Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANAJEMEN RISIKO

Analisis Sekuen Risiko


Analisis Severity dan Likelihood Risiko

Nama

: Kanthi Wening

Nrp

: 4111 100 012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Di kota kota besar umumnya seperti kota Jakarta, banjir sudah menjadi langganan
setiap tahunnya. Bahkan kota kota besar di daerah luar jawa seperti Aceh, Sumatera
Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan juga berpotensi terjadinya banjir. Banjir
yang terjadi khususnya yang terjadi di Indonesia umumnya sering melanda kota kota
besar. Karena pada umumnya, kota kota besar di Indonesia seperti Jakarta, memiliki
tata ruang yang buruk yaitu minimnya daerah resapan air karena tertutup aspal dan
gedung gedung bangunan serta pembuangan sampah yang tidak teratur sehingga sungai
sungai menjadi tempat pembuangan sampah yang mengakibatkan aliran sungai
terhambat dan ketika hujan turun dengan curah hujan yang tinggi sungai meluap dan
membanjiri seluruh kota.
Daerah yang rawan terkena banjir selain di kota kota besar umumnya di sepanjang
Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti sungai bengawan Solo. Apabila warga membuang
sampah sembarangan di sungai, pada saat hujan turun dengan curah hujan yang tinggi
juga dapat menimbulkan banjir. Namun masih banyak lagi penyebab terjadinya banjir
tidak hanya karena pembuangan sampah di sungai, untuk factor factor terjadinya banjir
lebih jelasnya akan dibahasa pada bab selanjutnya.

1.2

Permasalahan
1.

Bagaimana analisis sekuen terjadinya banjir?

2.

Bagaimana likelihood/frekuensi dan tingkat keparahan/severity terjadinya banjir?

BAB II
ANALISIS SEKUEN RISIKO
2.1

Analisis Sekuen Risiko


Untuk mengidentifikasi terjadinya risiko banjir, salah satu teknik yang digunakan adalah
analisis sekuen risiko. Analisis sekuen risiko terjadinya banjir seperti yang dijelaskan
pada Gambar 2.1 berikut.

RISK FACTORS

EKSPOSUR
TERHADAP RISIKO

Kerusakan lingkungan, ditandai dengan


terjadinya pemanasan global
Penyumbatan aliran sungai dan selokan
karena pembuangan sampah.
Pendirian rumah di sepanjang sungai
dapat mengurangi lebar sungai yang
menyebabkan sirkulasi air tidak optimal.
Penggundulan hutan
Sedikitnya daerah resapan karena
tertutup aspal maupun beton bangunan
Perilaku manusia, contoh pembangunan
di kota yang menggusur tanah dan daerah
resapan air.
Tanggul atau bendungan air yang jebol.

Perumahan, gedung
bangunan, terkena
banjir

SUMBER
RISIKO

Curah hujan tinggi

KERUGIAN

Korban jiwa
Hilangnya harta benda
Kerusakan sarana dan prasarana
Kerusakan areal pertanian
Sulitnya transportasi
Perekonomian lumpuh
Sebagai bibit penyakit seperti gatal gatal
dan demam berdarah,
PERIL : KEJADIAN YANG MENGAKIBATKAN
KERUGIAN

Gambar 2.1 analisis sekuen risiko banjir

Analisis sekuen risiko terdiri dari sumber risiko. Sumber utama terjadinya risiko banjir
adalah curah hujan yang tinggi. Ada bermacam macam factor terjadinya risiko banjir,
diantaranya adalah kerusakan lingkungan, ditandai dengan terjadinya pemanasan global,
penyumbatan aliran sungai dan selokan karena pembuangan sampah, pendirian rumah di
sepanjang sungai dapat mengurangi lebar sungai yang menyebabkan sirkulasi air tidak
optimal, penggundulan hutan, sedikitnya daerah resapan karena tertutup aspal maupun
beton bangunan, perilaku manusia, contoh pembangunan di kota yang menggusur tanah
dan daerah resapan air dan jebolnya tanggul atau bendungan air.
Eksposur atau kejadian yang rentan terhadap risiko adalah terjadi banjir dimana mana,
rumah rumah, gedung, sekolahan, sarana dan prasarana tergenang banjir. Dampak yang
ditimbulkan banjir cukup serius seperti korban jiwa, hilangnya harta benda, kerusakan
sarana dan prasarana, kerusakan areal pertanian, sulitnya transportasi, perekonomian
lumpuh, sebagai bibit penyakit seperti gatal gatal dan demam berdarah. Sudah dapat
dipastikan bahwa dampak terjadinya banjir dapat menimbulkan kerugian.

BAB III
MENGUKUR RISIKO

Teknik pengukuran risiko yaitu dengan mengelompokkan risiko berdasarkan likelihood /


frekuensi terjadinya risiko dan tingkat keparahan / severity.
3.1

Likelihood / Frekuensi Risiko

Dalam menetapkan likelihood / frekuensi terjadinya risiko yaitu dengan membuat standar
frekuensi terjadinya risiko. Dalam pengukuran risiko banjir ini, penulis membuat standar
likelihood/frekuensi terjadinya banjir dalam 5 kriteria yaitu kriteria 5 adalah risiko Hampir Pasti
Terjadi apabila terjadinya risiko lebih dari 10 kali kejadian, kriteria 4 adalah risiko Sering
Terjadi apabila terjadinya risiko antara 8 10 kali kejadian, kriteria 3 adalah risiko Mungkin
Terjadi apabila terjadinya risiko antara 5 8 kali kejadian, kriteria 2 adalah risiko Jarang
Terjadi apabila terjadinya risiko antara 2 5 kali kejadian, dan kriteria 1 adalah risiko Hampir
Tidak Terjadi apabila terjadinya risiko antara 0 2 kali kejadian. Lebih jelasnya kriteria
likelihood/frekuensi risiko seperti pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 tabel likelihood risiko

Likelihood
Hampir Pasti Terjadi (Almost Certain)

> 10 kali kejadian

Sering Terjadi (Likely)

8 10 kali kejadian

Mungkin Terjadi (Possible)

5 8 kali kejadian

Jarang Terjadi (Unlikely)

2 5 kali kejadian

Hampir Tidak Terjadi (Rare)

0 2 kali kejadian

Dari macam macam peril terjadinya risiko banjir seperti yang telah dijelaskan pada bab II,
Tabel 3.2 berikut ini menjelaskan likelihood/frekuensi masing masing peril dari risiko banjir

tersebut.

Tabel 3.2 likelihood/frekuensi risiko banjir

Deskripsi

Likelihood

Korban jiwa

Sering terjadi

Hilangnya harta benda

Sering terjadi

Kerusakan sarana dan prasarana

Mungkin terjadi

Kerusakan areal pertanian

Mungkin terjadi

Sulitnya transportasi

Hamper pasti terjadi

Perekonomian lumpuh

Mungkin terjadi

Sebagai bibit penyakit seperti gatal gatal dan demam berdarah, Mungkin terjadi

3.2

Tingkat Keparahan/Severity
Tingkat keparahan dari risiko banjir, penulis membuat 5 kriteria yaitu kriteria 5 yaitu
tingkat keparahan risiko katastropik, dengan deskripsi kerusakan parah beragam fasilitas,
aktivitas dihentikan, terjadi kerusakan lingkungan yang sangat luas. Kriteria 4 yaitu
tingkat keparahan risiko besar dengan deskripsi kematian, kerusakan permanen yang
bersifat lokal terhadap lingkungan. Kriteria 3 yaitu tingkat keparahan risiko sedang,
dengan deskripsi terjadi penyakit parah, kerusakan lingkungan tidak permanen. Kriteria
2 yaitu tingkat keparahan risiko kecil dengan deskripsi membutuhkan penanganan medis,
tejadi kerusakan kecil, dan kriteria 1 yaitu tingkat keparahan risiko tidak signifikan
dengan deskripsi tidak terjadi kerusakan. Berdasarkan deskripsi severity tersebut, maka
tingkat keparahan/severity dari risiko banjir dijelaskan Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 saverity risiko banjir

Deskripsi

Severity

Korban jiwa

Besar

Hilangnya harta benda

Besar

Kerusakan sarana dan prasarana

Sedang

Kerusakan areal pertanian

Sedang

Sulitnya transportasi

Sedang

Perekonomian lumpuh

Sedang

Sebagai bibit penyakit seperti gatal gatal dan demam berdarah, Sedang

Anda mungkin juga menyukai