Konsep Dasar Skizofrenia Paranoid Dan Waham Kebesaran
Konsep Dasar Skizofrenia Paranoid Dan Waham Kebesaran
1.
Pengertian
dan
otisme.
Sedangkan
gejala
sekunder
meliputi
waham,
menurut
Maramis
(1998),
Keliat
(1998)
dan
Ramdi
(2000)
menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang
tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan
latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara
kokoh dan tidak dapat diubah-ubah. Mayer-Gross dalam Maramis (1998)
membagi waham dalam 2 kelompok, yaitu primer dan sekunder. Waham
primer timbul secara tidak logis, tanpa penyebab dari luar. Sedangkan
waham
sekunder
biasanya
logis
kedengarannya,
dapat
diikuti
dan
Etiologi
a.
Predeposisi
1)
Biologi
Psikologis
sendiri,
kemudian
memproyeksikan
perasaannya
kepada
lingkungan dan akhirnya harus menjelaskan kepada orang lain. Apa yang
seseorang pikirkan tentang suatu kejadian mempengaruhi perasaan dan
perilakunya. Beberapa perubahan dalam berpikir, perasaan atau perilaku
akan mengakibatkan perubahan yang lain. Dampak dari perubahan itu salah
satunya adalah halusinasi,dapat muncul dalam pikiran seseorang karena
secara nyata mendengar, melihat, merasa, atau mengecap fenomena itu,
sesuai
dengan
waktu,
kepercayaan
yang
irrasional
menghasilkan
Genetik
Presipitasi
c.
Faktor ini dapat bersumber dari internal maupun eksternal.
Stresor sosiokultural
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya (Stuart, 1998)
Stresor psikologis
Intensitas
kecemasan
yang
tinggi,
perasaan
bersalah
dan
berdosa,
penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta
dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan
sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan
yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).
3.
ditransformasikan
menjadi
kemandirian
yang
kokoh.
akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan
Sadock, 1997).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang
memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk
mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan
kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi
yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang
menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi
yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan
motivasi terhadap sesuatu.
4.
Jenis skizofrenia paranoid mempunyai gejala yang khas yaitu waham primer,
disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi (Maramis, 1998).
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham
adalah:
a. Status mental
1)
3)
4)
6)
Klien
dengan
waham,
tidak
memiliki
halusinasi
yang
menonjol/
menetap, kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa
klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensori dan kognisi
1)
3)
Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4)
Tipe-tipe waham
orang yang sangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien
biasanya hidup terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam
pekerjaan yang sederhana.
2)
Tipe
kebesaran
(magalomania):yaitu
keyakinan
bahwa
seseorang
memiliki bakat, kemampuan, wawasan yang luar biasa, tetapi tidak dapat
diketahui.
3)
ini jarang ditemukan (0,2%) dari pasien psikiatrik. Onset sering mendadak,
dan hilang setelah perpisahan/ kematian pasangan. Tipe ini menyebapkan
penyiksaan hebat dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan
kemungkinan dapat membunuh pasangan, oleh karena delusinya.
4)
lain. Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk
sederhana,
ataupun
terperinci,
dan
biasanya
berupa
tema
yang
Tahap-tahap halusinasi
orang
yang
berhalusinasi
menyerah
untuk
melawan
oleh
halusinasinya
daripada
menolaknya,
kesulitan
dalam
Perilaku pasien yang teramati : perilaku menyerang atau teror seperti panik,
sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, kegiatan
fisik merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri, atau
kataton, tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
7.
Penatalaksanaan
a.
Farmakoterapi
Tatalaksana
pengobatan
skizofrenia
paranoid
mengacu
pada
Anti Psikotik
Chlorpromazine
Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri.
Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
c)
Haloperidol
adalah
ketidakpatuhan
klien
minum
obat.
Kondisi
ini
harus
2)
Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari
Difehidamin
Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
3)
Anti Depresan
Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik.
Dosis : 75-300 mg/hari.
Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis
awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4)
Anti Ansietas
: 16-320 mg/hari
Meprobamat
: 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida
b.
Psikoterapi
: 15-100 mg/hari
pada
klien
bahwa
keasyikan
dengan
wahamnya
akan
Terapi Keluarga
Diagnosa Medis
a.
Aksis I
: gangguan klinis
Aksis II
: gangguan kepribadian
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
b.
Perencanaan terapi
b)