Mini Project-Pengelolaan Sampah Rumah Tangga-Dr - Bara Pawana - 032839
Mini Project-Pengelolaan Sampah Rumah Tangga-Dr - Bara Pawana - 032839
Disusun oleh:
dr. Bara Pawana Satya Nagara
Pembimbing:
dr. Hilda Betsy
Telah disetujui sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk kelengkapan tugas
program internsip dokter periode November 2022 – Mei 2023
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Pembimbing Dokter Internship
Dokter Internsip
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa
yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam
mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah
dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan
sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi
melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam
diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya
ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru
memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.
Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum
dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk
sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan
secara aman.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yang pertama
Bagaiamana pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah organik
rumah tangga dan bagaimana solusi dan upaya pengelolaan sampah rumah tangga untuk
menangulangi terjadinya penumpukan serta pencemaran lingkungan akibat sampah organik
rumah tangga, serta untuk mencapai status sanitasi total di Dusun Ganggang Desa Ganggang,
perlu dilakukan intervensi untuk memperbaiki perilaku masyarakat terhadap sampah itu
tersendiri.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan ,sikap serta perilaku mengelola sampah masyarakat di Dusun
Ganggang?
2. Bagaimana Upaya pengelolaan sampah di rumah tangga masyarakat di Desa
Ganggang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menigkatkan upaya pengelolaan sampah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas
Balongpanggang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Bina Suasana
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dan oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri
serta mengembangkan kegatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial
budaya setempat dan di dukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
1) Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat
serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
2) Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam
upaya penyelenggaraan kesehatan.
3) Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak terkait (tokoh masyarakat informal dan formal) agar
masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan
kesehatannya serta menciptkan lingkungan sehat.
4
4) Kemitraan
Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan Puskesmas dengan sasarnnya (para
pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi.
Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang airbesar
sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan yang
aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan
aman.
Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan
saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory berprinsip pada
pendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation). Desa/kelurahan yang melaksanakan
STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena
untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3
indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) Minimal telah ada intervensi melalui
pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang
bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin
pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) Sebagai respon dari aksi
intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai
komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama; misal:
mencapai status SBS
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT) adalah proses pengelolaan sampah dengan
aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang
dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. (Direktorat jendral penyehatan
lingkungan, 2012)
5
Gambar 2.1 Tangga Perubahan Perilaku
tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan tumpukan sampah yang semakin banyak.
Menurut UU 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, mendefinisikan sampah sebagai sisa
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota.
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume
maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan.
6
Sampah adalah sesuatu yang tidak terpakai lagi, tidak diinginkan keberadaanya yang berasal dari
aktivitas sehari-hari manusia. Sampah akan menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan
baik, oleh sebab itu perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh masyarakat dan pihak
Pemerintah.
Sampah ini berasal dari pembuangan sisa makanan rumah tangga, baik itu sampah yang
dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang.
2. Sampah komersial
Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat
hiburan, penginapan, bengkel, kios, dan pendidikan.
3. Sampah bangunan
Sampah yang berasal dari kegiatan bangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu
bangunan seperti semen, kayu, batu bata, dan genteng.
Sampah yang berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan trotoar, lapangan, tempat
rekreasi, dan sebagainya. Contoh jenis sampah ini adalah daun, ranting, kertas pembungkus,
plastik, rokok, dan debu. (Moerdjoko S, 2006)
Sampah organik merupakan sampah yang dapat di urai oleh hewan mikro organisme.
Sampah organik pada umumnya berupa bangkai hewan, kotoran hewan, sisa tanaman yang
pada umumnya dapat di urai secara cepat, dan tanpa merusak lingkungan disekitarnya.
7
Sampah organik merupakan sampah yang dapat membusuk atau dapat terurai kembali
dengan bantuan bakteri lain. Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan
biogas. Sampah organik termasuk sampah yang mudah untuk dimanfaatkan kembali dan
tidak berbahaya bagi bumi. Namun sampah organik yang tidak dirawat juga dapat
menyebabkan gangguan lingkungan berupa munculnya bau tidak sedap yang mengganggu
kenyamanan masyarakat sekitar dan menyebabkan lingkungan terlihat (Kusuma, 2018)
Sampah anoragnik merupakan sampah yang tidak dapat diurai oleh bakteri atau hewan mikro
organisme. Sampah anorganik dapat berupa plastik, kaca, dan logam. Pada umumnya sampah
anorganik hanya sebagian yang dimamfaatkan oleh masyarakatseperti plastik dan logam.
Sampah yang tidak bisa terurai oleh tanah biasa disebut sampah anorganik atau sampah
non organik. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sisa manusia yang yang
sulit untuk diurai oleh bakteri, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama (hingga
ratusan tahun) untuk dapat diuraikan. Sifat sampah anorganik yang susah terurai tersebut
menyebabkan berbagai masalah karena beberapa sampah akan terurai dalam jangka waktu
ratusan tahun sedangkan jumlah sampah tersebut semakin bertambah setiap harinya (Kusuma,
2018)
8
2) Menjadi sumber pencemaran tanah, air permukaan, air tanah dan udara.
3) Dapat menjadi sumber dan tempat hidup dari kuman-kuman yang membahayakan
kesehatan (Sudarso 1995).
Dampak sampah terhadap kesehatan cukup besar karena sampah yang mencemari lingkungan
akan menimbulkan berjangkitnya penyakit .Pola penyebaran penyakit, terutama penyakit
menular sangat dipengaruhi oleh factor faktor kontak penyebab penyakit, media penyabaran dan
individu yang rentan terhadap penyakit atau mikroorganisme yang menampung virus
(inang).Faktor biologis (bakteri, virus dan parasit) yang disebabkan oleh pencemaran sampah,
ternyata dapat menimbulkan penyakit pada manusia, bahkan dapat menularkannya ke
masyarakat. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa factor lingkungan memegang peranan
yang lebih khusus dalam kasus-kasus penyakit menular melalui alat pencernaan, seperti tifus,
kolera dan disentri. (Gumbira, 1986).
Persepsi masyarakat terhadap sampah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal (faktor lingkungan). Faktor internal adalah yang ada dalam individu masing-
masing, faktor tersebut yang mempengaruhi persepsi antara lain pengalaman, kemampuan
berfikir, motivasi dan perasaan. Faktor eksternal mencakup faktor sosisal budaya yang ada dan
berkembang di masyarakat antara lain organisasi yang ada, tingkat pendidikan masyarakat,
peraturan setempat dan kebiasaan masyarakat.
Perilaku masyarakat dalam pengumpulan sampah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
lingkungan dan faktor individu. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam
pengumpulan sampah dibagi menjadi tiga kelompok,yaitu :
a. Lingkungan alam, yang terdiri dari topografi, kepadatan, sarana dan prasarana.
b. Lingkungan sosial, yang terdiri dari organisasi sosial, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat
pendidikan.
c. Lingkungan budaya, yang terdiri dari adat kebiasaan masyarakat, peraturan dimasyarakat.
9
Sedangkan faktor individu dapat dilihat dari tingkat intelegensia, pengalaman pribadi,
kepribadian dan motif. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulan sebagai berikut :
1) Letak goegrafis
Letak geografis mempengaruhi tumbuh-tumbuhan yang dapat ditanam dan jenis tanaman
tegalan yang akhirnya akan mempengaruhi jenis dan jumlah sampah.
2) Iklim
Iklim tropis menyebabkan kandungan airnya tinggi sehingga kelembaban sampah pun juga
akan cukup tinggi. Jika intensitas hujan cukup sering terjadi, maka akan membuat tumbuhan
lebih banyak sehingga sampah daun-daunan akan menjadi banyak.
Seseorang memiliki tingkat ekonomi yang baik, maka daya beli masyarakat akan tinggi dan
sampah yang dihasilkan akan tinggi dengan persentase sampah yang dihasilkan yaitu sampah
anorganik.
4) Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk semakin tinggi maka akan menghasilkan sampah yang banyak pula.
5) Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi mampu mempengaruhi tingkat pertumbuhan sampah dalam hal kemasan
produk
Sampah menjadi permasalahan penting yang belum bisa teratasi di Indonesia sampai saat
ini.Angka penambahan sampah semakin bertambah seiring bertambahnya populasi
manusia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai
72 juta ton/ tahun. Hal itu menimbulkan banyak permasalahan yang salah satunya adalah
ekosistem laut yang akan terganggu karena kondisi air laut yang tercemar. Selain itu, sampah
juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang disebabkan lingkungan kumuh oleh
sampah yang tidak dimanfaatkan ataupun ditangani oleh masyarakat tersebut.
10
ada (sampah organik dan non organik) menyebabkan permasalahan sampah belum dapat diatasi
secara maksimal dan hanya sebatas mengumpulkan serta diangkut kemudian di buang tanpa
memanfaatkan sampah yang ada menjadi suatu hal yang lebih berharga.Masyarakat banyak
menggunakkan produk berkemasan plastik yang hanya sekali pakai sehingga tidak dapat
dilakukan metode reuse pada hal tersebut dan menyebabkan penumpukan sampah jika tidak
dilakukan pengolahan.
Pengelolaan Sampah adalah sesuatu yang harus dikelola agar mempunyai nilai tambah, dapat
dipakai kembali dan tidak mencemari lingkungan. Menurut sejarah, pengelolaan sampah
diidentikkan dengan fungsi keteknikan. Peningkatan produksi telah menciptakan masalah yang
membutuhkan tempat pembuangan sampah. mentah dan saat proses produksi. Setelah bahan
mentah diperoleh, lebih banyak lagi sampah diproduksi saat pemprosesan barang yang kemudian
akan dikonsumsi oleh masyarakat (Hani, 2017)
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaaan sampah, menyebutkan bahwa
sampah merupakan permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara
komprehensif dan terpadu guna memberikan manfaat secara ekonomi, serta dapat merubah
perilaku hidup sehat. Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah merupakan
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia. Dalam tahapan pengelolaan sampah dikenal dengan metode 3R yaitu Reduce (kurangi),
Reuse (gunakan kembali) dan Recycle (daur ulang). Hal ini merupakan tahap awal untuk
pengelolaan sampah yang belum diproduksi. Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R perlu
diterapkan di lingkungan masyarakat Pecalongan demi mendorong perilaku hidup sehat. Berikut
penjelasan tentang prinsip-prinsip 3R:
1. Reduce
Reduce adalah upaya untuk mengurangi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif,
yaitu dengan cara merubahan kebiasaan diri dalam menghasilkan sampah. Pengertian
singkatnya dari prinsip ini merupakan upaya merubah kebiasaan untuk meminimalisir
penggunaan barang dan material yang digunakan. Upaya ini memerlukan kesadaran dan
kemaun masyarakat untuk merubah perilaku tersebut. Cara kegiatan reduce yang dapat
11
dilakukan sehari-hari sebagai berikut :
a. Memilih suatu produk kemasan dimana kemasan tersebut dapat didaur ulang
b. Mengurangi penggunaan bahan yang banyak menghasilkan sampah
c. Menggunakan suatu produk yang dapat diisi ulang.
2. Reuse
Reuse adalah upaya untuk memakai kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah
secara langsung tanpa mengolahnya terlebih dahulu, misalnya ember bekas menjadi pot
bunga, sisa bungkus plastik menjadi tas belanja yang dibentuk sekreatif mungkin, botol
terbuat dari plastik atau gelas menjadi tempat bumbu, koran menjadi pembungkus.
Berikut merupakan cara kegiatan reuse yang dapat dilakukan sehari-hari:
a. Mengurangi penggunaan kertas
b. Memanfaatkan kemasan dari suatu produk untuk fungsi yang sama maupun berbeda
c. Memilah sampah kertas dan kantong plastik.
3. Recycle
Recycle adalah mendaur ulang bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan yang dapat
dimanfaatkan melalui proses pengelolahan yang cukup panjang, misalnya sampah dapur
diolah menjadi pupuk kompos, pecahan beling diolah kembali menjadi gelas, piring dll
potongan plastik diolah menjadi ember, gayung, sandal, lempengan kaleng diolah menjadi
kaleng, dan lainnya.
Cara yang dapat dilakukan dalam prinsip recycle dalam kehidupan sehari-hari:
a. Memilih barang yang dapat didaur ulang
b. Memanfaaatkan barang bekas dari sampah organik maupun organik untuk diproduksi
menjadi bahan yang lebih bermanfaat.
12
c. Edukasi pembentukan bank sampah.
d. Edukasi alternatif penglolahan sampah skala rumah tangga, dan
e. Pengambilan dan pemindahan sampah yang sudah terpilah dari rumah tangga ke TPS,
TPS3R atau bank sampah.
Sedangkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah skala rumah tangga adalah
sebagai pelaksana dalam melakukan pengelolaan sampah yang dihasilkannya dari sumbernya.
Penyelenggaraan pengelolaan sampah skala rumah tangga ini meliputi pengurangan dan
penanganan sampah.
Pengurangan Sampah terdiri dari:
13
e. Tidak membeli barang dalam kemasan kecil (sachet), tetapi barang-barang
yang dapat diisi ulang (refil).
(Ratnawati, 2018)
14
Berikut skema tentang pengelolaan sampah
Gambar 2.1 Skema pengelolaan sampah
Dari skema diatas sampah rumah tangga awal diproses skala individu atau di dalam
rumah tangga itu tersendiri terlebih dahulu. Ini memerlukan peran penting masyarakat. Kemudai
setelah dipilah dan dipilih kemudian didapati jenis sampah organik dan anorganik. Selanjutnya
dapat melalui alternative alternative pengelolaan sampah seperti, pengomposan, pengumpulan ke
bank sampah dan daur ulang menjadi kerajinan.
Salah satu upaya pengelolaan sampah yang perlu dikembangkan adalah dengan
melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah secara mandiri dan
produktif. Sistem ini menekankan kemandirian masyarakat dalam mengelola sampah yang
dihasilkan dan tidak bergantung pada pemerintah, yaitu dengan membiasakan masyarakat untuk
memilah sampah. Kegiatan pemilahan sampah ini harus dilakukan sedini mungkin pada
sumbernya (perumahan, kawasan komersial dan lain-lain). Metode ini merupakan metode yang
paling efektif untuk mendapatkan jenis sampah tertentu yang tidak terkontaminasi oleh jenis-
jenis sampah jenis lainnya, sehingga memudahkan untuk proses daur ulang. Di sisi lain,
pemilahan sampah di TPA harus dihindari karena beberapa alasan antara lain menurunkan
15
nilai/kualitas sampah, membahayakan kesehatan manusia (pemulung) dan menyulitkan
operasional serta perawatan TPA.
Pokok kegiatan dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri
dan produktif adalah adanya perubahan perilaku dalam menangani sampah, penyediaan
teknologi tepat guna dan menjaga keberlanjutan program pengelolaan sampah. Mendaur ulang
semua sampah dan mengembalikannya ke perekonomian masyarakat atau ke alam adalah suatu
alternatif yang sangat menjanjikan, baik bagi terwujudnya lingkungan yang bebas dari sampah
maupun bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Daur ulang sampah juga akan mengurangi
tekanan terhadap sumber daya alam, dan dapat meminimalisasi jumlah sampah yang ada
(Gunawan, 2007).
16
2. Pengelola, yaitu petugas yang melayani tabungan sampah (direktur, wakil direktur, teller,
customer service) yang berasal dari masyarakat
3. Pembeli sampah/rosok/pengepul yaitu perseorangan/lembaga yang menjadi mitra bank
sampah dalam mengelola sampah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2023 - Mei 2023
b.Populasi Target
Seluruh anggota keluarga di Dusun Ganggang.
2.Sampel
17
Populasi target adalah sebanyak 42 . Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
consecutive sampling yaitu mengambil data seluruh yang hadir di balai sebagai sampel penelitian.
Latar belakang
Identifikasi Masalah
Implementasi intervensi
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Survey Kuisioner Pengetahuan Sikap dan Perilaku Pengelolaan Sampah
19
b.Tidak (lanjut ke pertanyaan no.12) 39 92,8%
11 Apakah alasan yang membuat anda membuang sampah sembarangan ?
a.Tidak peduli 0 0
b. .Kebiasaan 0 0
c. . Jauh dari tempat sampah / Tidak adatempat sampah 3 100%
12 Apakah tersedia tempat sampah terpisah untuk sampah organik – anorganik dilingkungan
anda ?
a. Ya 6 14,3%
b.Tidak 36 85,7%
13 Apakah sudah memilah sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk di
rumah ?
a. Ya 9 21,4%
b.Tidak 33 78,6%
14 Apakah alasan anda tidak memilah dan memilih sampah?
a. Merepotkan, membutuhkan waktu lama 16 48,5%
b.Tidak ada tempat untuk memisahkan sampah 8 24,2%
c.lain-lain 9 27,3%
15 Bagaimanakah anda dalam membuang sampah setiap harinya ?
a.Dibiarkan 0 0
b.Dibuang ke TPS (TempatPembuangan Sementara) 39 92,9%
c.Dibuang ke lahan – lahan yangkosong biasanya 3 7,1%
16 Apakah di lingkungan anda ada petugas untuk membantu mengelola sampah?
a. Ada 10 23,8%
b.Tidak ada 26 61,9%
c.Tidak tahu 6 14,3%
17 Jika ada program pengelolaan sampah di lingkungan , apakah anda akan mendukung nya ?
a. Ya 42 100%
b.Tidak 0 0
20
2. Membuat garis horisontal.
3. Menentukan kategori utama dari penyebab masalah berupa manusia, metode,
sarana, lingkungan dan lain-lain.
4. Melakukan curah pendapat pada masing-masing kategori.
5. Melanjutkan curah pendapat pada kategori lainnya.
21
4.4 Menentukan Prioritas Penyebab Masalah
Dari hasil analisis dengan menggunakan metode USG di atas, diambil 2 penyebab
masalah teratas untuk dibuatkan alternative pemecahan masalah. Penyebab masalah
tersebut adalah:
1. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk menegelola sampah
rumah tangga.
2. Keterlibatan masyarakat dan perangkat desa belum optimal
22
2 Keterlibatan masyarakat dan perangkat 1.Menyarakan pembentukan kepengurusan
desa belum optimal dan pembangunan bank sampah, supaya
samah rumah tangga yang terkumpul bisa di
daur ulang dan menjadi tambahan ekonomi
bagi warga dan desa.
23
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil kuisioner Pengetahuan Sikap dan Perilaku Pengelolaan Sampah masyarakat di
Dusun Ganggang Desa Ganggang, sebanyak 26 responden (61,9%) dari 42 responden yang
dijadikan sampel penelitian mengerti tentang jenis sampah, sedangkan 11 respnden (26,2%) dan
5 responden (11,9%) tidak mengerti tentang jenis sampah.
Dari 42 Responden sampel sebanyak 34 responden () dan 32 () mengerti apaitu sampah organic
dan anorganik. Sisanya masih tidak paham dengan apa itu sampah organic dan anorganik. Hal ini
menunjukan masih ada warga yang kurang memahami.
Dari hasil kuisioner sebanyak 37 responden (88,1%) sudah memahami dimana tempat yang baik
untuk membuang sampah dan 5 responden lainya (11,9%) masih membuang sampah di lahan
lahan yang kosong .
Sebanyak 29 orang responden (69%) dari 42 responden yang menjadi sample masih tidak
mengerti bagaimana mengelola sampah tumah tangga, dan 24 responden (57,1%) belum familiar
atau tidak paham dengan konsep pengelolaan sampah metode 3R
Dari hasil kuisioner seluruh responden 42 (100%) mengerti manfaat dari membuang sampah
pada tempatnya, namun masih ada saja responden yang tidak memiliki tempat sampah dalam
rumahnya sebnyak 7 responden (16,7%) Dan tempat sampah belum kedap air 18 responden
(45%). Namun sebanyak 3 responden tidak membuang sampah pada tempatnya dikrenakan Jauh
dari tempat sampah atau Tidak ada tempat sampah.
Hasil kuisioner menunjukan pula di lingkungan tidak adanya sarana atau prasarana tempat
sampah terpisah dapah dilihat dari jumalh responden yang menjawab tidak ada sebanyak 36
responden (85,7%) dan untuk petugas yang mengelola sampah tidak ada dilihat dari responden
yang menjawab tidak ada sebanyak 26 (61,9%).
Dari hasil kuisioner hanyak sebnayak 9 responden (21,4%) dari 42 responden sample yang sudah
memilah sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk di rumah. Responden
yang tidak memilah dan memilih sampah , alasannya tidak memilah dan memilih sampah
24
sebnayak 16 (48,5%) menjawab Merepotkan, membutuhkan waktu lama . lalu sebanyak 8
responden (24,2%) .
Tidak ada tempat untuk memisahkan sampah, lalu untuk 9 responden (27,3%) memberikan
alasan lain seperti : Tidak mengerti caranya, tidak tahu, lebih cepat dibuang langsung.
Dari hampir seluruh responden yaitu sebnayak 39 (92,2%) membuang sampah setiap harinya ke
tempat pembuangan sampah sementara atau TPS. Ini lah mengapa terjadinya timbunan sampah
apabila sampah di TPS tidak atau terlambat dikelola. Dan hasil kuisioner seluruh responden 42
(100%) mendukung apabila ada program pengelolaan sampah di lingkungannya.
Melalui kuisioner dan hasil tanya jawab langsung dengan warga keluhan penumpukan
sampah yang terjadi selain dikarenakan terlambatnya pengangkutan dari pihak ketiga, juga
karena masyrakat setempat belum memilah dan memilih sampah, sehingga terjadi lah timbunan
sampah di tempat pembuangan sementara. Bagi masyarkat yang belum memilaah dan memilih
sampah dikarenakan tidak mengerti cara pengelolaannya. Mulai dari jenis, tempat
penamungnannya sperti apa dan setelah ditampung atau dipisahkan akan di apakan atau metode
dan mekanisme pengelolaanya seperti apa.
Intervensi yang dilakukan oleh peneliti kepada warga yang hadir sebanyak 42 orang
sekaligus perangkat desa dengan Penyuluhan dan pembinaan mengenai pengelolaan sampah
rumah tangga. Serta melakukan musyawarah. Lalu untuk Keterlibatan masyarakat dan perangkat
desa belum optimal peneliti menggandeng bidan desa dan ibu-ibu pkk desa sebanyak 15 orang
yang hadir. Memberikan sosialisai dan binaan bagaimana cara memilah dan memilih sampah
organik dan anorganik di rumah tangga,dan menyarankan membuat arisan untuk Menyarakan
pembentukan kepengurusan dan pembangunan bank sampah, supaya sampah rumah tangga yang
terkumpul bisa di daur ulang dan menjadi tambahan ekonomi bagi warga dan desa.
Setelah dilakukan intervensi, Masyarakat desa beserta kepala desa dan perangkat
membuat kepengurusan terhadap sampah. pembuatan bank sampah serta prosedur pengumpulan
sampah organik dan anorganik rumah tangga.
25
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan data Di Dusun Ganggang, sebanyak 557 jumlah KK capaian untuk
PSRT mencapai 92,64%. Namun dalam kenyataannya masalah sampah yang menumpuk
di TPS masih menjadi keluhan warga setempat. Dan dari data hasil kuisioner sebanyak 9
responden (21,4%) dari 42 responden sample yang sudah memilah sampah yang mudah
membusuk dan tidak mudah membusuk di rumah. Responden yang tidak memilah dan
memilih sampah , alasannya tidak memilah dan memilih sampah sebnayak 16 (48,5%)
menjawab Merepotkan, membutuhkan waktu lama . lalu sebanyak 8 responden (24,2%)
Tidak ada tempat untuk memisahkan sampah, lalu untuk 9 responden (27,3%)
memberikan alasan lain seperti : Tidak mengerti caranya, tidak tahu, lebih cepat dibuang
langsung. Hal ini menunjukan masih kurangnya pengetahuna dan kesadaran masyrakat
tentang bagaimana mengelola sampah rumah tangga.
7.2 Saran
Perlu dilakukan intervensi lebih lanjut karena masih ada yang membuang sampah
sembarangan dan belum memilah memilih sampah organik dan anorganik rumah tangga.
Dan juga program atau metode bank sampah yang masih tergolong baru di desa
ganggang masih perlu binaan agar mekanisme dan prosesnya berjalan baik. Oleh karena
itu, penting untuk terus dilakukan monitoring dan evaluasi alternatif pemecahan masalah
yang ada atau mencari alternatif pemecahan masalah yang baru sehingga penyelesaian
masalah menjadi lebih efektif. Alternatif pemecahan masalah seperti mengadakan
pengumpulan dana di RT, untuk membantu pembangunan pengembangan bank sampah,
26
pembuatan kerajinan dari sampah sampah anorganik, dan juga pembuatan kompos dari
sampah organik melihat dan menimbang desa ganggang banyak yang bertani. Penting
untuk menjalin kerjasama yang baik antara perangkat desa dengan masyarakat setempat
maupun sesama masyarakat agar tercapai sanitasi total.
27
Daftar Pustaka
Direktorat jendral penyehatan lingkungan, 2012. Manlaknis STBM-PEDOMAN PELAKSANAAN
TEKNIS STBM. Jakarta: Kementrian Kesehaan Republik Indonesia.
Hani, D. P., 2017. Pengelolaan Program Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan
Masyarakat dan Peningkatan Ekonomi Keluarga Sampah Mutiara. (Skripsi sarjana: Prodi
Dapertemen Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara, p. 14.
Moerdjoko S, W., 2006. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. 3 ed. Jakarta:
Penebar swadaya.
Ratnawati, R. v., 2018. Pedoman Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.
Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat kompos. Cet.1. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hadisuwito S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Cet. 1. PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Moerdjoko S, Widyatmoko. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan
Sampah. Cet.1. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta.
Musnamar EI. 2006. Pembuatan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Cet.3. Penebar
Swadaya. Jakarta
28
Lampiran
1. Kuisioner
KUISIONER PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH PADA
MASYARAKAT DI DESA GANGGANG
Data Umum Responden
Nama : Usia:
Alamat: Pendidikan Terkahir: SD/SMP/SMA/SARJANA (lingkari
salah satu)
Pekerjaan:
Pertanyaan
1. Apakah yang anda ketahui mengenai pembagian sampah menurut mudah tidak nya
membusuk ?
a. Sampah Organik – anorganik
b. Sampah yang mudah terbakar – tidak terbakar
c. Sampah plastik – sampah kering
2. Apakah yang anda ketahui tentang sampah Organik ?
a. Sampah yang berupa sisa- sisa dapur, seperti sayur – sayuran
b. Sampah plastik atau kaca
c. Sampah sampah yang berasal dari barang mudah pecah
3. Sampah apa saja yang menjadi contoh sampah anorganik ?
a. Kaleng susu, kaleng botol minuman
b. Buah – buahan yang busuk
c. Sisa sayur sayuran
4. Menurut anda, dimanakah sebaiknya lokasi tempat pembuangan sampah ?
a. Ditempat yang tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang
digunakan manusia
b. Di lahan- lahan kosong
c. Disembarang tempat
5. Apakah anda mengerti cara mengelola sampah ?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah yang anda ketahui tentang Reduce,Reuse,Recycle?
a. Mengurangi, Menggunakan kembali, Mengubah sampah
29
b. Mengurangi, Membakar, Mengubur
c. Tidak tahu
7. Menurut anda, apa manfaat dari membuang sampah pada tempatnya ?
a. Dapat menyebabkan banjir
b. Lingkungan menjadi lebih bersih, terhindar dari bibit penyakit, sehat dan Terhindar dari
banjir
c. Sebagai tempat berkembang biaknya bibit penyakit
30
a. Ada b.Tidak ada
c.Tidak tahu
17. Jika ada program pengelolaan sampah di lingkungan , apakah anda akan mendukung nya ?
a. Ya
b. Tidak
c. Jika tidak berikan alasannya ………………………………
31
3.Dokumentasi
32
33
34
35