PENDAHULUAN
serta
penyakit
kardiovaskuler
selama
kehamilan
beserta
bentuk
sajikan dalam bentuk makalah ini, pembaca dapat lebih mengerti dan memahami tentang hal
tersebut di atas.
1.1.1
Manfaat
Bagi Penyusun
Manfaat yang dapat diperoleh penyusun melalui makalah ini dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu acuan dalam karya tulis berikutnya, sehingga
dalam penyusunan karya tulis yang akan datang, hal-hal yang sudah baik
ditingkatkan dan yang salah diperbaiki.
Bagi Mahasiswa
Melalui makalah ini manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa adalah
dapat mengetahui berbagai informasi tentang penyakit dan kelainan alat
kandungan serta penyakit kardiovaskuler selama kehamilan beserta bentuk
pelaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENYAKIT DAN KELAINAN ALAT KANDUNGAN
2
Terdapat beberapa kelainan dan penyakit organ reproduksi yang dapat memengaruhi
kehamilan dan persalinan. Kelainan uterus terjadi pada 15% perempuan dengan lebih dari
sama dengan 3 kali abortus spontan. Kelainan anatomik ini diklasifikasikan sebagai kelainan
kongenital dan kelainan yang didapat (acquired). Di samping kemungkinan kehilangan
kehamilan, malformasi uterus juga merupakan faktor predisposisi terjadinya infertilitas,
persalinan prematur, dan presentasi abnormal janin.
2.1.1 Kelainan Alat-Alat Kandungan
PERINEUM
Perineum adalah daerah yang terletak antara vulva dan anus yang juga berperan dalam
persalinan.
a) Perineum yang lunak dan elastis serta cukup lebar,umumnya tidak memberikan
kesukaran dalam kelahiran kepala janin. Jika terjadi robekan hanya sampai
rupture perinci tingkat 1 dan 2
b) Perineum yang kaku dan tidak elastis akan menghambat persalinan kala II dan
dapat meningkatkan resiko terhadap janin. Juga dapat menyebabkan robekan
perineum yang luas sampai tingkat III. Hal ini sering ditemui pada primitua yaitu
primigravida berumur diatas 35 tahun. Untuk mencegahnya dilakukan episiotomi
c) Perineum yang sempit akan mudah terjadi robekan-robekan jalan lahir. Untuk hal
ini dilakukan episiotomi primer.
Untuk mengurangi kejadian fistula maka persalinan harus telah dirujuk. Pada
kasus ibu hamil yang pernah menjalani operasi rekonstruksi fistula, persalinan
selalu dilakukan dengan tindakan operasi seksio sesaria.
Fistula Obstetrik
Fistula obstetrik dapat berupa: fistula vesiko-vaginalis, rekto-vaginalis, dan
uretro-vaginalis. Dapat terjadi karena persalinan yang lama dan karena operasi.
Pada persalinan tekanan antara kepala dan tulang panggul pada jaringan lunak
yang terlalu lama dapat menyebabkan jaringan tersebut oedematus, hematoma,
dan akhirnya nekrosis. Beberapa hari atau minggu kemudian terjadilah fistula.
Akibatnya
wanita
mengeluh
beser
kencing
(inkotinensia
urin)
atau
b. Varises
yaitu pelebaran pembuluh darah vena yang bias dijumpai pada tungkai,
vagina, vulva, dan rektum. Penyebab varises adalah faktor herediter dan
dirangsang oleh meningkatnya hormon estrogen dan progesteron.
Bahanya dalam kehamilan dan persalinan adalah:
Bila pecah akan terjadi perdarahan sedikit atau banyak.
Bila pecah dapat pula terjadi emboli udara dan ini bias berakibat fatal.
Penanganan:
Jangan berdiri atau duduk terlalu lama
Jangan memakai ikat pinggang terlampau kencang (ketat)
Jalan-jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah
4
Varemoid.
Dengan beberapa pertimbangan pada kasus dengan varises vagina dan
vulva yang besar dapat dianjurkan persalinan dengan seksio sesaria. Wanita
hamil dengan keluhan wasir dapat diatasi dengan pengobatan sampai
persalinan berlangsung.
c. Edema
adalah penumpukan cairan karena bendungan lokal atau sebagai edema umum.
Penyebabnya bias local atau umum misalnya karena malnutrisi, pre-eklamsi, dan
eklamsi. Penyebab lokal dapat disebabkan tekanan kepala terutama pada
persalinan yang lama dan panggul sempit.
In women with the nephritic syndrome and hypoproteinemia, troublesome
vulvar edema may be problematic even by midpregnancy. Sometimes in normal
women and especially those with severe preeclampsia, the vulva may become
edematous during labor. Venous thromboses and hematomas may also cause
edema and significant pain and make an episiotomy difficult to perform.
d. Hematoma
Dalam kehamilan, persalinan atau sesudah bersalin pembuluh darah ini dapat
pecah, menyebabkan perdarahan keluar atau tertutup (hematoma). Perdarahan dan
hematoma vulva dan vagina bias pula disebabkan trauma, baik trauma di luar
persalinan maupun trauma dalam persalinan.
e. Peradangan
Peradangan yang dijumpai dapat berupa vulvitis, vaginitis, kolpitis atau vulvovaginitis, vulvo-kolpitis, dan servitis. Bisa juga dijumpai Bartholinitis dan abses,
kuman-kuman penyebabnya antara lain adalah:
Infeksi spesifik: sifilis, gonorea, trikomoniasis, kandidiasis, dan amubiasis.
Infeksi nonspesifik: eksema, pruritus vulvae, skabies, pedikulus pubis,
Bartholinitis.
Pada infeksi tersebut di atas, wanita mengeluh adanya keputihan (fluor albus),
demam, dan pada sifilis stadium II dijumpai kondilomata lata. Pada kehamilan,
peradangan tersebut harus diobati.
Pada radang vulva (vulvitis) vulva membengkak, merah dan agak nyeri, kadangkadang disertai dengan gatal. Umumnya vulvitis dapat dibagi menjadi 3:
a) Yang bersifat lokal
b) Yang timbul bersama-sama atau sebagai akibat vaginitis
c) Yang merupakan permulaan atau manifestasi dari penyakit umum
5
Vulvitis Diabetika
Pada vulvitis diabetika vulva merah dan sedikit membengkak. Keluhan
terutama rasa gatal, disertai rasa nyeri. Jaringan pada penderita diabetes
mengandung kadar glukosa yang lebih tinggi., dan air kencing yang mengandung
glukosuria menjadi penyebab peradangan. Oleh karena itu pada penderita dengan
vulvitis yang sebabnya tidak terang, perlu dipikirkan adanya diabetes. Vulvitis
Trikomoniasis
Vulvovaginitis ini disebabkan oleh trikomonas vaginalis. Trikomonas dapat
ditemukan dalam jumlah kecil dalam vagina tanpa gejala apapun, akan tetapi
dalam beberapa hal yang ada hubungannya dengan perubahan kondisi lingkungan,
jumlah dapat bertambah dan dapat menimbulkan radang.
Penanganan : penanganannya adalah terapi dengan metronidazole atau lebih
dikenal dengan sebutan flagil.
Kandidiasis
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi dengan candida albikans, suatu jenis
jamur gram positif yang mempunyai benang-benang pseudomiselia yang terbagibagi dalam kelompok blastospores. Dapat ditemukan dalam mulut, daerah perianal
dan vagina tanpa menimbulkan gejala. Dapat tumbuh dengan cepat dan
menyebabkan vaginitis pada wanita hamil, wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal, wanita yang diberi antibiotika berspektrum luas, wanita dengan
diabetes, dan wanita dengan kesehatan yang mundur.
Gejala : terdapat leukore berwarna keputih-putihan dan perasaan sangat gatal,
pada dinding vulva dan vagina sering juga terdapat membrane-membran berwarna
putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.
Penanganannya: dengan memberikan salah satu macam antibiotic yaitu nystatin.
Kondilomata Akuminata
Herpes genitalis
Herpes genitalis disebabkan oleh tipe 2 herpes virus hominis, yang dekat
hubungannya dengan tipe 1 herpes virus simpleks, penyebab herpes labialis.
Herpes genitalis umumnya dianggap sebagai akibat hubungan seksual dan terjadi
dalam 3 sampai 7 hari sesudah koitus.
SERVIKS UTERI
8
Servisitis Akuta
Adalah infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorea, dan
pada infeksi postabortum atau postpartum, disebabkan oleh streptokokus,
stafilokokus, dan lain-lain. Dalam hal serviks merah dan bengkak dengan
mengeluarkan cairan mukopurulen. Pengobatan dilakukan dalam rangka
pengobatan infeksi tersebut.
Servisitis Kronika
Penyakit ini banyak ditemukan pada wanita yang pernah melahirkan, lukaluka kecil atau besar pada serviks karena partus dan abortus memudahkan
masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya yang
menyebabkan infeksi menahun. Penanganannya adalah dengan krioterapi.
Endometriosis
Endometriosis adalah radang pada endometrium. Macam endometriosis;
Metritis
Metritis atau miometritis adalah radang myometrium. Miometritis akut
biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Kerokan pada
wanita dengan endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut.
Pada penyakit ini myometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan
dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat
tromboflebitis, dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
2.1.2
ovarium yang terjadi secara bersamaan. Ini biasanya disebabkan oleh infeksi gonorea dan
infeksi puerperal dan postabortum. Selain itu juga bias disebabkan oleh akibat dari
tindakan seperti kerokan, laparotomy, pemasangan IUD.
Macam:
1) Salpingo ooforitis akuta
Disebabkan oleh gonorea sampai ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada
endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit; pada infeksi ringan
epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenerasi epitel yang
kemudian menghilang pada daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot
dan serosa. Radang ini disebabkan infeksi akibat tindakan seperti kerokan dan
beberapa jenis kuman seperti streptokokus, stafilokokus, escheria koli, klostridium
welchii. Pengobatannya adalah dengan istirahat baring dan pemberian antibiotika.
2) Salpingo ooforitis kronika
Dapat dibedakan menjadi:
10
2.1.3
KELAINAN-KELAINAN LAIN
PRURITIS VULVA
Pruritis vulva atau gatal pada vulva adalah suatu gejala yang sangat mengganggu serta
mengesalkan penderita, dan sering susah disembuhkan. Ada 2 macam sebab yaitu sebab
11
primer atau idiopatik dan sebab sekunder. Pada pruritis idiopatik tidak ditemukan sebab
organic namun gejala yang muncul merupakan manifestasi dari psikopatologik antara lain
pada wanita yang mengalami frustasi dalam kehidupan seksual, atau yang ingin
menghindarkan diri dari hubungan seksual yang tidak disukai. Pada pruritis sekunder
ditemukan 2 macam sebab yaitu sebab local dan sebab umum
Sebab lokal seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kulit vulva yang terkena kelainan ini menjadi tebal, keras, putih, dan rapuh,
sehingga dapat menimbulkan luka-luka kecil di tempat yang bersangkutan. Penyakit ini
ditemukan pada labia dan jarang melewati perineum, vestibulum, dan introitus vagina
tidak terlibat. Leukoplakia biasanya timbul pada wanita pascamenopause. Gejalagejalanya ialah rasa nyeri dan pruritis. Diagnosis dibuat dengan mengadakan biopsi.
Terapinya adalah vulvektomi.
Likben skelorosis et atrofikans
Pada tempat yang terlibat, kulit memutih dan berkilat dengan batas-batas yang
jelas. Kelainan terdapat pada Labia, perineum, dan daerah perianal serta dapat menjalar
ke lipatan genitokrural sampai ke paha dan pantat. Gejala-gejalanya adalah rasa nyeri,
dispareunia, disuria, dan pruritis. Diagnosis dapat dibuat dengan jalan biopsy. Tetapi
dengan salep yang mengandung estrogen lebih memuaskan.
KELAINAN UTERUS
1. Kelainan Kongenital
Uterus didelfis: terdapat 2 korpus, 2 serviks, dan 2 vagina.
Uterus septus: 1 korpus, 1 seprtum, 1 serviks, dan 1 vagina
Uterus bikornis unikolis
Uterus arkuatus
Kelainan ini dapat mengganggu kehamilan dan persalinan. Misalnya terjadi abortus,
partus prematurus, kelainan HIS, kelainan letak, dan posisi.
2. Kelainan Letak Rahim
Pada hamil tua, uterus membengkok dengan sumbunya ke kanan disebut latero-fleksi
dekstra. Hal ini tidak menimbulkan gejala, kecuali agak mendesak dan kadangkadang menekan pada ulu hati.
Perut gantung (abdomen pendulum)
o Perut gantung dijumpai pada multipara atau grandmultipara karena
melemahnya dinding perut. Makin tua kehamilan, uterus makin bertambah
ke depan sehingga fundus uteri lebih rendah dari simfisis. Akibatnya terjadi
kesalahan letak janin, kepala janin tidak masuk ke ruang panggul. Proses
persalinan akan terganggu, baik pada kala I atau kala II. Namun, bila kepala
telah memasuki pintu atas panggul serta his baik dan kuat; persalinan dapat
berlangsung secara biasa, sekurang-kurangnya dapat dibantu dengan
ekstraksi vakum atau forsipal.
o Selama kehamilan, wanita ini dianjurkan memakai gurita-korset bengkung
atau ikat parut yang agak ketat dan kencang, yang menyokong perut dari
bawah.
13
Prolapses uteri
14
Dengan adanya persalnan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligameniumligamenium, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul ok peningkatan
tekanan intra abdominal dan faktor usia.
Karena servis uteri terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan
menjadi ulkus dekubiltus.
Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis :
trauma obstetrik) sehingga vesika urinaria terdorong ke belakang dan dinding
depan vagian terdorong ke belakang.
Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Harus
di DD/dengan Difertikulum Uretra, pada Difertikulum Uretra, uretra dan vesika
urinaria normal saja, hanya di belakang uretra ada lobang yang menuju ke
kantong antara uretra dan vagina.
Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina,
ok trauma obstetric atau lainnya, sehingga rekrum turun ke depan dan
menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan.
Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya
usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan.
Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina.
Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri
sendiri.
Klasifikasi Prolapsus Uteri
Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
Tingkat II : Uterus sebagian keluar dari vagina
Tingkat II :Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio
vagina (PROSIDENSIA UTERI)
Gejala Klinis Prolapsus Uteri
Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat
tapi keluhannya (-) dan sebaliknya. Prolapsus uteri dapat mendadak seperti nyeri,
muntah, kolaps dll (jarang). Keluhan-keluhannnya adalah :
1. Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia ekstema (vagina atau perasaan
berat pada perut bagian bawah).
2. Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan
berbaring.
3. Timbulnya gejala-gejala dari :
Sitokel : BAK sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress inkontinensia
(tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga
15
- Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga
uterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah.
- Biasanya dipakai pada keadaan :
Prolapsus uteri dengan kehamilan
Prolapsus uteri dalam masa nifas
Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus
Prolapsus uteri yang tak mungkin dioperasi
B. Pengobatan dengan Operasi
1. Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
2. Histeraktomi vaginal
3. Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
4. Operasi-operasi lainnya :
Ventrofiksasi/hlsteropeksi
Interposisi
Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya cara yang terbaik adalah dengan :
1. Pemasangan pesarium
2. Ventrofiksasi (bila tidak berhasil dengan pemasangan pesarium)
2.1.4
leukorea
Melakukan konsultasi sehingga masyarakat mendapat pengayoman dan pelayanan
17
Gambar 3. Vulvitis
Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit, atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual. Gejala
umum vaginitis adalah pengeluaran keputihan berlebihan dapat berupa nanah, terasa
panas dan gatal, suhu tubuh dapat meningkat, bagian luar terjadi pembengkakan, pada
vagina terdapat bintik merah dan mudah berdarah, terasa nyeri saat hubungan seksual
(dispareunia).
Vaginitis khusus yang perlu diketahui bidan adalah vaginitis trikomonas vaginalis.
Infeksi ini disebabkan oleh trikomonas vaginalis yang mempunyai bentuk kecil,
berambut getar, dan lincah bergerak. Gejala utamanya adalah terdapat keputihan encer
sampai kental berwarna kekuning-kuningan, gatal, terasa terbakar, berbau, dan akan
terdapat bintik pada dinding vagina.
Vaginitis kandidialis (kandidiasis) disebabkan oleh jamur kandida albicans. Vaginitis
kandidiasis sering dijumpai pada wanita hamil karena terdapat perubahan asam-basa.
Gejala vaginitis kandidiasis adalah terdapat keputihan kental bergumpal, tersa sangat
gatal, dan pada dinding vagina sering dijumpai membran putih yang bila dihapuskan
dapat menimbulkan perdarahan. Bidan selanjutnya melakukan konsultasi atau segera
merujuk pasien ke dokter atau puskesmas.
Servisitis
18
Servisitis adalah infeksi pada serviks uteri. Infeksi serviks sering terjadi karena luka
kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksual. Gejala
klinis servisitis adalah terdapat keputihan (leukorea), mungkin terjadi kontak berdarah
(saat hubungan seksual terjadi perdarahan, pada pemerisaan terdapat perlukaan serviks
yang berwarna merah.
Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometriumn. Infeksi ini dapat terjadi sebagai
kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam
rahim. Terjadi infeksi endometrium pada saat persalinan ketika bekas implantasi
plasenta masih terbuka. Endometritis juga dapat terjadi pada saat terjadi keguguran atau
saat pemasangan alat rahim yang kurang tepat.
Gejala klinis endometritis akut adalah:
tidak makin menjadi sepsis atau pelveoperitonitis dengan melakukan konsultasi dan
merujuk untuk mendapatkan pelayanan medis yang lebih lanjut.
Penyakit Radang Panggul
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease meruapakan infeksi
genetalia bagian atas wanita yang sebagian besar disebabkan hubungan seksual.
Penyakit radang panggul dapat bersifat akut atau menahun yang dapat berakhir dengan
perlekatan dan pasangan yang telah menikah dapat mengalami kemandulan. Gejala
klinis pemyajit radabg panggul adalah:
Nyeri menusuk-nusuk di bagian bawah abdomen
Mengeluarkan keputihan yang dapat bercampur nanah
19
2.1.5
INFEKSI-INFEKSI KHUSUS
Gonorea
Gonorea terutama tergantung pada banyaknya prostitusi dan kebebasan hubungan
seksual di luar perkawinan. Gonokokus menyerang selaput mukosa. Gejala klinik infeksi
gonorea yang akut adalah sakit sewaktu kencing dan sering kencing, gatal pada vulva,
secret yang purulen dari urethra, kelenjar para-urethralis, dan kelenjar Bartholini, dan
sekresi yang mukopurulen dari serviks.
Diagnosis: Hampir semua kasus gonorea akut sekarang dapat disembuhkan dengan obatobatan antibiotika dan sulfonamid.
Untuk menghindarkan diri dari infeksi gonorea adalah menghidari hubungan seksual
di luar perkawinan. Terapi pada gonorea akut terdiri atas pemberian penicillin, ampisillin,
tetrasiklin, dan spektinomisin.
Gambar 4. Gonorea
Sifilis
20
Sifilis primer
Sifilis sekunder
Sifilis laten
Sifilis tertier
Gambar 5. Silis
Granuloma inguinale
Garnuloma inguinale adalah suatu penyakit granulomatik ulseratif yang menahun
dan biasanya terdapat pada vulva, perineum, dan daerah inguinal. Penularan terjadi
melalui koitus. Masa inkubasinya ialah 8-12 minggu. Gejala yang timbul adalah pada
mulanya penyakit ini kelihatan sebagai papula yang kemudian mengalami ulserasi dan
berubah menajdi suatu daerah granuler yang berwarna merah daging, dibatasi pinggir
yang tajam dengan eksudat yang baunya menusuk hidung.
Penanganan yang dapat dilakuakan adalah dengan penggunaan obat tetrasiklin,
eritromisin atau Khloramfenikol. Pada kasus-kasus resisten tindakan bedah kadangkadang diperlukan. Radiasi bersama-sama dengan antibiotika juga efektif.
Limfogranuloma venereum
Penyebabnya adalah klamidia trakhomonas. Penyakit ini dipindahkan melalui koitus
setelah inkubasi beberapa hari. Dari tempat masuknya, kuman menyebar melalui saluran
dan kelenjar limfe ke daerah genital, inguinal, dan perianal, penyebaran juga dapat melalui
peredaran darah.
Gejala yang timbul terdapat erupsi berupa vesikopustula yang dapat hilang dengan
cepat, tetapi kemudian timbul limfadenitis inguinalis, yang menjadi abses dan kemudian
menyebabkan ulserasi dan fibrosis. Penyakit ini menyebabkan nyeri keras, sehingga
menimbulkan kesulitan untuk duduk dan berjalan. Biasanya terjadi 10-30 hari sesudah
terkena infeksi.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian tetrasiklin. Pengobatan
ini tidak mempercepat penyembuhan, tetapi mencegah infeksi sekunder, ulserasi, dan
striker.
Tuberkulosis Pelvik
Biasanya tuberkulosis pelvic terjadi sebagai akibat penyebaran infeksi paru-paru lewat
jalan darah. Gejalanya adalah adanya endometritis tuberkulosa atau salpingitis tuberkulosa
dengan suhu yang tidak seberapa tinggi, perasaan lemah, perut bagian bawah nyeri,
disemenorea.
Beberapa cara dapat dipergunakan dalam pengobatan, seperti Isoniazid (INH), Asam
aminosalisil (PAS), Streptomisin, Etambutol, Sikloserine, dan Rifampin.
2.1.6
KELAINAN
ORGAN
REPRODUKSI
KEHAMILAN
VAGINA
22
YANG
MEMPENGARUHI
Septum Vagina
Septum dapat dalam bentuk septum yang longitudinal atau vertical. Septum
longitudinal dapat terjadi sepanjang vagina (vagina dupleks) sehingga dapat
menghalangi jalannya persalinan. Dalam keadaan demikian tindakan persalinan dengan
opersai merupakan pilihan utama. Septum vagina dapat pula terjadi parsial yang tidak
menghalangi jalannya persalinan dan pada saatnya septum tersebut dapat digunting
sehingga persalinan sehingga persalinan berjalan normal. Septum vagina yang vertical
dapat menghalangi penurunan kepala dan sulit untuk menilai pembukaan. Bila kepala
sudah turun mencapai Hodge III, septum vertikal dapat digun ting sehingga persalinan
berlangsung dengan aman.
Septae and strictures.
A complete longitudinal septum usually does not cause dystocia because the half of the
vagina through which the fetus descendsgradually dilates satisfactorily. An incomplete
septum, however, occasionally interferes with descent. In these cases, the septum may
become stretched around the presenting part as a band of varying thickness.
Occasionally such septae are sufficiently resistant that either they must be devided or
cesarean delivery must be performed.
Kista Vagina
Kista vagina berasal dari sisa duktus Gartner atau duktus Muller. Pada kista
vagina tidak terlalu besar tidak memerlukan pengobatan dan dapat dibiarkan serta tidak
akan mengganggu hubungan rumah tangga.
UTERUS
Kelainan Pertumbuhan Uterus
23
2.1.7
ENDOMETRIOSIS
Adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat
di luar kavum uteri, jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di
dalam myometrium atau pun diluar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam
myometrium disebut adenomiosis dan bila di luar uterus disebut endometriosis.
24
Gambar 7. Endimitriosis
25
2.1.8
ketika kehamilan makin membesar. Oleh Karen itu, kehamilan dengan kista memerlukan
operasi untuk mengangkat kista tersebut pada usia kehamilan 16 minggu. Bahaya
melangsungkian kehamilan bersamaan dengan kista ovarii adalah dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah pada kedudukan kista di pelvis minor,
persalinan dapat terganggu dan memerlukan penyelesaian dengan jalan operasi seksio
sesaria. Pada kedudukan kista ovarii di daerah fundus uteri, persalinan dapat berlangsung
normal tetapi bahaya postpartum mungkin terjadi torsi kista, ifrksi sampai abses. Oleh
karena itu, segera setelah persalinan normal bila diketahui terdapat kista ovarii,
laparotomi dapat dilakukan untuk mengangkat kista tersebut.
26
terjadinya infeksi.
Involusi uterus mungkin terlambat
Segera setelah postpartum, akumulasi darah yang tidak dapat keluar dapat
perlu Histerektomi.
Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah:
Karena vaskularisasi saat hamil bertambah, mioma uterinya sering kali cepat
membesar.
Ukuran mioma yang cepat membesar dapat memberikan pengaruh pada
kehamilannya.
2.1.9
3. Kista kelenjar:
a. Kista bartholini: terjadi akibat radang
b. Kista sebasea: berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium
mayor. Labium minor dan mons veneris, terjadi karena penyumbatan saluran
kelenjar sehingga terjadilah penimbunan sebum. Kelenjar ini biasanya terletak
dekat dibawah permukaan kulit berwarna kuning ke abu-abuan, dengan batas
yang jelas dan konsistensi keras, ukuran kecil sering multiple. Dindingnya
berlapis epitel kelenjar dengan isi sebum yang mengandung Kristal kolesterol.
Kristal ini sering mengalami infeksi.
c. Hidradenoma: berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal dari
sisa jaringan wolffi
d. Penyakit fox-forduce : disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan
saluran kelenjar keringat sehingga membentuk banyak Kristal kecil dengan
diameter 1-3 mm, multiple, terasa gatal. Kelainan ini dapat juga terjadidi ketiak
dan gelanggang susu. Dapat mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan
emosi antara lain rangsang seksual.
B. Tumor Solid Vulva
1. Tumor apitel
2. Tumor jaringan mesoderm:
a. Lipoma :berasal dari jaringan lemak di sekitar labium mayus dengan konsistensi
lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar
b. Leiomyoma: berasal dari otot polos ligamentum rotumdum dekat pada labium
mayus tersusun seperti pusaran air/konde
28
c. Neurofibroma: berasal dari serabut saraf, biasanya kecil saja, lunak, berbentuk
polipoid dan berwarna seperti daging
d. Hemangioma: berasal dari kongenital
akan
menghilang
sendiri
pada
pertumbuhan anak. Pada wanita pasca menopause biasanya terjadi karena adanya
varises yang kecil-kecil dan dapat menyebabkan perdarahan pascamenopause.
Angiokeratoma adalah jenis hemangioma dengan kapiler membesar pada korium
dan
dengan
hyperkeratosis
pada
epidermis.
Hemangioma
kavernosum
mempunyai ruangan yang luas dengan permukaan yang tidak rata, berisi darah
dengan dinding sel endotel, tumor ini kadang-kadang masuk ke jaringan di
bawahnya
e. Limfangioma: berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang sekali dijumpai.
Mikroskopik tampak seperti limfangioma namun tidak berwarna
Penanganan dari tumor kistik dan solid adalah dengan pengangkatan apabila dirasa
mengganggu.
VAGINA
A. Tumor Kistik
Tumor-tumor di vagina pada umumnya memiliki sifat yang sama dengan tumor pada
vulva. Kinta saluran muller terjadi di dekay serviks biasanya soliter akan tetapi dapat
multiple. Kista ini dilapisi epitel seperti endoserviks, berisi cairan musin.
B. Tumor Solid
a. Granuloma : bukan neoplasma yang sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi
yang berbatas-batas., seringkali berbentuk polip terutama pada bekas operasi
kolporafi dan histerektomi total dan dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
b. Tumor miksoid vagina : konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan
miksomatosa, jaringan pengikat dan jaringan lemak seperti yang biasa terdapat
pada daerah glutea, fossa iskhiarektales, serta apabila terdapat di vagina berada
pada daerah parakolpos. Kadang-kadang dapat kambuh kembali dan dapat juga
menjadi ganas.
c. Adenosis vagina : berasal dari sisa saluran paramesonefridikus muller berupa
tumor jinak vagina, terutama dekat servik ureti, terdiri dari epitel toraks yang
mengeluarkan mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan
granular/berbintik. Adenosis vagina ini dapat terjadi karena pemberian
dietilstilbestrol atau hormone estrogen sintesis lain.
C. Kista Vagina
29
Biasanya berasal dari duktus Gartner atau duktus Muller, bias berukuran kecil dan
dapat menjadi besar sehingga bukan saja mengganggu persutubuhan namun dapat pula
menyukarkan persalinan. Bila dijumpai dalam kehamilan, penanganannya adalah:
Kehamilan muda: dieksurpasi setelah kehamilan 3-4 bulan
Dalam persalinan: jika kecil maka tidak menghalangi turunnya kepala, tidak
mengganggu persalinan. Setelah 3 bulan pasca persalinan dilakukan ekstirpasi
tumor. Bila besar dan menghalangi turunnya kepala, untuk mengecilkannya
dilakukan aspirasi cairan tumor.
UTERUS
Miometrium
Neoplasma jina ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya
sehingga lebih dikenal dengan istilah fibromioma, leiomyoma, atau pun fibroid. Menurut
meyer asal mioma adalah sel imatur bukan dari selaput otot yang matur. Gejala nya adalah
perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejala dan tanda penekanan. Penanganan: pemberian
GnRHa (buseriline acetate)selama 16 minggu, miomektomi (pengambilan sarang mioma
tanpa pengankatan uterus), radiotarapi.
Gambar 9. Miometrium
gangguan sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri
yang hebat pada perut (abdomen akut).
(4) Mioma yang lokasinya dibelakang, dapat terdesak kedaalam kavum douglasi
dan terjadi inkerasi.
(b) Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan:
(1) Subfertil (agak mandul) sampai infertile (mandul), dan kadang-kadang hanya
punya anak satu;
(2) Sering terjadi abortus
(3) Terjadi kelainan letak janin dalam Rahim
(4) Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir
(5) Inersia uteri pada kala I dan kala II
(6) Atonia uteri setelah pasca persalinan; perdarahan banyak
(7) Kelainan letak plasenta
(8) Plasenta sukar lepas(retensio plasentae)
Penanganan :
- Pada umumnya bersifat konservatif, kecuali bila ada indikasi yang mendesak;
-
31
Melanoma vulva
Melanoma vulva adalah keganasan nomor dua pada vulva sesudah karsinoma. Tempt
predileksi di labia minora dan klitoris, sering meluas ke vagina dan urethra berupa
benjolan (nodul) yang berwarna hitam kebiruan. Dapat menyebar hingga paru-paru
(tersering), otak, hati, dan jantung. Penanganannya seperti pada karsinoma vulva. Pada
tingkat yang sudah lanjut dapat dipertimbangkan pemberian DTIC (Dacarbazin) atau
MeCCNU (Semustine). Baik juga digunakan dengan kombinasi imunoterapi BCG.
VAGINA
Karsinoma Vagina
Terbanyak (hampir 99%) adalah squamous call carcinoma (epidermoid karsinoma),
sisanya adenokarsinoma, dan embrional rhabdomiosarkoma (sarcoma botrioides).
Penyebaran tumor menuju ke kelenjar getah bening tergantung pada lokasi tumor. Bila
ganas terdapat pada sepertiga bagian atas vagina, penyebarannya akan terjadi sperti pada
karsinoma serviks, bila berlokasi pada sepertiga bagian distal vagina, penyebarannya
akan menyerupai karsinoma vulva. Gejalanya antara lain adalah merasa sakit saat
bersetubuh (dispareunia) dan berdarah, pada tingkat lanjut disertai fluor albus dan foetor
(berbau busuk). Pada pemeriksaan in spekulo dapat ditemukan ulkus dengan tepi yang
induratif atau pertumbuhan tumor eksofitik seperti bunga kol (cauliflower) yang mudah
berdarah akibat sentuhan.
Penanganan untuk tingkat klinik 0 dapat dilakukan vaginektomi, elektrokoterisasi,
bedahkrio (cryo-surgery), penggunaan sitostika topical atau sinar lasr. Untuk tingkat
klinik I dan II dapat dilakukan opersai atau penyinaran.
UTERUS
Serviks Uteri (Leher Rahim)
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya
mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, di antaranya yang penting
seperti insidensi lebih tinggi pada wanita yang telah kawin, terutama pada gadis yang
koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (<16 tahun), jarak persalinan
terlampau dekat, mereka dari golongan social ekonomi rendah (hygiene seksual yang
jelak, aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas), sering
ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV tipe 16 atau 18, dan yang
mempunyai kebiasaan merokok.
32
Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3
arah: kea rah fornises dan dinding vagina, kea rah korpus uterus, dan ke arah
parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan
kandung kemih. Gejala yang sering ditemukan adalah keputihan, makin lama akan
berbau busuk, perdarahan segera setelah melakukan sanggama, dan perdarahan yang
timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi, serta rasa
nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah terapi karsinoma serviks. Pada yingkat lanjut
tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi atau elektrofulgerasi, bedah krio
(cryosurgery) atau dengan sinar laser, kecuali bila yang menangani seorang ahli.
Karsinoma Uterus dalam Kehamilan
Kanker Rahim
Kanker Rahim yang sering di jumpai:
(a) Kanker leher Rahim (karsioma servisis uteri)
(b) Kanker korpus uteri (karsioma korpus uteri)
Pengaruh kanker Rahim pada reproduksi:
3
Kemandulan
4
Abortus
5
Menghambat pertumbuhan janin
6
Kelainan pada persalinan
7
Perdarahan dan infeksi
Penanganan:
(a) Wanita yang relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium tinggi dapat
melahirkan janin secara spontan.
(b) Dalam trimester I dijumpai kanker leher Rahim, dilakukan abortus buatan
kemudian diberikan pengobatan radiasi
(c) Dalam trimester II kehamilan segera dilakukan histerotomi untuk mengeluarkan
hasil konsepsi kemudian diberikan dosis penyinaran.
(d) Wanita relatif muda yang masih menginginkan tambahan anak dengan kanker
leher Rahim, dilakukan konisasi atau amputasi porsio kemudian dikontrol
dengan baik
Tumor ganas di serviks tidak menghalangi untuk adanya kehamilan. Tidak
ada perbedaan antara karsinoma serviks dalam dan luar kehamilan, mengenai
perjalanan penyakitnya, dalam rasio kesembuhan pada tingkat klinik yang sama.
Untuk penanganan primer dipilih pembedahan. Penanganan sirurgik didasarkan atas
tingkat klinik penyakit dan umur kehamilan. Pada tingkat 0 kehamilan diteruskan
33
sampai partus berlangsung spontan, dan bila 3 bulan pasca persalinan masih tetap
ada, maka ditangani seperti kondisi tidak hamil dengan memperhatikan tingkatan
klinik yang ada.
KORPUS UTERUS
Adenokarsinoma Endometrium
Secara histologik dibagi dalam 3 derajat (grading) sehubungan dengan
prognosisnya: G1) diferensiasi sel-sel masih baik, G2) sudah terdapat bagian-bagian
yang solid/padat, G3) sebagian terbesar sel adalah padat/solid, atau diferensiasi sel-sel
sudah tidak baik lagi (undifferentiened). Tumor dengan diferensiasi sel-sel yang tidak
baikcenderung menyebar ke permukaan kavum uterus dan endoserviks.
Untuk penanganan kanker endometrium dalam garis besar adalah: TAH (Total
Abdominal Hysterectomy) + BSO (Bilateral Salpingo Oophorectomy).
ADNEKSA
TUBA
Telah diketahui bersama bahwa patensi tuba mutlak untuk pembuahan. Kelainan pada
tuba seperti peradangan atau tumor hampir tidak memungkinkan hamil. Apabila terjadi
kehamilan juga akan menghasilkan kehamilan luar uterus, yang biasanya terganggu pada
kehamilan muda.
OVARIUM
Tumor ovarium baik kecil maupun besar, kistik atau padat, jinak atau ganas
mempunyai arti obstetrik yang lebih penting daripada tumor tumor lain. Dalam kehamilan
tumor ovarium jarang dijumpai, yang paling sering kista dermoid.
Komplikasi yang paling sering dan berbahaya adalah torsi yang menyebabkan nekrosis
jaringan dan infeksi dengan gejala gejala sakit perut mendadak. Kista dapat pecah karena
trauma dan pengakhiran persalinan. Pada masa nifas juga berbahaya karena pengecilan
rahim memperbesar kemungkinan torsi.
Diagnosis
Sering tumor kecil diketahui apabila diperiksa secara bimanual dalam kehamilan
muda. Tumor yang mengisi rongga panggul mudah dikenal dalam persalinan apabila
dilakukan pemeriksaan dalam.
Penanganan
34
Dalam kehamilan tumor ovarium yang lebih besar telor angsa harus dikeluarkan
karena:
1. Kemungkinan keganasan
2. Kemungkinan torsi
3. Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik yang gawat
Triwulan pertama, pengangkatan tumor sebaiknya ditunda sampai 16 minggu. Operasi
paling baik antara 16-20 mg. Operasi pada kehamilan muda dapat disusul oleh abortus
apabila korpus luteum graviditatis yang menghasilkan prosgesteron ikut terangkat. Pada
kehamilan lebih 16 minggu plasenta sudah terbentuk sehingga fungsi corpus luteum
diambil alih plasenta dan produksi progesteron berlangsung terus, pada kehamilan > 20
mg teknik lebih sulit sehingga rangsangan mekanis pada uterus sulit dihindarkan sehingga
dapat terjadi partus prematurus.
Bila tumor diketahui pada kehamilan tua dan tidak menyebabkan penyulit obstetrik
atau gejala gejala akut , atau tidak mencurigakan akan mengganas dapat ditunggu partus
spontan. Operasi dapat dilakukan dalam masa nifas. Lain halnya dengan tumor yang
dianggap ganas atau yang disertai gejala-gejala akut. Dalam hal ini operasi harus segera
dilakukan tanpa menghiraukan usia kehamilan.
Ovarium merupakan tempat yang paling banyak ditumbuhi tumor. Tumor ini dapat
berupa kistik bisa jinak dan ganas. Yang sering dijumpai adalah kista ovarii dan kista
dermoid. Kista ovarii dapat menjadi besar sekali yang disebut kista ovarii permagna.
Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan:
Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan
akut.
Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin.
Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar dan trauma persalinan
Tumor besar dan berlokasi di bawah dapat menghalangi persalinan
Penanganan berdasarkan pada kemungkinan adanya keganasan, kemungkinan torsi
dan abdomen akut, dan kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik, maka:
o Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus
dikeluarkan.
o Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16 sampai 20 minggu
o Operasi yang dilakukan pada umur kehamilan di bawah 20 minggu harus
diberikan substitusi progesteron:
1. Beberapa hari sebelum operasi
2. Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat
bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus
35
36
Pertimbangan Fisiologi
Perubahan hemodinamik mencolok yang ditimbulkan oleh kehemilan. Pertimbangan
paling penting adalah bahwa selama kehamilan curah jantung meningkat hingga 30
sampai 50 persen. Hampir separuh dari peningkatan total tersebut terjadi pada 8 minggu,
dan maksimal pada pertengahan kehamilan.
Peningkatan dini curah jantung terjadi akibat meningkatnya isi sekuncup disertai
berkurangnya resistensi vaskular dan penurunan tekanan darah. Pada tahap kehamilan
selanjutnya juga jantung dan diagfragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran
rahim.
Dalam kehamilan :
wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung
sebelum pertengahan kehamilan. Pada wanita yang lain, gagal jantung terjadi pada
trimester ketiga saat hipervolemia normal pada kehamilan mencapai puncaknya. Akan
tetapi, pada sebagian besar kasus, gagal jantung terjadi peripartum saat timul tambahan
beban hemodinamik.
37
Pemeriksaan Diagnostik
Sebagian besar pemeriksaan kardiovaskular diagnostik bersifat noninvasif dan
dapat dilakukan dengan aman pada wanita hamil. Pemeriksaan konvensional adalah
elektrokardiografi, ekokardiografi, dan radiografi toraks. Jika diindikasikan, dapat
dilakukan katerisasi jantung dengan fluoroskopi sinar-X terbatas.
Pemeriksaan ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa resiko
terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal ekokardiografi pada wanita hamil
tidak dianjurkan karena resiko anestesi selama prosedur Pemeriksaan radiografi.
Semua pemeriksaan radiografi mesti dihindarkan terutama pada awal kehamilan.
Pemeriksaan radiografi mempunyai resiko terhadap organogenesis abnormal
pada janin, atau malignancy pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika
pemeriksaan sangat diperlukan sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dosis
radiasi seminimal mungkin dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin.
Pemeriksaan elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan
rang spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang ST-T
lebih sulit dari yang biasa, Depresi segmen ST inferior sering didapati pada wanita
hamil normal. Pergeseran aksis QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi aksis kekiri
yang nyata (-30) menyatakan adanya kelainan jantung.
Pemeriksaan radionuklide.
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan tidak akan
mencapai fetus, pemisahan akan terjadidan eksposure terhadap janin mungkin terjadi.
Sebaiknya
pemeriksaan
ini
dihindarkan.
Adakalanya
pemeriksaan
ventilasi
pulmonal/perfusi scan atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat kehamilan.
Diperkirakan eksposur terhadap fetua rendah.
38
Klasifikasi klinis
Skema klasifikasi klinis sering digunakan untuk mengevaluasi wanita hamil dengan
Kelas II
Kelas III
penyakit jantung koroner. Risiko maternal dan neonatal dari perempuan hamil dengan
penyakit jantung yang mendapat perawatan antenatal komprehensif adalah 13% dan
18%.
Indeks risiko yang terbaru terdiri atas empat factor risiko yang memprediksi
kemungkinan terjadinya perburukan kardiovaskular dan komplikasi neonatus, meliputi :
(1) Riwayat kejadian kardiak (Cardiac event) sebelumnya
(2) Sianosis atau kelas fungsi buruk
(3) Obstruksi jantung kiri
(4) Disfungsi ventrikel.
2.2.5
Penatalaksanaan
Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung, yang sebaiknya dilakukan dalam
kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardilogi, banyak ditentukan oleh
kemampuan fungsionil jantungnya.
Kelas I dan II
Dengan sedikit pengecualian, wanita di kelas I dan sebagian besar di kelas II
menjali kehamilan mereka tanpa morbiditas, dan mortalitas jarang terjadi. Akan tetapi,
sepanjang kehamilan dan masa nifas perlu diberikan perhatian khusus terhadap
pencegahan dan deteksi dini gagal jantung. Dengan kata lain penderita pada kelas I dan
II biasanya dapat meneruskan kehamilan bersalin pervaginam, namun dengan
pengawasan yang baik serta bekerjasama dengan ahli penyakit dalam.
Tanda peringatan pertama kemungkinan adalah ronki kering basilar yang menetap,
sering disertai batuk pada malam hari. Penurunan mendadak kemampuan melakukan
kegiatan sehari-hari, meningkatnya dispnea saat olah raga, dan serangan sesak nafas
disertai batuk adalah gejala penyakit jantung yang serius. Temuan klinis dapat berupa
hemoptisis, edema prosesif, dan takikardia.
Infeksi terbukti merupakan faktor penting yang memicu gagal jantung. Setiap pasien
harus dianjurkan untuk menghindari kontak dengan mereka yang mengidap infeksi
saluran nafas, termasuk demam salesma, dam melaporkan setiap tanda-tanda infeksi.
40
Merokok sangat dilarang karena efeknya pada jantung maupun karena mempermudah
infeksi saluran nafas atas. Pemakaian obat terlarang, terutama perintravena, dapat sangat
membahayakan karena efek lngsung pada sistem kardiovaskular dan resiko endokarditis.
Persalinan dan Pelahiran
Umumnya persalinan harus dilakukan pervaginam kecuali jika terdapat indikasi
obstetri untuk sesar. Pada sebagian wanita dengan penyakit parah jantung yang parah,
mungkin diindikasikan kateterisasi arteri pulmonalis untuk pemantauan hemodinamik
secara kontinu. Hal ini dapat dilakukan secara elaktif saat persalinan dimulai atau saat
sesar terencana.
Dekompensasi kardiovaskular selama persalinan dapat bermanufestasi sebagaiedema
paru dan hipoksia, hipotensi, atau keduanya. Pendekatan terapeutik yang sesuai akan
bergantung pada status hemodinamik spesifik dan kelainan jantung yang mendasari.
Selama persalinan, ibu dengan penyakit jantung signifikan harus berada dalam posisi
seni rekumbent dengan miring ke lateral. Tanda-tanda vital harus sering diperiksa di
antara his. Meningkatnya kecepatan nadi lebih dari 100 per menit atau frekuensi
pernapasan lebih dari 24 per menit,terutama jika disertai dispnea,dapat menunjukkan
ancaman gagal ventrikel. Jika terdapat bukti dekompensasi jantung, pasien harus
segera ditangani secara intensif.
Anestesia
Penurunan rasa nyeri dan ketakutan jelas merupakan hal yang penting.
Meskipun analgesik intravena dapat menghilangkan nyeri pada sebagian wanita,
namun untuk sebagian besar keadaan dianjurkan pemberian analgesia epidural
kontinu. Bahaya analgesia regional adalah hipotensi ibu. Hal in terutama berbahaya
pada wanita dengan pirau intrajantung, yaitu darah dapat mengalir dari kanan ke kiri di
dalam jantung dan melewati paru. Hipotensi juga dapat sangat berbahaya pada
hipertensi pulmonalis atau stenosis aorta karena curah ventrikel bergantung pada
preload yang adekuat. Pada wanita dengan keadaan ini, mungkin lebih dianjurkan
analgesia regional narkotik atau anestesia umum.
Untuk pelahiran per vaginam pada wanita dengan gangguan kardiovaskular
ringan, pemberian analgesia epidural dan sedasi intravena biasanya sudah memadai.
41
Untuk sesar, anestesia epidural lebih dianjurkan oleh sebagian besar dokter kecuali
pada pasien dengan hipertensi pulmonalis.
Nifas
Wanita yang tidak atau sedikit memperlihatkan tanda distres jantung selama
kehamilan,
persalinan,
atau
pelahiran
masih
tetap
dan
mengalami
42
sehingga kejadian penyakit jantung katup masih banyak dijumpai dan merupakan
masalah. Penyakit jantung rematik merupakan penyebab utama dari penyakit jantung
katup selain penyebab bawaan. Bila memugkinkan, perempuan dengan kelainan jantung
sebelum merencanakan kehamilan perlu melakukan konsultasi tentang risiko dalam
kehamilan.
43
1.
Beberapa tipe kelainan pada penyakit jantung bawaan akan menambah resiko
2.
3.
4.
5.
44
terjadinya peningkatan
1. Mitral stenosis
Kelainan penyempitan katup mitral ini merupakan penyakit jantung katup
rematik yang paling sering ditemukan pada perempuan usia produktif. Disfungsi
katup akan terjadi seumur hidup. Kerusakan katup ini dipicu oleh episode demam
rheuma yang berulang. Demam rheumatik sendiri merupakan respon imunologik
terhadap infeksi streptococcus hemolitik grup-A. Induksi perubahan hemodinamik
dalam kehamilan sangat buruk ditoleransi oleh mitral stenosis karena dengan
peningkatan curah jantung dan takikardia akan memperpendek waktu diastolic,
sehingga meningkatkan mean mitral gradient/perbedaan tekanan lintas katup mitral
Stenosis katup mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kiri pada saat diastol. Luas permukaan katup mitral yang normal sekitrar 4 5 cm 2.
Gejala pada saat aktifitas akan nampak bila luas permukaan ini < 2,5 cm2. Gejala
pada saat istirahat dipastikan akan timbul bila luas permukaan < 1,5 cm 2. Diagnosis
mitral stenosis mungkin baru ditegakkan pertama kali ketika timbul keluhan dan
gejala sewaktu hamil pada pasien-pasien
46
Pasien
dengan
meningkatkan
risiko
terjadinya
permanen
stroke
atau
paroksismal
sehingga
atrial
memerlukan
fibrilasi
pemberian
kongestif atau mitral stenosis berat dan moderat dan tekanan arteri pulmonal > 50
mmHg, harus dilakukan monitor hemodinamik sentra dengan kateter arteri
pulmonalis atau Swan Ganz selama persalinan. Mempertahankan tekanan baji
(Wedge arterisl pressure) = 14-20 mmHg. Terjadi peningkatan 8-10 mmHg tekanan
atrium kiri dan tekanan baji saat persalinan. Anestesi epidural dapat dilaksanakan
selama persalinan. Antibiotic profilaksis direkomendasi diberikan saat persalinan.
Fluktuasi hemodinamik saat persalinan akibat rasa nyeri dan autotransfusi perlu
diawasi dan dihindari.
2. Aorta stenosis
Stenosis katup aorta merupakan penyakit penuaan, dan pada wanita yang
berusia kurang dari 30 tahun, kelainan ini kemungkinan besar disebabkan oleh lesi
congenital. Lesi stenosisi congenital yang paling sering terjadi adalah katup
bicuspid. Stenosis mmeperkecil orifisium aorta normal yang memiliki luas 2
sampai 3 cm dan menimbulkan resistensi terhadap semburan (ejeksi). Terbentuk
gradient tekanan sistolik antara ventrikel kiri dan ajlur aliran ke luar arteri sistemik.
Kemudian terjadi hipertrofi konsetrik ventrikel kiri, dan jika parah terjadi
peningkatan tekanan diastolic akhir, penurunann fraksi, ejeksi, dan penurunan
curah jantung. Aorta stenosis berat karena penyakit jantung rematik jarang
ditemukan pada pasien usia muda, yang tersering disebabkan oleh kelainan bawaan
yaitu katup bicuspid. Aorta stenosis ringan dan moderat dengan fungsi ventrikel kiri
yang masih baik biasanya dapat menoleransi kehamilan dengan baik. Sebaliknya,
pasien dengan aorta stenosis berat, (aortic valve area / area katup aorta : < 0,7 cm 2
dan gradient tekanan > 50 mmHg ) dan yang dengan gejala merupakan risiko tinggi
bagi perempuan hamil dan juga janinnya. Gejala yang timbul dapat sesak napas,
sinkop, yang timbul pada trimester 2 akhir atau trimester 3 akhir.
48
Penatalaksanaan
Idealnya harus dilakukan koreksi katup sebelum pasien hamil. Bagi wanita
hamil tanpa gejala, tidak diperlukan pengobatan kecuali pengawasan ketat.
Penatalaksanaan wanita dengan gejala mencakup pembatasan ketat aktivitas dan
terapi injeksi yang dini. Jika gejala menetap, meskipun pasien sudah tirah baring,
mungkin perlu dipertimbangkan penggantian katup atau valvotomi dengan
menggunakan bedah pintas kardiopulmoner.
Bagi wanita dengan stenosis aorta yang berat, harus dilakukan pemantauan
intensif selama persalinan. Kateterisasi pulmonalis dapat bermanfaat karena tipisnya
batas yang membedakan kelebihan cairan dari hipovolemia. Pasien dengan stenosis
aorta bergantung pada tekanan pengisian ventrikel diastolic-akhir yang adekuat
untuk memelihara curah jantung dan perfusi sistemik. Penurunan mendadak volumediastolik-akhir dapat menyebabakan hipotensi, sinkop, infark miokardium, dan
kematian mendadak. Oleh karena itu kunci dalam penatalaksanaan para wanita ini
adalah menghindari penurunan preload ventrikel dan mempertahankan curah
jantung. Pasien dengan keluhan klinis atau gradient / perbedaan tekanan lintas katup
aorta > 50 mmHg dianjurkan untuk menunda konsepsi sampai dilakukan koreksi
bedah. Selama persalinan dan pelahiran, penatalaksanaan wanita ini harus focus
pada masalah cairan, mempertahankan batas keamanan dalam volume intravascular
49
direkomendasikan
selama
persalinan
pervaginam.
Pemeriksaan
ekakardiografi penting dalam mencari kelainan katup yang lain, dimensi ruang
ruang jantung, tekanan arteri pulmonalis untuk menentukan derajat hipertensi
pulmonal, deteksi adanya thrombus, dan fungsi pompa ventrikel kiri.
kelainan aorta atau mitral regurgitasi. Bagaimana pun perubahan fisiologik kehamilan
seperti takikardi dan penurunan tahanan sistemik perifer akan meningkatkan stroke
volume dalam mengompensasi adanya volume darah yang balik ke jantung.
1. Mitral regurgitasi
Regurgitasi mitral pada wanita muda disamping disebabkan oleh demam
rematik juga sering disebabkan prolaps katup mitral. Pada umumnya regurgitasi
katup dapat menoleransi kehamilan dengan baik. Karena kondisi penyakitnya
kronis, terjadi dilatasi ventrikel kiri dan fungsi ventrikel kiri yang terkompensasi.
Bila regurgitasi terjadinya akut, maka kompensasi jantung lebih buruk. Disfungsi
ventrikel kiri dan gagal jantung kiri jarang terjadi pada aortic regurgitasi dan juga
mitral regurgitasi. Gejala yang timbul sering dimanifestasikan dengan mudah capek
dan dispnea. Pengobatan terhadap gagal jantung harus diberikan dan salah satu
komponen
Penatalaksanaan
Agent (ACE) inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker (ARB) merupakan
kontraindikasi selama kehamilan. Karena hidralazine tak tersedia di beberapa Negara
juga di Indonesia, maka vasodilator yang terbanyak dipakai adalah nitrat dan
antagonis kalsium. Bila terdapat keluhan dan gejala klinik pada pasien mitral
regurgitasi, akan lebih baik bila dilakukan perbaikan katup sebelum kehamilan.
Bagaimanapun fungsi ventrikel kiri pada mitral regurgitasi tidak membaik setelah
operasi katup dan akan meningkatkan resiko maternal selama kehamilan. Beberapa
obat medikamentosa yang diperlukan sewaktu tidak hamil dapat menimbulkan resiko
pada janin bila dikonsumsi selama kehamilan, tetapi bila manfaat untuk ibu lebih besar
dari pada resiko, maka obat obat tersebut dapat tetap diberikan.
2. Aorta regurgitasi
Gejala yang berat atau gagal jantung kongesti jarang dijumpai. Interpretasi
klinik derajat aorta regurgitasi dapat sulit ditentukan karena pada kehamilan terjadi
peningkatan isi sekuncup jantung yang menyebabkan nadi yang besar, walau tidak ada
penyakit jantung. Aorta regurgitasi pada perempuan muda pada umunya disebabkan
oleh dilatasi annulus aorta (seperti pada sindrom marfan), katup aorta bicuspid dan
riwayat endokarditis.
51
Penanganan
Aorta regurgitasi ayng disertai perburukan fungsi ventrikel kiri
diprediksi akan menimbulkan hasil yang buruk dari kehamilannya. Penggunaan obat
pengahambat ACE harus dihentikan selama kehamilan dan dapat diberikan nitrat dan
penghambat kalsium. Isolatic Aortic Regurgitation biasanya diberi vasodilator dan
diuretic. Bila terdapat komplikasi gangguan fungsi ventrikel kiri (Fraksi Ejeksi <40 %)
dilakukan terminasi didnni karena kehamilan akan memperburuk gagal jantungnya.
Resiko pada lbu, Janin dan Neonatus berdasarkan klasifikasi lesi katup jantung
52
hamil atau harus dikirim ke rumah sakit yang memadai untuk perawatan dengan para
spesialisnya. Perempuan dengan risiko untuk kardiak
gagal hati, maka janin harus segera dilahirkan. Hipertensi karena preeklamsi akan
membaik dalam beberapa hari setelah melahirkan dan akan kembali normal setelah 12
minggu kelahiran.
Penatalaksanaan
Panduan untuk mengatur tekanan darah pada wanita dengan kehamilan hingga saat ini
masih didapati perbedaan pendapat. Dianjurkan tekanan darah sistolik dibawah 160 mm
Hg dan tekanan darah diastolic dibawah 100 mm Hg. Angka ini merupakan harus
keselamatan dalam menghadapi episode hipertensi berat dan untuk meningkatkan
survival janin. Terapi non farmakologi bila memungkinkan lebih disukai, walaupun
belum jelas manfaatnya. Tirah baring yang ketat dapat menurunkan tekanan darah, tetapi
umumnya keadaan ini tidak direkomendasikan. Membatasi aktifitas fisik dan
mengurangi stress selalu dianjurkan. Membatasi masukan garam tidak dianjurkan,
kecuali pada penderita yang jelas diketahui sebelumnya mempunyai hipertensi sensitive
terhadap garam (salt-semitive hypertension), karena wanita hamil dengan hipertensi
mempunyai volume plasma yang lebih rendah dibanding wanita dengan normotensi.
Jika diperlukan pengobatan
55
2.2.8
kardiovaskuler akan melewati plasenta dan disekresikan melalui air susu ibu. Bila
informasi mengenai penggunaan obat-obat kardiovaskuler tidak lengkap, bila
memungkinkan sangat baik untuk menghindarkan penggunaanya. Rekomendasi yang
delinitif mengenai penggunaan obat-obat pada kehamilan sangat sukar, tetapi jika
diperlukan untuk keselamatan ibu maka tidak dapat dihalangi penggunaannya.
Diuretika
Diuretika dapat digunakan untuk pengobatan gagal jantung kongestif yang
tidak dapat dikontrol dengan restriksi natrium dan merupakan obat lini terdepan untuk
pengobatan hipertensi. Tidak satu diuretika pun merupakan kontra indikasi dan yang
paling sering digunakan adalah golongan diuretika tiazide dan furosemide. Diuretika
tidak boleh digunakan untuk profilaksis terhadap toksemia atau pengobatan terhadap
edema pedis.
Obat inotropik
56
perfusi uterus.
Jika diperlukan obat anti aritmia oral dapat dimulai dengan kuinidin karena
mempunyai availabilitas jangka panjang. Dan obat ini paling sering digunakan karena
tidak jelas efek yang membahayakan pada bayi. Ada beberapa informasi mengenai
prokainamid, disopiramid, mexiletine tlekainid dan sotalol, tetapi tidak cukup untuk
merekomendasikan penggunaannya kecuali bila penggunaannya sangat diperlukan
ibu.Informasi awal yang tersedia mengenai amiodaron menyokong kemungkinan
meningkatnya angka kehilangan janin dan deformitas janin.
Obat vasodilator
58
Bila diperlukan, pada krisis hipertensi atau untuk mengurangi afterload dan
preload emergensi, nitropruside merupakan obat
Reduksi afterload kronik untuk pengobatan hipertensi, regurgitasi aorta atau mitral,
atau disfungsi ventrikel semasa kehamilan telah didapat dengan obat calcium channel
blocker, hidralazin dan metildopa. Effek yang membahayakan terhadap janin tidak
dilaporkan. ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor merupakan kontra
indlkasi pada kehamilan, karena obat ini menambah resiko untuk terjadinya kelainan
pada perkembangan ginjal janin. Tidak ada data yang tersedia mengenai penggunaan
losartin, valsartin dan penghambat angiotensin II.
Obat Antitrombotik.
Penggunaan warfarin jangka lama berhubungan dengan kecenderungan untuk
terjadinya perdarahan yang bermakna 1 - 5 persen pertahun. Dan lebih penting lagi
dalam penggunaannya semasa kehamilan, karena warfarin dapat melewati plasenta
dan eksposure pada janin dalam 3 bulan pertama kehamilan dan berhubungan dengan
insidens malformasi sebesar 5-25 persen yang terdiri dari abnormalitas wajah, atropi
optik, abnormalitas digital, perobahan epithelial, dan kelemahan mental. Wanita yang
menggunakan obat ini pada minggu ke 7 sampai ke 12 kehamilan cenderung
mempunyai sindroma ini pada anaknya. Sindroma ini berhubungan dengan dosis yang
digunakan. Suatu penelitian memperlihatkan bahwa sindroma ini hanya terjadi dengan
dosis yang lebih besar dan 5 mg perhari. Penggunaan warfarin yang terus menerus
pada masa kehamilan menambah resiko untuk terjadinya perdarahan janin dan
perdarahan rahim ibu.
Pada wanita yang memerlukan antikoagulan, heparin lebih disukai daripada warfarin.
Penggunaan heparin dosis tinggi subkutan (16.000 sampai 24.000 unit per hari) telah
terbukti dapat dilakukan dengan mudah dan bermanfaat. Obat ini tidak melewati
59
rendah, yang harganya lebih mahal sangat effektif dan mudah digunakan (satu atau dua
kali sehari tanpa memerlukan pemeriksaan darah serial) dan keamanannya sama
dengan terapi standard heparin. Meskipun telah ada evaluasi untuk profilaksis
trombosis vena dalam mencegah tromboemboli ternyata manfaatnya pada pasien
dengan protege mekanik tidak terbukti.
Bila diperlukan antikoagulan, sebagian penulis menganjurkan menggunakan heparin
untuk trimester pertama dan kemudian dilanjutkkan dengan pemberian warfarin pada
lima
bulan
berikutnya
dan
kembali
lagi
menggunakan
heparin
sebelum
melahirkan.Walaupun kehamilan yang sukses dapat dicapai dengan cara ini, penulis
memilih untuk menghindarkan penggunaan warfarin selama kehamilan. Obat anti
platelet tenyata meningkatkan kesempatan untuk terjadinya perdarahan maternal dan
dapat melewati plasenta. Sebagian besar penggunaan aspirin telah diamati dan secara
teoritis merugikan, karena aspirin berhubungan dengan meningkatnya insidens abortus
dan retardasi pertumbuhan janin. Juga aspirin menginhibisi sintesis prostaglandin dan
bisa mengakibatkan penutupan duktus arteriosus semasa kehidupan janin. Sampai saat
ini aspirin sering digunakan dan masih diindikasikan untuk hal-hal yang spesifik dan
juga sebagai profilaksis pre eklamsi. Penggantian aspirin sulit untuk dievaluasi. Tidak
ada data yang tersedia mengenai effek penggunaan clopidogrel atau ticlopidine selama
kehamilan.
Penggunaan obat anestesi dan obat obstetri sewaktu kehamilan
Obat-obat rang digunakan untuk hal yang spesifik pada kehamilan dapat
menyebabkan peruubahan hemodinamik. Walaupun ada beberapa pertanyaan terhadap
manfaatnya, beta simpatetik amin yang digunakan untuk menghentikan kelahiran
premature akan menyebabkan takikardia maternal. Ritodrine dan terbutalin telah
dihubungkan dengan edema pulmonal, biasanya bila glukokortikoid digunakan
bersamaan untuk meningkatkan kematangan paru janin. Edema pulmonal ini memberi
reaksi yang segera dengan menghentikan pemakaian obat tersebut dan memulai terapi
dengan diuretic. Pada keadaan lain prostaglandin E2 dan F2 digunakan untuk
merangsang kelahiran dan tidak mempunyai effek hemodinamik yang bermakna.
Oksitosin sintetik (pitocin) diberikan untuk meminimalisir perdarahan setelah
kelahiran. Ohat sintetik ini mencegah vasokonstriksi dan telah dihubungkan dengan
hipotensi yang transien.
60
Anestesi untuk tindakan pembedahan sewaktu kehamilan dan pada saat proses
kelahiran dapat memberikan effek yang merugikan pada wanita dengan penyakit
jantung. Pada sebagian besar kasus anestesi lumbal
pudendal untuk meminimalisir rasa sakit terbukti sangat efektif dan sedikit
kemungkinan untuk menimbulkan hemodinamik yang membahayakan.
61
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Terdapat beberapa kelainan dan penyakit organ reproduksi yang dapat
memengaruhi kehamilan dan persalinan. Kelainan uterus terjadi pada 15% perempuan
dengan lebih dari sama dengan 3 kali abortus spontan. Kelainan anatomik ini
diklasifikasikan sebagai kelainan kongenital dan kelainan yang didapat (acquired). Di
samping kemungkinan kehilangan kehamilan, malformasi uterus juga merupakan faktor
predisposisi terjadinya infertilitas, persalinan prematur, dan presentasi abnormal janin.
Penyakit jantung adalah penyebab utama ketiga kematian wanita berusia 25
sampai 44 tahun. Karena relatif sering terjadi pada wanita usia subur, penyakit jantung
mempersulit pada sekitar 1%
62