metropolitan
yang
lebih
mementingkan
kesenangan,
tempat
menghilangkan stres dan pengobat lelah dari berbagai aktifitas yang telah dijalani.
Perkembangan Kota Pekanbaru sebagai salah satu kota Metropolitan yang
ditandai dengan makin maraknya tempat hiburan yang muncul di Kota Pekanbaru
dapat menjadi kegiatan bersosialisasi yang dianggap efisien karena aktivitas
masyarakat yang cenderung tinggi dapat mengurangi waktu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan sesama dan dapat menjadi kegiatan bersosialisasi yang
disertai
dengan
musik
dengan
tujuan
memberikan
cara mendorong atau memukul bola diatas meja khusus. Permainan Billiard terdiri
dari beberapa peralatan utama dalam memainkannya yaitu bola, cue stick, dan
meja yang dilapisi kulit dengan kantong di beberapa sisinya. Billiard juga
mempunyai sub permainan yang memiliki peraturan-peraturan yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Permainan ini dimainkan pada sebuah arena dan digemari
oleh masyarakat sebagai sarana hiburan. Namun billiard tidak hanya sebagai
sebuah permainan hiburan semata. Billiard juga merupakan sebuah olahraga yang
dapat dipertandingkan dan dapat dijadikan sebuah prestasi.
Saat ini perkembangan olahraga billiard di tanah air mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Dengan banyaknya event-event pertandingan,
olahraga billiard mempunyai peluang yang sama dengan cabang olahraga lainnya
di mana billiard juga dipertandingkan di event sea games, asian games dan
setingkat dunia, membuktikan banyaknya peminat olahraga ini. Tetapi pada
kenyataannya Billiard pada saat ini dikategorikan sebagai sarana hiburan karena
billiard merupakan salah satu olahraga yang sangat memberi peluang bisnis besar
bagi pengusaha-pengusaha billiard. Untuk mengatur tertibnya sarana hiburan
Billiard di Kota Pekanbaru ini, maka Pemerintah Kota Pekanbaru merumuskan
suatu kebijakan yang mengatur tentang waktu operasional tempat usaha yang
tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2002. Berdasarkan peraturan
tersebut diatas, juga dijelaskan mengenai waktu buka dan tutup untuk sarana
hiburan billiard adalah mulai jam 08.00 pagi sampai dengan jam 22.00 malam.
Kemajuan industri hiburan billiard ini membuat para pengelola usaha
membuat tambahan waktu sesuai dengan permintaan penggemar dari billiard itu
sendiri, tambahan waktu di luar batas waktu yang telah ditetapkan oleh perda
sangat banyak sekali ditemukan di berbagai tempat hiburan dan permainan
billyard yang ada di pekanbaru. Kurangnya kekuatan Peraturan Daerah tentang
hiburan malam tersebut dapat menyebabkan semakin banyak tempat hiburan ini
yang beraktifitas di luar jam batas yang telah ditetapkan. Selain itu, tidak menjual
minuman keras. Oleh karena itu, di dalam operasional tempat hiburan billyard di
Kota Pekanbaru tidak diperbolehkan menjual minuman keras sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 03 tahun 2002 tentang
Hiburan Umum. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Karena banyak ditemukannya tempat hiburan billiard
yang menyediakan minuman keras dalam operasional.
Berdasarkan survey awal dan pengamatan dilapangan, penulis menemukan
beberapa fenomena yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah
dalam penertiban izin hiburan billiard di Kota Pekanbaru, seperti :
1. Masih ada tempat hiburan billiard di Kota Pekanbaru yang menyalahgunakan
waktu buka dan tutup tempat hiburan billiard adalah mulai jam 08.00 pagi
sampai dengan jam 02.00 pagi. Pelanggaran tersebut diatas sering terjadi,
yakni pada hari-hari libur. Dari hasil tinjauan penulis dilapangan, adapun
beberapa perusahaan hiburan billiard di Kota Pekanbaru yang melakukan
pelanggaran dan tidak melakukan pelanggaran jam operasional dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :2
Tabel 1
2 Hasil Pra Pengamatan dan Tinjauan Lapangan pada Tanggal 10
Februari 2016
Perusahaan
1 Millenium
2 Arena Entertainment
3 88 Hokki Bowling Centre
4 Hollywood Pool & Billiard
5 Sudirman Inter Exe Club
6 Planet Billiard
7 Teratai Bilyard Sport
8 Dome Station Pool Cafe
9 Koro Koro Pool Cafe
10 361 Pool & Terrace cafe
Sumber: Tinjauan Lapangan, 2016
Alamat
Jl. T. Tambusai
Jl. T. Tambusai No.01
Jl. Riau No. 42 Lt.4
Jl. Kuantan
Jl. Sudirman No. 105
Jl. T. Umar Plaza
Jl. Arengka
Mal SKA Lt. IV
Jl. Hr. Soebrantas
Star City Square Lt. 2
Operasional
Ya
Tidak
memperjelas
konsep
pada
penelitian
ini,
maka
penulis
merangkaikan beberapa pendapat para ahli sesuai dengan tujuan penelitian. Teoriteori yang digunakan merupakan rangkaian penelitian yang akan disandingkan
pada permasalahan untuk memperoleh hasil yang baik. Menurut Ndraha,
pemerintahan adalah semua badan organisasi yang berfungsi memenuhi dan
melindungi kebutuhan dan kepetingan manusia dan masyarakat. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemerintah adalah proses pemenuhan dan perlindungan
kebutuhan masyarakat.3
Pengertian
kebijakan
publik
menurut
Dye
dalam
Subarsono,
untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuan yang objektif dan kebijakan
publik harus meliputi semua tindakan pemerintah jadi bukan semata-mata
merupakan pernyataan keinginan pemerintah saja. Sesuatu yang tidak
dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan negara. Hal ini disebabkan
karena sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai dampak
yang sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah. 4 Sementara
itu, menurut Laswell dan Kaplan dalam Nugroho mendefinisikan kebijakan publik
sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilainilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu.5
Menurut Frederick dalam Nugroho, pengertian kebijakan publik adalah
serangkaian tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana
kebijakan yang diusulkan ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus
mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. 6 Dalam
proses perumusan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan, diperlukan tindakan
evaluasi sebagai penilaian apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan
baik dan diimplementasikan dengan baik dan benar pula. Implementasi bermuara
pada output yang dapat berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung
4 Subarsono, 2008, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta. Hal 12
5 Nugroho D, Riant, 2009, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi
dan Evaluasi, Elex Media Komputindo, Jakarta. Hal 83
6 Nugroho D, Riant, Op. Cit. Hal 83
yang dapat dirasakan oleh pemanfaat. Menurut Winarno evaluasi kebijakan publik
acap kali dipahami sebagai evaluasi atas implementasi kebijakan saja.
Sesungguhnya evaluasi kebijakan publik mempunyai tiga lingkup makna, yaitu:
evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan dan evaluasi
lingkungan kebijakan.7 Sementara itu, menurut Nugroho, implementasi kebijakan
pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik.
Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan
tujuan yang jelas.8 Sedangkan menurut Gaffar, implementasi adalah suatu
rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat
sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. 9
Pengertian implementasi diatas apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah bahwa
sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk
positif seperti undang-undang dan kemudian di diamkan dan tidak dilaksanakan
atau di implementasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau di
implementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Menurut
Sunggono, implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai
10
11
jaminan
bahwa
kebijakan
tersebut
pasti
berhasil
dalam
12
dana
untuk
membiayai
program-program
yang
telah
13
4) Pembagian Potensi
Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu
kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara
para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan
dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur
organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan masalah-masalah apabila
pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan
pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan
yang kurang jelas.
Adanya penyesuaian waktu khususnya bagi kebijakan-kebijakan yang
kontroversial yang lebih banyak mendapat mendapat penolakan warga masyarakat
dalam implementasinya. Menurut Anderson dalam Sunggono, terdapat faktorfaktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan
suatu kebijakan publik, yaitu :14
1) Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, dimana
terdapat beberapa peraturan perundang-undangan atau kebijakan
publik yang bersifat kurang mengikat individu-individu.
2) Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau perkumpulan
mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan peraturan hukum dan keinginan pemerintah.
14
3) Adanya
keinginan
untuk
mencari
keuntungan
dengan
cepat
15
menurut Winarno (2004) penggunaan model untuk kajian kebijakan sangat besar
manfaatnya. Pertama, kebijakan publik merupakan proses yang kompleks, karena
itu sifat model yang menyederhanakan realitas akan sangat membantu dalam
memahami realitas yang komplek itu. Kedua, sifat alamiah manusia yang tidak
mampu memahami realitas yang kompleks tanpa menyederhanakan terlebih
dahulu, maka peran model dalam menjelaskan kebijakan akan semakin berguna.
Lester dan Stewart mengemukakan ada dua model kebijakan yang paling baik,
yaitu model elitis (elite models) dan model pluralis (pluralism models).16
Sehubungan dengan pendapat ahli di atas, maka kerangka pemikiran
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan model pluralis. Penelitian ini
banyak membahas sisi untung-rugi ekonomis kebijakan penertiban izin hiburan
billiard dan pergulatan kepentingan masing-masing aktof di tingkat lokal.
Konseptualisasi yang diajukan oleh para kaum pluralis yang sudah dikualifikasi
oleh teori group politcs dan local politics bisa dipakai untuk merumuskan
kerangka teori kebijakan.
Fokus utama dalam penelitian ini adalah implementasi kebijakan. Secara
teoritis, penulis mengadopsi teori Khairul (2011) mengenai harmonisasi kebijakan
desentralisasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu koalisi, negosiasi,
kerjasama, struktur dan kekuasaan. Kajian ini akan diarahkan untuk mendapatkan
informasi mengenai kepentingan para aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan.
16
Untuk lebih jelas melihat landasan berpikir penelitian ini, maka dapat
dilihat pada bagan berikut ini :
Gambar I.1 Kerangka Berpikir
Element 1. KEBIJAKAN
Izin Hiburan
Waktu Operasional
Hiburan
Denda dan Sanksi
Pengawasan
Harmonisasi Kebijakan
Penertiban Izin Hiburan Billiard
di Kota Pekanbaru
F. Defenisi Konseptual
Defenisi konsep operasional adalah penjabaran lebih lanjut tentang gejala
yang diteliti dan dikelompokkan dalam variabel penelitian. Adapun konsep
operasional digunakan dalam menjelaskan gejala-gejala yang diteliti, disamping
itu juga untuk menghindari kesalahpahaman dalam pengertian konsep penelitian
17
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Metode penelitian yang
18
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.
Penulis menguraikan tulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif
analitis yaitu usaha mengumpulkan, menyusun dan menginterprestasikan data
yang ada kemudian menganalisa data tersebut, menelitinya, menggambarkan dan
menelaah secara lebih jelas dari berbagai faktor yang berkaitan dengan kondisi,
situasi dan fenomena yang diselidiki.17
1. Lokasi Penelitian
Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah Kantor Satpol PP,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekanbaru, serta tempat Hiburan
Billiard di Kota Pekanbaru dengan pertimbangan bahwa banyaknya tempat
hiburan billiard yang beroperasional di Kota Pekanbaru, sehingga dengan
memilih lokasi ini diharapakan agar mudah untuk mengetahui kebijakan
ekonomi politik dalam penertiban izin hiburan billiard di Kota Pekanbaru.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan kata-kata atau tindakan orang yang
diamati atau di wawancarai.18 Data primer ini digunakan sebagai data
utama dalam penelitian ini. Didalam data primer ini berasal dari
informan atau narasumber yang diwawancarai oleh penulis.
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari
arsip-arsip dan catatan-catatan yang terdapat pada kantor atau instansi
17 Moleong, Lexy, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya,
Bandung. Hal 15
18 Ibid. Hal 112
19
No
Subjek
Penelitian
Informan
Kunci
Tabel 2
Subjek Penelitian
Nama
Drs. H.Hermanius, MM
Jabatan
Jml
Kadis Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kota
20
Sarkawi, S.Pd, MM
Pekanbaru
Seksi Rekreasi
dan Hiburan
Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kota
Zulfahmi Adrian, AP. M.Si
Pekanbaru
Kepala Satpol PP
Budi Mulia, SH
Kota Pekanbaru
Sekretaris Satpol
PP Kota
Desheriyanto, S.STP
Pekanbaru
Kepala Bidang
Ketertiban Umum
Satpol PP Kota
2
Informan
Tarigan
Pekanbaru
Pemilik Teratai
Reymond Basir
Bilyard Sport
Pemilik
Planet
Tambahan
Anton
Parmonangan
Jumlah
Billiard
Pelanggan Teratai
Pelanggan Planet
21
1
1
9
penelitian
kualitatif.
Wawancara
dilakukan
dengan
menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara secara mendalam/indepth interview dengan seluruh informan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara meneliti,
mempelajari, serta menelaah dokumen, arsip-arsip yang terdapat
diinstansi-instansi terkait mengenai penelitian. Peneliti mengumpulkan
informasi atau dokumen yang telah tersedia melalui literatur-literatur
maupun data-data yang telah tersedia pada instansi terkait dan pustaka
yang relevan dengan topik penelitian. Dokumen adalah bahan tertulis,
ataupun film maupun foto-foto yang dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik sesuai dengan kepentingan.21
5. Teknik Analisa Data
Setelah pengumpulan data tahap selanjutnya ialah analisis data,
yaitu penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
20 Gulo W, 2005, Metodelogi Penelitian, Gramedia, Jakarta. Hal 119
21 Moleong, Lexy, Op. Cit. Hal 216
22
H. Sistematika Penulisan
23
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
BAB III
BAB IV
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dibuat serta
saran-saran hasil penelitian.
I. Daftar Kepustakaan
24
25
26
PROPOSAL
OLEH:
MUHAMMAD YUSUF
1201154217
27