Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal
Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal
Nominal Akuntansi
Penjualan bruto
Retur penjualan
Diskon penjualan
74,350,000,000
(1,875,000,000)
(576,500,000)
Penjualan netto
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang
dagangan awal
Pembelian barang
dagangan
Persediaan barang
dagangan akhir
71,898,500,000
(15,432,500,000)
(56,984,500,000)
36,857,500,000
(35,559,500,000)
Laba bruto
Biaya pemasaran
Gaji dan bonus
pegawai tetap
Tunjangan pajak
penghasilan
Pembagian sembako
Pendidikan karyawan
Promosi dan iklan
Jamuan makan
Telepon, air, dan
listrik
Penyusutan
Biaya bahan bakar
dan tol
36,339,000,000
(1,864,000,000)
(92,740,000)
(364,835,000)
(986,320,000)
(3,876,500,000)
(284,250,000)
(734,250,000)
(50,625,000)
(54,320,000)
(8,307,840,000)
(2,465,000,000)
(143,400,000)
(1,486,542,000)
(94,560,000)
(1,055,600,000)
(1,633,500,000)
(1,254,000,000)
(660,000,000)
(4,365,000,000)
(4,763,480,000)
(87,200,000)
(154,380,000)
(328,600,000)
(364,700,000)
(762,300,000)
(3,860,000,000)
(1,340,000,000)
(134,700,000)
(24,952,962,000)
Laba operasional
Pendapatan non operasi
Dividen dari PT.
Negarakertagama
Dividen dari PT.
Sutasoma
Sewa mesin
Bunga deposito
(setelah pajak)
Dividen dari Bremen
3,078,198,000
382,500,000
134,900,000
67,400,000
34,280,000
276,500,000
Ag.
Total pendapatan non operasi
Biaya non operasi
Dividen bagi PT.
Smaradhahana
Dividen bagi PT.
Arjuna Wiwaha
Dividen bagi publik
Bunga pinjaman
Sumbangan
Denda pajak
Rugi selisih kurs
Biaya lain - lain
895,580,000
(28,700,000)
(16,300,000)
(60,000,000)
(76,275,000)
(764,820,000)
(452,300,000)
(124,890,000)
(742,950,000)
(2,266,235,000)
1,707,543,000
Penjualan netto
Nominal
Akuntansi
74,350,0
00,000
(1,875,00
0,000)
(576,500,
000)
71,898,5
00,000
(15,432,5
00,000)
(56,984,5
Penjualan bruto
Retur penjualan
Diskon penjualan
Koreksi
Positif
Koreksi
Negatif
Nominal
Fiskal
74,350,0
00,000
(1,875,00
0,000)
(576,500,
000)
71,898,5
00,000
(15,432,5
00,000)
(56,984,5
dagangan
Persediaan
barang dagangan
akhir
Laba
bruto
Biaya pemasaran
Gaji dan bonus
pegawai tetap
Tunjangan pajak
penghasilan
Pembagian
sembako
Pendidikan
karyawan
Promosi dan iklan
Jamuan makan
Telepon, air, dan
listrik
Penyusutan
Biaya bahan
bakar dan tol
Total biaya pemasaran
Biaya umum dan
administrasi (G&A)
Gaji dan bonus
pegawai tetap
PPh 21
ditanggung
perusahaan
Honorarium dan
00,000)
00,000)
36,857,5
00,000
(35,559,5
00,000)
36,339,0
00,000
36,857,5
00,000
(35,559,5
00,000)
36,339,0
00,000
(1,864,00
0,000)
(92,740,0
00)
(364,835,
000)
(986,320,
000)
(3,876,50
0,000)
(284,250,
000)
(734,250,
000)
(50,625,0
00)
(54,320,0
00)
(8,307,84
0,000)
(1,864,00
0,000)
(92,740,0
00)
364,835,
000
1
)
2
)
104,250,
000
150,000,
000
14,375,0
00
13,580,0
00
(2,465,00
0,000)
(143,400,
000)
(1,486,54
0
(986,320,
000)
(3,876,50
0,000)
(180,000,
000)
(584,250,
000)
(36,250,0
00)
(40,740,0
00)
(8,307,84
0,000)
(2,465,00
0,000)
143,400,
000
0
(1,486,54
komisi pegawai
tidak tetap
Seragam satpam
gudang
Telepon, air, dan
listrik
Biaya sewa
kantor
Penyusutan
Royalti
Biaya
pembangunan
pabrik baru
Penghapusan
piutang
Pemeliharaan
kendaraan
Alat tulis kantor
Biaya bahan
bakar dan tol
Asuransi
kendaraan
PBB gudang
Riset
Pendidikan
karyawan
Family gathering
Total biaya umum dan
administrasi (G&A)
Laba operasional
Pendapatan non operasi
2,000)
(94,560,0
00)
(1,055,60
0,000)
(1,633,50
0,000)
(1,254,00
0,000)
(660,000,
000)
(4,365,00
0,000)
(4,763,48
0,000)
(87,200,0
00)
(154,380,
000)
(328,600,
000)
(364,700,
000)
(762,300,
000)
(3,860,00
0,000)
(1,340,00
0,000)
(134,700,
000)
(24,952,9
62,000)
3,078,19
8,000
3
)
4
)
5
)
980,100,
000
466,500,
000
110,000,
000
4,365,00
0,000
1,500,00
0,000
5,000,00
0
24,645,0
00
1,930,00
0,000
2,000)
(94,560,0
00)
(1,055,60
0,000)
(653,400,
000)
(787,500,
000)
(550,000,
000)
0
(3,263,48
0,000)
(82,200,0
00)
(154,380,
000)
(303,955,
000)
(364,700,
000)
(762,300,
000)
(1,930,00
0,000)
(1,340,00
0,000)
(134,700,
000)
(24,952,9
62,000)
3,078,19
8,000
382,500,
000
134,900,
000
67,400,0
00
34,280,0
00
276,500, 6
000 )
895,580,
000
(28,700,0
00)
(16,300,0
00)
(60,000,0
00)
(76,275,0 7
00) )
(764,820,
000)
(452,300,
000)
(124,890,
000)
(742,950,
000)
(2,266,23
5,000)
1,707,54
3,000
(191,25
0,000)
(34,280
,000)
118,500,
000
28,700,0
00
16,300,0
00
60,000,0
00
64,275,0
00
764,820,
000
452,300,
000
742,950,
000
12,419,5
30,000
191,250,
000
134,900,
000
67,400,0
00
0
395,000,
000
895,580,
000
0
0
0
(12,000,0
00)
0
0
(124,890,
000)
0
(2,266,23
5,000)
(225,53 13,901,5
0,000)
43,000
Keterangan :
1) Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran
= 50% Biaya pulsa direktur + Pembelian PDA yang seharusnya dikapitalisasi
= 50% * * 400.000.000 + * 400.000.000
= 50.000.000 + 100.000.000
= 150.000.000
2) Koreksi positif atas penyusutan bidang pemasaran
= 20% * 25.000.000
50% * 100.000.000
= 5.000.000
= 30.000.000
+ Penyusutan smartphone
+ Penyusutan smartphone
+ 6/12 *
+ 25.000.000
+ Penyusutan smartphone
+ 12.500.000
= 750.000.000
+ 37.500.000
= 787.500.000
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab telah melewati
batas masa manfaat fiskal selama 20 tahun.
Koreksi positif atas penyusutan bidang G&A
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 1.254.000.000
- 787.500.000
= 466.500.000
5) Koreksi positif atas biaya royalti
= Beban PPh 26 yang tidak boleh dibebankan
= 20% / 120% * 660.000.000
= 110.000.000
6) Koreksi positif atas dividen dari Bremen Ag.
= Beban pajak luar negeri yang seharusnya tidak di-netto-kan
= 30% / 70% * 276.500.000
= 118.500.000
7) Koreksi positif atas bunga pinjaman :
Pokok deposito
= 100% / 80% * 34.280.000 / 8%
= 535.625.000
Pokok pinjaman
= 100% / 12% * 76.275.000
= 635.625.000
Bunga pinjaman yang boleh dibebankan
= Selisih pokok pinjaman dan pokok deposito * Tingkat bunga pinjaman
= (635.625.000 - 535.625.000)
* 12%
= 12.000.000
Koreksi positif atas bunga pinjaman :
= Bunga pinjaman menurut akuntansi - Bunga pinjaman menurut fiskal
= 76.275.000
12.000.000
= 64.275.000
Contoh Kasus 2
PT. MICHELIN Tbk (Terbuka) yang berdiri 1 Januari 2005 berusaha di
bidang pertenunan. Berikut ini laporan laba-rugi yang berakhir 31
Desember 2009 :
PT. MICHELIN Tbk (Terbuka)
Laporan Perhitungan Laba-rugi
per 31 Desember 2009
Penjualan
Rp. 765.300.000,00
HPP
(Rp. 450.000.000,00)
Laba Kotor
Rp. 315.300.000,00
Total Biaya Usaha
(Rp. 212.900.000,00)
Laba Sebelum Pajak
Rp. 102.400.000,00
Pajak Penghasilan
(Rp 13.220.000,00)
Laba Setelah Pajak
Rp 89.180.000,00
Total Biaya Usaha tersebut terdiri dari :
a. Gaji karyawan
b. Penyusutan mesin
c. Penyusutan gedung
d. Penyusutan tanah
e. Biaya pengeluaran saham
f. Premi asuransi kebakaran
g. Sumbangan korban Merapi
h. Piutang ragu- ragu
i. Cadangan umum
j. Deviden yang dibayar
k. PPh Pasal 25 yang dibayar
Total Biaya Usaha
Rp. 120.000.000,00
Rp. 10.000.000,00
Rp. 25.000.000,00
Rp. 2.000.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 100.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 20.000.000,00
Rp. 30.000.000,00
Rp. 4.600.000,00
Rp. 212.900.000,00
Informasi Tambahan:
1) Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp. 120.000.000,00 termasuk
juga pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 150.000,00
sebulan untuk biaya sopir dan iuran asuransi kecelakaan dan
kematian karyawan Rp. 10.000.000,00 dan beras yang dibagikan
kepada karyawan Rp. 2.000.000,00
2) Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi
Rp 50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugilaba.
3) Harga perolehan mesin adalah Rp. 50.000.000,00 dan disusutkan
setahun 20% (metode saldo menurun), mesin tersebut memiliki
masa manfaat 4 tahun
4) Gedung dengan harga perolehan Rp. 250.000.000,00 disusutkan
sebesar 10% setahun (metode garis lurus)
5) Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus)
6) Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata
telah mening-galkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui
alamatnya
7) Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum
(merupakan pem-bentukan cadangan).
Diminta : Buatlah laporan rekonsiliasi fiskal, dan hitunglah PPh yang masih
harus dibayar.
(a) Buatlah kertas kerja koreksi untuk menghitung laba-rugi fiskal PT.
MICHELIN Tbk per 31 Desember 2009!
(b) Tentukan besarnya PPh yang terutang dan PPh yang masih harus
dibayar oleh PT. MICHELIN Tbk untuk masa pajak 2009!
Penyelesaian
Penjelasan :
a. Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp. 120.000.000,00 termasuk juga
pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 150.000,00 sebulan
untuk biaya sopir dan iuran asuransi kecelakaan dan kematian
karyawan Rp. 10.000.000,00 dan beras yang dibagikan kepada
karyawan Rp. 2.000.000,00
Analisis :
Karena Rp 150.000,00 merupakan pengeluaran pribadi, maka tidak boleh
dikurangkan terhadap penghasilan bruto perusahaan,sehingga dalam satu
tahun (Rp 150.000,00 X 12 bln) jumlahnya Rp 1.800.000,00. Demikian pula
untuk iuran asuransi kecelakaan dan kematian karyawan yang dibayar oleh
karyawan Rp 10.000.000,00 juga tidak boleh dikurangkan terhadap
penghasilan bruto perusahaan. Adapun beras yang dibagikan kepada
karyawan termasuk natura sehingga tdk boleh dikurangkan terhadap
penghasilan bruto perusahaan. Total koreksi sejumlah Rp 13.800.000,00
harus dikoreksi fiscal positif karena koreksi ini mengakibatkan laba kena
pajaknya meningkat.
b. Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp
50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba.
Analisis :
Stock opname merupakan cara penghitungan persediaan akhir secara fisik
atau secara langsung. Nilai persediaan akhir ini berpengaruh pada nilai harga
pokok penjualan. Jika hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir
lebih tinggi Rp 50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugilaba,
maka nilai persediaan akhir tersebut perlu dikoreksi agar sesuai dengan
nilai persediaan akhir sesungguhnya. Akibatnya harga pokok penjualan juga
perlu dikoreksi, jika nilai perse-diaan akhir naik sebesar Rp 50.000.000,00,
maka harga pokok penjualan-nya akan turun Rp 50.000.000,00. Turunnya
harga pokok penjualan ini berakibat naiknya laba kotor atau laba kena pajak,
maka koreksi sebesar Rp 50.000.000,00 ini disebut koreksi fiscal positif.
terpakai selama satu tahun. Nilai penyusutan ini akan mempengaruhi nilai
ekonomis dari mesin tersebut. Peraturan Perpajakan menetapkan bahwa tarif
penyusutan untuk harta tetap yang disusutkan dengan metode saldo
menurun sebesar 50% dari harga perolehannnya. Dengan demikian, wajib
pajak dalam melakukan penyusutan harta tetapnya ini kurang 30%, sehingga
besarnya penyusutan mesin ini perlu ditambah atau dikoreksi sebesar 30%
dari harga perolehannya yaitu 30% X Rp 50.000.000 atau Rp 15.000.000,00.
Karena adanya penambahan biaya penyusutan ini, biaya penyusutannya
menjadi lebih besar atau naik sebesar Rp 15.000.000,00. Hal ini menjadikan
turunnya laba kena pajak sebesar Rp 15.000.000,00 juga maka koreksi
fiskalnya disebut koreksi fiskal negatif.
d. Gedung dengan harga perolehan Rp. 250.000.000,00 disusutkan
sebesar 10% setahun (metode garis lurus)
Analisis :
Peraturan Perpajakan mengklasifikasikan bangunan menjadi bangunan
permanen dan bangunan tidak permanen. Besarnya tarif penyusutan untuk
bangunan permanen sebesar 5% dan bangunan tidak permanen sebesar 10%
dari harga perolehannya. Karena gedung merupakan bangunan permanen,
maka tarifnya 5% X Rp 250.000.000,00, sehingga besarnya penyusutan
bukan Rp 25.000.000,00 tetapi Rp 12.500.000,00. Oleh karena itu biaya
penyusutan gedung perlu dikoreksi menjadi Rp 12.500.000,00, atau biayanya
turun Rp 12.500.000,00. Turunnya biaya penyusutan ini berakibat naiknya
laba kotor atau laba kena pajak, maka koreksi sebesar Rp 12.500.000,00 ini
disebut koreksi fiskal positif.
e. Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus)
Analisis :
Tanah, dalam UU Perpajakan tidak boleh disusutkan, kecuali tanah yang
digunakan produksi, misal untuk pembuatan batu bata, genting, gerabah dan
sejenisnya. Tidak berlaku jika tanah yang digunakan untuk memproduksi
batu-bata, genting dan sejenisnya tersebut dari hasil membeli. Dengan
demikian, penyusutan atas tanah ini harus dikoreksi atau harus dikeluarkan
dari cara penghitungan laba kena pajak. Akibat koreksi terhadap biaya
penyusutan tanah ini, maka laba kena pajaknya akan naik sebesar
penghapusan biaya penyusutan tanah tersebut, maka koreksi fiscal ata biaya
penyusutan tanah sebesar Rp 2.000.000,00 ini disebut koreksi fiscal positif.
f. Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata
telah meninggalkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui
alamatnya
Analisis :
Metode penghapusan piutang, dalam akuntansi ada 2 (dua) yaitu metode
indirect (tidak langsung) dan metode direct (langsung). Metode Indirect,
penghapusan piutang menggunakan cara taksiran terhadap piutang yang
telah melebihi waktu tagihannya. Semakin lama umur tagihan piutang maka
dimungkinkan semakin kecil tingkat tertagihnya. Piutang yang tidak
dimungkinkan ditagih dianggap sebagai Kerugian Piutang, sehingga cara ini
dikenal sebagai metode Cadangan Kerugian Piutang. Adapun metode direct,
penghapusan piutang jika benar-benar telah tidak dapat ditagih secara riil,
= Rp 61.712.000,00
(Rp 4.600.000,00)
Rp 57.112.000,00