Ungu
Putih
Hijau-

Hijau
Ungu
Putih
Biru

Hijau
Biru-

Hijau
Ungu
Putih
Biru

Hijau
Ungu
Putih
Biru

ungu
Merah

ungu
Merah

Merah

ungu

Merah

A+B
HNO3
Putih
H2SO4
Formalin
Coklat
I+HCl
2. Kuantitatif
Klp
1

Putih

Metode
TBA
Bromo
Argento

Teofilin
Teofilin
Kofein

Argento

Luminal
Kofein

Putih
Coklat

Coklat

Sampel
Kofein
Luminal
Luminal

Putih

Bs (mg)
200
100
100
100
100
100

TBA
Iodo
Argento
Iodo

Vt (ml)
14,5
2,6

N
0,1035
0,09
0.1030

4,7

0.110

2,2

0.110

%K
5,7
39,2
6.21
191,6
43,60

100
200

2,9

0,1030

6,936

2,7

0,152

96,725

Teofilin

TBA

100
100

2,4
11,5

Luminal
Kofein

Bromo
TBA

100

1,5

Teofilin

TBA

100

0,110

13,32

0,09
0,0788

11,48

IV.2 Perhitungan
1. Luminal (Argentometri)
BE= 1/10 BM, BM = 232,23 jadi BE= 22,233
VtsampelxNtitranxBE
x100%
b.sampel
%K =
36 x0,1030 x 23,233
x100%
100
=
= 6,21%
2. Teofilin (Argentometri)
(V 1xN1) (V 2 xN 2) xBE
x100%
b.sampel
%K =
(10 x0,1030) (4,7 x 0,110) x198,18
x100%
100
=
= 101,6%

IV.3 Reaksi
1. Luminal
O

O
NH

C6H5

O
C2H5

NH
O

Fenobarbital

AgNO3

NH

C6H5

Ag+Na+ HNO3
C2H5

NH
O

2.

H3C
N
O

H3C
NH
N

H3C

+ AgNO3

Teofilin

eofilin

AgNO3 + NaOH NaNO3 + AgOH


Reakso indikator merah fenol

N
N

Ag

+ HNO3

H3C

BAB V
PEMBAHASAN

Xantin merupakan turunan alamiah Purina. Senyawa xantin yang


banyak digunakan adalah Kafein, Teobromin, dan Teofilin. Sedangkan
barbiturat adalah berifat barbiturat. Asam barbiturat merupakan hasil
kondensasi antara urea dngan asam malonat.
Pada uji kualitatif dengan kode B1 memiliki fisik yang tidak berwarna,
berbau, dan sukar larut dalam air. Pada saat ditambahkan larutan; Zwikker
berwarna hijau birul; HCl dan NaOH terbentuk endapan coklat yang
kemudian larut; Larutan roux berwarna hijau; parri berwarna ungu; NH 4OH
dan AgNO3 terbentuk endapan putih seperti selai yang kemudian larut;
Diazo A + Diazo B + NaOH berwarna merah; Cu.Asetat berwarna biru
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mengandung kofein
dan teofilin.
Untuk sampel dengan kode A6, jika dilihat dari hasil uji pereaksi
dimana pada pereaksi roux berwarna hijau, parri warna ungu, AgNO 3
diperoleh endapan putih, zwikker berwarna hijau ungu. I 2 + HCl berwarna
coklat endapannya. Jika dibandingakan dengan tabulasi hasilnya semua
(+). Begitupun dampel Au menunjukkan hasil yang sama pada dampel A6
sehingga disimpulkan bahwa sampel keduanya mengandung teofilin,
teobromin, dan kofein.

Pada sampel F dan F1 jika dilihat adri hasil uji pereaksi yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa pereaksi Roux berwarna hijau, parri
berwarna ungu, AgNO3 diperoleh endapan purtih. Zwikker berwarna biru,
burian berwarna merah dan sisanya tidak diketahui. Jikadibandingakn
dengan tabulasi diperoleh hasil uji pereaksi yang dulakukan (+) sehingga
dapat dikatakan bahwa keduanya mengandung Teofilin.
Pada danpek Gu, jika dilihat dari hasil uji pereaksi yang dilakukan
bahwa Pereasi roux berwarna ungu.
Pada percobaan kali ini digunakan sampel Luminal dan Teofilin.
Sampel

tersebut

menggunakan

penetapan

kadar

dengan

cara

Argentometri. Untuk sampel luminal dilarutkan dengan Na 2CO3 sebagai


katalisator untuk mempercepat reaksi. Kemudian dititrasi dengan AgNO 3
baku hingga warna yang terbentuk tidak hilang selama 2 menit.
Persentase kadarnya adalah 6,21 %
Untuk sampel teofilin dilarutkan dengan AgNO 3 baku sebagai
katalisator pada metode argentometri yang kemudian ditambahkan merah
fenol dan dititrasi dengan NaOH baku. Persentase kadarnya adalah
101,6%. Pada saat penetapan kadar tidak didapatkan hasil yang
sempurna karena seharusnya sebelum ditambahkan indicator merah fenol
sampel didiankam erlebih dahulu lalu endapanyang terbentuk disaring
kemudian filtratnya dititrasi dengan NaOH baku.

BAB VI
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan didapatkan konsentrasi teofilin 6,21 % dan
luminal 101,6 %
V.2 Saran
1. Alat dan bahan dilengkapi
2. Digunakan pula analisis kuantitatif dengan menggunakan instrument
3. Jumlah asisten dapat ditambah

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan, Sulistia Gan. Ed. (2009). Farmakologi dan Terapi.


Edisi Lima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
2. Tjay, Tan Hoan. (2009). Obat-Obat Penting, Edisi ke enam.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
3. Roth, Herman J. (1988). Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
4. Susanti. dan Yeanny, Wunas. 2010. Analisa Kimia Farmasi
Kuantitatif. Makassar: Universitas Hasanuddin
5. Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Depkes RI

6. Sudjadi. Dan Rohman, Abdul. (2008). Aanalisis Kuantitatif Obat.


Yogyakarta: UGM Press
7. Auterhoff. Dan Kovar. 1987. Identifikasi Obat. Terbitan IV.
Bandung: ITB

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK


ANALISIS KUALITATIF KUANTITATIF
XANTIN dan BARBITURAT

Disusun Oleh:
Kelompok III
Golongan Sabtu Siang:
Asisten:

Nur Cholis S, Si Apt

MAKASSAR
2011

Anda mungkin juga menyukai