Anda di halaman 1dari 13

PT.

Arkeikum merupakan perusahaan yang bergerak di bidang wholesaling dan


retailing bagi segmen konsumen bisnis maupun segmen konsumen akhir. PT.
Arkeikum merupakan perusahaan yang 45% sahamnya dimiliki oleh publik dan
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. Perusahaan melaksanakan pembukuan
terkait kegiatan akuntansinya.
Berikut merupakan data yang diperoleh atas laporan keuangan PT. Arkeikum di
tahun 2012.

Nominal Akuntansi
Penjualan bruto
Retur penjualan
Diskon penjualan

74,350,000,000
(1,875,000,000)
(576,500,000)

Penjualan netto
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang
dagangan awal
Pembelian barang
dagangan
Persediaan barang
dagangan akhir

71,898,500,000

(15,432,500,000)
(56,984,500,000)
36,857,500,000
(35,559,500,000)

Laba bruto
Biaya pemasaran
Gaji dan bonus
pegawai tetap
Tunjangan pajak
penghasilan
Pembagian sembako
Pendidikan karyawan
Promosi dan iklan
Jamuan makan
Telepon, air, dan
listrik
Penyusutan
Biaya bahan bakar
dan tol

36,339,000,000

(1,864,000,000)
(92,740,000)
(364,835,000)
(986,320,000)
(3,876,500,000)
(284,250,000)
(734,250,000)
(50,625,000)
(54,320,000)

Total biaya pemasaran


Biaya umum dan administrasi
(G&A)
Gaji dan bonus
pegawai tetap
PPh 21 ditanggung
perusahaan
Honorarium dan
komisi pegawai tidak
tetap
Seragam satpam
gudang
Telepon, air, dan
listrik
Biaya sewa kantor
Penyusutan
Royalti
Biaya pembangunan
pabrik baru
Penghapusan piutang
Pemeliharaan
kendaraan
Alat tulis kantor
Biaya bahan bakar
dan tol
Asuransi kendaraan
PBB gudang
Riset
Pendidikan karyawan
Family gathering
Total biaya umum dan
administrasi (G&A)

(8,307,840,000)

(2,465,000,000)
(143,400,000)
(1,486,542,000)
(94,560,000)
(1,055,600,000)
(1,633,500,000)
(1,254,000,000)
(660,000,000)
(4,365,000,000)
(4,763,480,000)
(87,200,000)
(154,380,000)
(328,600,000)
(364,700,000)
(762,300,000)
(3,860,000,000)
(1,340,000,000)
(134,700,000)
(24,952,962,000)

Laba operasional
Pendapatan non operasi
Dividen dari PT.
Negarakertagama
Dividen dari PT.
Sutasoma
Sewa mesin
Bunga deposito
(setelah pajak)
Dividen dari Bremen

3,078,198,000

382,500,000
134,900,000
67,400,000
34,280,000
276,500,000

Ag.
Total pendapatan non operasi
Biaya non operasi
Dividen bagi PT.
Smaradhahana
Dividen bagi PT.
Arjuna Wiwaha
Dividen bagi publik
Bunga pinjaman
Sumbangan
Denda pajak
Rugi selisih kurs
Biaya lain - lain

895,580,000

(28,700,000)
(16,300,000)
(60,000,000)
(76,275,000)
(764,820,000)
(452,300,000)
(124,890,000)
(742,950,000)

Total biaya non operasi


Laba sebelum pajak

(2,266,235,000)
1,707,543,000

KERTAS KERJA REKONSILIASI FISKAL

Penjualan netto

Nominal
Akuntansi
74,350,0
00,000
(1,875,00
0,000)
(576,500,
000)
71,898,5
00,000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan
barang dagangan
awal
Pembelian barang

(15,432,5
00,000)
(56,984,5

Penjualan bruto
Retur penjualan
Diskon penjualan

Koreksi
Positif

Koreksi
Negatif

Nominal
Fiskal
74,350,0
00,000
(1,875,00
0,000)
(576,500,
000)
71,898,5
00,000

(15,432,5
00,000)
(56,984,5

dagangan
Persediaan
barang dagangan
akhir
Laba
bruto
Biaya pemasaran
Gaji dan bonus
pegawai tetap
Tunjangan pajak
penghasilan
Pembagian
sembako
Pendidikan
karyawan
Promosi dan iklan
Jamuan makan
Telepon, air, dan
listrik
Penyusutan
Biaya bahan
bakar dan tol
Total biaya pemasaran
Biaya umum dan
administrasi (G&A)
Gaji dan bonus
pegawai tetap
PPh 21
ditanggung
perusahaan
Honorarium dan

00,000)

00,000)

36,857,5
00,000
(35,559,5
00,000)
36,339,0
00,000

36,857,5
00,000
(35,559,5
00,000)
36,339,0
00,000

(1,864,00
0,000)
(92,740,0
00)
(364,835,
000)
(986,320,
000)
(3,876,50
0,000)
(284,250,
000)
(734,250,
000)
(50,625,0
00)
(54,320,0
00)
(8,307,84
0,000)

(1,864,00
0,000)
(92,740,0
00)
364,835,
000

1
)
2
)

104,250,
000
150,000,
000
14,375,0
00
13,580,0
00

(2,465,00
0,000)
(143,400,
000)
(1,486,54

0
(986,320,
000)
(3,876,50
0,000)
(180,000,
000)
(584,250,
000)
(36,250,0
00)
(40,740,0
00)
(8,307,84
0,000)

(2,465,00
0,000)
143,400,
000

0
(1,486,54

komisi pegawai
tidak tetap
Seragam satpam
gudang
Telepon, air, dan
listrik
Biaya sewa
kantor
Penyusutan
Royalti
Biaya
pembangunan
pabrik baru
Penghapusan
piutang
Pemeliharaan
kendaraan
Alat tulis kantor
Biaya bahan
bakar dan tol
Asuransi
kendaraan
PBB gudang
Riset
Pendidikan
karyawan
Family gathering
Total biaya umum dan
administrasi (G&A)
Laba operasional
Pendapatan non operasi

2,000)
(94,560,0
00)
(1,055,60
0,000)
(1,633,50
0,000)
(1,254,00
0,000)
(660,000,
000)
(4,365,00
0,000)
(4,763,48
0,000)
(87,200,0
00)
(154,380,
000)
(328,600,
000)
(364,700,
000)
(762,300,
000)
(3,860,00
0,000)
(1,340,00
0,000)
(134,700,
000)
(24,952,9
62,000)
3,078,19
8,000

3
)
4
)
5
)

980,100,
000
466,500,
000
110,000,
000
4,365,00
0,000
1,500,00
0,000
5,000,00
0
24,645,0
00

1,930,00
0,000

2,000)
(94,560,0
00)
(1,055,60
0,000)
(653,400,
000)
(787,500,
000)
(550,000,
000)
0
(3,263,48
0,000)
(82,200,0
00)
(154,380,
000)
(303,955,
000)
(364,700,
000)
(762,300,
000)
(1,930,00
0,000)
(1,340,00
0,000)
(134,700,
000)
(24,952,9
62,000)
3,078,19
8,000

Dividen dari PT.


Negarakertagama
Dividen dari PT.
Sutasoma
Sewa mesin
Bunga deposito
(setelah pajak)
Dividen dari
Bremen Ag.
Total pendapatan non
operasi
Biaya non operasi
Dividen bagi PT.
Smaradhahana
Dividen bagi PT.
Arjuna Wiwaha
Dividen bagi
publik
Bunga pinjaman
Sumbangan
Denda pajak
Rugi selisih kurs
Biaya lain - lain
Total biaya non operasi
Laba sebelum pajak

382,500,
000
134,900,
000
67,400,0
00
34,280,0
00
276,500, 6
000 )
895,580,
000
(28,700,0
00)
(16,300,0
00)
(60,000,0
00)
(76,275,0 7
00) )
(764,820,
000)
(452,300,
000)
(124,890,
000)
(742,950,
000)
(2,266,23
5,000)
1,707,54
3,000

(191,25
0,000)

(34,280
,000)
118,500,
000

28,700,0
00
16,300,0
00
60,000,0
00
64,275,0
00
764,820,
000
452,300,
000
742,950,
000
12,419,5
30,000

191,250,
000
134,900,
000
67,400,0
00
0
395,000,
000
895,580,
000

0
0
0
(12,000,0
00)
0
0
(124,890,
000)
0
(2,266,23
5,000)
(225,53 13,901,5
0,000)
43,000

Keterangan :
1) Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran
= 50% Biaya pulsa direktur + Pembelian PDA yang seharusnya dikapitalisasi
= 50% * * 400.000.000 + * 400.000.000
= 50.000.000 + 100.000.000
= 150.000.000
2) Koreksi positif atas penyusutan bidang pemasaran

Penyusutan bidang pemasaran menurut akuntansi

= 20% * 25.000.000
50% * 100.000.000
= 5.000.000
= 30.000.000

+ Penyusutan smartphone

+ Penyusutan smartphone

+ 6/12 *

+ 25.000.000

+ Penyusutan smartphone

Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal


= 50% * 25% * 25.000.000
25% * 100.000.000

+ Penyusutan smartphone + 6/12 *

= 3.125.000 + Penyusutan smartphone

+ 12.500.000

= 15.625.000 + Penyusutan smartphone


Koreksi positif atas penyusutan bidang pemasaran :
Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= (30.000.000 + Penyusutan smartphone) - (15.625.000 + Penyusutan
smartphone)
= 14.375.000
3) Koreksi positif atas biaya sewa kantor
= Proporsi biaya sewa dibayar di muka
= 18/30 * 1.633.500.000
= 980.100.000
4) Penyusutan bidang G&A menurut fiskal
= Penyusutan kendaraan niaga + Penyusutan kendaraan direktur
= 12,5% *6.000.000.000

+ 50% * 3/12 * 12,5% * 2.400.000.000

= 750.000.000

+ 37.500.000

= 787.500.000
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab telah melewati
batas masa manfaat fiskal selama 20 tahun.
Koreksi positif atas penyusutan bidang G&A
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 1.254.000.000

- 787.500.000

= 466.500.000
5) Koreksi positif atas biaya royalti
= Beban PPh 26 yang tidak boleh dibebankan
= 20% / 120% * 660.000.000
= 110.000.000
6) Koreksi positif atas dividen dari Bremen Ag.
= Beban pajak luar negeri yang seharusnya tidak di-netto-kan
= 30% / 70% * 276.500.000
= 118.500.000
7) Koreksi positif atas bunga pinjaman :
Pokok deposito
= 100% / 80% * 34.280.000 / 8%
= 535.625.000
Pokok pinjaman
= 100% / 12% * 76.275.000
= 635.625.000
Bunga pinjaman yang boleh dibebankan
= Selisih pokok pinjaman dan pokok deposito * Tingkat bunga pinjaman
= (635.625.000 - 535.625.000)

* 12%

= 12.000.000
Koreksi positif atas bunga pinjaman :
= Bunga pinjaman menurut akuntansi - Bunga pinjaman menurut fiskal
= 76.275.000

12.000.000

= 64.275.000
Contoh Kasus 2
PT. MICHELIN Tbk (Terbuka) yang berdiri 1 Januari 2005 berusaha di
bidang pertenunan. Berikut ini laporan laba-rugi yang berakhir 31
Desember 2009 :
PT. MICHELIN Tbk (Terbuka)
Laporan Perhitungan Laba-rugi
per 31 Desember 2009
Penjualan
Rp. 765.300.000,00
HPP
(Rp. 450.000.000,00)
Laba Kotor
Rp. 315.300.000,00
Total Biaya Usaha
(Rp. 212.900.000,00)
Laba Sebelum Pajak
Rp. 102.400.000,00
Pajak Penghasilan
(Rp 13.220.000,00)
Laba Setelah Pajak
Rp 89.180.000,00
Total Biaya Usaha tersebut terdiri dari :
a. Gaji karyawan
b. Penyusutan mesin
c. Penyusutan gedung
d. Penyusutan tanah
e. Biaya pengeluaran saham
f. Premi asuransi kebakaran
g. Sumbangan korban Merapi
h. Piutang ragu- ragu
i. Cadangan umum
j. Deviden yang dibayar
k. PPh Pasal 25 yang dibayar
Total Biaya Usaha

Rp. 120.000.000,00
Rp. 10.000.000,00
Rp. 25.000.000,00
Rp. 2.000.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 100.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 20.000.000,00
Rp. 30.000.000,00
Rp. 4.600.000,00
Rp. 212.900.000,00

Informasi Tambahan:
1) Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp. 120.000.000,00 termasuk
juga pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 150.000,00
sebulan untuk biaya sopir dan iuran asuransi kecelakaan dan
kematian karyawan Rp. 10.000.000,00 dan beras yang dibagikan
kepada karyawan Rp. 2.000.000,00
2) Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi
Rp 50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugilaba.
3) Harga perolehan mesin adalah Rp. 50.000.000,00 dan disusutkan
setahun 20% (metode saldo menurun), mesin tersebut memiliki
masa manfaat 4 tahun
4) Gedung dengan harga perolehan Rp. 250.000.000,00 disusutkan
sebesar 10% setahun (metode garis lurus)
5) Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus)
6) Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata
telah mening-galkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui
alamatnya
7) Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum
(merupakan pem-bentukan cadangan).

Diminta : Buatlah laporan rekonsiliasi fiskal, dan hitunglah PPh yang masih
harus dibayar.
(a) Buatlah kertas kerja koreksi untuk menghitung laba-rugi fiskal PT.
MICHELIN Tbk per 31 Desember 2009!
(b) Tentukan besarnya PPh yang terutang dan PPh yang masih harus
dibayar oleh PT. MICHELIN Tbk untuk masa pajak 2009!
Penyelesaian
Penjelasan :
a. Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp. 120.000.000,00 termasuk juga
pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 150.000,00 sebulan
untuk biaya sopir dan iuran asuransi kecelakaan dan kematian
karyawan Rp. 10.000.000,00 dan beras yang dibagikan kepada
karyawan Rp. 2.000.000,00
Analisis :
Karena Rp 150.000,00 merupakan pengeluaran pribadi, maka tidak boleh
dikurangkan terhadap penghasilan bruto perusahaan,sehingga dalam satu
tahun (Rp 150.000,00 X 12 bln) jumlahnya Rp 1.800.000,00. Demikian pula
untuk iuran asuransi kecelakaan dan kematian karyawan yang dibayar oleh
karyawan Rp 10.000.000,00 juga tidak boleh dikurangkan terhadap
penghasilan bruto perusahaan. Adapun beras yang dibagikan kepada
karyawan termasuk natura sehingga tdk boleh dikurangkan terhadap
penghasilan bruto perusahaan. Total koreksi sejumlah Rp 13.800.000,00
harus dikoreksi fiscal positif karena koreksi ini mengakibatkan laba kena
pajaknya meningkat.
b. Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp
50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba.
Analisis :
Stock opname merupakan cara penghitungan persediaan akhir secara fisik
atau secara langsung. Nilai persediaan akhir ini berpengaruh pada nilai harga
pokok penjualan. Jika hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir
lebih tinggi Rp 50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugilaba,
maka nilai persediaan akhir tersebut perlu dikoreksi agar sesuai dengan
nilai persediaan akhir sesungguhnya. Akibatnya harga pokok penjualan juga
perlu dikoreksi, jika nilai perse-diaan akhir naik sebesar Rp 50.000.000,00,
maka harga pokok penjualan-nya akan turun Rp 50.000.000,00. Turunnya
harga pokok penjualan ini berakibat naiknya laba kotor atau laba kena pajak,
maka koreksi sebesar Rp 50.000.000,00 ini disebut koreksi fiscal positif.

c. Harga perolehan mesin adalah Rp. 50.000.000,00 dan disusutkan


setahun 20% (metode saldo menurun), mesin tersebut memiliki masa
manfaat 4 tahun.
Analisis :
Penyusutan merupakan cara penghitungan manfaat ekonomis dinikmati atau

terpakai selama satu tahun. Nilai penyusutan ini akan mempengaruhi nilai
ekonomis dari mesin tersebut. Peraturan Perpajakan menetapkan bahwa tarif
penyusutan untuk harta tetap yang disusutkan dengan metode saldo
menurun sebesar 50% dari harga perolehannnya. Dengan demikian, wajib
pajak dalam melakukan penyusutan harta tetapnya ini kurang 30%, sehingga
besarnya penyusutan mesin ini perlu ditambah atau dikoreksi sebesar 30%
dari harga perolehannya yaitu 30% X Rp 50.000.000 atau Rp 15.000.000,00.
Karena adanya penambahan biaya penyusutan ini, biaya penyusutannya
menjadi lebih besar atau naik sebesar Rp 15.000.000,00. Hal ini menjadikan
turunnya laba kena pajak sebesar Rp 15.000.000,00 juga maka koreksi
fiskalnya disebut koreksi fiskal negatif.
d. Gedung dengan harga perolehan Rp. 250.000.000,00 disusutkan
sebesar 10% setahun (metode garis lurus)
Analisis :
Peraturan Perpajakan mengklasifikasikan bangunan menjadi bangunan
permanen dan bangunan tidak permanen. Besarnya tarif penyusutan untuk
bangunan permanen sebesar 5% dan bangunan tidak permanen sebesar 10%
dari harga perolehannya. Karena gedung merupakan bangunan permanen,
maka tarifnya 5% X Rp 250.000.000,00, sehingga besarnya penyusutan
bukan Rp 25.000.000,00 tetapi Rp 12.500.000,00. Oleh karena itu biaya
penyusutan gedung perlu dikoreksi menjadi Rp 12.500.000,00, atau biayanya
turun Rp 12.500.000,00. Turunnya biaya penyusutan ini berakibat naiknya
laba kotor atau laba kena pajak, maka koreksi sebesar Rp 12.500.000,00 ini
disebut koreksi fiskal positif.
e. Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus)
Analisis :
Tanah, dalam UU Perpajakan tidak boleh disusutkan, kecuali tanah yang
digunakan produksi, misal untuk pembuatan batu bata, genting, gerabah dan
sejenisnya. Tidak berlaku jika tanah yang digunakan untuk memproduksi
batu-bata, genting dan sejenisnya tersebut dari hasil membeli. Dengan
demikian, penyusutan atas tanah ini harus dikoreksi atau harus dikeluarkan
dari cara penghitungan laba kena pajak. Akibat koreksi terhadap biaya
penyusutan tanah ini, maka laba kena pajaknya akan naik sebesar
penghapusan biaya penyusutan tanah tersebut, maka koreksi fiscal ata biaya
penyusutan tanah sebesar Rp 2.000.000,00 ini disebut koreksi fiscal positif.
f. Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata
telah meninggalkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui
alamatnya
Analisis :
Metode penghapusan piutang, dalam akuntansi ada 2 (dua) yaitu metode
indirect (tidak langsung) dan metode direct (langsung). Metode Indirect,
penghapusan piutang menggunakan cara taksiran terhadap piutang yang
telah melebihi waktu tagihannya. Semakin lama umur tagihan piutang maka
dimungkinkan semakin kecil tingkat tertagihnya. Piutang yang tidak
dimungkinkan ditagih dianggap sebagai Kerugian Piutang, sehingga cara ini
dikenal sebagai metode Cadangan Kerugian Piutang. Adapun metode direct,
penghapusan piutang jika benar-benar telah tidak dapat ditagih secara riil,

tidak berdasar taksiran. UU Perpajakan menggunakan metode langsung ini,


untuk menghapuskan piutang yang tidak tertagih. Pada kasus ini, maka
piutang ragu-ragu ini dapat diklasifikasikan sebagai piutang yang tidak dapat
ditagih secara riil, sehingga telah sesuai dengan aturan perpajakan dan dapat
diperlakukan sebagai pengurang penghasilan dalam menghitung laba kena
pajak. Dengan demikian dalam hal ini tidak terjadi koreksi fiskal.
g. Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum
(merupakan pem-bentukan cadangan).
Analisis :
Segala macam dan jenis pembentukan cadangan tidak diperkenankan dalam
perpajakan maka cadangan umum ini harus dikoreksi atau dikeluarkan dari
unsur pengurang penghasilan. Karena cadangan sifatnya mengurangi laba
kena pajak maka adanya koreksi terhadap cadangan umum ini maka laba kena
pajak menjadi bertambah maka koreksinya disebut koreksi fiskal positif.
h. Sumbangan korban merapi
Analisis :
Segala macam dan jenis sumbangan tidak diperkenankan dalam perpajakan
kecuali sumbangan yang diatur secara resmi oleh Pemerintah melalui peraturan
pemerintah misal sumbangan GNOT, PMI dan sejenisnya. Sumbangan
korban merapi ini tidak dapat dikategorikan dalam jenis ini, maka harus
dikoreksi atau dikeluarkan dari unsur pengurang penghasilan ( mengurangi
laba kena pajak), sehingga adanya koreksi terhadap sumbangan korban merapi
ini, laba kena pajak menjadi ber-tambah maka koreksinya disebut koreksi fiskal
positif.
i. Deviden yang dibayar
Analisis :
Segala macam pembayaran deviden dalam perpajakan tidak diperkenakan
mengurangi penghasilan bruto dalam menghitung laba kena pajak, sehingga
perlu dilakukan koreksi. Akibatnya laba kena pajak akan bertambah, maka
koreksinya disebut koreksi fiskal positif.
j. PPh Pasal 25
Analisis :
Segala macam dan jenis pajak penghasilan serta sanksi perpajakannya tidak
diperkenankan mengurangi penghasilan bruto dalam menghitung laba kena
pajak maka adanya koreksi terhadap pajak penghasilan pasal 25 (PPh Pasal
25) ini laba kena pajak menjadi bertambah sehingga koreksinya disebut
koreksi fiskal positif.

KERTAS KERJA REKONSILIASI FISKAL


PT. MICHELIN

Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang :


28% X Rp 220.400.000,00

= Rp 61.712.000,00

PPh Pasal 25 yang dibayar

(Rp 4.600.000,00)

PPh yang masih harus dibayar

Rp 57.112.000,00

Anda mungkin juga menyukai