BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara hukum1 oleh karena itu segala
sesuatu tindakan penyelenggara Negara harus berdasarkan
hukum.
Peran
hukum
sangatlah penting,
dalam
karena
kehidupan
bermasyarakat
dalam pergaulan
masyarakat
adalah
Pengadilan.
mempunyai
kewenangan
Pengadilan
merupakan
2
penyelenggara
Peradilan
atau
organisasi
yang
menegakkan
Pancasila,
demi
hukum
dan
terlaksananya
keadilan
Negara
berdasarkan
Hukum
Republik
Indonesia.4
Penyelenggara kekuasaan kehakiman diserahkan kepada
badan-badan Peradilan yang ditetapkan dengan UndangUndang.
menerima,
Peradilan
adalah
memeriksa,
menyelesaikan
masalah
kekuasaan
mengadili,
untuk
Negara
dalam
memutus,
menegakkan
hukum
dan
dan
A. Rahmat Rosyid dan Sri Hatini, Advokat dalam Prespektif Islam dan Hukum
Positif, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 57.
5
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Grafindo Persada,
1998), 6.
3
maka Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
hukum tidak atau kurang jelas. Hal ini berarti Pengadilan wajib
untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara tersebut.6
Dalam ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004
tentang
Kekuasaan
penyelenggaraan
Kehakiman
kekuasaan
dinyatakan
kehakiman
dilakukan
bahwa
oleh
bahwa
Pengadilan
Agama
bertugas
dan
4
hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta wakaf
dan sedekah.8
Dalam menjalankan tugas Peradilan terdapat tiga tahap
tindakan. Yaitu tahap pendahuluan, tahap penentuan dal
tahap pelaksanaan. Tahap pendahuluan merupakan persiapan
menuju kepada penentuan atau pelaksanaan. Dalam tahap
penentuan diadakan pemeriksaan peristiwa dan pembuktian
sekaligus sampai pada putusannya. Sedang dalam tahap
pelaksanaan diadakan pelaksanaan dari pada putusan.9
Sengketa perkawinan merupakan salah satu kewenangan
absolut yang dimiliki oleh Pengadilan Agama. Perkawinan
sendiri merupakan suatu perbuatan hukum yang meimbulkan
hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri
pada perkawinan tersebut. Hak dan kewajiban tersebut harus
dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat dalam
perkawinan. Akibat hukum yang ditimbulkan oleh perkawinan
tidak hanya sebatas dalam hal hubungan kekeluargaan,
terlebih dari itu juga dalam bidang harta kekayaanya.10
Harta yang dapat disengketakan ketika terjadi percaraian
adalah harta yang diperoleh selama perkawinan (harta
8
5
bersama)
saja,
sedangkan
harta
bawaan
tidak
dapat
ke
Pengadilan.
Pengajuan
gugatan
hak
pada
11
Ibid.
Edi AsAdi, Hukum Acara Perdata dalam Prespektif Mediasi (ADR) di
Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 9.
13
R, Soeroso, Tata Cara dan Proses Persidangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004),
26.
12
6
Gugatan lisan dibenarkan kepada mereka yang buta huruf.
Namun dalam perkembangannya, praktek Peradilan sekarang
tidak lazim lagi ditemukan pengajuan gugatan secara lisan.14
Dalam tata hukum Indonesia, kata gugatan atau
permohonan hanya dipakai dalam kaitan Acara Perdata.15
Perbedaan antara gugatan dan permohonan adalah bahwa
dalam perkara gugatan ada suatu sengketa atau konflik yang
harus diselesaikan dan diputus oleh Pengadilan. Sedangkan
yang disebut permohonan tidak ada sengketa, misalnya
apabila segenap ahli waris almarhum secara bersama-sama
menghadap ke Pengadilan untuk mendapat suatu penetapan
perihal bagian masing-masing dari warisan almarhum.16
Cara pengajuan gugatan diatur dalam Pasal 118 H.I.R, akan
tetapi pasal 118 H.I.R tidak mengatur hal-hal apa saja yang
harus dimuat dalam surat gugatan.17 Namun mengenai
persyaratan tentang isi daripada gugatan kita dapat melihat
dalam Pasal 8 ayat (3) Rv yang mengharuskan adanya pokok
gugatan yang meliputi:18 (a) Identitas dari para pihak; (b)
Dalil-dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang
merupakan dasar serta alasan-alasan dari tuntutan. Dalil-dalil
14
Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2004), 25.
15
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
1994), 63.
16
Retnowulan Sutanto, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata
dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju, 1997), 10.
17
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Binacipta, 1989), 30.
18
Sophar Maru Hutangalung, Praktik Peradilan Perdata Teknis Mengenai
Perkara di Pengadilan, (Jakrta: Sinar Grafika, 2011), 17
7
ini lebih dikenal dengan istilah fundamentium petebdi; (c)
Tuntutan atau ini harus jelas dan tegas. H.I.R dan R.Bg sendiri
hanya mengatur mengenai cara mengajukan gugatan.
Formulasi gugatan yang disusun dan diajukan penggugat
merupakan dasar serta acauan dalam pemeriksaan perkara
tersebut di
Pengadilan.
Apabila
dimaksud
obscuur
libel
adalah
surat
gugatan
alasan
atau
pertimbangan
Hakim
dalam
8
satunya
adalah
dengan
alasan
obscuur
libel,
misalnya
peranan
penting
dalam menilai
dan
9
berakhir dengan dictum putusan yang menyatakan gugatan
Penggugat tidak dapat diterima.
Sebelum memasuki pemeriksaan perkara di persidangan
maka para pihak yang berperkara harus dipanggil terlebih
dahulu.
Panggilan
menurut
Hukum Acara
Perdata
ialah
Setelah
melakukan
panggilan,
jurusita
harus
24
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 213.
10
pengadilan sangat menentukan baik atau buruknya proses
pemeriksaan persidangan di pengadilan.25
Perkara ini diawali dengan gugatan harta bersama yang
diajukan oleh Pemohon tanggal 20 Januari 2014 di Pengadilan
Agama Sidoarjo. Pada saat hari sidang yang telah ditentukan
atau persidangan pertama Penggugat dan Tergugat hadir dan
Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah
pihak
namun
tidak
berhasil.
Kemudian
Penggugat
dan
bahkan
Majelis
Hakim
telah
memerintahkan
Penggugat
masih
tetap
memberikan
alamat
25
11
Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, maka
gugatan Penggugat dikatakan tidak jelas (obscuur libel), oleh
karenanya Majelis Hakim menyatakan bahwa gugatan harta
bersama yang diajukan oleh Penggugat tidak dapat diterima
(di NO = Nit Onvankeljke Verklaard).
Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti dan
mengkaji lebih lanjut mengenai bagaimana prosedur Hakim
dalam menetapkan obscuur libel sebagaimana yang telah
diputus oleh pihak Pengadilan Agama Sidoarjo terhadap
putusan perkara 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda dan disamping itu
penulis
ingin
mengetahui
bagaimana
kesesuaian
12
dipanggil secara sah dan patut dengan relaas panggilan yang
disampaikan oeleh jusu sita. Maka dapat disimpulkan bahwa
alamat Tergugat jelas atau tidak kabur.
Kalaupun relaas terebut tidak samapai kepada Tergugat
sejak panggilan pertama dan Kepala Desa menerangkan
bahwa Tergugat sudah tidak bertempat tinggal sebagaimana
dalam alamat surat gugatan maka Juru Sita seharusnya
menyampaikan
selanjutnya
surat
panggilan
menempelkannya
pada
kepada
papan
Bupati
dan
pengumuman
13
aequo
et
beno
(mohon
keadilan)
saja
sehingga
tidak
pemaparan
tersebut
diatas
penulis
membahas
Obscuur
Libel
0201/Pdt.G/2014/Pa.Sda
Dalam
Tentang
Putusan
Harta
Nomor
Bersama
Di
diketahui
timbulnya
beberapa
masalah
yang
obscuur
libel
gugatan
Sidoarjo
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda
yang
menggunakan
14
pertimbangan hukum dan dasar hukum dengan Hukum
Acara Peradilan Agama.
Dari identifikasi masalah tersebut peneliti membatasi
masalah yaitu:
1. Pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim dalam memutus
perkara Nomor 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda tentang harta bersama di
Pengadilan Agama Sidaorjo.
2. Kesesuaian pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim
dalam memutus perkara Nomor 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda dengan Hukum
Acara Peradilan Agama.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka
dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim
dalam memutus perkara Nomor 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda tentang harta
bersama di Pengadilan Agama Sidaorjo?
2. Bgaimana kesesuaian pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis
Hakim dalam memutus perkara Nomor 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda dengan
Hukum Acara Peradilan Agama?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada penelitian ini pada dasarnya untuk
memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang akan
diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh
peneliti
sebelumnya
sehingga
diharapkan
tidak
ada
15
penulis peroleh tentang gugatan obscuur libel di Pengadilan
Agama yang pernah dilakukan, diantaranya adalah:
1.
Skripsi yang disusun oleh saudari Fatmawati dengan judul
Analisis
Yuridis
Terhadap
No.1359/Pdt.G/2013/PA.Mlg
Putusan
Hakim
Alasan
Gugatan
dengan
tentang
pertimbangan
Majelis
Hakim
dan
mengemukakan
hanya
mengangkat
alasannya
dalil
sendiri
dan
alasan
terhadap
putusan
1359/Pdt.G/2013/PA.Mlg
yang
Hakim
menyatakan
No.
gugatan
ringan.26
Skripsi yang disusun oleh saudara Syihabuddin yang
berjudul
Tinjauan
OnvantKelijk
(NO)
Yuridis
Terhadap
(Studi
0380/Pdt.G/2013/PA.Mlg).
Kasus
Penelitian
Putusan
Neit
Perkara
No.
ini
membahas
16
dapat menerima gugatan cerai Penggugat dikarenakan
gugatan obscuur libel sebab kuasa hukum dari Penggugat
telah melampaui batasan kewenangan dari hak kuasa.
Bahwasanya Penggugat telah memberi kuasa kepada
kuasa hukumnya untuk menggugat cerai Tergugat saja
tidak termasuk menggugat lainnya. Hal ini sudah sesai
dengan Pasal 123 ayat (1) HIR dan SEMA No. 1 Tahun 1971
3.
Waris
(Analisis
Putusan
466
K/AG/1999).
nasab
ahli
waris
yang
merupakan
subjek
Pengadilan
Tinggi
Agama
Surabaya
tentang
27
17
Menurut Mahkamah Agung tidak adanya unsur obscuur
4.
Analisis
318/Pdt.G/2007/PA.Sda
Terhadap
tentang
Putusan
Penolakan
Nomor:
Pembagian
dalam
318/Pdt.G/2007/PA.Sda
memutus
yang
perkara
mana
Hakim
Nomor:
telah
18
yang akan dibahas disini berbeda dengan skripsi-skripsi yang
terdahulu. Judul skripsi yang akan dibahas penulis adalah
Analisis Yuridis Terhadap Gugatan Obscuur Libel Dalam
Putusan
Nomor
0201/Pdt.G/2014/Pa.Sda
Tentang
Harta
sekurang-kurangnya
dalam
dua
hal
dan
sebagai
berikut:
1. Kegunaan secara teoritis, yaitu memperkaya khazanah
keilmuan,
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
referensi
19
2. Kegunaan secara praktis, sebagai acuan pembaca untuk
lebih
memahami
arti
sebuah
gugatan
obscuur
libel
definisi
terhadap
istilah-istilah
yang
perkara
harta
bersama
Nomor
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda.
H. Metode Penelitian
Di dalam skripsi ini penulis membahas tentang analisis
yuridis terhadap gugatan obscuur libel dalam putusan nomor
20
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda tentang harta bersama di Pengadilan
Agama
Sidoarjo.
Agar
tercipta
penulisan
skripsi
yang
ini
maka
data
yang
di
atas,
yang
menjadi
sumber
data
Agama
Sidoarjo
Nomor
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda.
b. Sumber sekunder yaitu data yang diambil dan diperoleh
dari bahan pustaka dengan mencari data informasi
berupa
30
benda-benda
tertulis
seperti
buku-buku,
21
majalah, dokumen peraturan-peraturan dan catatan
harian lainnya. Adapun dalam penelitian ini penulis
menggunakan data sekunder berupa buku-buku yang
terkait dengan pembahasan ini, yaitu:
1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006
tentang
1974
tentang
Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam
HIR dan RBg
Buku Praktek Perkara Perdata karya Mukti Arto.
Buku Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
dalam
Teori
dan
Penyitaan,
Pembuktian,
Putusan
22
contetct
analysis.31
Dalam
hal
ini
dokumentasi
kepada
sebyek
atau
informasi
yang
yang
dijadikan
sebagai
bahan
laporan
memutus
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda
perkara
Nomor
23
Agama kemudian digunakan untuk menganalisis isi
putusan perihal putusan harta bersama yang dalam
amarnya menyatakan gugatan tidak dapat diterima
karena obscuur libel secara khusus untuk memeperoleh
kesimpulan.
I. Sistematika Pembahasan
Agar terbangun pemahaman yang jelas tentang kajian
skripsi ini, penulis menyusun sistematika pembahasannya
menjadi V bab sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan meliputi Latar Belakang,
Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian
Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Definisi
Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab kedua adalah landasan teori alasan gugatan obscuur
libel dalam Hukum Acara Peradilan Agama yang memeparkan
tentang harta bersama (pengertian dan dasar hukum harta
bersama. macam-macam harta bersama, pembagian harta
bersama).
Kemudian
(pengertian
gugatan
gugatan,
dalam
memaparkan
tentang
bentuk
putusan,
tentang
gugatan
dan
gugatan,
prinsip-prinsip
alasan
gugatan
formulasinya
macam-macam
gugatan.
Serta
obscuur
libel
Pengadilan
Agama
Sidoarjo
perkara
Nomor
24
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda merupakan bab yang memeparkan
data
tentang
profil
Pengadilan
Agama
Sidoarjo
(letak
Pengadilan
Agama
Sidoarjo).
Serta
harta
bersama
di
Pengadilan
Agama
Sidoarjo
dalam
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda
memutus
dan
analisis
perkara
yuridis
nomor
terhadap
25
BAB II
GUGATAN OBSCUUR LIBEL DAN ALASANNYA DALAM
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
A. Harta Bersama
1. Pengertian dan Dasar Hukum Harta Bersama
Harta bersama dalam perkawinan adalah harta yang
diperoleh suami istri selama dalam ikatan perkawinan, Hal
ini diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, yaitu sebagai berikut:33
a. Harta bersma yang diperoleh selama perkawian menjadi
harta bersama.
b. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai
hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan
masing-masig sepanjan para pihak tidak menentukan
lain.
Dari pengetian Pasal 35 diatas, dapat dipahami
bahwa segala harta yang diperoleh selama dalam ikatan
perkawinan di luar harta warisan, hibah dan hadiah
33
23
26
merupakan
harta
bersama.
Karena
itu,
harta
yang
diperoleh suami atau istri berdasarkan usahanya masingmasing merupakan milik bersama suami istri. Lain halnya
harta yang diperoleh masing-masing suami dan istri
sebelum akad nikah, yaitu harta asal atau harta bawaan.
Harta
asal
itu,
akan
diwarisi
oleh
masing-masing
(mantan
menurut
rasa
keadilan
yang
sewajarnya.35
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974,
dalam
Kompilasi
Hukum
Islam
(KHI)
memberi
suami
dan
istri
selama
berlangsungnya
Ibid.
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
425.
35
27
perkawinan. Dalam Pasal 85 KHI disebutkan adanya harta
bersama
dalam
perkawinan
itu
tidak
menutup
menggunakan
atau
membelanjakan
harta
28
Dasar hukumnya adalah Al-Quran surat An-Nisaa ayat 32
dimana dikemukakan bahwa bagi semua laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan dan semua wanita
ada bagian dari apa yang mereka usahakan pula.38
Jadi ketika mereka (suami istri) telah terikat dalam
perjanjian perkawinan sebagai suami istri maka semuanya
menjadi bersatu, baik harta maupun anak-anak seperti
yang diatur dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 21. Tidak
perlu diiring dengan syirkah (perjanjian dalam perkawinan).
Sebab perkawinan dengan ijab qobul serta memenuhi
persyaratan lain-lainnya seperti wali, saksi, mahar sudah
dapat dianggap adanya syirkah antara suami istri.39
2. Macam-Macam Harta Bersama
Mengenai macam-macam harta dalam perkawinan,
menurut pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang perkawinan menyebutkan sebagai berikut:40
a. Harta benda diperoleh selama perkawinan menjadi
harta bersama
b. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai
hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan
masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan
lain.
38
29
Sedangkan dalam KHI pasal 85 sanpai dengan pasal
97 disebutkan, bahwa harta perkawinan dapat dibagi
menjadi:41
a. Harta bawaan suami, yaitu harta yang dibawa suami
sejak sebelum perkawinan.
b. Harta bawaan istri, yaitu harta yang dibawa istri sejak
sebelum perkawinan.
c. Harta bersama suami dan istri, yaitu harta benda yang
diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama
suami dan istri.
d. Harta dari hasil hadiah, hibah, waris dan shadaqah
suami, yaitu harta yang diperoleh sebagai hadiah atau
warisan.
e. Harta dari hasil hadiah, hibah, waris dan shadaqah istri,
yaitu harta yang diperoleh sebagai hadiah atau warisan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harta
benda yang menjadi hak sepenuhnya masing-masing pihak
adalah harta bawaan masing-masing sebelum terjadi
perkawinan ataupun yang diperoleh masing-masing pihak
dalam masa perkawinan yang bukan merupakan usaha
bersama, misalnya menerima warisan, hibah, shadaqah
dan lain sebagainya. Sedangkan harta bersama adalah
harta yang diperoleh masing-masing suami istri dalam
masa perkawinan melalui usaha mereka berdua atau dari
usaha salah satu dari mereka. Dalam hal ini, suami istri
41
30
dapat mempergunakan harta bersama atas persetujuan
kedua belah pihak.
3. Pembagian Harta Bersama
Menurut Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, dikemukakan bahwa harta bersama antara
suami istri apabila terjadi putusnya perkawinan, baik
karena kematian atau perceraian, maka kepada suami dan
istri tersebut masing-masing mendapat setengah bagian
dari
harta
yang
mereka
peroleh
selama
perkawinan
berlangsung.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembagian harta
bersama adalah setengah untuk suami dan setengah untuk
istri.
Dalam
kasus-kasus
tertentu,
dapat
dilenturkan
Indonesia
ini
ada
pihak
suami
yang
tidak
dalam
memeriksa
kasus-kasus
tersebut,
agar
bersama
untuk
istri
dan
untuk
suami
perlu
31
dilenturkan lagi, sehingga yang diharapkan oleh Pasal 229
Kompilasi Hukum Islam.42
Sedangkan cara mendapatkan harta bersama adalah
sebagai berikut:43
a. Pembagian harta bersama dapat diajukan bersamaan
dengan
saat
mengajukan
gugat
cerai
dengan
(alasan
pembagian
(tuntutan).
b. Pembagian
adanya
pengajuan
harta
harta
putusan
gugatan).
disebutkan
bersama
dalam
dapat
perceraian,
Permintaan
petitum
diajukan
artinya
setelah
mengajukan
pembagian
harta
bersama
diajukan
ke
32
oleh penggugat kepada tergugat melalui pengadilan. 45
Menurut pakar hukum positif, gugatan adalah tindakan
guna memperoleh perlindungan hakim untuk menuntut
hak atau memeriksa pihak lain memenuhi kewajibannya.46
Gugatan dapat disimpulkan sebagai suatu tuntutan
hak dari setiap orang atau pihak (kelompok) atau badan
hukum yang merasa hak dan kepentingannya dirugikan
dan menimbulkan perselisihan, yang ditujukan kepada
orang lain atau pihak lain yang menimbulkan kerugian itu
melalui pengadilan.47
Surat gugatan
ialah
surat
yang
diajukan
oleh
berhadapan
(yaitu
penggugat
dan
tergugat). 49
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), 31.
46
Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012), 48.
47
Sopar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan., 1.
48
Mukti Anto, Praktek Perkara Perdata, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), 39
49
Ibid.
50
Sulaikin Lubis dkk, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia,
(Yogyakarta: Pustaka Yustisia,2012), 53.
51
Sopar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan., 16.
33
a. Substantieringstheorie
Suatu teori yang membahas cara pembuatan
surat gugatan hendaknya harus diperinci secara detail
mulai dari adanya hubungan hukum sebagai dasar
gugatan (rechtsfronden, legal grounds), dasar dan
sejarah gugatan, serta kejadian formal atau material
dari gugatan. Misalnya penggugat mendalilkan dalam
surat
gugatannya
bahwa
ia
sebagai
pemilik
dari
34
dalam
tahap
replik,
duplik
maupun
pembuktian.
Pasal
ini
ditentukan
bahwa
gugatan
harus
yang
Surat
berwenang
gugatan
yang
mengadili
ditulis
perkara
itu
harus
35
Bilamana Penggugat tidak dapat menulis, maka
gugatan dapat diajukan secara lisan kepada Ketua
Pengadilan,55 Terhadap gugatan lisan tersebut, Ketua
Pengadilan mencatat atau menyuruh mencatat kepada
salah
seorang
pejabat
pengadilan.
Kemudian
dari
dengan
adalah
Jadi,
bila
gugatannya
suatu
mesti
gugatan
tidak
ditolak
dapat
55
36
dihukum karena melanggar hal-hal yang disampaikan
dalam gugatan, maka gugatan akan ditolak.58
c. Gugatan tidak dapat diterima
Bahwa ada berbagai cacat formil yang mungkin
melekat pada gugatan.59 Antara lain, gugatan yang
ditandatangai kuasa berdasarkan surat kuasa tidak
memenuhi syarat yang digariskan Pasal 123 yat (1) HIR
jo. SEMA Nomor 4 Tahun 1996:60
1) Gugatan tidak memiliki dasar hukum;
2) Gugatan error in persona dalam bentuk dikualifikasi
atau plurium litis consortium;
3) Gugatan mengandung cacat atau obscuur libel, atau
4) Gugatan melanggar yuridiksi (kompetensi) absolut
atau relatife dan sebagainya.
Menghadapi gugatan yang cacat formil (surat
kuasa, error in persona, obscuur libel, premature,
kadaluwarsa, ne bis in idem), putusan yang dijatuhkan
harus dengan jelas dan tegas mencantumkan dalam
amar putusan menyatakan gugatan tidak dapat diterima
(neit ontvankerlijke verklaard/N.O)
4. Prinsip-Prinsip Gugatan
Abdul Manan dalam bukunya menyebutkan ada 5
prinsip yang harus ada dalam suatu gugatan, yaitu:61
a. Harus ada dasar hukum
58
37
Para pihak yang dimaksud mengajukan gugatan
kepada pengadilan haruslah mengetahui terlebih dahulu
dasar
hukumnya.
Gugatan
yang
tidak
ada
dasar
hubungan
yang
persidangan,
sangat
terutama
erat
dengan
hal-hal
yang
Dalam
mempertahankan
dalil-dalil
di
saja,
oleh
akantetapi
dasar
semuanya
hukum
yang
kuat
haruslah
dalam
peraturan
perundang-undangan,
doktrin,
mempunyai
kepentingan
menuangkan
suatu
tindakan
dan
sebuah
38
kepentingan
hukum
tidak
dibenarkan
mengajukan
pengadilan
tuntutan
haknya
harus
mengandung
sengketa
tidak
dilakukan
secara
demikian
maka
akan
baik
mengenai
pihak-pihaknya,
objek
39
sengketanya,
dan
landasan
hukum
yang
prinsip
gugatan,
sebab
kedua
hukum
yang
kurang
pengetahuannya
tentang
40
Identitas ini merupakan bagian penting dalam gugatan,
sebab
apabila
ataupun
penggugat
alamat
si
salah
tergugat
menuliskan
nama
kemungkinan
bisa
persyaratan
undang-undang
persona).65
b. Fundamentum petadi/posita gugatan
Fundamentum petadi adalah
konkret
tentang
adanya
(error
dalil-dalil
hubungan
hukum
in
posita
yang
yang
harus
dikesampingkan
atau
cukup
65
66
67
68
41
Dalam
surat
gugatan
harus
pula
dilengkapi
yang
berakibat
tidak
diterimanya
atau
69
70
42
tuntutan pembayaran nafkah anak, mutah, nafkah
iddah dan pembagian harta bersama.71
3) Tuntutan subsidair atau pengganti72
Petitum subsidair atau pengganti. Biasanya
berisi kata-kata, apabila Majelis Hakim perkara
pendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono).
Jadi, maksud dan tujuan tuntutan subsidair
adalah apabila tuntutan primer ditolak masih ada
kemungkinan
didasarkan
dikabulkannya
atas
kebebasan
gugatan
atau
yang
kebijaksanaan
tidak
Ibid., 84.
Ibid., 22.
Ibid.
dalam
putusan.tetapi
sekiranya
alpa,
43
dasar tanggal resminya surat gugatan dapat diambil
dari tanggal pendaftaran dalam buku register perkara.74
b. Pencantuman alamat Ketua Pengadilan
Surat
gugatan dialamatkan kepada
Ketua
Pengadilan.75 Oleh karena itu, surat gugatan harus
mencantumkan bahwa gugatan dialamatkan kepada
Ketua
Pengadilan.
gugatan.
Seandainya
mengakibatkan
gugatan
penggugat
lupa,
tidak
Kelalaian
sah.
tidak
itu
dicantumkan
untuk
memperkuat
kebenaran
identitas gugatan.76
d. Penegasan para pihak dalam perkara
Formulasi penegasan para pihak dalam gugatan,
penulisannya langsung mengikuti penyebutan identitas.
Penegasan ini
merupakan syarat
formal.
Kelalaian
Ibid., 19.
Pasal 118 ayat (1) HIR dan Pasal 142 ayat (1) RBg.
76
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syriah,
(Jakarta:Sinar Grafika, 2010), 86.
75
44
tujuan penegasan kedudukan para pihak berkaitan erat
dengan
hak
kepentingan
membela
para
pihak.
dan
mempertahankan
Disamping
dalam
posita
Ibid.
45
materi perkara. Tapi terkadang gugatan pokok sering
diikuti dengan gugatan atau permohonan yang bersifat
assecor. Maksudnya, dengan adanya gugatan pokok,
hukum membenarkan penggugat mengajukan gugatan
tambahan yang melekat pada gugatan pokok.
Maka sesuai dengn sistematika formulasi gugatan,
gugat assecor mengikuti urutan rumusan dalil gugatan
pokok. Tidak boleh terbalik karena dapat berakibat
gugatan menjadi obscuur libel, sebab tidak jelas mana
yang pokok dan mana yang assecor.78
g. Pencantuman permintaan untuk dipanggil dan diperiksa
Pencantuman permintaan agar para pihak
dipanggil dan diperiksa adalam persidangan adalah
rumusan formal.79 Namun rumusan ini bukan syarat
formal yang menentukan keabsahan surat gugatan.
Sekiranya lalai mencantumkan, tidak mengakibatkan
surat gugatan mengandung cacat.
h. Petitum gugatan
Petitum gugatan juga disebut
juga
diktum
78
79
Ibid.
Pasal 121 Ayat (1) HIR
46
yang berisi rincian tuntutan penggugat kepada pihak
tergugat.
Kedudukan
petitum
dalam
surat
gugatan
jelas
dan
terang.
Namun
praktik
peradilan
doelmatigheid
(demi
kepentingan
beracara).
Ibid., 196
Dzulhifli Umar dn Utsman Handoyo, Kamus Hukum, (Surabaya: Quantum
Media Press, 2000), 288.
81
47
Menurut
pasal
Rv,
pokok-pokok
gugatan
disertai
yang
posita
atau
48
dapat berupa peraturan perundang-undangan, doktrindoktrin, kebiasaan yang telah diakui, ini merupakan
dasar pengambilan suatu putusan yang berguna untuk
mempertahankan
dalil
gugatan
dalam
persidangan
MA
Nomor
81
49
tercantum dalam gugatan tidak sama dengan yang
sebenarnya
dikuasai
oleh
tergugat
maka
gugatan
ukuran
objek
perkara,
ukuran
objek
lain-lain.
Ketentuan
tersebut
berdasarkan
tanah
diterima.
sengketanya,
Dan
gugatan
Yurisprudensi
MA
tidak
dapat
Nomor
1159
menjadi
penggabungan
antara
masalah
ialah
wanprestasi
jika
dan
terjadi
PMH
hal
87
88
50
obsscuur libel, kecuali dalam penggabungan tersebut
jelas dirinci pemisahan antara keduanya.
Beberapa permasalahan diatas mengakibatkan
gugatan obsscuur libel dengan demikian hendaknya
tergugat mengajukan tangkisan atau eksepsi terhadap
gugatan penggugat, disertai dengan alasan-alasan yang
jelas
sesuai
dengan
hukum
acara
yang
berlaku,
51
atau gugatan kbur), yang berakibat tidak diterimanya
atau ditolaknya gugatan tersebut.89
Menurut Yurisprudensi MA Nomor 492.K/Sip/1970
tanggal
21
Gugatan
Nopember
yang
1970
tidak
menyatakan
sempurna,
bahwa,
karena
tidak
BAB III
ALASAN GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PUTUSAN
PENGADILAN AGAMA SIDOARJONOMOR
O2O1/Pdt.G/2014/PA.Sby TENTANMG HARTA BERSAMA
A. Profil Pengadilan Agama Sidoarjo
Pengadilan Agama Sidoarjo merupakan
Pengadilan
89
90
91
Ibid., 29
Yurisprudensi MA Nomor 492.K/Sip/1970 tanggal 21 Nopember 1970
Yurisprudensi MA Nomor 582.K/Sip/1973 tanggal 18 Desember 1975
52
Sidoarjo dengan nomor telepon (031) 8921012 serta Faxinail
8963153.92
1. Letak Geografis Pengadilan Agama Sidoarjo
Pengadilan Agama Sidoarjo terletak
di
Jalan
Agama
berbunyi:
Pengadilan
Agama
berkedudukan
di
92
Kabupaten/Kota.94
Adapun
wilayah
yuridiksi
53
Pengadilan Agama Sidoarjo terdiri dari 18 Kecamatan, 350
desa atau kelurahan diantaranya:
a. Radius I
Kecamatan Sidoarjo terdiri dari 24 desa
b. Radius II
Radius II terdiri dari 17 Kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Buduran terdiri dari 25 desa
2. Kecamatan Candi terdiri dari 24 desa
3. Kecamatan Tanggulangin terdiri dari 18 desa
4. Kecamatan Porong terdiri dari 19 desa
5. Kecamatan Tulangan terdiri dari 22 desa
6. Kecamatan Gedangan terdiri dari 15 desa
7. Kecamatan Jabon terdiri dari 14 desa
8. Kecamatan Krembung terdiri dari19 desa
9. Kecamatan Krian terdiri 22 desa
10.
Kecamatan Balong Bendo terdiri dari 20 desa
11.
Kecamatan Tarik terdiri dari 20 desa
12.
KecamatanWonoayu terdiri dari 23 desa
13.
Kecamatan Prambon terdiri dari 20 desa
14.
Kecamatan Sukodono terdiri dari 19 desa
15.
Kecamatan Taman terdiri dari 24 desa
16.
Kecamatan Waru terdiri dari 16 desa
17.
Kecamatan Sedati terdiri dari 16 desa95
Pengadilan Agama berwenang mengadili perkara
sesuai dengan jenis perkara yang telah diberikan oleh
undang-undang (perkara yang terjadi antara orang-orang
yang beragama Islam dengan perkara perdata tertentu)
sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Peradilan
Agama Nomor 3 Tahun 2006. Sedangkan dalam Pasal 49
Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 3 Tahun 2006
mengemukakan secara eksplisit perkara-perkara perdata
yang
khusus
ditangani
oleh
Peradilan
Agama
yang
54
dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam dibidang:
hibah,
wakaf,
zakat,
infaq,
shadaqah,
dan
ekonomi
syariah.96
3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sidoarjo
Struktur organisasi pada Pengadilan Agama Sidoarjo
adalah
berbentuk
garis
lurus.
Dengan
demikian
dibuat
untuk
memudahkan
tugas-tugas
pokok
dengan
adalah
bidang
subtantif.
tugas-tugas
yang
Sedangkan
berkaitan
tugas
dengan
Agama
Nomor 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda
1. Identitas Para Pihak
96
97
Sidoarjo
55
Perkara ini terdaftar di Pengadilan Agama Sidoarjo
dengan
register
perkara
Nomor
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda.
Januari
Kepaniteraan
Januari
2014
Pengadilan
yang
Agama
telah
didaftarkan
Sidoarjo,
di
Nomor
56
Sumenep dengan mendapatkan Kutipan Akta Bikah Nomor
261/62/VIII/1991;
2. Bahwa setelah melangsungkan perkawinan Penggugat dan
Tergugat telah dikaruniai 4 anak yang masing-masing
bernama:
a. Alif Baiturrahman AS
(Umur 22 tahun}}}}}}})
b. Sefty AS Choirunur Islamiya
(Umur 18 tahun)
c. Firman Ilham Ilahi
(Umur 16 tahun)
d. Jihan Arsy Aryanurfadila
(Umur 5 tahun)
3. Bahwa rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat tidak
bias dibina dengan baik, sehingga pada tanggal 28
September 2013 berdasarkan putusan Pengadilan Agama
4.
antara lain:
2 kulkas;
3 TV;
1 mesin cuci;
3 set meja dan kursi;
5. Bahwa setelah putusan perceraian semua harta yang
didapat dari pernikahan dikuasai Tergugat;
6. Bahwa Penggugat sudah meminta secara kekeluargaan
untuk pembagian harta gono gini dengan disaksikan dari
57
Aparat
Desa
dan
pihak
Kepolisian,
Tergugat
tetap
kedua
belah
pihak
untuk
melaksanakan
bahwa
kedua
Majelis
belah
Hakim
pihak
telah
berupaya
berperkara
agar
58
alamat tersebut (alamat yang ditunjuk dalamsurat gugatan),
bahkan Majelis Hakim memerintahkan kepada Penggugat agar
mencari alamat Tergugat yang sebenarnya, akan tetapi
Penggugat tetap memberikan alamat Tergugat sebagaimana
dalam surat gugatan;
Menimbang, bahwa
untuk
memepersingkat
uraian
dan
tujuan
gugatan
dari
Nurul
Huda,
S.HI.,
mediator
pada
59
Kompilasi Hukum Islam, selama proses persidangan Majelis
Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak
berperkara
agar
menyelesaikan
perkaranya
termasuk
secara
bidang
bahwa
pada
hari
sidang
kedua
dan
bahkan
Majelis
Hakim
telah
memerintahkan
Penggugat
masih
tetap
memeberikan
alamat
60
libel), oleh karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima
(di N.O=Neit Onvankerlijke Verklaard).
Menimbang, bahwa gugatan Penggugat
termasuk
2009
maka
Penggugat;
Mengingat
dan
biaya
perkara
memperhatikan
dibebankan
segala
kepada
peraturan
61
oleh Hj. Nurul Islah, S.H sebagai Panitera Pengganti, diluar
hadirnya Penggugat dan Tergugat.
BAB IV
ANALISIS YURIDIS TERHADAP GUGATAN OBSCUUR LIBEL
DALAM PERKARA NOMOR 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda
TENTANG HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA
SIDOARJO
A. Pertimbangan
Sidoarjo
Hukum
dalam
Hakim
Memutus
Pengadilan
Agama
Perkara
Nomor
62
0201/Pdt.G/2014/PA.Sda
Tentang
Harta
Bersama
di
Nomor
Tahub
1974
tentang
Perkawinan
1974
tentang
Perkawinan
disebut
bahwa:
Yang
dan
landasan
hukum
untuk
63
kegiatan yuridis sendiri dan tidak melakukan silogisme belaka.
Ia ikut serta dalam pembentukan hukum.
Dalam
perkara
harta
bersama
Nomor
64
telah menjatuhkan putusan dalam perkara harta bersama
yang diajukan oleh Nur Khasanah, umur 43 tahun, agama
Islam, pendidikan terakhir PGAN, pekerjan Swasta, tempat
tinggal
di Mboro
RT.05
RW.02
Kecamatan Tanggulangin
tinggal
di
RT.05
RW.02
Mboro
Kecamatan
65
g. Infaq;
h. Shadaqh; dan
i. Ekonomi syariah.
Dari hasil wawancara kepada Ketua Majelis Hakim,
pertimbangan hukum yang selanjutnya adalah ketika sidang
pemeriksaan perkara harta bersama ini dimulai pada hari
Selasa tanggal 8 Juli 2014 dengan agenda pemeriksan
identitas para pihak. Dalam persidangan pertama tersebut
pihak Tergugat dan Penggugat hadir, Majelis Hakim telah
berusaha
mendamaikan
kedua
belah
pihak
agar
66
memenuhi PERMA Nomor 1 Tahun 2008 maka Majelis Hakim
menunda sidang dan memerintahkan kedua belah pihak untuk
melakukan mediasi. Ketua Majelis Hakim memerintahkan dan
memanggil para pihak untuk menghadiri sidang selanjutnya
pada hari Selasa tanggal 22 Juli 2014. Pemanggilan tersebut
dilakukan secara lisan di depan persidangan dan bersifat
sah.101
Kemudian di hari yang sama Majelis Hakim telah
memerintahkan
kedua
belah
pihak
untuk
melakukanan
pihak
Tergugat
dengan
menggunakan
relaas
Ibid.
Ibid.
Ibid.
67
memerintahkan kepada Penggugat untuk mencari alamat
Tergugat karena menurut relaas panggilan yang disampaikan
oleh jurusita Pengadilan Agama Sidoarjo menyatakan bahwa
Tergugat sudah tidak lagi tinggal di alamat sebagaimana
alamat Tergugat dalam surat gugatan. Akan tetapi Penggugat
masih
tetap
memeberikan
alamat
sebagaimana
alamat
Biaya
perkara
dalam
bidang
perkawinan
yang
Digunakan
Hakim
Pengadilan
Agama
Ibid.
dengan
Hukum
Acara
68
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pertimbangan
hukum yang digunakan Hakim untuk memutus perkara harta
bersama tersebut maka dapat dianalisis yang pertama bahwa
terdapat kejanggalan terkait dengan relaas panggilan yang
disampaikan jurusita terhadap Tergugat. Pada panggilan
sidang yang pertama relaas yang disampaikan oleh jurusita
telah sampai kepada Tergugat sehingga Tergugat dapat hadir
pada persidangan pertama, hal ini dapat diambil kesimpulan
bahwa pada awalnya Tergugat beralamatkan sebagaimana
yang ada pada surat gugatan. Sedangkan ketika jurusita
menyampaikan
relaas
panggilan
yang
kedua
jurusita
relaas
tersebut
dan
dengan
demikian
dapat
69
Hakim untuk mencari alamat Tergugat namun Penggugat
masih memeberikan alamat yang sama sebagaimana yang
ada di dalam surat gugatan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa keberadaan Tergugat tidak diketahui.
Dalam menyampaikan relaas panggilan kepada para
pihak
yang
ketentuan
berperkara,
Hukum
jurusita
Acara
Perdata.
diharuskan
Adapun
mematuhi
tata
cara
70
4. Jika tergugat sudah meninggal dunia, maka surat panggilan
disampaikan kepada ahli warisnya dan jika ahli warisnya
tidak diketahui maka surat panggilan disampaikan kepada
kepala desa di tempat tinggal yang terakhir tergugat
meninggal dunia. (Pasal 390 ayat (2) HIR/ Pasal 718 ayat
(2) RBg).
5. Jika tidak diketahui tempat kediaman dan tempat tinggal
tergugat, maka surat panggilan disampaikan kepada Bupati
yang wilayahnya terletak tempat tinggal penggugat dan
selanjutnya menempelkannya pada papan pengumuman di
Pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Agama (Pasal 390
ayat (3) HIR/ Pasal 718 ayat (3) RBg).
6. Jarak antara hari pemanggilan dan persidangan harus
memenuhi
tenggang
waktu
tertentu
yakni
sekurang-
dan
selanjutnya
menempelkannya
di
papan
71
dimiliki oleh Penggugat dapat diperoleh dan tidak terbatasi
dengan tidak diketahuinya alamat Tergugat.
Sehingga menurut hemat penulis pendapat Majelis
Hakim yang menyatakan gugatan obscuur libel dikarenakan
alamat Tergugat kabur sehingga meneyebabkan putusan yang
menayatakan
gugatan
tidak
dapat
diterima
atau
Niet
seharusnya
perkara
tersebut
dilanjutkan
pada
petitum
gugatan
berisi
pokok
tuntutan
72
penggugat agar diputuskan oleh hakim dalam persidangan.
Tuntutan ini akan terjawab dalam amar putusan. 107 Petitum
didasrkan pertimbangan hukum dan hal-hal yang telah
diuraikan dalam posita. Oleh karena itu, penggugat harus
merumuskan petitum dengan jelas dan tegas. Didalam
membuat
petitum
harus
memperhartikan
hal
sebagai
berikut:108
1) Antara posita dan petitum harus singkron.
2) Antara petitum sengan bagian petitum lainnya tidak boleh
saling bertentangan atau kontradiktif dengan posita.
3) Orang yang ditetapkan dalam petitum harus sebagai pihak
dalam perkara.
4) Petitum tidak membingungkan hakim, harus jelas dan
tegas.
5) Petitum tidak boleh berisi perintah untuk tidak berbuat.
6) Petitum harus runtut dan disusun sesuai dengan poin-poin
posita serta diberi nomor urut.
Petitum ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian
pokok, yaitu:
1) Petitum primer
dengan
pokok
(pokok)
perkara.
yang
langsung
Merupakan
berhubungan
tuntutan
yang
107
108
daripada
tuntutan
pokok
seperti
dalam
73
perceraian berupa tuntutan pembayaran nafkah anak,
mutah, nafkah iddah dan pembagian harta bersama.
3) Tuntutan subsidair atau pengganti biasanya berisi katakata, apabila Majelis Hakim perkara pendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Jadi,
maksud dan tujuan tuntutan subsidair adalah apabila
tuntutan
primer
ditolak
masih
ada
kemungkinan
yang
diterima.
Dan
dituntut,
harus
Yurisprudensi
dinyatakan
MA
Nomor
tidak
dapat
582.K/Sip/1973
harta
bersama
Nomor
0201/Pdt.g/2014/PA.Sda
hukum
disimpulkan
yang
bahwa
berlaku.
Penggugat
Dalam
hanya
hal
ini
meminta
dapat
`kepada
74
menjelaskan
secara
rinci
petitum,
hal
ini
dapat
dalam
pernikahan
Penggugat
dan
Tergugat
mengacu
pada
yurisprudensi
MA
Nomor
75
bahwa: Jika objek gugatan tidak jelas, maka gugtan tidak
dapat diterima.
Sesuai dengan yurisprudensi MA Nomor 81 K/Sip/1971
tanggal 9 Juli 1973 yang menyatakan bahwa, Karena tanah
yang dikuasai Tergugat ternyata tidak sama batas-batas dan
luasnya dengan yang tercantum dalam gugatan, maka
gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima. Maka tidak
jelasnya objek gugatan dapat terjadi seperti jika ukuran objek
gugatan yang tercantum dalam gugatan tidak sama dengan
yang sebenarnya dikuasai oleh tergugat maka gugatan
tersebut dapat dikatan obscuur libel.
Selain itu objek gugatan yang tidak menerangkan batasbatas objek yang disengketakan, tidak disebutkan dengan
jelas di mana letak objek perkara, tidak menjelaskan ukuran
objek perkara, ukuran objek perkara berbeda dengan hasil
pemeriksaan langsung dan lain-lain. Ketentuan tersebut
berdasarkan
yurisprudensi
MA
Nomor
1149
K/Sip/1979
yang
menyatakan
bahwa,
Gugatan
yang
tidak
76
Jika dilihat ketentuan dari beberapa yurisprudensi diatas
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
objek
sengketa
yang
jelas
dan
lengkap
disebutkan
apapun
jenis
Majelis
Hakim
mencantumkan
pertimbangan
Ibid, 50.
77
dan salah dalam menyebutkan batas-batas objek sengketa.
Sehingga menjadikan pula petitum dan objek sengketa yang
tidak jelas atau kabur sebagai pertimbangan hukum untuk
menjadikan landasar yang menyaatkan gugatan Penggugat
obscuur libel dan meneyebabkan putusan yang menayatakan
gugatan
tidak
dapat
diterima
atau
Niet
Ontvankelijke
Verklarrd (NO).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis uraikan
di atas dan sejalan dengan rumusan yang ada, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pertimbangan hukum yang digunakan Majelis Hakim dalam
memutus perkara Nomor 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda tentang
harta
bersama
di
Pengadilan
Agama
Sidoarjo
yang
78
2. Berdasarkan analisis terhadap kesesuaian pertimbangan
hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim dalam memutus
perkara Nomor 0201/Pdt.G/2014/PA>Sda tentang harta
bersama di Pengadilan Agama Sidoarjo dengan Hukum
Acara Peradilan Agama adalah mengenai alamat Tergugat
yang dinilai Majelis Hakim kabur atau tidak jelas (obscuur
libeli). Padahal didapati relaas panggilan yang pertama
telah sampai ke Tergugat dan pada persidangan pertama
Tergugat hadir dalam persidangan. Namun pada panggilan
selanjutnya
yang
disampaikan
oleh
jurusita,
relaas
di
papan
penggumuman
Pengadilan
79
keadilan yang seadil-adilnya dan objek sengketa yang
terdapat pada posita angka (4) yang tidak menyebutkan
secara rinci letak atau alamat objek sengketa dan salah
dalam menyebutkan batas-batas dari objek sengketa,
sehingga menjadikan gugatan Penggugat obscuur libel.
Seharusnya dalam memutus gugatan Penggugat tidak
dapat diterima Hakim menggunakan pertimbangan hukum
petitun dan objek sengketa yang kabur atau obscuur libel,
bukan karena alamat Tergugat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis kemukakan
beberapa saran yang relevan dengan permasalahan ini:
1. Diharapkan Majelis Hakim Pengadilan Agama
lebih
yang
diharapkan
memanggil
tercantum
Hakim
dalam
menerapan
Tergugat,
agar
surat
Pasal
tidak
gugatan
390
HIR
menghalangi
maka
dalam
hak
80
hukum kirannya dapat dipertimbangkan lebih dalam lagi
sehingga menciptakan suatu keadilan.