Anda di halaman 1dari 38

1

lpkBAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal merupakan organ yang termasuk ke dalam traktus urinarius yang
terletak di belakang peritoneum pada bagian belakang rongga abdomen,
mulai dari vertebra torakalis keduabelas (T12) sampai vetebra lumbalis ketiga
(L3). Di dalam tubuh manusia terdapat dua ginjal yaitu ginjal kanan dan kiri .
Ginjal memiliki fungsi utama pada sistem urinary. Bagian lain pada sistem
tersebut pada intinya merupakan saluran dan tempat penyimpanan. Fungsi
ginjal di antaranya: (1) mengatur keseimbanga cairan dalam tubuh, (2)
mengatur

keseimbangan

asam-basa

dalam

tubuh,

(3)

pemeliharaan

osmolaritas darah.
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak
setelah tumor prostat dan tumor kandung kemih. Ginjal terdiri atas parenkim
ginjal dan sistem saluran ginjal/ sistem pelviocalices. Kedua bagian ginjal itu
bisa terserang tumor jinak maupun ganas, dengan gambaran klinik dan
prognosis yang berbeda.
Gejala penting dan sering dianggap remeh oleh pasien adalah hematuria
yang berulang. Hematuria ini seringkali sembuh sendiri sehingga pasien
enggan untuk mencari pengobatan, padahal tumor tetap tumbuh makin
membesar dan mengadakan penyebaran.
Namun dengan semakin meluasnya penggunaan ultrasoografi abdomen
sebagai salah satu pemeriksaan screening di klinik-klinik rawat jalan,
semakin banyak ditemukan kasus-kasus tumor ginjal yang masih dalam
stadium awal. Pemeriksaan lain yang juga penting dalam screening tumor
ginjal secara pemeriksaan radiologi adalah foto polos abdomen, Computed
Tomography Scan (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Di dalam referat ini, akan dijelaskan tentang fisioanatomi ginjal, tumor
ginjal dan pemeriksaan radiologi yang penting untuk menegakkan diagnosis
tumor ginjal serta pencitraannya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa tujuan dan manfaat yang sesuai
dengan topik referat ini.
I.2.1 Tujuan
a.

Tujuan umum

Mengetahui secara keseluruhan tentang fisioanatomi ginjal, tumor ginjal


dan pemeriksaan radiologi yang penting untuk menegakkan diagnosis
tumor ginjal serta pencitraannya.
b.

Tujuan khusus
1)

Menambah wawasan tentang tumor ginjal dan penegakan

diagnosisnya
2)

Mengetahui tujuan dan peran penting dilaksanakannya

pemeriksaan radiologi pada tumor ginjal


3)

Mengetahui

diagnosis

banding,

prognosis

dan

penatalaksanaan tumor ginjal


I.2.1 Manfaat
1)

Menjadi bahan pembelajaran pribadi menambah pengetahuan serta

wawasan penulis mengenai tumor ginjal


2)

Pembaca dapat memahami lebih jauh tentang tumor ginjal

khususnya dari aspek radiologinya


3)

Menambah bahan pustaka institusi referensi bagi kepustakaan

BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
2.1 Anatomi ginjal
Ginjal terletak di belakang peritoneum pada bagian belakang rongga
abdomen, mulai dari vertebra torakalis keduabelas (T12) sampai vetebra
lumbalis ketiga (L3). Ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri karena
adanya hati. Saat inspirasi, kedua ginjal tertekan ke bawah karena kontraksi
diafragma.

Gambar 1. Letak anatomis ginjal


Setiap ginjal diselubungi oleh lapisan-lapisan yang akan menyokong
dan memfiksasi ginjal pada tempatnya, yaitu : 3
a)

Kapsula fibrosa : meliputi dan melekat erat langsung pada

permukaan luar ginjal.


b)

Kapsula adiposa : lapisan yang meliputi kapsula fibrosa.

c)

Fascia renalis : terletak di luar kapsula adiposa, meliputi

ginjal dan glandula suprarenal. Di lateral fascia ini melanjutkan diri


menjadi fascia transversalis.
d)

Korpus adiposum pararenale : lapisan ini berada di luar

fascia renalis dan merupakan lapisan terluar yang membungkus


ginjal.

Lapisan

ini

selanjutnya

akan

membentuk

lemak

retroperitoneal

Gambar 2. anatomi dan histologi ginjal


Korteks ginjal merupakan zona luar ginjal dan medula ginjal
merupakan zona dalam yang terdiri dari piramida-piramida ginjal. Bagian
dasar dari tiap piramid menghadap ke arah korteks ginjal dan puncaknya yang
disebut papila renalis, menghadap ke hilum ginjal. Korteks ginjal (renalis)
adalah bagian yang berbentuk lembut dan memanjang dari kapsula renal ke
dasar piramida ginjal serta ke dalam ruang diantaranya. Korteks ginjal dibagi
menjadi zona kortikal luar dan zona juxtamedulari dalam. Bagian dari korteks
ginjal yang memanjang diantara piramida ginjal disebut kolumna renalis.

Lobus ginjal terdiri dari piramida ginjal, bagian dibawah korteks ginjal dan
tiap setengahnya berdekatan dengan kolumna renalis. Korteks ginjal dan
piramida ginjal membentuk parenchyma (bagian fungsi) ginjal secara
bersama-sama. Di dalam parenchyma terdapat 1 juta mikroskopik unit ginjal
yang disebut nefron. Korteks terdiri dari semua glomerulus dan medula terdiri
dari ansa Henle, vasa rekta, dan bagian akhir dari duktus kolektivus 3.
Pada daerah medial ginjal, terdapat celah vertikal pada margo medialis
yaitu hilum renale. Hilum renale dilalui dari depanbelakang oleh vena
renalis, dua cabang arteri renalis, ureter, cabang ketiga arteri renalis dan juga
dilalui pembuluh limfa dan serabut saraf simpatis. Hilum renale kemudian
meluas dan disebut sinus renale yang di dalamnya terdapat pelebaran ke atas
ureter yang disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terdiri dari 2-3 calices renalis
majores, yang akan bercabang menjadi 2-3 calices renalis minores 3.
Di dalam abdomen, ginjal mempunyai hubungan atau tempat
bersentuhan dengan organ-organ disekitarnya : 1
1)

Ginjal kanan :
a.

Bagian anterior: bersentuhan dengan glandula suprarenal,

hepar, pars descendens duodenum, flexura coli dextra, dan


jejenum.
b.

Bagian posterior : beersentuhan dengan diafragma, recessus

costodiafragmaticus, costa XII, m. Quadratus lumborum, m.


Psoas major, m. Transversus abdominis, n. Subcostalis (T 12), n.
Iliohipogastricus, n.Ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah lateral.
2)

Ginjal kiri :
a.

Bagian anterior : bersentuhan dengan glandula suprarenalis,

lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra, jejenum.


b.

Bagian posterior : bersentuhan dengan diafragma, recessus

costodiafragmaticus, costa XI-XII, m. Quadratus lumborum, m.


Psoas major, m. Transversus abdominis, n. Subcostalis (T 12), n.
Iliohipogastricus, n. Ilioinguinalis (L 1) berjalan ke bawah
lateral.

Gambar 3. Organ disekitar ginjal


Meskipun berat ginjal lebih sedikit dari 0,5% dari total massa tubuh,
ginjal dapat menerima 20-25% hasil keluaran jantung melaui renal arteri
kanan dan kiri. Pada orang dewasa, aliran darah pada renal melalui ginjal
mencapai 1200 mL/menit 4.
Tiap segmen terdiri dari beberapa cabang yang masuk ke dalam
parencyma dan melewati kolumna renal diantara piramid renal seperti arteri
interlobar. Setiap arteri terdapat di dasar piramid renal, arch arteri interlobal,
diantara medula renalis dan korteks, yang dikenal dengan sebutan arteri
arcuate. Bagian arteri arcuata memproduksi rangkaian arteri yang disebut
arteri interlobular karena arteri tersebut melalui di antara lobulus-lobulus
ginjal. Arteri interlobular masuk ke dalam korteks renal dan membentuk
cabang-cabang yang disebut arteriole afferent. Tiap nefron menerima satu
arteriole afferent, yang terbagi menjadi jaringan kapiler yang berbentuk bola
yang disebut glomerulus 4.

Kapiler-kapiler glomerulus kemudian menyatu kembali ke arteriole


efferent yang membawa darah keluar dari glomerulus. Arteriole efferent
terbagi untuk membentuk kapiler peritubular yang mengelilingi bagian
tubular nefron di dalam korteks renal. Kapiler yang berbentuk lengkung dan
memanjang dari arteriole afferent disebut vasa recta yang berfungsi untuk
mensuplai nefron tubular di dalam medula renalis 4.
Kapiler peritubular menyatu kembali untuk membentuk venula
peritubular dan vena interlobular, juga menerima darah dari vasa recta.
Kemudian darah masuk melalui vena arcuate ke vena interlobar yang
mengalir diantara piramid renal. Darah keluar dari ginjal melalui sebuah vena
renal yang terdapat pada hillum renal dan membawa darah ke dalam vena
cava inferior 4.
Ginjal mendapat aliran limfe dari nodi aortici laterales di sekitar
pangkal arteri. Persarafan ginjal melalui plexus renalis yang seratnya berjalan
bersama dengan arteri renalis. Input dari ssitem simpatis menyebabkan
vasokontriksi yang menghambat aliran darah ke ginjal. Ginjal diduga tidak
mendapat persarafan parasimpatis. Impuls sensorik dari ginjal berjalan
menuju korda spinalis segmen torakal 10-11 dan memberikan sinyal sesuai
dengan level dermatomnya. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa nyeri di
daerah pinggang bisa merupakan nyeri referal dari ginjal 4.

Gambar 4. Bagian-bagian ginjal

2.2 Histologi Ginjal


Ginjal dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi
medial terdapat cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat
keluar masuk pembuluh darah dan keluarnya ureter. Bagian ureter atas
melebar dan mengisi hilus ginjal, dikenal sebagai piala ginjal (pelvis renalis).
Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar dan kecil yang disebut
kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor
meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila
ginjal. Pada potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan
puncak daerah piramid yang meluas dari hilus menuju ke kapsula. Pada
papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens. Satu piramid dengan bagian
korteks yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal 5.
Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan
lemak dan simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks
dan medula yang satu sama lain tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus,
ada bagian medula yang masuk ke korteks dan ada bagian korteks yang
masuk ke medula (Eroschenko, 2007).
Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan medula ginjal
adalah : 5
a. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu
1.

Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan


berbentuk cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan
kapiler).

2.

Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis


dan tubulus kontortus distal.

b. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan


bagian sistim tubulus yaitu pars descendens dan descendens
ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus ekskretorius
(duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.

2.3 Gambaran Umum Fungsional Ginjal


Ginjal memiliki fungsi utama pada sistem urinary. Bagian lain pada
sistem tersebut pada intinya merupakan saluran dan tempat penyimpanan.
Fungsi ginjal di antaranya : 6
a) Mengatur komposisi ion darah, ginjal membantu mengatur
tingkatan darah pada beberapa ion, yang penting seperti ion sodium,
ion potasium, ion kalsium, ion Clorida, dan ion phospat.
b) Mengatur pH darah, ginjal mengeluarkan ion-ion hidrogen ke
dalam urin dan mengawetkannya sehingga mampu mengatur pH
darah.
c) Mengatur volume darah, ginjal mengatur volume darah dengan air
dalam urin, mengangkat volume darah, meningkatkan tekanan darah,
menurukan volume dan tekanan darah.
d) Mengatur tekanan darah, ginjal juga membantu mengatur tekanan
darah dengan car mengeluarkan enzim renin, yang mendukung
jalannya aktivitas aldosteron-angiotensin-renin. Peningkatan jumlah
renin menyebabkan peningkatan tekan darah.
e) Pemeliharaan osmolaritas darah, dalam mengatur penurunan air
dan larutan dalam urin, ginjal memelihara osmolaritas darah kontan
mendekati 300 miliOsmol per liter (mOsm/liter) dengan cara terpisah.
f) Memproduksi hormon, ginjal memproduksi 2 hormon kalsitriol,
yaitu hormon yang merupakan bentuk aktif dari Vit D yang berfungsi
membantu mengatur homeostatis kalsium.
g) Mengatur

tingkat

gula

darah,

seperti

hati,

ginjal

dapat

menggunakan asam amino glutamin di dalam proses glukoneogenesis


(sintesis molekul gula baru). Kemudian ginjal melepaskan glukosa ke
dalam darah agar tingkat gula dalam darah tetap normal.
h) Pengeluaran zat asing dan sampah, ginjal membantu mengeluarkan
sampah dengan membentuk urin. Zat-zat sisa yang dikeluarkan dalam
bentuk urin diakibatkan oleh reaksi metabolisme di dalam tubuh
meliputi amonia dan urea dari deamination asam amino; bilirubin dari

10

katabolisme hemoglobin; kreatinin dari uraian creatine phospate


dalam serabut otot; dan asam urin dari katabolisme asam nukleat.
Hormon yang bekerja pada ginjal
Hormon-hormon yang mempengaruhi kerja ginjal antara lain : 6
a) Hormon antidiuretik (ADH atau vasopresin)
Merupakan peptida yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
posterior; hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
kolektivus
b) Aldosteron
Merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal;
hormon ini meningkatkan reabsorpsi natrium pada duktus
kolektivus.
c) Peptida natriouretik
Diproduksi oleh sel jantung dan meningkatkan sekresi natrium
pada duktus kolektivus.
d) Hormon paratiroid
Merupakan protein yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid;
hormon ini meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorpsi kalsium, dan
produksi vitamin D pada ginjal.
Hormon yang dihasilkan oleh ginjal
Ginjal memproduksi beberapa hormon, antaranya : 6
a)

Renin

Merupakan protein yang dihasilkan oleh aparatus jukstaglomerular;


hormon

ini

menyebabkan

pembentukkan

angiostensin

II.

Angiostensin II bekerja langsung pada tubulus proksimal dan


bekerja melalui aldosteron pada tubulus distal untuk meningkatkan
retensi natrium. Hormon ini juga merupakan vasokonstriktor kuat.
b)

Vitamin D

Merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi


bentuk aktif 1,25-dihidroksikolekalsiferol, yang terutama berperan
meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dalam usus.

11

c)

Eritropoietin

Merupakan protein yang diprodusksi di ginjal; hormon ini


meningkatkan pembentukkan sel darah merah di sumsum tulang.
d)

Prostaglandin

Diproduksi di ginjal; memiliki berbagai efek, terutama pada tonus


pembulus darah ginjal.

12

BAB III
PATOFISIOLOGI TUMOR GINJAL
3.1 Definisi
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel
jaringan ginjal. Tumor lunak atau cyste pada umumnya tidak ganas dan yang
padat ganas atau tumor. Tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal
sangat cepat dan mendesak sel-sel disekitarnya 7.
3.2 Klasifikasi Tumor Ginjal
Ginjal terdiri atas parenkim ginjal dan sistem saluran ginjal/ sistem
pelviocalices. Kedua bagian ginjal itu bisa terserang tumor jinak maupun
ganas, dengan gambaran klinik dan prognosis yang berbeda. Tumor ginjal
dapat berasal dari tumor primer di ginjal ataupun merupakan tumor sekunder
yang berasal daru metastasis keganasan di tempat lain 2.
1. Tumor Jinak
Tumor mulai pada sel-sel, yang membentuk jaringan-jaringan.
Jaringan-jaringan membentuk organ-organ tubuh. Secara normal, sel-sel
tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh
memerlukan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menua, mereka mati, dan
sel-sel baru mengambil tempat mereka. Kadang proses yang teratur ini
berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan
mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika mereka seharusnya mati. Selsel ekstra ini dapat membentuk suatu massa dari jaringan yang disebut
suatu pertumbuhan atau tumor 2.
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal
yang terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot
polos. Lesi ini bukan merupakan tumor sejati, tetapi paling
cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor jinak ini biasanya
bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai ginjal.
Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ekstrarenal karena
pertumbuhan yang multisentrik. Lima puluh persen dari

13

hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous sklerosis atau


penyakit Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai
dengan retardasi mental, epilepsi, adenoma seseum dan terdapat
hamartoma di retina, hepar, tulang, pankreas dan ginjal. Tumor
ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria dengan
perbandingan 4 : 1
Hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala dan
kadang-kadang

didapatkan

secara

kebetulan

pada

saat

pemeriksaan rutin dengan ultrasonografi abdome. Gejala klinis


yang mungkin dikeluhkan adalah: nyeri pinggang, hematuria,
gejala obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala
terdapat juga gejala perdarahan di dalam rongga retroperitonial .
Gambaran roentgennya tidak spesifik. Impresi pada sistem
kalik sama seperti penyakit polikistik ginjal. Nefrotomogram
memperlihatkan lesi tersebut padat atau kistik. Karena banyak
mengandung komponen lemak ini yang dapat membedakan
hamartoma dengan adenokarsinoma ginjal. Sehingga pada
ultrasonografi akan terlihat gambaran hiperekoik dan jika
dikonfirmasikan dengan CT-scan akan tampak area yang
menunjukkan densitas negatif. Gambaran ini patognomonis
untuk suatu hamartoma.
2. Tumor Ganas
a) Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma

ginjal

adalah

tumor

ganas

parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimalis


ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan
pada orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada
umur lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru meningkat
setelah ditemukannya alat bantu diagnosa USG dan CT scan
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada
wanita dengan perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor ini
biasanya banyak diderita pada usia lanjut (setelah usia 40

14

tahun), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda.


Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat pada 2%
kasus. Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor
Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist
tumor. Serupa dengan sel korteks adrenal tumor ini diberi
nama hipernefroma yang berasal dari sisa kelenjar adrenal
yang embrionik 2.
Pada histologi, tumor terdiri atas sel-sel terang (clear)
kadang sel granular. Dalam perkembangan mempunyai tendensi
untuk menyebar ke ginjal dan ke kelenjar regional dan struktur
lainnya yang berdekatan. Metastasis ke paru-paru, hati, otak, dan
organ lain.
Pada pielogram tampak massa dalam ginjal dan distorsi
kalik. Tumor ini tumor pembuluh darah sehingga dapat juga dilihat
dengan arteriografi dan CT-scan. Bayangan massa padat tidak
homoge,

tidak

ada

lalsifikasi

yang

berasal

dari

ginjal.

Nefroblastoma kadang tidak dapat dibedakan dengan karsinoma sel


ginjal pada orang dewasa hanya berdasar CT-scan. Gambaran pada
CT-scan merupakan massa ginjal padat kelihatan seperti lebih
kistik. Dapat mengandung banyak jaringan lemak.

b) Nefroblastoma (tumor Wilms)


Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak
menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun dan paling
sering dijumpai pada umur 3,5 tahun. Kurang lebih 10%
tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan. Insiden
puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan dan lakilaki sama banyaknya. Tumor Wilms merupakan 10% dari
semua keganasan pada anak. Tumor ini mungkin ditemukan
pada anak dengan kelainan aniridia, keraguan genitalia pada
anak

dan

sindrom

Beckwith-Wiedemann

(makroglosi,

omfalokel, viseromegali dan hipoglikemia neonatal). Satu


persen dari tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan

15

secara dominan autosomal. Onkogen tumor Wilms telah


dilokasi pada garis p 13 kromosom 11 .
Tumor ini berasal kongenital. Timbul dalam parenkim
ginjal, mungkin dari isa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari
fokus tunggal, kadang-kadang leih dari satu area. Tumor wilm
biasanya

dikelilingi

oleh

jaringan

pseudokapsul

yang

memisahkannya dari kompresi parenkim ginjal normal.


Tumor ini besar dan mengandung banyak daerah nekrosis
dan perdarahan. Hal ini jelas pada computed tomography dan
ultrasonografi. Tidak ada gambaran spesifik pada lesi ini. Untuk
membedakannya dengan hipernefroma, berbeda dengan apa yang
didapat pada anak, pada orang dewasa tumor ini berbatas tegas dan
biasanya meluas ke retroperitoneum.

NWTS (National Wilms Tumor Study) membagi


tingkat penyebaran tumor ini dalam 5 stadium:
Stage I

Tumor ditemukan hanya pada ginjal dan dapat


diangkat keseluruhannya.

Stage II

Tumor telah menyebar keluar ginjal, yaitu ke


jaringan lemak atau jaringan lunak lain atau
pembuluh darah, namun masih dapat diangkat
secara keseluruhan.

Stage III Tumor telah menyebar di dalam rongga


abdomen dan tidak dapat diangkat seluruhnya.
Juga telah metastasis KGB, pembuluh darah
atau peritoneum.
Stage IV Metastasis jauh ke paru, liver, tulang,vertebra
dan regio paraspinal, otak atau KGB di luar
abdomen dan pelvis.
Stage V Sel tumor ditemukan pada kedua ginjal ketika
tumor pertama kali didiagnosa.

16

c) Tumor Pelvis Renalis


Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai
dengan jenis histopatologinya tumor ini dibedakan
dalam dua jenis yaitu (1) karsinoma sel transitional dan
(2) karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa
yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra proksimal,
pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan
mempunyai kemungkinan untuk menjadi karsinoma
transitional.

Karsinoma

sel

skuamosa

biasanya

merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis karena


adanya batu yang menahun pada pelvis renalis. Tumor
ini secara dini akan ditandai dengan adanya hematuria
atau obstruksi. Tumor ini sering menginfiltrasi dinding
pelvis dan dapat mengenai vena renalis .
Gambaran klinis yang sering dikelukan oleh pasien
adalah kencing darah, kadang kadang disertai dengan
nyeri pinggang dan teraba massa pada pinggang.
Keadaan tersebut disebabkan oleh massa tumor atau
akibat

obstruksi

oleh

tumor

yang

menimbulkan

hidronefrosis.
Pada pemeriksaan PIV terdapat filling defect yang
nampak

seolah-olah

seperti

batu

radiolusen,

tuberkuloma, atau hemangioma pada pielum ginjal.


Untuk itu bantuan ultrasonografi atau CT-scan dapat
membedakannya.

17

BAB IV
PENEGAKAN DIAGNOSIS
4.1 Anamnesis
Dalam anamnesis pasien dengan kecurigaan tumor ginjal perlu
didapatkan informasi tentang:
Keluhan utama:
a)

Hematuria (makroskopis) terdapat sekitar 25% kasus,

akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks.


b)

Adanya massa dalam perut (tumor abdomen) merupakan

gejala awal yang paling sering (60%), kadang-kadang disertai


nyeri perut.
c)

Pada beberapa pasien dapat ditemukan nyeri perut yang

bersifat kolik akibat adanya gumpalan darah dalam saluran


kencing.
d)

Gejala lain berupa obstipasi, penurunan berat badan, diare,

demam, malaise dan anoreksia


e)

gejala dan tanda sistemik berupa kelemahan, malaise,

anoreksia, dan berat badan menurun


Faktor risiko:
a) Riwayat keterpajanan zat radioaktif
b) Riwayat dalam keluarga
c) Penderita kelainan ginjal dengan riwayat hemodialise kronis
d) Kegemukan, kebiasaan minum kopi dan penggunaan diuretik
dalam jangka waktu yang lama
4.2 Pemeriksaan Fisik
a) Hipertensi (60%)
b) Demam (pada beberapa kasus)
c) Adanya masa pada abdomen (berbatas tegas yang kadang telah melewati
garis tengah)
d) Nyeri tekan daerah abdomen bagian atas

18

4.3 Pemeriksaan Penunjang


A.

Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya tidak ditemukan kelainan selain hematuria pada

pemeriksaan urin. Anemia dapat dijumpai sebagai tanda adanya


perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasis ke sumsum, sedangkan
uremia dapat dijumpai apabila tumor menyumbat kedua muara ureter
baik karena obstruksi tumornya

sendiri ataupun limfadenopati.

Pemeriksaan histologi dapat membedakan sel-sel tumor dengan cara


mengambil sampel dari jaringan dari massa yang dicurigai tumor .
B.

Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pada kasus-kasus tumor ginjal pemeriksaan radiologis

yang dilakukan adalah pemeriksaan BNO, IVP dan kadang-kadang


dilakukan CT Scan untuk menganalisa kelainan yang lebih lanjut. Tetapi
dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan di atas kadang-kadang
belum dapat menemukan tanda-tanda klasik yang khas dari tumor ginjal
secara radiologis. Untuk ini memerlukan suatu pemeriksaan radiologis
yang lain yaitu pemeriksaan angiografi. Selain menganalisa penyakit
yang disebabkan oleh kelainan a.renalis (renovasculer disease),
arteriografi juga dapat menyokong, menganalisa, dan mempelajari
penyakit-penyakit parenkim ginjal .
Tanda-tanda klasik dari tumor ginjal secara radiologis adalah :
1.

Massa yang luas pada daerah ginjal.

2.

Bentuk

ginjal

yang

abnormal

(melebar

dan

irreguler).
3.

Space-occupaying lesion pada parenkim ginjal.

4.

Kalsifikasi pada parenkim.

5.

Letak pelviokalices abnormal atau terdorong.

6.

Kaliks memanjang dengan bentuk yang aneh.

7.

Penyempitan atau complete obliterasi dari kaliks.

8.

Deformitas atau obstruksi dari uretropelvik junction.

9.

Pyelectasis.

10. Bentuk irreguler dari pelvis.

19

1. Radiologi pada hamartoma


a)

X-Ray
Angiomiolipoma

dengan

ukuran

yang

sedang,

kemungkinan dapat dinilai dengan plain abdominal radiografi


atau intravenous urogram. Apabila planatonografik images
diperoleh sebelum masuknya kontras ke intravena dan jika
kuantitas dari lemak lebih mendominasi pada tumor tersebut
gambaran radiolusen makin jelas .
Suatu angiomyolipoma multiple yang besar, pada pasien
dengan tuberosklerosis pada pemeriksaan dengan intravenous
urogram dapat dilihat distorsi dari renal collecting system.
Dimana tidak dapat dibedakan dengan penyakit ginjal polikistik.
Teknik ini tidak cukup sensitif untuk memperlihatkan lemak dan
tumor

Gambar 6. Pada ivp tampak terdesaknya renal collecting


system
b)

CT Scan
Tanda dari angiomyolipoma pada pemeriksaan CT Scan

menampilkan gambaran lemak. Nilai dari negative attenuation


15 (lima belas) Hu sampai dengan 100 (seratus) Hu. Biasanya
kelihatan jaringan adiposa neoplasma mungkin mempunyai

20

variasi, campuran lemak dan otot, tetapi jarang yang solid.


Kalsifikasi jarang terlihat pada tumor. CT Scan memiliki
keakuratan

yang

tinggi

dalam

karekteristiknya

mendiagnosis lesi .

Gambar 7. CT-scan pada hamartoma

dan

21

c)

MRI
Dengan pemeriksaan MRI, Angiomyolipoma dapat lebih

memperlihatkan karakteristik yang jelas, karena adanya


gambaran dari lemak diantara tumor (khususnya setelah selesai
menggunakan teknik fat-suppression). Namun MRI bukan saran
pemeriksaan spesifik yang mengutungkan. Imaging pada
potongancoronal dan sagital, dapat memperlihatkan gambaran
asal mula lesi tumor yaitu dari cortex ginjal, lebih baik daripada
batasan peritoneum karena liposarcoma dapat menggantikan
ginjal tapi jarang menyerang parenkim ginjal. Lesi yang berisi
lemak berhubungan dengan cortex subcapsular. Sekarang ini
karena adanya perluasan computed tomography dapat menjadi
pilihan untuk mendeteksi lemak dalam tumor ginjal 9.

Gambar 8. MRI pada hamartoma tampak Lesi berbentuk


bulat yang berisi lemak
d)

USG
Dengan pemeriksaan USG, Angiomyolipoma merupakan

tumor ginjal yang sangat echogenic dan dapat menyebabkan


timbulnya bayangan akustik tumor cortical yang bulat atau oval,
karena angiomyolipoma mempunyai intensitas yang echogenic,

22

tumor dengan diameter yang kecilpun dapat terindentifikasi.


Area dengan sedikit echogenic di dalam tumor dihubungkan
dengan adanya suatu perdarahan atau pelebaran dari calix-calix
ginjal. Pengurangan echogenic dari angiomyolipoma, pikirkan
untuk menghubungkan ke komponen yang kecil dan komponen
otot yang lebih menonjol. Dopple USG dapat digunakan untuk
mendeteksi komplikasi dari pembuluh vena ginjal. Tanda
echogenic pada suatu massa di ginjal tidak patognomic untuk
suatu tumor angiomyolipoma, termasuk juga carsinoma cell
ginjal, dapat juga hyperechoic 9.

Gambar 10. Pada ultrasonography tampak lesi hiperekoik


bulat.
e)

Angiography
Sembilan puluh lima persen dari angiomyolipoma

hipervascular,

dengan

pembesaran

interlobar

dan

arteri

interlobar. Arteri intra tumor iregular dan ancurisma. Vena


pooling dan memberi gambaran onion peel appearance.
Biasanya tidak ada shuting arteri vena. Sunburst appearance

23

pada cappitlary nephrogram. Onion skin appearance pada


pembuluh darah perifer 9.

Gambar 11. Tampak hipervaskularisasi pada angiography


1)

Radiologi Pada Tumor Wilms (Nephroblastoma)


a)

Foto Polos Abdomen


Dapat dijumpai adanya massa tumor jaringan lunak dan

pendesakan organ-organ abdomen lainnya oleh massa tumor ini.


Kalsifikasi dapat ditemukan pada sekitar 10 % kasus, biasanya
berupa titik-titik atau cincin .

Gambar 12. Foto polos abdomen tampak massa yang


mendesak organ abdomen

24

b)

Ultrasonografi
Pencitraan ginjal dapat dilakukan dengan ultrasonografi

yang dapat menemukan tumor padat pada ginjal, yang pada anak
kemungkinan paling besar tumor Wilms . USG bagian ginjal
yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih
predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan
menampakkan area yang echotekstur heterogenus

Gambar 13. Ultrasonography pada tumor wilms


c)

Pielografi intravena
Menunjukan perubahan bayangan ginjal dan gambaran

pelviokaliks dan sekaligus memberi kesan mengenai faal ginjal,


juga dapat ditemuka tanda khas yaitu pendesakan collecting
system ke arah kranial oleh massa intrarenal. Pemeriksaan ini
juga dapat menilai fungsi ginjal kontralateral 9.

25

Gambar 14. Pemeriksaan IVP tumor wilms


d)

CT Scan
Dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus

menunjukan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor


ke jaringan sekitarnya 9.

Gambar . CT axial tanpa kontras pada tumor wilms.

26

e. MRI
MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai
penyebaran

tumor. MRI dapat mengungkapkan adanya invasi

tumor pada vena renalis

dan vena cava tanpa membutuhkan

kontras, tetapi kelemahannya adalah

kurang sensitif mengenali lesi

solid yang berukuran kurang dari 3 cm

Gambar 15. wilms tumor pada anak laki-laki 3 tahun dengan


sebuah massa

di perut . gambar MRI gadolinium enhanced

koronal fat suppressed t1 weighted menunjukkan massa yang besar,


terdeteksi dengan baik di sebelah kanan ginjal ( panah )

e)

Foto Toraks
Karena tingginya insidens metastasis ke paru-paru maka

pemeriksaan ini wajib dilakukan pada penderita ini 9.


2)

Adenokarsinoma Ginjal
a) Foto polos Abdomen dan Pyelografi Intravena
Pemeriksaan

radiologi

pertama

adalah

foto

polos

abdomen, di mana dapat dijumpai adanya pembesaran bayangan


ginjal yang homogen dengan kalsifikasi linier atau terlokalisir

27

pada bagian ginjal tertentu. Selanjutnya, pada pemeriksaan


pyelografi intravena dapat ditemukan adanya perubahan bentuk
pada collecting sistem yang merupakan tanda utama adanya
tumor dalam ginjal. Apabila ginjal yang terkena tidak berfungsi
pada pemeriksaan ini, perlu dilakukan pemeriksaan retrograd
pyelografi untuk melihat perubahan bentuk tersebut. Ketepatan
dengan cara foto polos abdomen dan pyelografi intravena hanya
sekitar 75 % dan karena itu masih diperlukan pemeriksaan
konfirmasi lainnya 9.

Gambar 16. Pemeriksaan IVP pada adenokarsinoma ginjal


b) Ultrasonografi
Apabila terdapat keraguan antara kista ginjal dan tumor
padat ginjal, maka pemeriksaan yang tersederhana dan murah
adalah pemeriksaan ini. Bersifat non invasif, tidak terlalu mahal
dan hampir tidak mempunyai dampak sampingan. Ultrasonografi
dapat juga digunakan sebagai penuntun dalam melakukan biopsi
aspirasi memakai jarum halus. Gambaran radiologis petanda
karsinoma sel ginjal adalah didapatkannya massa tanpa internal
echo kista sederhana dengan transmisi homogen dan adanya
gambaran dinding di bagian posterior. Ketepatan diagnosis
dengan cara ultrasonografi (USG) cukup tinggi dan dilaporkan
kira-kira 95 %

28

Gambar 15. Pemeriksaan ultrasonography tampak Karsinoma sel


ginjal yang diidentifikasi sebagai massa yang bulat yang membentang dari
bagian posterior ginjal ( anak panah )

c) CT Scan
Untuk tambahan ketepatan dalam membedakan antara
kista dengan tumor padat, dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan.
Nilai tambahan dari pemeriksaan ini adalah ketepatan dalam
melakukan staging. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan untuk
melihat adanya sisa tumor setelah pembedahan atau adanya
rekurensi tumor pasca bedah. Ketepatan diagnosisnya akan lebih
tinggi lagi jika CT Scan dikerjakan bersamaan dengan media
kontras. Walau lebih mahal biayanya tindakan diagnostik ini
bersifat non invasif. Dugaan karsinoma sel ginjal ditandai oleh
massa hipoekoik yang lebih jelas dari jaringan ginjal sekitarnya.
Ketepatan diagnostik dengan melakukan cara CT Scan
dilaporkan dapat mencapai sekitar 98 % 9.

29

Gambar 14. Aksial kontras ditingkatkan gambar CT menunjukkan


massa yang besar di ginjal kiri dengan nekrosis di daerah sentral (tanda
bintang). Trombus tumor dilihat dalam vena renalis kiri di tingkat hilus ginjal
(panah
Sebagai patokan, diapakai pembagian stadium yang dianjurkan oleh
UICC, yaitu:
T1 : Tumor berukuran 2,5 cm, masih terbatas dalam ginjal.
T2 : Tumor berukuran 2,5 cm, masih terbatas dalam ginjal.
T3 : Tumor sudah tumbuh ke luar dari kapsul ginjal atau mengenai
vena renalis tetapi masih belum menembus kapsul
T4 : Tumor sudah tumbuh ke luar dari kapsul.

30

d) Angiografi Ginjal
Merupakan suatu tindakan diagnostik tergolong invasif
dan

mempunyai

banyak

komplikasi

seperti

perdarahan,

timbulnya emboli, terjadi aneurisma pada tempat suntikan.


Komplikasi yang lebih berat timbul apabila menderita alergi
terhadap bahan kontras 9.
Adanya tumor pada pemeriksaan ini ditunjukkan oleh
adanya neovaskularisasi dan fistula arteriovenosa. Dengan
arteriografi ginjal dapat diketahui adanya invasi tumor ke arah
vena kava dan vena renalis. Walau agak mahal dan mempunyai
beberapa risiko, pemeriksaan ini masih dipertahankan pada
pasien yang mempunyai hanya satu ginjal (setelah nefrektomi
atau satu ginjal atrofi) sebagai pedoman untuk pengobatan atau
tindakan nefrektomi parsial 9.

Gambar 15. Angiography pada adenokarsinoma ginjal .


3)

Radiologi Pada Tumor Pelvis Ginjal


Pada pemeriksaan PIV, terdapat filling deffect yang nampak

seolah-olah seperti batu radiolusen, tuberkuloma atau hemangioma


pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan USG dan CT Scan dapat
membedakannya.

31

BAB V
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Kunci utama dalam penegakan tumor ginjal adalah ditandai dengan adanya
massa pada abdomen, namun seringkali tersamarkan oleh keadaan lain yang juga
menimbulkan massa yang abnormal pada abdomen, seperti:
1) Hidronefrosis/kista ginjal
2) Neuroblastoma, biasanya keadaan pasien lebih buruk dan pada
pemeriksaan laboratorium, kadar VMA (Vanyl Mandelic Acid) dalam
urine mengalami peningkatan
3) Teratoma retroperitoneum
4) Dan tumor pada organ dalam cavum abdomen lainnya
Hidronefrosis dan kista ginjal biasanya dapat dengan mudah dibedakan
dengan ultrasonografi atau CT Scan, sedangkan lesi neuroblastoma biasanya
menyebrang garis tengah dan collecting system biasanya akan terdesak ke arah
kaudal (dengan melakukan pemeriksaan kadar VMA dan pielografi intravena) 2.

32

BAB VI
PENATALAKSANAAN
6.1 Penatalaksanaan Hamartoma
Tumor dengan ukuran kurang dari 4 cm yang biasanya tanpa keluhan
tidak memerlukan tindakan operasi namun perlu dipantau. Jika dibiarkan dan
tidak diterapi akan berakibat menjadi ganas apabila tumbuh dan terus
membesar. Tumor yang telah menjadi ganas akan bermetastase ke paru-paru.
Untuk alasan inilah penemuan dan identifikasi dari tumor jinak ginjal ini
penting secara dini ditemukan. Jika ukuran tumor lebih dari 4 cm dan terdapat
keluhan, pengobatan yang bisa dilakukan dapat berupa embolisasi pada
cabang arteri renalis atau dilakukan nefrektomi parsial .
Pada kasus yang akut dan hebat di mana metode konservatif gagal,
radikal nefrektomi mungkin merupakan satu-satunya cara. Parsial nefrektomi
dapat menjadi pilihan yang ideal untuk massa dengan diameter yang lebih
kecil yaitu kurang dari 3 cm dan memungkinkan juga untuk massa tumor
yang berdiameter lebih kecil dari 5 cm. Mungkin juga lebih baik untuk
melepaskan atau menghilangkan massa yang sulit ditentukan batasnya .
Embolisasi

arteri

ginjal

dapat

digunakan

untuk

mengontrol

atau

mengendalikan perdarahan.
6.2 Penatalaksanaan Tumor Wilms
Tujuan pengobatan tumor Wilms ialah mengusahakan penyembuhan
dengan kemungkinan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Dengan
terapi kombinasi (pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi) dapat diharapkan
hasil yang memuaskan .
Pengobatan pilihan untuk tumor Wilms adalah nefrektomi dan
deseksi kelenjar limfe bersama dengan kapsul Gerota yang intak. Pemberian
radioterapi biasanya dilakukan pada stadium yang lanjut 2.

33

6.3. Penatalaksanaan Tumor Pelvis Renalis


Jika tumor belum menyebar hingga keluar pelvis renalis dan ureter,
maka terapi yang biasanya dilakukan adalah pembedahan untuk mengangkat
keseluruhan ginjal dan ureter yang terkena, bersama dengan sebagian kecil
kandung kemih. Setelah pembedahan, perlu dilakukan pemeriksaan sitoskopi
secara berkala. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menggunakan alat
khusus untuk melihat bagian dalam kandung kemih. Hal ini dilakukan karena
penderita yang terkena tumor jenis ini juga berisiko untuk mengalami tumor
kandung kemih 2.
6.4 Penatalaksanaan Adenokarsinoma
Dalam penatalaksanaan karsinoma sel ginjal dapat dilakukan tindakan
operatif dan pemberian terapi medikamentosa secara sistemik. Hasil
pengobatan dan jenis tindakan yang akan dilaksanakan tergantung pada
stadium tumor serta ada atau tidaknya metastasis jauh 2.
Pengobatan pilihan untuk tumor yang belum menunjukan tanda-tanda
metastasis adalah radikal nefrektomi yaitu pengangkatan en blok ginjal
beserta tumornya dan kapsul gerota secara intak. Tindakan ini dapat
dilakukan melalui sayatan torakoabdominal atau transabdominal, dan
sebelum melakukan pengangkatan ginjal, didahului dengan kontrol terhadap
pembuluh (arteri/vena) ginjal 2.
Apabila sudah ada metastasis maka pengobatan yang dianjurkan
adalah nefrektomi dengan harapan akan memperpanjang harapan hidup,
mengurangi lesi metastasis, meninggikan efektifitas pengobatan tambahan
lainnya, mengurangi keluhan setempat dan mengurangi pengaruh kejiwaan
terhadap adanya keganasan. Namun demikian, karena angka mortalitas
operasi pada tumor yang sudah ada metastasis relatif tinggi, maka operasi ini
hanya dianjurkan bila harapan hidup diperkirakan akan lebih dari 6 bulan.
Tindakan lainnya adalah embolisasi arteri renalis, sedangkan radioterapi
dapat diberikan sebagai pengobatan paliatif untuk keluhan sakit akibat
metastasis ke tulang2.

34

Pemeriksaan pada follow up meliputi pemeriksaan fisik untuk


mendeteksi adanya rekurensi setempat, pembesaran kelenjar limfe abdominal
dan tanda-tanda metastasis lainnya. Laboratorium darah dilakukan untuk
menilai fungsi hepar dan ginjal. Pemeriksaan foto toraks diperlukan untuk
melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru. Belum lama ini juga telah
dikembangkan penatalaksanaan immunoterapi yang meliputi terapi dengan
antibody, vaksin ca yang berupa alpha interferon dan interleukin-2. Kedua
tipe imunoterapi tersebut bermanfaat dan sangat responsif untuk mengatasi
penyebaran dari metastasis tumor ganas ginjal tipe Renal cell carsinoma .

35

BAB VII
PROGNOSIS
7.1 Prognosis Hamartoma
Pada kasus yang jarang, suatu benigna dapat menjadi suatu maligna.
Kasus yang bukan maligna dapat berkembang menjadi gagal ginjal dan
perdarahan yang masif secara progresif 2.
7.2 Prognosis Wilms Tumor
Faktor yang mempengaruhi harapan hidup pada penyakit ini adalah
jenis histologi, keterlibatan kelenjar limfe dan stadium. Pada umumnya baik
dengan kombinasi radioterapi, nefrektomi, dan kemoterapi, hasil yang
diperoleh baik. Angka kelangsungan hidup dua tahun setinggi 90 % dan
kelangsungan hidup dua tahun biasanya berarti kesembuhan. Hasil ini luar
biasa karena banyak penderita dengan metastasis di paru, ditemukan pada saat
diagnosis, menghilang dengan pengobatan teurapeutik 2.
7.2 Prognosis Tumor Pelvis Renalis
Jika tumor belum menyebar dan bisa diangkat seluruhnya melalui
pembedahan, maka prognosisnya baik. Namun, jika tumor telah menyebar
sampai ke dinding pelvis renalis atau ureter atau tempat jauh lainnya, maka
prognosisnya menjadi tidak baik 2.
7.2 Prognosis Adenokarsinoma
Faktor yang mempengaruhi prognosa pada penyakit ini seperti: keadaan
klinis, usia pasien, stadium, penyebaran, derajat keganasan, derajat histologi
dan ukuran tumor. Adenokarsinoma yang masih terlokalisasi dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda metastasis, dengan nefrektomi radikal jika
diikuti pemberian interferon diperkirakan memberikan hasil yang lebih baik.
Kendala yang ditemukan adalah bahwa pasien datang dalam stadium lanjut
dan telah ada metastasis jauh 2.

36

BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Ginjal memiliki fungsi utama pada sistem urinary di antaranya : (a)
mengatur komposisi ion darah, (b) mengatur pH darah, (c) mengatur volume
darah, (d) mengatur tekanan darah, (e) memeliharaan osmolaritas darah, (f)
memproduksi hormon, (g) mengatur tingkat gula darah.
Tumor ginjal merupakan kejadian tersering ketiga yang dijumpai
dalam bidang urologi. Penyakit ini pada umumnya tidak menimbulkan
keluhan atau gejala sehingga sering didiagnosa pada stadium lanjut. Sebagai
contoh, tumor ganas ginjal umumnya tidak menimbulkan keluhan atau gejala
sampai dirabanya massa tumor baik oleh penderita sendiri atau oleh dokter
pemeriksa.
Tumor jinak ginjal terdiri atas: hamartoma, fibroma renalis, adenoma
korteks benigna, onkositoma, hemangioma, tumor sel jukstaglomerular,
lipoma dan leiomioma. Tumor ganas ginjal terdiri atas: adenokarsinoma
ginjal, nefroblastoma (tumor wilms) dan tumor pelvis renalis.
Diagnosa

dini

dalam

penemuan

tumor

akan

meningkatkan

prognosisnya. Pemeriksaan radiologis merupakan cara pemeriksaan sekaligus


cara evaluasi, yang memegang peranan penting di samping pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan klinis lainnya. Pemeriksaan radiologis yang
bisa dilakukan adalah sebagai berikut: Foto polos abdomen, Foto toraks,
Ultrasonografi (USG), Intravena Pyelografi (IVP), MRI, CT Scan, dan
Angiografi.
Penatalaksanaan berupa pengobatan atau kombinasi pengobatan yang
sesuai dengan kemajuan jaman dan kemajuan sistem kesehatan masyarakat
dalam bidang kedokteran serta pembedahan dapat mengatasi penyakit.
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis pada penyakit ini
seperti: keadaan klinis, usia pasien, stadium perkembangan, derajat
penyebaran, keterlibatan kelenjar limfe, derajat keganasan, derajat histologi
dan ukuran tumor, kelamin penderita dan fasilitas pengobatan yang tersedia.

37

8.2 Saran
Ginjal adalah salah satuorgan utama dalam tubuh kita mengingat
fungsi-fungsinya yang begitu vital seperti dalam pengaturan keseimbangan
cairan dalam tubuh, pengaturan PH tubuh dan fungsi-fungsi lainnya. Oleh
karenanya jagalah ginjal kita mulai dengan cara sehat yang sederhana seperti
minum air putih yang, menghindari paparan radiasi, tidak merokok atau
minum kopi dalam jangka waktu yang lama serta mulailah untuk lebih peduli
pada tubuh kita sendiri karena gejala tumor ginjal tidak serta merta muncul
dan sering kali tidak dirasakan oleh penderitanya (asimptomatis).

38

BAB IX
KEPUSTAKAAN

1. Snell S. Richard. Anatomi Klinik edisi 6. Jakarta. EGC. 2006


2. Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar urologi. Jakarta. Sagung seto. 2011
3. Guyton, A. C. , Hall J. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta.
EGC. 2007
4. Purnomo, Basuki P. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Jakarta.Sagung Seto.
2003
5. Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi difiore edisi 11. Jakarta. EGC. 2007
6. Ganong, W. F. Bukun Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta. EGC.
2002
7. De Jong W.. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta. EGC. 2005
8. Wonodirekso S. dan Tambajong J., Sistem urinaria dalam Buku Ajar
Histologi Leeson and Leeson (terjemahan) edisi V. Jakarta. EGC.1990
9. Rasad Siriraj. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI. 2005

Anda mungkin juga menyukai