Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Struktur dan Fungsi Biomolekul

Hari/Tanggal
Waktu
PJP
Asisten

: Jumat, 9 Oktober 2015


: 08.00 - 11.00 WIB
: Inda Setyawati, STP, MSi
: Rosliana Purwaning Dyah
Caecilia Jessica U
Listia Vidyawati MM

PROTEIN I
Uji Millon, Hopkins-Cole, Ninhidrin, Belerang,
Xantoproteat, dan Biuret.
Kelompok 15
Muhammad Alwin Azhari
Ni Putu Mega Gena Yani
Neni Widowati
Nisa Widya Amanda

G84130075
G84130017
G84130048
G84130086

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PENDAHULUAN
Protein adalah rantai molekul panjang yang terdiri dari asam amino yang
bergabung dengan ikatan peptida. Berdasarkan strukturnya, protein dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer
ialah struktur dua dimensi yang menggambarkan urutan residu asam amino
penyusun protein dan ikatan tulang-punggung peptida. Struktur sekunder ialah
hasil pelipatan polipeptida akibat ikatan hidrogen O-karboksil dengan N-amino
dari ikatan peptida. Pada struktur sekunder ini, dikenal dua jenis bentuk protein,
yaitu heliks- dan lembaran terlipat-. Struktur tersier yaitu struktur tiga dimensi
hasil pelipatan polipeptida akibat interaksi antargugus R dari residu asam amino
penyusun protein. Struktur tersier dapat terjadi akibat adanya ikatan hidrogen,
ikatan disulfida, jembatan garam, dan interaksi hidrofobik. Struktur kuartener
ialah Struktur yang dihasilkan dari interaksi struktur tersier dengan senyawa lain,
baik protein maupun nonprotein (McMurry 2008).
Protein membentuk bahan struktural jaringan tubuh. Setiap protein yang
berbeda terdiri dari asam amino yang bergabung dalam berbagai urutan dengan
kombinasi yang hampir tak terbatas. Dua puluh asam amino yang berbeda
biasanya ditemukan dalam protein dan masing-masing jenis protein memiliki
urutan asam amino yang unik secara genetik yang dirumuskan untuk menentukan
bentuk dan fungsinya (Dewi et al. 2014). Asam amino adalah monomer penyusun
protein yang memiliki gugus amina dan gugus karboksil. Gugus amina pada asam
amino akan memberikan sifat basa, sedangkan gugus karboksil akan memberikan
sifat asam. Hal tersebut menyebabkan asam amino bersifat amfoter dan berperan
sebagai ion zwitter (Wilson dan Walker 2000).
Sampel protein yang digunakan pada percobaan ini adalah albumin, gelatin,
kasein, dan pepton. Masing-masing protein tersebut disusun oleh asam amino
yang berbeda-beda. Menurut data dari NCBI (2015), albumin dari organisme Bos
taurus tersusun atas asam amino A (7.9 %), R (4.3 %), N (2.3 %), D (6.6 %), C
(5.8 %), Q (3.3 %), E (9.7 %), G (2.8 %), H (2.8 %), I (2.5 %), L (10.7 %), K (9.9
%), M (0.8 %), F (4.9 %), P (4.6 %), S (5.3 %), T (5.6 %), W (0.5 %), Y (3.5 %),
dan V (6.3 %). Gelatin dari organisme Emiliania huxleyi CCMP 1516 tersusun
atas asam amino A (10.2 %), R (5.4 %), N (4.0 %), D (7.4 %), C (3.0 %), Q (2.6
%), E (4.6 %), G (7.7 %), H (2.5 %), I (3.7 %), L (7.5 %), K (2.6 %), M (1.4 %), F
(3.2 %), P (7.2 %), S (9.1 %), T (7.7 %), W (1.4 %), Y (3.3 %), dan V (5.6 %).
Kasein dari organisme Camelus dromedarius tersusun atas asam amino A (4.3 %),
R (2.2 %), N (1.3 %), D (2.2 %), C (0.4 %), Q (10.8 %), E (7.8 %), G (0.9 %), H
(1.7 %), I (6.0 %), L (12.1 %), K (6.0 %), M (3.4 %), F (3.4 %), P (15.9 %), S (6.0
%), T (6.7 %), Y (2.2 %), dan V (8.6 %). Adapun pepton dari organisme Bos
taurus tersusun atas asam amino A (6.5 %), R (3.9 %), N (4.6 %), D (3.3 %), C
(0.7 %), Q (4.6 %), E (10.5 %), G (2.0 %), H (3.3 %), I (6.5 %), L (13.7 %), K
(8.5 %), M (2.0 %), F (2.6 %), P (4.6 %), S (11.1 %), T (7.8 %), Y (0.7 %), dan V
(3.3 %).
Asam amino memiliki struktur umum yang samadan hanya berbeda pada
gugus R atau rantai sampingnya saja. Gugus R pada asam amino dapat berupa
hidrogen (glisin), alkil (alanin, valin, leusin, isoleusin, dan prolin), aromatik
(fenilalanin, tirosin, triptofan), alkohol (serin dan treonin), basa (lisin, arginin, dan

histidin), asam (asam aspartat dan asam glutamat), amida (asparagin dan
glutamin), dan sulfur (sistein dan metionin) (McMurry 2008). Percobaan Protein I
ini bertujuan menganalisis sifat, reaksi, dan struktur protein secara kualitatif
melalui uji Millon, Hopkins-Cole, Ninhidrin, Belerang, Xantoproteat, dan Biuret.

Gambar 1 Rumus umum asam amino (McMurry 2008)

METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Departemen
Biokimia IPB pada hari Jumat, 9 Oktober 2015 pukul 08.00 11.00 WIB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan fenol 2 %,
kasein 2 %, pepton 2 %, gelatin 2 %, albumin 2 %, kasein 0.02 %, pepton 0.02 %,
gelatin 0.02 %, albumin 0.02 %, pereaksi Millon, pereaksi Hopkins-Cole, asam
pekat, larutan ninhidrin, larutan NaOH 10 %, larutan Pb-Asetat 5 %, larutan
HNO3 pekat, dan larutan CuSO4 0.1 %. Adapun alat yang digunakan antara lain
tabung reaksi, pipet tetes, pipet Mohr, penangas air, penjepit tabung, dan gelas
piala.
Prosedur Percobaan
Uji Millon. Sebanyak 3 tetes pereaksi Millon ditambahkan kedalam 1.5 mL
o
larutan protein lalu dipanaskan pada suhu 100 C selama 5 menit. Pengujian
dilakukan terhadap larutan fenol 2 %, kasein 2 %, pepton 2 %, gelatin 2 %, dan
albumin 2 %.
Uji Hopkins-Cole. Pereaksi Hopkins-Cole sebanyak 1 mL dicampurkan dengan 1
mL larutan uji. Kemudian ditambahkan 1.5 mL asam pekat memalui dinding
tabung yang dimiringkan, larutan jangan dikocok. Pengujian larutan dilakukan
pada sampel kasein 2 %, pepton 2 %, gelatin 2 %, dan albumin 2%.
Uji Ninhidrin. Larutan ninhidrin 0.1 % sebanyak 0.5 mL ditambahkan ke dalam 3
mL larutan uji. Kemudian dipanaskan dalam penganas air mendidih selama 10

3
menit dan diamati perubahan yang terjadi. Pengujian dilakukan terhadap larutan
kasein 2 %, pepton 2 %, gelatin 2 %, dan albumin 2 %.
Uji Belerang. Sebanyak 2.5 mL NaOH 10 % ditambahkan pada larutan uji, lalu
didihkan satu menit. Kemudian ditambahkan 2 tetes Pb-Asetat 5 % dan lanjutkan
pemanasan selama 5 menit. Diamati perubahan warna yang terjadi. Pengujian
dilakukan terhadap larutan kasein 0.02 %, pepton 0.02 %, gelatin 0.02 %, dan
albumin 0.02 %.
Uji Xantoproteat. Sebanyak 0.5 mL HNO3 pekat ditambahkan pada 1 mL larutan
uji lalu dicampurkan. Kemudian dipanaskan sampai warna larutan menjadi
kekuningan. Setelah itu, larutan didinginkan dan tambahkan tetes demi tetes
larutan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa. Diamati perubahan warna yang
terjadi. Pengujian dilakukan terhadap larutan fenol 2 %, kasein 2 %, pepton 2 %,
gelatin 2 %, dan albumin 2 %.
Uji Biuret. Ditambahkan NaOH 10 % sebanyak 0.5 mL ke dalam 1.5 mL larutan
uji lalu dikocok. Kemudian ditambahkan 1 tetes larutan CuSO4 0.1 % lalu dikocok,
jika tidak timbul warna, ditambahkan lagi 2 tetes CuSO4.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Protein merupakan gabungan dari berbagai residu asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida. Asam amino adalah monomer protein yang
memiliki gugus amina dan karboksil pada strukturnya (McMurry 2008).
Percobaan Protein I ini dilakukan untuk mengamati dan menganalisis sifat, reaksi,
dan struktur protein secara kualitatif melalui uji Millon, Hopkins-Cole, Ninhidrin,
Belerang, Xantoproteat, dan Biuret. Masing-masing uji yang dilakukan memiliki
prinsip dan spesifikasi yang berbeda-beda terhadap sampel. Perbedaan itulah yang
dapat digunakan untuk menganalisis sifat, reaksi, dan struktur protein yang diuji.
Reaksi pada uji Millon bergantung pada keberadaan turunan monohidroksi
benzena, seperti tirosin dan fenol. Reaksi ini dapat diganggu oleh ion Cl dan
+
NH4 sehingga uji ini tidak dapat digunakan untuk menganalisis urine. Reaksi ini
tidak spesifik untuk protein. Hanya senyawa uji yang memiliki gugus fenol yang
memberikan hasil positif. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna
merah pada larutan senyawa uji (Salamah et al. 2011). Adapun hasil uji Millon
terhadap beberapa sampel protein tertera pada Tabel 1. Data pada Tabel 1
menunjukkan bahwa hanya kasein yang memberikan hasil positif berupa
terbentuk endapan merah. Bahkan, fenol yang merupakan standar untuk uji Millon
ini bernilai negatif. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
uji Millon dapat mendeteksi gugus fenol. Asam amino yang memiliki gugus fenol
adalah tirosin. Albumin, kasein, gelatin, dan pepton masing-masing mengandung
tirosin sebanyak 5.6 %, 4.7 %, 7.7 %, dan 7.8 % (NCBI 2015). Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa seharusnya uji Millon terhadap semua sampel bernilai
positif. Faktor kesalahan yang memengaruhi hasil dapat berupa kondisi reagen,

Tabel 1 Hasil uji Millon


Larutan

Hasil

Albumin

Warna

Gambar

Putih

Gelatin -

Putih

Kasein

Endapan Merah

Pepton

Putih

Fenol

Putih

Keterangan : (+) : mengandung gugus fenol


(-) : tidak mengandung gugus fenol

konsentrasi protein sampel yang digunakan, maupun kesalahan dalam melakukan


prosedur percobaan.
Uji Hopkins-Cole spesifik terhadap triptofan yang terdapat pada protein.
Triptofan akan berkondensasi dengan berbagai macam aldehida dengan adanya

asam kuat sehingga terbentuk kompleks warna. Hasil positif pada uji ini
ditunjukkan dengan terbentuknya cincin violet pada perbatasan dua cairan
(Andayani et al. 2011). Adapun hasil uji Hopkins-Cole pada beberapa sampel

5
protein tertera pada Tabel 2. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa semua
sampel protein yang digunakan memberikan hasil negatif. Uji Hopkins-Cole dapat
mendeteksi gugus indol pada suatu senyawa. Asam amino triptofan merupakan
satu-satunya asam amino yang memiliki gugus indol. Albumin, kasein, gelatin,
dan pepton masing-masing mengandung triptofan sebanyak 0.5 %, 0.0 %, 1.4 %,
dan 0.0 % (NCBI 2015). Konsentrasi triptofan yang terkandung pada masingmasing protein terbilang kecil, ditambah lagi dengan konsentrasi protein sampel
uji (albumin, kasein, gelatin, dan pepton) yang digunakan juga kecil menyebabkan
hasil uji Hopkins-Cole pada sampel bernilai negatif seluruhnya.
Uji protein ninhidrin juga dilakukan terhadap albumin, kasein, gelatin, dan
pepton. Semua asam amino dapat berekasi dengan ninhidrin (triketohidrindena
Tabel 2 Hasil uji Hopkins-Cole
Larutan

Hasil

Albumin

Warna

Cincin kuning

Gelatin -

Cincin kuning

Kasein

Cincin kuning

Pepton -

Cincin kuning

Keterangan : (+) : mengandung gugus indol


(-) : tidak mengandung gugus indol

Gambar

Tabel 3 Hasil uji Ninhidrin


Larutan

Hasil

Albumin

Warna

Gambar

Ungu kebiruan

Gelatin +

Ungu muda

Kasein

Kuning

Pepton

Ungu tua

Keterangan : (+) : mengandung gugus asam amino bebas


(-) : tidak mengandung gugus asam amino bebas

hidrat) untuk membentuk aldehida yang lebih kecil dengan melepaskan CO 2 dan
amonia. Reaksi tersebut akan menghasilkan warna biru violet atau kuning (khusus
prolin dan hidroksiprolin). Senyawa amonium kuat, amina, sebagian besar
peptida, dan protein bereaksi dengan jalur yang sama, tetapi tidak menghasilkan
CO2 dan amonia (Bintang 2010). Adapun hasil uji ninhidrin terhadap sampel
protein yang diuji tertera pada Tabel 3. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
semua protein yang diuji dengan ninhidrin memberikan hasil positif. Albumin,
gelatin,dan pepton berwarna violet, sedangkan kasein berwarna kuning
(mengandung prolin atau hidroksiprolin). Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa semua asam amino bereaksi dengan ninhidrin.
Uji Belerang spesifik terhadap protein yang tersusun atas asam amino

yang mengandung belerang. Dalam larutan basa, gugus sulfur pada asam amino
akan berekasi dengan Pb-asetat membentuk garam PbS. Hasil positif pada uji ini

7
Tabel 4 Hasil uji Belerang
Larutan Hasil

Warna Gambar

Albumin +

Coklat

Gelatin

Kasein

Pepton

Kuning
kehitaman

Tidak berwarna

Kuning
kehitaman

Keterangan : (+) : mengandung gugus belerang


(-) : tidak mengandung gugus belerang

ini ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam pada larutan sampel (Bata et al.
2011). Adapun hasil uji belerang pada beberapa sampel protein tertera pada Tabel
4. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa albumin, kasein, dan pepton
memberikan hasil positif,sedangkan gelatin bernilai negatif. Hasil positif
menunjukkan bahwa protein tersebut mengandung asam amino yang memiliki
gugus samping belerang, yaitu metionin dan sistein. Akan tetapi, uji Belerang ini
hanya spesifik terhadap sistein. Albumin, kasein, gelatin,dan pepton mengandung
sistein masing-masing sebesar 5.8 %, 0.4 %, 3.0 %, dan 0.7 %. Kadar sistein
dalam gelatin relatif lebih tinggi daripada kasein dan pepton, tetapi hasil uji
belerangnya bernilai negatif. Hal ini tentu mengindikasikan adanya suatu
kesalahan saat melakukan percobaan. Faktor kesalahan yang memengaruhi hasil
dapat berupa kondisi reagen, konsentrasi protein sampel yang digunakan, maupun
kesalahan lain dalam melakukan prosedur percobaan.
Reaksi pada uji Xantoproteat menyebabkan nitrasi dari inti benzena pada
molekul protein. Tirosin, fenilalanin, dan triptofan memiliki gugus R berupa aromatik
sehingga akan memberikan hasil positif terhadap uji ini. Cincin aromatik tersebut
akan bereaksi dengan HNO3 pekat bila dipanaskan dan membentuk warna

Tabel 5 Hasil uji Xantoproteat


Larutan

Hasil

Albumin

Warna

Gambar

Endapan kuning

Gelatin +

Kuning muda

Kasein

Kuning keruh

Pepton

Kuning tua

Keterangan : (+) : mengandung inti benzena


(-) : tidak mengandung inti benzena

kuning sampai jingga (Bintang 2010). Adapun hasil uji Xantoproteat pada beberapa
sampel protein tertera pada Tabel 5. Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa semua
sampel protein uji memberikan hasil positif pada uji ninhidrin. Hal ini
mengindikasikan bahwa seluruh protein sampel mengandung asam amino yang
memiliki rantai samping berupa gugus aromatik, seperti fenilalanin, tirosin, dan
triptofan.
Uji Biuret baik digunakan untuk menguji protein secara umum karena uji ini
dapat mendeteksi keberadaan ikatan peptida. Uji biuret berprinsip pada reaksi

2+

antara ion Cu dengan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks ungu
yang terbentuk menunjukkan keberadaan protein. Jumlah ikatan peptida yang

9
Tabel 6 Hasil uji Biuret
Larutan

Hasil

Albumin

Warna

Ungu seulas

Gelatin +

Ungu seulas

kasein

Ungu seulas

Pepton -

Gambar

Kuning

Keterangan : (+) : memiliki ikatan peptida 2


(-) : memiliki ikatan peptida < 2

terdeteksi ditunjukkan oleh intensitas warna ungu yang dihasilkan. Reaksi ini
hanya positif terhadap senyawa yang memiliki minimal dua ikatan peptida, dan
hasilnya akan negatif terhadap senyawa yang hanya memiliki satu ikatan peptida
(Bintang 2010). Adapun hasil uji Biuret terhadap beberapa sampel protein tertera
pada Tabel 6. Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa albumin, gelatin, dan kasein
memberikan hasil positif, sedangkan pepton bernilai negatif. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa albumin, gelatin,dan kasein memiliki ikatan peptida 2.
Hasil uji Biuret pepton tidak sesuai literatur. Pepton merupakan protein yang
tersusun atas 153 asam amino (NCBI 2015) sehingga pasti memiliki ikatan peptida
2. Akan tetapi, hasil uji Biuret-nya bernilai negatif. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam melakukan prosedur pengujian. Faktor
kesalahan yang memengaruhi hasil dapat berupa kondisi reagen dan konsentrasi

protein sampel yang digunakan.

10

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Protein dapat diamati sifat, reaksi, dan strukturnya melalui uji yang
bersifat kualitatif. Masing-masing uji memiliki fungsi dan prinsip yang berbeda.
Uji Millon digunakan untuk mendeteksi gugus fenol, uji Hopkins-Cole untuk
mendeteksi gugus indol, uji Ninhidrin untuk mendeteksi gugus asam amino bebas,
uji Belerang untuk mendeteksi gugus belerang, uji Xantoproteat untuk menguji
gugus aromatik/inti benzena, dan uji Biuret untuk mendeteksi ikatan peptida.
Saran
Data hasil pengujian sampel masih banyak yang tidak sesuai dengan
literatur akibat adanya kesalahan yang terjadi saat melakukan prosedur percobaan.
Oleh karena itu, penting untuk ditingkatkan kemampuan dan ketelitian dalam
bekerja di laboratorium, serta pengadaan alat dan bahan yang layak pakai atau
dalam kondisi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
[SIB] Swiss Institute of Bioinformatics. 2015. ProtParam [terhubung berkala].
http://web.expasy.org/cgi-bin/protparam/protparam. (15 Oktober 2015)
Andayani R, Yenti R, Gustiva W. 2011. Pengaruh lama penyimpanan pada suhu
kamar dan lemari pendingin terhadap kandungan protein pada dadih kerbau
dengan metode Kjeldahl. Scientia. 1(1): 53-58.
Bata M, Suwandyastuti SNO, Hidayat N. 1999. Pengaruh penambahan urea dan
belerang pada campuran tape onggok dan ampas tahu terhadap kecernaan
protein dan urea darah domba jantan. Animal Production. 1(2): 75-81.
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID) : Erlangga.
Dewi NK, Purwanto, Sunoko HR. 2014. Metallothionein pada hati ikan sebagai
biomarker pencemaran kadmium (Cd) di perairan Kaligarang Semarang.
Jurnal Manusia dan Lingkungan. 21(3): 304-305.
th

McMurry J. 2008. Organic Chemistry 8 Edition. New York (US): W.H. Freeman
and Company.
Salamah E, Purwaningsih S, Permatasari E. 2011. Aktivitas antioksidan dan
komponen bioaktif pada selada air (Nasturtium officinale L. R. Br). JPHPI.
14(2): 85-91.
Sekuen albumin [Bos taurus] telah didepositkan di GenBank dengan nomor akses
AAA51411.1.
Sekuen casein [Camelus dromedarius] telah didepositkan di GenBank dengan
nomor akses CAA10079.1.

11
Sekuenhypothetical protein EMIHUDRAFT_94966 [Emiliania huxleyi
CCMP1516] telah didepositkan di GenBank dengan nomor akses
EOD41733.1.
Sekuen proteose peptone component 3 [Bos taurus] telah didepositkan di
GenBank dengan nomor akses 2105194A.
Wilson K, Walker J. 2000. Principles and Techniques of Practical Biochemistry
th
5 Edition. Cambridge (AU): Cambridge University Press.

12

LAMPIRAN - Struktur 20 Asam Amino

Sumber : google.com
dan McMurry (2008)

Anda mungkin juga menyukai