Sistem pengereman adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk menghalangi suatu gerakan.
Sistem pengereman bertugas mengkonversi energi mekanis (energi gerak) suatu benda ke bentuk
lain sehingga gerakan benda tersebut menjadi berkurang. Pada mobil yang sedang bergerak
misalnya, sistem rem mengkonversikan energi gerak mobil menjadi panas yang terbuang melalui
gesekan pada kanvas rem dengan piringan ataupun tromol roda. Dengan kata lain sistem rem
konvensional (sebut saja rem tormol ataupun rem cakram) membuang begitu saja energi panas
yang terjadi pada saat proses pengereman.
Pengereman regeneratif, atau yang lebih dikenal dalam Bahasa Inggris dengan istilah
regenerative braking, menjadi satu model sistem pengereman yang dapat meminimalisir energi
terbuang pada sistem pengereman konvensional. Secara etimologi regenerative berasal dari kata
re-generate yang berarti dibangkitkan kembali atau singkat kata diregenerasi. Sehingga secara
garis besar pengereman regeneratif adalah sebuah sistem pengereman dengan jalan
mengkonversikan energi mekanis sistem menjadi bentuk energi lain yang dapat disimpan untuk
digunakan kembali nanti pada saat dibutuhkan.
Di dunia otomotif dikenal ada dua tipe pengereman regeneratif, yakni tipe elektrik dan tipe
mekanik. Penggolongan keduanya adalah berdasarkan bentuk energi yang tersimpan pada sistem
pengereman regeneratif. Pengereman regeneratif tipe elektrik menyimpan energi dalam bentuk
listrik pada baterai, sedangkan tipe mekanik menyimpan energi dalam bentuk putaran kinetik
pada sebuah flywheel (roda gila).
Sistem pengereman regeneratif tipe elektrik sangat umum digunakan pada mobil-mobil listrik
maupun hybrid. Mobil listrik menggunakan motor listrik sebagai penggerak roda dan baterai
sebagai tempat menyimpan energi listrik. Pada saat pengemudi menginjak pedal gas, supply
listrik dari baterai masuk ke motor listrik sehingga mobil berakselerasi. Sedangkan pada saat
pengemudi melepas pedal gas ataupun menginjak pedal rem, motor listrik akan berubah fungsi
menjadi generator sehingga putaran roda mobil seakan-akan terbebani oleh generator tersebut.
Pada saat inilah energi kinetik putaran roda terkonversi menjadi energi listrik yang akan
disimpan di baterai.
sehingga energi listrik yang tersimpan di dalam baterai tersupply ke mesin DC. Mesin DC akan
bekerja sebagai motor listrik dan menambah daya mesin mobil. Menurut regulasi F1, sistem
KERS dapat menambah daya mesin sebesar 85bhp dalam waktu kurang dari 7 detik.
(a)
(b)
(c)
(d)
Aliran Arus Proses Pengereman Regenerative Elektrik
Gambar-gambar di atas adalah skema arah arus listrik rangkaian ECU pada berbagai kondisi
mesin DC termasuk putaran maju, putaran mundur, serta proses regenerative braking. Gambar
(a) adalah kondisi pada saat motor digunakan untuk mobil bergerak maju, dimana Q1 dan Q4
pada posisi ON. Aliran arus listrik sesuai dengan yang ditunjukan oleh garis merah dan melewati
kumparan Lf, MOSFET Q1, motor listrik (La), dan MOSFET Q4.
Saat pengemudi melepas pedal akselerasi, rangkaian akan berposisi sesuai dengan gambar (b).
Dimana Q1 dan Q4 berposisi OFF, sehingga tidak ada supply tegangan ke motor. Pada kondisi ini,
mesin DC akan bekerja sebagai generator karena ia tetap berputar dengan arah putaran yang
sama dengan sebelumnya, sebagai akibat dari kelembaman kendaraan yang masih bergerak.
Dengan arah putaran yang sama ini, maka arah arus yang dihasilkan oleh generator adalah
melawan arah arus pada gambar (a). Arah arus yang demikian menghasilkan proses pengisian
energi listrik ke baterai, dan karena proses ini menimbulkan efek torsi yang arah nya melawan
arah putaran mesin DC maka akan menimbulkan efek pengereman pada mesin, di sinilah proses
pengereman regeneratif terjadi.
Diagram rangkaian (c) adalah kondisi pada saat mesin DC berfungsi sebagai motor dengan arah
putaran yang berlawanan arah dengan kondisi (a). Kondisi ini berguna pada saat kendaraan
listrik melakukan manuver reverse atau berjalan mundur. Dengan membalik arah supply arus ke
mesin DC akan didapatkan putaran terbalik. Kondisi ini diatur dengan jalan meng-ON-kan
MOSFET Q2 dan Q3. Pada saat pengemudi melepas pedal akselerasi, proses pengereman
regeneratif kembali terjadi (gambar d). Dimana MOSFET Q2 dan Q3 berada pada posisi OFF,
arus listrik berbalik arah melewati diode-diode, dan pengisian baterai kembali terjadi. Proses ini
menimbulkan torsi dengan arah melawan arah putaran rotor mesin DC, sehingga torsi ini
berfungsi sebagai gaya pengereman.