Anda di halaman 1dari 30

1

PERANAN PEMERINTAH KELURAHAN DALAM PEMBANGUNAN


DI KELURAHAN SIWA KECAMATAN PITUMPANUA
KABUPATEN WAJO

A. Latar Belakang Penelitian


Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan
nasional Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya
berdasarkan pancasila dan undang Undang Dasar 1945. Dengan
demikian usaha pembangunan berarti humanisasi atau peningkatan taraf
hidup manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan dan
senantiasa menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam hidupnya,
baik secara rohani dan jasmani.
Wilayah negara kesatuan RI terbagi atas daerah provinsi, dan provinsi
terbagi atas daerah yang lebih kecil yaitu Kabupaten/Kota, Kecamatan
dan Desa/Kelurahan. Daerah-daerah tersebut manjadi satu kesatuan
dalam wilayah nagara RI. Oleh karena itu pembangunan harus tersebar
secara merata dari seluruh wilayah Republik Indonesia agar terwujud
masyarakat yang adil dan makmur.
Pembangunan yang dilaksanakan di pedesaan atau tingkat Kelurahan
merupakan

realisasi

pembangunan

nasional.

Untuk

menunjang

pembangunan di pedesaan atau tingkat Kelurahan peran serta pemerintah


serta partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan.

Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi


alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya,
demikian pula halnya sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan
sehingga dapat mengembangkan potensi alam secara maksimal agar
tujuan pembangunan dapat tercapai.
Otonomi Daerah dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
telah direvisi dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 memiliki arti
otonomi desa bahwa desa mampu berinisiatif dan berkreativitas untuk
menjalankan pemerintahannya sendiri serta menumbuhkan demokratisasi
masyarakat dalam pembangunan, sehingga

desa atau setingkat

Kelurahan memiliki ruang gerak yang luas dalam melaksanakan


pembangunan, karena tidak terbebani lagi dengan program-program
pembangunan dari kabupaten/kota, provinsi maupun pemerintah pusat.
Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan adalah kesadaran
yang tidak bisa muncul dengan sendirinya. Kesadaran tersebut harus
dibimbing dan diarahkan sampai mereka bisa mencapai kemandiriannya
sendiri. Dengan adanya keterlibatan secara mental dan emosional mulai
dari keterlibatan perumusan kebijakan, pelaksanaan, tanggung jawab
sampai pemanfaatan pembangunan akan bisa dirasakan secara merata
oleh pihak-pihak tertentu.
Sasaran pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
secara utuh lahir dan batin serta merata. Sasaran tersebut mengandung
makna bahwa tujuan akhir pembangunan adalah terwujudnya masyarakat

yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun non


material secara merata.
Untuk mencapai sasaran etrsebut di atas diperlukan proses yang
terus-menerus,

dan

melalui

proses

ini

diharapkan

akan

terjadi

peningkatan kualitas agar proses ini dapat berjalan secara teratur dan
terarah, maka perlu perencanaan. Perencanaan merupakan syarat bagi
terlaksananya proses pembangunan yang baik. Akan tetapi walaupun
demikian perencanaan tidaklah berarti sebagai jaminan penuh bagi
keberhasilan pencapaian tujuan, walaupun pelaksanaan kegiatan telah
diawali dengan perencanaan yang matang, namun sering timbul hal-hal
yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut.
Hambatan-hambatan tersebut harus benar-benar diperhatikan dalam
perencanaan pembangunan tingkat Desa maupun Kelurahan. Olehnya
ketetapan perencanaan dalam pelaksanaan pembangunan adalah mutlak
harus disertai dengan kesadaran yang penuh kesungguhan serta
kemauan baik dari setiap unsur yang tidak terlibat langsung di dalam
pembangunan tersebut.
Untuk menggerakkan masyarakat dalam partisipasinya terhadap
pembangunan, diperlukan adanya tenaga/unsur penggerak yang mampu
menggerakkan dan mengarahkan kemampuan masyarakat untuk dapat
mewujudkan cita-cita pembangunan dalam hubungan ini, maka Lurah
sebagai Kepala Kelurahan memegang peranan yang menentukan.
Sebagai

pimpinan

tertinggi

dan

penanggung

jawab

pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan, ia harus mampu mengemban tugas


yang dibebankan kepadanya yang saling kait-mengkait termasuk tugas
pembangunan yang multi dimensional.
Oleh karena itulah suksesnya pembangunan di suatu daerah sangat
ditentukan oleh kualitas kinerja pemerintahannya. Bertolak dari uraian
tersebut

maka

penulis

bermaksud

mengangkat

judul

Peranan

Pemerintah Kelurahan dalam Pembangunan di Kelurahan Siwa


Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo

B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan-batasan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana peranan pemerintah kelurahan dalam pelaksanaan
pembangunan di Kelurahan Siwa ?
b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi

pelaksanaan

tugas

pemerintah dalam pembangunan di Kelurahan Siwa ?


C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan upaya pemerintah kelurahan dalam
pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Siwa.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas
pemerintah dalam pembangunan di Kelurahan Siwa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dan instansi terkait


agar dalam melaksanakan pemerintahan sesuai dengan konsep Good
Governance

pada

umumnya

dan

penyelenggaraan

otonomi

daerah/otonomi desa sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun


2004 junto undang-undang nomor 12 tahun 2008 dapat terwujud dengan
benar dan mampu meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat di Kelurahan Siwa.
2 . Secara Akademis
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau perbandingan
bagi peneliti selanjutnya khususnya yang membahas topik yang sama,
serta mampu memberikan sumbangsi pemikiran dalam ilmu pengetahuan
utamanya mengenai masalah penyelenggaraan desa dan kelurahan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Peran
Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki
peran dan fungsi dalam menjalankan kehidupan sosialnya. Dalam
melaksanakan perannya, setiap manusia memiliki cara atau sikap yang
berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan
sosialnya.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian peran
sebagai berikut :
a. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia
adalah pemain sandiwara atau pemain utama.
b. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam
sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang
diberikan
c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

Mengenai peranan ini, Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003),


mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut :
a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat
bahwa peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik
dilaksanakan
b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalikan bahwa peran
merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat
(public support). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa
keputusan dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan
didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki
kredibilitas.
c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai
instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi
dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh
suatu

pemikiran

bahwa

pemerintah

dirancang

untuk

melayani

masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat


tersebut adalah masukan yang bernilai, guna mewujudkan keputusan
yang responsif dan responsibel.
d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan
sebagai suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui
usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada.
Asumsi yang melandasi persepsi ini dalah bertukar pikiran dan
pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta
mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess).
e. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai
upaya mengobati masalah masalah psikologis masyarakat seperti

halnya perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak


percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting
dalam masyarakat.
Peran merupakan aspek yang dinanis dalam kedudukan (status)
terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran
(Soeharto, 2002; Soekamto, 1984:237).
Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu ketentuan peranan, gambaran peranan dan harapan
peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka
tentang perilaku yang harus ditampilkan seseorang dalam membawa
perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku
yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai
pengertian peranan dalam hal ini peran pemerintah dalam melaksanakan
fungsi dan tujuannya dalam pelayanan, pembangunan, pemberdayaan,
dan pengaturan masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Sarjono Sukamto bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari
kedudukan apabila seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban
sesuai dengan kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah peranan.
2. Tinjauan Tentang Pemerintah
Pemerintah berasal dari kata perintah yang berarti menyuruh
melakukan sesuatu. Istilah pemerintahan diartikan sebagai perbuatan
dalam artian bahwa cara, hal urusan dan sebagainya dalam memerintah
(Sri Soemantri, 1976: 17), sehingga secara etimologi, dapat diartikan

sebagai tindakan yang terus menerus (kontinue) atau kebijaksanaan


dengan menggunakan suatu rencana maupun akal (rasio) dan tata cara
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki (Utrecht, 1986:
28). Sedangkan definisi lain mengartikan bahwa pemerintah ialah jawatan
atau aparatur dalam susunan politik (Muhammad Yamin, 1982: 112).
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan
publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam
usaha mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti sempit adalah
segala kegiatan dalam badan-badan publik yang hanya meliputi
kekuasaan eksekutif (C.F. Strong).
Pemerintahan dalam arti luas dari definisi di atas mengungkapkan
bahwa

segala

urusan

yang

dilakukan

oleh

Negara

dalam

menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara itu


sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan
tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya
termasuk legislatif dan yudikatif. Pemerintah dalam hal ini melingkupi
semua urusan negara.
Dalam

Undang-Undang

tentang

Pokok-Pokok

Pemerintahan

Daerah, yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah kepala daerah,


yaitu kepala daerah pada umumnya, seperti gubernur, bupati, dan wali
kota, serta anggota DPRD. Kedudukan anggota DPRD sederajat sama
tinggi dengan bupati, di mana kepala daerah memimpin bidang eksekutif

dan DPRD bergerak di bidang legislatif. Dalam hal pembuatan peraturan


daerah (PERDA), kepala daerah dan anggota DPRD harus bersamasama dalam pembuatan PERDA. Tugas utama kepala daerah sebagai
unsur pemerintah daerah adalah memimpin penyelenggaraan dan
bertanggung jawab penuh atas jalannya pemerintahan daerah.
Bintoro Tjokroamidjojo dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi
Pembangunan menyebutkan pula peranan dan fungsi pemerintah sebagai
berikut : Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap perkembangan
masyarakat tergantung pada beberapa hal; pertama adalah filsafat hidup
kemasyarakatan dan politik masyarakat. Ada negara yang memberikan
kebebasan yang cukup besar kepada anggota masyarakatnya untuk
menumbuh-kembangkan masyarakat sehingga pemerintah diharapkan
tidak terlalu banyak campur tangan dalam kegiatan masyarakat. Pada
masa lampau dalam bentuk yang eksterm, hal ini didukung oleh filsafat
kemasyarakatan Laissez Faire namun ada pula nagara yang filsafat
hidupnya

menghendaki

negara

dan

pemerintah

memimpin

serta

mengurusi segala sesuatu dalam kehidupan masyarakatnya, seperti


filsafat politik tradisionalis. Hal ini berkaitan dengan suatu pandangan
bahwa pemerintah sebagai pemegang mandat untuk mengusahakan
kepentingan dan keadilan dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini perlu
dinyatakan dan tetap memperhatikan kepentingan golongan ekonomi
lemah.

10

Ryas Rasyid membagi fungsi pemerintahan manjadi empat bagian


yaitu ;
1.
2.
3.
4.

Fungsi pelayanan (public service)


Fungsi pembangunan (development)
Fungsi pemberdayaan (empowering)
Fungsi pengaturan (regulation)
3. Tinjauan tentang Desa dan Kelurahan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, desa diartikan sebagai ;
1. Sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan,
kampung, dusun;
2. Udik atau dusun (dalam arti daerah pedalam sebagai lawan kota);
3. Tempat, tanah, dan daerah.
Dari pengertian ini, maka desa memiliki beberapa karakteristik,

yaitu: (1) desa merupakan suatu lokasi pemukiman di luar kota sekaligus
bukan kota; (2) desa merupakan suatu komunitas yang homogen; dan (3)
desa menunjukkan suatu sifat dari lokasi sebagia akibat dari posisinya
yang berbeda di pedalaman. Desa lebih sering diperlawankan dengan
kota. Menurut S. Wojowasito (1972), rural diartikan dari desa, seperti di
desa, sedangkan urban diartikan dari perdesaan, bukan desa (village),
dan urban diterjemahkan menjadi perkotaan, juga bukan kota (town, city).
Hal ini didasarkan pada konsep rural dan urban lebih menunjuk kepada
karakteristik masyarakatnya, sedangkan village, town, dan city lebih
mengacu kepada suatu unit teritorial. Dari pendapat tersebut, maka
pengertian desa dapat dilihat aspek wilayah kemasyaratan, dengan
penjelasan:
a) Dari aspek wilayah teritorial, village, town, dan city sebagai sesuatu
unut terotorial-administratif atau berkaitan dengan kekotaprajaan
(municipality). Dalam kaitan ini, suatu daerah dan komunitas

11

pedesaan (rural area and community) dapat mencakup sejumlah desa


(village). Demikian pula urban,bukan hanya sebagai sebuah kota
(town atau city) dalam arti suatu kotapraja atu kotamadya, melainkan
termasuk daerah-daerah di luar batas resmi kota tersebut yang
masyarakatnya memiliki cara hdup kota.
b) Dari aspek kemasyarakatan (komunitas), desa (village) sebagai tempat
pemukiman para petani, terlepas dari ukuran besar kecilnya, tetepi
juga terdapat desa-desa perdagangan dimana terdapat sejumlah
orang dari desa itu yang memiliki mata pencaharian dalam bidang
perdagangan (non pertanian), yang masih dikelola secara tradisional.
Sedangkan, kota kecil (town), didefinisikan sebagai suatu pemukiman
perkotaan yang mendominasi lingkungan perdesaan dalam berbagai
segi, tetapi kota kecil bukanlah sekedar desa yang besar.
Adapun desa dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 jo
Undang-undang 12 Tahun 2008 bahwa:
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang
diakui

dalam

sistem

pemerintahan

nasional

dan

di

daerah

Kabupaten.
Sedangkan menurut Sutardjo Kartohadikusuma, mengemukakan
bahwa desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal
suatu masyarakat pemerintahan tersendiri
Adapun

mengenai

kelurahan

adalah

pembagian

wilayah

administratif di Indonesia di bawah kecamatan. Dalam konteks otonomi


daerah di Indonesia, Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai
Perangkat Daerah Kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang

12

Lurah

yang

berstatus

sebagai

Pegawai

Negeri

Sipil.

Kelurahan

merupakan unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Berbeda


dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas.
Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi
kelurahan.
4. Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan
Penyelenggaraan

pemerintahan

kelurahan

merupakan

pelaksanaan pemerintahan yang dilaksanakan atau dilakukan oleh


pemerintah kelurahan. Sesuai dengan Peraturan Bupati Wajo Nomor 16
tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan
Struktural Lingkup Kecamatan Dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten
Wajo secara terperinci tugas pokok dari aparatur pemerintah kelurahan
adalah sebagai berikut ;
a. Lurah
Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah mempunyai tugas memimpin
kecamatan dalam membina, Mengoordinasikan dan melaksanakan
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati di bidang
pemerintahan, pembangunan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat,
ketentraman dan ketertiban. pelayanan masyarakat serta pembinaan
sekretariat Kelurahan.
b. Sekretaris

13

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris kelurahan, mempunyai


tugas membina, mengkoodinasikan dan melaksanakan kegiatan di
bidang ketatausahaan, kepegawaian, perencanaan dan pelaporan,
keuangan, serta memberikan pelayanan teknis dan administratif
kepada semua unsur dalam lingkup Kelurahan.
c. Kepala Seksi Pemerintahan
Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai
tugas membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan dan
melaksanakan tugas di bidang pemerintahan.
d. Kepala Seksi Pembangunan
Seksi Pembangunan dipimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai
tugas membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan dan
melaksanakan tugas di bidang pembangunan.
e. Kepala Seksi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat
Seksi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat dipimpin oleh seorang
kepala

seksi mempunyai tugas membantu lurah dalam membina,

Mengoordinasikan dan melaksanakan tugas di bidang perekonomian


dan kesejahteraan rakyat.
f. Kepala Seksi Ketentraman Dan Ketertiban

14

Seksi Ketentraman dan Ketertiban dipimpin oleh seorang kepala seksi


mempunyai tugas membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan
dan melaksanakan tugas di bidang ketentraman dan ketertiban.

5. Penyelenggaraan Pemerintahan dalam Pembangunan


Hakekat dari pembangunan adalah perubahan secara terus
menerus yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah tujuan
yang diinginkan. Proses dimulainya pembangunan dengan berpijak pada
pembangunan

masyarakat,

diharapkan

akan

dapat

memacu

demokratisasi masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri. Berikut


beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang arti pembangunan,
antara lain:
Sondang P Siagian mendefinisikan pembangunan sebagai:
pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian

usaha

pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara


sadar oleh suatu bangsa, nagara dan pemerintah, menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa.
Ginanjar Kartasasmita secara sederhana mengartikan pembangunan
sebagai suatu proses peranubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan menurut Kartasamita

(1996)

adalah

usaha

meningkatkan harkat martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak


mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Membangun masyarakat berarti memampukan atau memandirikan
mereka.

Dimulainya

proses pembangunan

dengan

berpijak pada

15

pembangunan masyarakat, diharapkan akan dapat memacu partisipasi


masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri.
Budiman (1995) membagi teori pembangunan tiga kategori besar
yaitu teori modernisasi, dependensi, dan paska dependensi. Teori
modernisasi menekankan pada faktor manusia dan budayanya yang
dinilai sebagai elemen fundamental dalam proses pembangunan.
Defenisi di atas memberikan penjelasan bahwa pembangunan
merupakan proses perubahan yang dilakukan secara sadar oleh bangsa,
negara dan pemerintah menuju modernitas yakni cara hidup lebih baik
dari pada yang sebelumnya mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa
dan negara.
Selanjutnya menurut Wrihatnolo (1999) pembangunan diartikan
sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan
alami. Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari
defenisi ekonomi, sosial, politik, atau hukum.
Pembagunan desa dan kelurahan adalah suatu gerakan untuk
menciptakan kehidupan yang lebih baik dari seluruh masyarakat
dengan demokratisasi aktif dan apabila mungkin didasarkan atas
inisiatif ini tidak datang, maka diperlukan teknik-teknik untuk
menimbulkan dan mendorongnya keluar supaya kegiatan respon yang
antusias itu dapat terjamin.
Terlepas dari adanya

perbedaan

persepsi

tentang

konsep

pembangunan oleh para ilmuan, tetapi ide pokok dalam konsep


pembangunan secara umum adalah:
1. Pembangunan adalah proses berarti suatu kegiatan yang terjadi
secara terus- dilaksanakan.

16

2. Pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilaksanakan.


Artinya jika ada suatu kegiatan yang kelihatannya sebagai suatu
pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan secara
sadar dan timbul hanya secara insidentil di masyrakat, maka tidak
dapat dikatakan sebagai pembangunan.
3. Pembangunan dilaksanakan secara berencana.
4. Pembangunan mengarah pada modernitas yakni cara hidup yang
baru dan lebih baik daripada yang sebelumnya serta kemampuan
untuk

lebih

menguasai

alam

lingkungan

ketergantungan terhadap pihak lain.


5. Modernitas yang dicapai melalui

dan

pembagunan

mengurangi
itu

bersifat

multdimensional. Artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh


aspek kehidupan bangsa dan negara.
Sedangkan secara khusus ditegaskan dalam undang-undang
nomor 22 tahun 1999 maupun dalam keputusan menteri dalam negeri
(kep.Mendagri) nomor 63 dan 64 tahun 1999 bahwa pemerintah
merupakan ujung tombak bagi pembangunan nasional. Dalam konteks ini,
pemerintah mempunyai kewenangan:
a. Menggali berbagai potensi yang dimiliki potensi desa dan kelurahan
untuk tujuan pembangunan.
b. Menumbuhkembangkan
peran

serta

masyarakat

dalam

pembangunan
c. Mewujudkan kehidupan demokrasi di tingkat desa dan kelurahan
d. Mengembangkan potensi masyarakat untuk mewujudkan
kemandirian masyarakat.
Untuk mewujudkan kewenangan tersebut di atas pemerintah desa
dan kelurahan dibantu oleh lembaga kelurahan sebagai mitra kerja

17

pemerintah desa dan kelurahan, kelembagaan tersebut membantu dalam


bidang:
1. Pemberdayaan, pelestarian, dan pengembangan adat istiadat yang
diemban oleh lembaga adat (Pasal 43-44 Kepmendagri No. 64
tahun 1999 tentang pedoman umum mengenai desa)
2. Lembaga
kemasyarakatan
yang
membantu

tugas-tugas

pembangunan pemerintah desa yang meliputi aspek perencanaan,


pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan (pasal 45-47
Kepmendagri tahun 1999)
Pembangunan daerah yang

berbasis

pada

pengembangan

pedesaan (rural based development) meliputi banyak aspek dan


tantangan yaitu menyangkut :
a. Potensi sumber daya alam (SDA) pada umumnya dapat dikatakan
adalah

relatif

cukup,

sedangkan

kemampuan

sumber

daya

manusianya (SDM) masih lemah.


b. Prasarana dasar yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi
pertanian (misalnya sumber daya air, jaringan irigasi, jalan desa dan
lainnya) masih perlu pembenahan.
c. Kelembagaan ekonomi dan sosial yang telah banyak terbentuk di
daerah pedesaan ternyata belum berfungsi secara optimal.
d. Beberapa kelemahan dan keterbatasan lainnya misalnya akses
pemasaran hasil pedesaan masih sangat lemah dan terbatas.
e. Akses petani kepada kredit (sumber daya modal)

untuk

pengembangan usaha perekonomian pedesaan masih relatif terbatas.


Keinginan masyarakat terhadap program pembangunan pedesaan
adalah sangat luas, sedangkan dana pembangunan pedesaan yang
tersedia masih relatif terbatas. Keinginan masyarakat sangat banyak
tetapi tidak semuanya merupakan kebutuhan. Kebutuhan merupakan

18

program yang disusun menggunakan kriteria-kriteria yang terukur,


sehingga dapat ditentukan skala prioritasnya. Bedasar dana yang tersedia
terbatas itu dan usulan program yang telah disusun berdasar skala
prioritas maka dapat dipilih program-program pembangunan yang
merupakan prioritas tinggi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat
setempat, selanjnya diusul prioritas kedua, ketiga, dan seterusnya.
Tujuan akhir dari pembangunan pedesaan adalah

untuk

meningkatkan kesejahteraan penduduknya secara langsung dan tidak


langsung adalah untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan yang
kokoh untuk memperkuat pembangunan daerah dan pembangunan
nasional sebagai tujuan antara (sasaran) dari pembangunan pedesaan
adalah

mengupayakan

agar

desa-desa

yang

merupakan

satuan

administrasi pemerintahan yang terkecil (terbawah) dapat mempercepat


pertumbuhan tingkat keswadayaannya mencapai desa swasembada.
Untuk
melaksanakan
(implementasi)
program/proyek
pembangunan pedesaan diperlukan dukungan partisipasi masyarakat
sebagai pencerminan dari terkandungnya semangat bersama, rasa
kebersamaan dan kesediaan berkorban untuk keberhasilan pembangunan
yang bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat desa. Partisipasi
masyarakat merupakan potensi kekuatan dan peluang, tetapi sekaligus
merupakan pula tantangan yaitu bagaimana mengaktualisasikannya
dalam kegiatan pembangunan secara efektif, produktif, dan dinamis.
Berangkat dari berbagai realitas yang terjadi selama

ini,

pemahaman akan rencana pembangunan yang berdasar pada suatu


rancangan pembangunan yang matang tidak pernah terealisasikan oleh

19

pemerintah.

Perencanaan

pembangunan

jangka

pendek,

rencana

pembangunan jangka menengah dan rencana pembangunan jangka


panjang harus mandapatkan bimbingan khusus dari pemerintah daerah
dan pusat untuk pelaksanaannya.

6. Kerangka Konseptual
PEMERINTAH KELURAHAN
Lurah
Aparatur kelurahan

FUNGSI PEMBANGUNAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Pendukung
Penghambat

KEMAJUAN
YANG DICAPAI
DALAM
PEMBANGUN
AN DAN
MASYARAKAT
SEJAHTERA

20

7. Metode Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Berdasarkan pada judul penelitian, maka penelitian dilaksanakan di
Kelurahan Siwa Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo.
b. Dasar dan Tipe Penelitian
- Dasar penelitian yang penulis gunakan adalah studi kasus yang
bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa atau proses
tertentu terkait fokus penelitian sehingga dapat menemukan ruang
lingkup tertentu. Data tersebut dilakukan secara langsung ke lokasi
-

penelitian.
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif
yaitu dimaksudkan untuk menggambarkan suatu fenomena atau
kenyataan sosial, yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti.

Khususnya

peran

pemerintah

kelurahan

dalam

penyelenggaraan pemerintahan di kelurahan.


c. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang akan diperoleh dari dua sumber,yaitu:
a. Data Primer

21

Data yang diperoleh langsung dari informan, dengan memaknai


teknik pengumpulan data berupa interview (wawancara), serta
melakukan observasi (pengamatan langsung terhadap penelitian).
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan,
Arsip-arsip resmi, serta literature lainnya yang relevan dalam
melengkapi data primer penelitian.
d. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
-

Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasiinformasi

atau

keterangan-keterangan

lisan

melalui

dialog

langsung antar peneliti dengan para informan.


- Observasi
Yaitu pengamatan langsung terhadap objek kajian yang sedang
berlangsung untuk memperoleh keterangan dan informasi sebagai
data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk
mengetahui relevansi antara jawaban informan dengan kenyataan
yang ada, dengan melakukan pengamatan langsung yang ada di
lapangan yang erat kaitannya dengan objek penelitian.
- Study kepustakaan

22

Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam


metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan
mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana
ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang,
sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang
pernah dibuat. Cara yang dilakukan dengan mencari data-data
pendukung (data sekunder) pada berbagai literatur baik berupa
buku-buku, dokumen-dokumen, makalah-makalah hasil penelitian
serta bahan-bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
-

Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang


situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun informan yang
digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kelurahan (Lurah)

1 orang

2. Sekretaris Lurah

1 orang

3. Aparatur Kelurahan

7 orang

4. Kepala Lingkungan

3 orang

5. Ketua Lembaga Masyarakat

1 orang

6. Warga masyarakat

5 orang

Penyajian Data
Penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang
sesuatu hal pada orang lain. Oleh Karena ada data yang
diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak

23

dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian


kata-kata dan tidak berupa tabel-tabel dengan ukuran statistik
sering kali dapat disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan
langsung dari kata-kata terwawancara sendiri.
e. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tersebut pengolahan
data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak
mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai. Analisis data adalah
proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
bersamaan dengan proses pengumpulan data, proses analisis yang
dilakukan merupakan suatu proses yang cukup panjang. Data dari hasil
wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga
menjadi sebuah catatan lapangan.
f. Defenisi operasional
Untuk

memberi suatu pemahaman, agar memudahkan penelitian,

maka perlu adanya beberapa batasan penelitian dan fokus penelitian ini
yang dioperasionalkan melalui indikator sebagai berikut :
Upaya Pemerintah Kelurahan adalah peranan Lurah dan perangkat
kelurahan

dalam

menjalankan

tugas

sebagai

penyelenggara

pemerintahan tingkat kelurahan, sebagaimana diatur dalam undangundang nomor 12 tahun 2008 yakni pelaksanaan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan.

24

Adapun indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :


i. Upaya pemerintah kelurahan dalam pelaksanaan pembangunan
indikatornya adalah penyediaan sarana dan prasarana antara lain
di bidang :
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Ekonomi
Sosial
ii. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses pembangunan di
kelurahan.
Indikatornya adalah:
Faktor pendukung
Faktor penghambat

25

8. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penelitian yang akan digunakan dalam
penulisan skripsi yang disusun sebagai laporan dan pembahasan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan : Berisi latar belakang, Rumusan masalah,
Tujuan, Manfaat, dan Metodologi penelitian.
2. Bab II Tinjauan Pustaka : berisi konsep-konsep yang berkaitan
dengan penelitian.
3. Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian : berisi keadaan
Geografis, Keadaan Demografi, Keadaaan Sosial Budaya,
Keadaan Sosial Ekonomi, Sarana dan Prasarana Umum.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan : berisi jawaban dari
masalah penelitian.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
a. Buku
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.
Graha Ilmu. Yogyakarta
Affandi, Anwar dan Setia Hadi. 1996. Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan. Prisma, Jakarta

26

Agus,

Dwiyanto. 1995. Pelayanan Organisasi


Yogyakarta University Press, Yogyakarta

Pelayanan

Publik.

Amirin, Tatang, M. Drs. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Raja


Grafindo Persada, Jakarta
Bayu Suryaningrat. 1976. Pemerintahan dan Administrasi Desa. Yayasan
Beringin Korpri Unit Depdagri, Jakarta
Beratha, I Nyoman, Drs. 1991. Pembangunan Desa Berwawasan
Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta
Beratha, I Nyoman. 1982. Desa, Masyarakat dan Pembangunan Desa.
Ghalia Indonesia, Jakarta
Bintoron, Tjokroamidjojo. 1978. Pengantar Administrasi Pembangunan.
LP3ES, Jakarta
Eko, Sutoro. 2005. Pembaharuan Otonomi Daerah. APMD Press,
Yogyakarta
Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora
Utama Press (HUP), Bandung
Inu Kencana Syafie. 1994. Etika Pemerintahan. Rineka Cipta, Jakarta
Inu Kencana syafie, Andi Azikin. 2007. Perbandingan Pemerintahan.
Refika Aditama,
Juliantara, Dadang. 2000. Arus Bawah Demokrasi (Otonomi dan
Pemberdayaan Desa). Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta

Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan


PT.Gramedia Utama, Jakarta

Mentalis

Koentjaraningrat.
1991.
Metode-metode
PT.Gramedia Pustaka, Jakarta

dan

Penelitian

Pembangunan,
Masyarakat.

Kencana, Inu. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan. PT.Rafika Aditama,


Bandung
Labolo, Muhadam. 2007. Memahami Ilmu Pemerintahan. PT.Raja
Grafindo Persada, jakarta

27

Maskun, Sumitro. 1993. Pembangunan Masyarakat Desa. Media widya


Mandala, Yogyakarta
Prasadja, Buddy. 1982. Pembangunan Desa
Kepemimpinannya. CV.Rajawali, Jakarta

dan

Masalah

Sangarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai.


LP3ES, Yogyakarta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta, Bandung
Suyanto, Bagong. 2006. Metode Penelitian Sosial. Kencana, Jakarta
Syarifin, Jubaedah Dedah. 2006. Pemerintahan Daerah di Indonesia.
CV.Pustaka Setia, Bandung
Tangkilisan, Hassel Nogi S. 2003. Penataan Birokrasi Publik Era
Millenium. YPAPI, Yogyakarta
Wasistiono, Sadu. 2001. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan
Daerah. Fokumedia, Bandung
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa. PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta
Yani, Ahnad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah di Indonesia. PT.Grafindo Persada, Jakarta
b. Dokumen
Buku-buku dan Catatan Kecil Materi Kuliah
Pedoman Penulisan USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI Prodi Ilmu
Pemerintahan FISIP UNHAS Makassar 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaaraan Pemerintah
Daerah
Perda Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kecamatan dan Kelurahan

28

Peraturan Bupati Wajo Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok,


Fungsi Dan
Rincian Tugas Jabatan Struktural Lingkup
Kecamatan Dan Kelurahan
SUL-SEL, KPUD. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. KPUD, Makassar
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas
UU No. 32 Thn. 2004
Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Pembangunan Nasional

2004

Tentang

Perencanaan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Proposal Penelitian

PERANAN PEMERINTAH KELURAHAN DALAM


PEMBANGUNAN DI KELURAHAN SIWA
KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO
Proposal Penelitian untuk Skripsi S-1
Program Studi Ilmu Pemerintahan

29

Oleh
M. Agus B.
E 121 08 992

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
1. Jadwal Penelitian

Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini


berdasarkan jadwal dalam tabel berikut ini :
Bulan
Oktober

November

Desember

30

No

Kegiatan

Minggu
II

Persiapan penelitian

Pengumpulan data
penelitian

Analisis data penelitian

Evaluasi data
penelitian

Penyusunan laporan

Laporan penelitian

III

IV

II

III

IV

II

Anda mungkin juga menyukai