Anda di halaman 1dari 7

PROFESI KEPENDIDIKAN

PROFESIONALISASI GURU

KELOMPOK 3

NAMA

: FEBRIYANTI

(4)

MEYDAYANTI

(4)

MEYLINDA

(4)

RIKARDO HUTAGAOL

( 4123111067 )

PRODI

: PENDIDIKAN MATEMATIKA

KELAS

: DIK C 2012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberikan karunianya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini dan berbagai sumber yang telah penulis pakai sebagai data dan fakta pada
makalah ini.
Penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan makalah ini yang telah penulis selesaikan. Tidak semua hal dapat penulis
deskripsikan dengan sempurna. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang dimiliki. Di mana penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa penulis memiliki keterbatasan dan
juga kekurangan. Penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Penulis akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis ini di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dapat
diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Medan,

Maret 2015

Penulis,

Kelompok 3

1. PENGERTIAN PROFESIONALISASI
Kata profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung arti
runtunan perubahan (peristiwa) di perkembangan sesuatu, kemajuan sosial berjalan terus,
rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk (KBBI, 1999)
yang dapat diartikan sebagai pergerakan dari sesuatu yang bergerak terus menerus menurut
aturan yang lazim atau harus dijalankan.

Makmun (1996: 48) menyatakan bahwa:

"profesionalisasi adalah proses usaha menuju ke arah terpenuhinya persyaratan suatu jenis
model pekerjaan ideal".
Secara umum, profesionalisasi adalah sutu proses pendidikan atau pelatihan menuju
kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Air tebu dapat menjadi butir gula karena air tebu tersebut mengalami serangkaian
perjalanan (di awali dari penebangan batang tebu, pemerasan air tebu, mengolahnya hingga
menjadi kristal). Demikian pula proses menjadi guru. Seseorang yang ingin menjadi guru,
tidak serta merta setelah ada niat dalam dirinya untuk menjadi guru langsung menjadi guru.
Seseorang yang memiliki niat menjadi guru harus mengikuti aturan dan mengalami sejumlah
perjalanan yang terancang sedemikian rupa, dan dari setiap perjalanan tersebut ia akan
mengalami perubahan-perubahan tertentu yang pada akhirnya dirinya terbentuk menjadi
sosok guru yang profesional (sesuai dengan harapan dirinya, masyarakatnya, bangsa, dan
negaranya, bahkan Penciptanya).
Untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki tekat dan komitmen mengikuti seluruh
perjalan pembentukan kepribadian guru yang professional yang di awali dari adanya
keinginan atau niat yang tulus dari hati yang paling dalam untuk menjadi seorang guru. Dari
titik inilah seseorang tadi mencari, mencari, dan terus mencari hingga menemukan berbagai
strategi, model, pendekatan, metode, teknik, dan kiat untuk membekali dirinya sejumlah
sikap, pengetahuan, keterampilan yang dipersyaratkan bagi seorang guru yang profesional
melalui pendidikan formal, non-formal, dan informal sehingga dengan senang hati dan
komitmen afektif yang tinggi memasuki lembaga pendidikan yang mampu membantu dirinya
menjadi guru yang profesional.
Proses yang dialami atau dijalani sesorang yang memiliki niat menjadi guru sejak
memiliki niat menjadi guru, lalu memasuki lembaga pendidikan (baik formal, non-formal, dan
informal) untuk mengalami proses pendidikan dan latihan dalam kurun waktu tertentu,

RPOFESINAL
kemudian memperoleh pengakuan sebagai guru yang professional (dapat ijazah, sertifikat

sebagai guru), kemudian terus belajar-belajar, dan belajar sampai menemukan sosok guru
yang benar-benar profesional, dan akhirnya kembali menyadari bahwa dirinya sudah tidak
mampu menjadi guru lagi (karena sudah pensiun, sudah tamat riwayat hidupnya).

Jadi, profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau

kelompok orang menjadi profesional. Jika digambarkan adalah sebagai berikut:

2. PROFESIONALISASI JABATAN GURU

Pendidikan akan berhasil menuaikan fungsinya secara baik,jika tenaga penggerak

pendidikan bertindak secara profesional. Hanya guru yang profesional yang diprediksi dapat
menggerakkan sumber daya yang menuju pada satu titik akhir yaitu tercapai tujuan
pendidikan yaitu peserta didik menjadi manusia sesungguhnya.

Seseorang yang punya niat untuk menjadi guru tidak langsung dapat menjadi guru

yang profesional jika tidak mengikuti proses pendidikann dan latihan dalam waktu yang

relatif lama. Jika telah berhasil menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan dengan

dinyatakan lulus dan diwisuda dengan memegang ijazah S1 kependidikan dan keguruan tidak

secara otomatis dinyatakan telah menjadi guru yang profesional. Surat keputusan yang

menyatakan lulusan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) diterima menjadi


guru merupakan titik awal lagi bagi guru untuk lebih mengintensifkan usahanya menjadi
guru yang profesional.

T. Raka Joni, mengemukakan ada enam tahap dalam proses profesionalisasi, jabatan

guru. Enam tahap itu adalah sebagai berikut :

1. Bidang layanan ahli unik yang diselenggarakan itu harus ditetapkan. Dengan
adanya surat keputusan men-PAN No.26/1989 berarti untuk bidang ini telah tercapai
dan terpenuhi.
2. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan pra jabatan yang mempersiapkan
tenaga guru yang profesional. Guna meyakinkan agar para pendatang baru di
lingkungan profesi ini memiliki kompetensi minimal bagi penyelenggaraan layanan
ahli yang mempersatukan kepentingan pemakai layanan.
3. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada program pendidikan
pra jabatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan program
pendidikan pra jabatan yang memiliki kemampuan minimal yang disyaratkan
(sertifikasi)
5. Secara perorangan dan kelompok , kaum pekerja professional bertanggung jawab
penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya.
6. Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk melindungi
para anggota yang menjunjung tinggi nilai-nilai professional, di samping merupakan
sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap anggotayang melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan suara dan semangat kode etik itu.
Dari enam tahap itu apabila disimpulkan, maka ada dua aspek yang harus saling
menunjang sesuai dengan bidang layanan, memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai profesi,
yaitu [a] keterandalan layanan dan [b] layanan yang khas itu, diakui dan dihargai oleh
masyarakat dan pemerintah.
Keseluruhan tahap proses yang dialami dan\atau diikuti oleh guru hingga benar-benar
menjadi guru yang profesional itulah yang dimaksud dengan profesionalisasi jabatan guru.
Dengan kata lain dengan profesionalisasi jabatan guru adalah proses yang harus ditempuh
untuk memegang profesi guru atau menjabat sebagai guru yang profesional. Usaha lain yang
dilakukan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru adalah memberi kesempatan
kepada guru merenungkan dan merefleksikan sejauhmana ia telah menguasai prinsip-prinsip
paedagogi secara umum maupun prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yang secara khusus
berlaku dalam aktivitas pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya.

3. PENGEMBANGAN KINERJA GURU

Kinerja dalam bahasa Inggris disebut sebagai performance yang diartikan dengan
penampilan atau unjuk kerja.Kinerja mempunyai makna yang lebih luas yang tidak hanya
menyangkut hasil kerja, tetapi juga proses yang berlangsung dalam memperoleh hasil kerja.
Robbins (2007) menyatakan bahwa yang dinilai dari kinerja seseorang adalah hasil kerja,
perilaku, dan ciri kepribadian. Hal ini berarti bahwa kinerja guru adalah hasil atau taraf
kesuksesan yang dicapai guru dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dievaluasi
oleh orang-orang tertentu terutama atasan guru yang bersangkutan. Kinerja guru juga
menyangkut bagaimana perilaku guru melaksanakan tugas profesi guru tersebut.
Kompetensi adalah kemampuan yang seyogianya atau seharusnya di tampilkan dalam
berbuat atau dalam bekerja. Bagi guru yang profesional kompetensi tersebut dapat
diklasifikasikan atas empat bidang, yakni pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
Keempat

kompetensi

tersebut

harus

ditampilkan

guru

saat

melaksanakan

tugas

keprofesionalnya dibidang pendidikan dan pembelajaran. Keempat kompetensi tersebut dapat


melekat pada diri guru melalui proses pendidikan dan latihan dalam waktu yang relatif lama
(hingga perguruan tinggi) hal ini didasari Undang-Undang tentang sistem pendidikan
mensyaratkan guru harus berkualifikasi minimal S1 (sarjana).
Proses dan hasil kerja yang dapat ditampilkan guru melalui keempat kompetensi
tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menggambarkan tingkat dan/ atau derajat kinerja
guru.

Faktor Penentuan dan Penilaian Kinerja Guru


Kinerja Guru ditentukan oleh berbagai faktor yang satu sama lain saling berkaitan

seperti kepemimpinan Kepala Sekolah, fasilitas kerja, rekan guru, karyawan, maupun anak
didik.
Faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain:
1. Faktor internal dari guru itu sendiri.
Jika jabatan guru dipandang hanya sebagai kewajiban, maka kinerjanya hanya sebatas
mengajar.Dan setelah selesai mengajar di kelas tanggung jawabnya selesai sampai disitu saja.
Sebaliknya, jika di pandang sebagai kebutuhan maka kinerjanya tidak hanya meaksanakan
tugas tetapi sampai pada apakah yang dikerjakannya itu telah memenuhi kebutuhan dirinya

sebagai pelayan bagi warga belajar dan merasa bahwa tanggung jawabnya kepada bangsa dan
melaksanakan tugas ini untuk memajukan pendidikan.
2. Faktor lingkungan
Guru akan memiliki daya juang dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya jika
suasana sekolah memberi dukungan penuh kepada mereka.
3. Faktor Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah menyangkut penyeleksian dan penempatan kadang tidak
mendukung kinerja guru karena guru yang seharusnya belum layak menjadi guru (tetapi
karena sudah memegang ijazah dan sertifikat) diangkat juga menjadi guru. Misalnya sesorang
yang tamat SMA kemudian membeli ijazah sarjana untuk menjadi guru. Atau sebaliknya
ketika ada guru yang benar-benar profesional bekerja namun kurang mendapat perhatian dari
pemerintah.
Untuk itu pemerintah harus tegas dan bijaksana dalam melakukan penilaian kinerja
guru. Unsur-unsur yang perlu diadakan dalam Lamatenggo (2001) adalah sebagai berikut:
1. Kesetiaaan
2. Prestasi Kerja
3. Tanggung Jawab
4. Ketaatan
5. Kejujuran
6. Kerja Sama
7. Prakarsa
8. Kepemimpinan

Anda mungkin juga menyukai