B2M5
B2M5
(1410015040)
(1410015047)
(1410015062)
(1410015020)
Cindy Wira P.
(1410015021)
Faradiba Maulidina
(1410015041)
(1410015042)
(1410015065)
Zuhaidah Karimah
(1410015066)
Muhammad Amrillah
(1310015059)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nyalah laporan diskusi kelompok kecil ini ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari DKK kami
mengenai Modul 5 respirasi pada keadaan khusus dalam Blok II Sistem Respirasi. Laporan
ini secara menyeluruh membahas mengenai saluran respirasi atas. Laporan ini dibuat sebagai
bukti jalannya diskusi kelompok kecil kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, antara lain :
1.
2.
3.
kelompok 6.
Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2014 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari dalam laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan
dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.
Samarinda, 20 November 2014
Kelompok 6
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................
.2 Tujuan Pembelajaran................................................................
Skenario..............................................................................
1.2.
1.3.
Identifikasi Masalah.......................................................................
1.4.
Analisa Masalah.............................................................................
1.5.
Strukturisasi....................................................................................
1.6.
1.7.
Belajar Mandiri..............................................................................
1.8.
Sintesis...........................................................................................
13
3.2 Saran.........................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pernapasan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, memiliki tujuan utama
1.2
Tujuan
Berdasarkan
skenario
yang
diberikan
pada
modul
ini,
kami
telah
1.3
Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami mekanisme respirasi pada saat berada ketinggian
2. Mahasiswa mampumemahami mekanisme respirasi pada saat berolahraga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Skenario
PINGSAN SAAT MENDAKI GUNUNG TAMBORA
Dini hari di sebuah desa Doro Mboha Kabupaten Dompu NTB, tampak sekelompok Tim
ekspedisi vulkanologi yang bersiap-siap melakukan pendakian Gunung Tambora dengan
ketinggian 2.850 meter. Salah seorang diantaranya bernama Pak Bambang yang tampak sehat
dan segar bugar. Sesaat kemudian Tim mulai bergerak mendaki gunung dan Pak Bambang
mendaki dengan bersemangat, sampai pada ketinggian 1.150 meter Dia tampak bernapas
lebih cepat dan dalam. Setelah beristirahat sejenak Tim melanjutkan perjalanan ke arah
kaldera yang terletak di ketinggian 1.950 meter, akan tetapi sebelum mencapai kaldera Pak
Bambang merasa ototnya lebih lemah dan sangat mengantuk dan akhirnya jatuh pingsan.
Paramedik yang mendampingi tim ekspedisi langsung menangani Pak Bambang dan
menduga Pak Bambang mengalami hipoksia akut.
2.2
Identifikasi Istilah
Berdasarkan pada Blok 2 Modul 3 ini, kami mengidentifikasi beberapa istilah asing
2.3
Ekspedisi
Vulkanologi
Pingsan
: suatu keadaan kehilangan kesadaran secara mendadak, kurangnya
aliran O2 di darah dalam otak.
Paramedik
Hipoksia akut
Kaldera
: kawah gunung berapi yang sangat besar karena ledakan atau
runtuhan gunung berapi
Identifikasi Masalah
Sesuai kasus yang disajikan pada skenario, kami dapat mengidentifikasikan beberapa
masalah yang timbul dalam kasus tersebut sebagai berikut.
1. Mengapa pak Bambang bernafas lebih cepat dan dalam ?
2. Mengapa pak Bambang mengalami lemah otot dan mudah mengantuk kemudian
pingsan ?
3. Bagaimana paramedik menduga pak bambang hipoksia akut ?
4. Mengapa hanya pak bambang yang terkena hipoksia akut ?
5. Bagaimana cara menangani hipoksia akut pada pak bambang ?
2.4Analisa Masalah
Berdasarkan masalah masalah yang telah berhasil kami identifikasikan, kami dapat
menyimpulkan beberapa pendapat dalam diskusi sebagai hipotesa awal kami sebagai berikut.
1. -
2. Karena Otot membutuhkan ATP maka pak bambang bernafas dalam karena
kekurangan oksigen, kurangnya oksigen di otak menyebabkaan kantuk dan kemudian
pingsan.
3. Karena ciri-ciri yang tampak pada pak bambang seperti otot melemah, mual, sakit
kepala, euforia, kejang adalah ciri-ciri hipoksia akut.
4. a.
b. Karena kurangnya istirahat saat mendaki dan mendaki yang terlalu cepat.
5. Dengan menggunakan pertolongan sinkop saat pingsan yaitu posisi kepala lebih
rendah dari kaki, dan dibawa ke tempat yang lebih rendah .
2.5
Strukturisasi
Respirasi pada
Keadaan Khusus
Kontrol Respirasi
Pada Keadaan
Khusus
Respirasi pada
ketinggian
Respirasi pada
saat olahraga
Rendahnya
PO2
Aklimatisasi
2.7
Ciri-ciri
Perbedaan
Belajar Mandiri
Pada tahap ini masing-masing anggota diskusi kelompok kecil melakukan belajar
secara mandiri sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditentukan sebelumnya untuk
mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas pada diskusi kelompok kecil 2.
2.8
SINTESIS
1. Fisiologi pada saat berada pada ketinggian seperti berada diatas gunung
Pada saat seseorang diatas pegunungan maka secara otomatis tubuhnya akan
melakukan aklimatisasi sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi diatas pegunungan.
Pada saat diatas pegunungan tekanan atmosfer menjadi rendah sehingga menyulitkan
proses pernapasan didalam tubuh. Mengapa tekanan atmosfer yang rendah dapat
menghambat proses pernapasan karena pada saat tekanan atmosfer diatas pegunungan
terjadi penurunan, kadar atau fraksi oksigen tidak mengalami pengurangan sehingga
tekanan parsial oksigen di tempat tinggi menjadi turun dibawah normal dan berkisar
100 mmHg. Karena tekanan parsial oksigen diatmosfer menurun maka menyebabkan
tubuh mengaklimatisasi guna untuk menyesuaikan tekanan parsial oksigen di alveoli
dan di atmosfer. Jika seseorang gagal dalam melakukan aklimatisasi maka seseorang
tersebut akan mengalami hipoksia akut dan acute mountain sickness. Cara tubuh
untuk mengaklimatisasi terhadap perbedaan tekanan parsial yaitu dengan cara :
1. Jika ada terjadi penurunan PO2 di dalam arteri maka akan secara otomatis akan
ditangkap oleh kemoreseptor perifer karena pada dasarnya kemoreseptor perifer
ini merangsang kuat terhadap PO2 arteri. Letak kemoreseptor perifer ini terletak di
badan karotis dan badan aorta yang masing-masing terletak dipercabangan arteri
karotis komunis disisi kanan dan kiri dan diarkus aorta.
2. Karena adanya penurunan PO2 arteri secara signifikan (yaitu jika PO2 arteri turun
dibawah 60 mmHg) akan merangsang kemoreseptor untuk mengirimkan neuron
ke badan medulla untuk mempercepat dan memperdalam ventilasi untuk
memenuhi kebutuhan PO2 dalam darah.
3. Bentuk rangsangan atau tindakan yang dilakukan oleh kemoreseptor ini hanya
terjadi jika terjadi kekurangan PO2 didalam darah, bukan karena kurangnya kadar
oksigen didalam darah.
4. Jika ada terjadi peningkatan Pco2 didalam arteri maka akan merangsang
kemoreseptor sentral. Sebenarnya kemoreseptor sentral bukan merangsang
langsung terhadap Pco2 didalam darah melainkan hanya merangsang H+ yang
berada didalam CES (Cairan Ekstrasel) otak. Kemoreseptor sentral ini berada
dibatang otak. Zat-zat yang bisa dilalui didalam CES otak hanyalah senyawa gas
seperti O2 dan CO2. Karena adanya kadar H+ yang tinggi dalam CES otak maka
kemoreseptor sentral akan mengirimkan sinyal ke pusat pernapasan di medulla
untuk meningkatkan ventilasi guna untuk mengeluarkan CO2 keluar dari tubuh
menuju atmosfer.
Fisiologi pada saat melakukan kegiatan atau exercise
Pada saat kita berolahraga tubuh kita pasti memerlukan oksigen yang lebih banyak
untuk memenuhi proses metabolisme didalam tubuh terutama diotot (pada saat kita
berolahraga). Untuk mencukupi kebutuhan oksigen ini maka pernapasan pun akan
menjadi cepat dan dalam. Bentuk penyesuaian tubuh terhadap kegiatan atau exercise
juga hampir mirip dengan proses aklimatisasi saat berada di ketinggian. Penyebab
peningkatan ventilasi ini dapat dipengaruhi oleh 3 faktor kimiawi yaitu : peningkatan
Po2, peningkatan Pco2 dan peningkatan H+ akan tetapi tampaknya bukan hal ini yang
terjadi. Selain faktor kimiawi ada juga faktor lain yang berperan dalam respons
ventilasi terhadap olahraga yaitu :
1. Reflex yang berasal dari gerakan tubuh. Reseptor sendi dan otot yang tereksitasi
selama kontraksi otot secara reflex merangsang pusat pernapasan, meningkatkan
ventilasi secara mendadak. Bahkan gerakan pasif anggota badan.
2. Peningkatan suhu tubuh. Banyak dari energy yang dihasilkan selama kontraksi
otot diubah menjadi panas dan bukan melakukan kerja mekanis yang
sesunggahnya. Karena peningkatan suhu tubuh merangsang ventilasi maka
produksi panas terkait olahraga ini jelas berperan dalam respons pernapasan
terhadap olahraga. Untuk alas an yang sama, peningkatan ventilasi sering
menyertai demam
3. Pelepasan epinefrin. Hormon medulla adrenal epinefrin juga merangsang
ventilasi. Kadar epinefrin dalam darah meningkat selama olahraga sebagai respons
terhadap lepas muatan system saraf simpatis yang menyertai peningkatan aktivitas
fisik
Impuls dari korteks serebri. Khususnya pada awal olahraga, daerah motoric korteks
serebri dipercayai merangsang secara bersamaan neuron-neuron motorik otot. Hal ini
serupa pada penyesuaian kardiovaskular yang dimulai oleh korteks motoric pada awal
olahraga. Dengan cara ini, regio motoric otak mengaktifkan respons ventilasi dan
sirkulasi untuk menunjang peningkatan fisik yang dilakukannya. Penyesuaian
antisipatorik ini adalah mekanisme regulatorik umpan maju: yaitu, penyesuaian terjadi
8
sebelum faktor-faktor homeostatic berubah. Hal ini berbeda dari hal yang lebih umum
terjadi yaitu penyesuaian regulatorik untuk memulihkan homeostatis berlangsung
sesudah suatu faktor mengalami perubahan.
2.
kapiler,yang
selanjutnya
menyebabkan
biasanya
pemberian
oksigen
akan
acute
mountain sickness tetapi memiliki sifat persisten dan sembuh dengan turun ke
tempat yang lebih rendah.
3. Aklimatisasi
Aklimatisasi pada PO2 rendah
Sesorang yang tinggal di tempat tinggi selama beberapa hari, minggu, atau
tahun, menjadi teraklimatisasi terhadap PO2 rendah, sehingga efek buruknya terhadap
tubuh makin lama makin berkurang, dan memungkinkan orang tersebut bekerja lebih
berat tanpa mengalami hipoksia atau untuk naik ketempat yang lebih tinggi.
Prinsip-prinsip utama yang terjadi pada aklimatisasi ialah (1) peningkatan
ventilasi paru yang cukup besar, (2) peningkatan jumlah sel darah merah, (3)
peningkatan kapasitas difusi paru, (4) peningkatan vaskularisasi jaringan perifer, dan
(5) peningkatan kemampuan sel dalam menggunakan oksigen sekalipun PO2 rendah.
Aklimatisasi alami pada penduduk asli yang hidup di tempat tinggi
10
4.
Hipoksia
berdasarkan jangka waktu : terbagi menjadi 2 yaitu kronis dan akut.
Akut : saat tekanan parsial O2 turun ketika berada di ketinggian tekanan parsial
di alveolus juga turun hingga 60 mm Hg juga frekwensi dan kedalaman
pernapasan maka hal ini akan menyebabkan kekurangan O2 di tingkat jaringan.
Hal ini dapat memicu kemoreseptor perifer mengerimkan impuls aferen ke
kemoreseptor sentral yang mnyebabkan peningkatan frekwensi dan kedalaman
pernapasan.
11
Kronis : hipoksia kronis tidak hanya terjadi pada orang yang tinggal lama di
ketinggian namun dapat di karenakan oleh penyakit jantung paru yang menahun
yang memberikan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan O2 di tingkat jaringan.
Ciri-cirinya :
Kronis :
Polycythemhia
Hypertropi ventrikel kanan
Dipsnu
Kelelahan
Papill edema
Arrthythmias
Akut:
Takikardia
Meningkatnya frekwensi pernapasan
Dipsnu
Gelisah
Penglihatan yang buram
Europia
Koma
Kematian
Pengobatan : Terapi O2
12
13
menggunakan O2 yang di kirimkan. Oleh karena itu, masih diragukan terapi O2 adalah
suatu terapi yang bermanfaat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
KESIMPULAN
Seseorang manusia selalu menyesuaikan fungsi tubuhnya dimanapun tempatnya untuk
3.2
SARAN
Dengan mengetahui modul ini, dapat mempermudah kita untuk mengetahui proses
proses aklimatisasi. Dan dengan mengetahui ini kita dapat mempersiapkan diri dalam
mendaki gunung
14
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia : Dari Sel ke Sistem (Ed. 6). Jakarta : EGC
Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Ed. 12). Jakarta : EGC
15