Anda di halaman 1dari 41

PROFIL KIMIA FRAKSI AKTIF ANTIOKSIDAN DARI

EKSTRAK METANOL DAUN POHON PENGHASIL GAHARU


Aquilaria microcarpa HASIL INOKULASI

MAKKY JANUARI MUKTI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Kimia Fraksi
Aktif Antioksidan dari Ekstrak Metanol Daun Pohon Penghasil Gaharu Aquilaria
microcarpa Hasil Inokulasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016


Makky Januari Mukti
NIM G44124017

ABSTRAK
MAKKY JANUARI MUKTI. Profil Kimia Fraksi Aktif Antioksidan dari Ekstrak
Metanol Daun Pohon Penghasil Gaharu Aquilaria microcarpa Hasil Inokulasi.
Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan ERDY SANTOSO.
Aquilaria microcarpa merupakan salah satu pohon penghasil gaharu yang
digunakan secara luas dalam produksi minyak atsiri. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi komponen kimia fraksi aktif antioksidan dari ekstrak
metanol daun pohon A. microcarpa hasil inokulasi. Percobaan dilakukan dengan
mengekstraksi daun menggunakan pelarut metanol, lalu ekstrak kasar tersebut
difraksionasi dengan teknik kromatografi kolom gradien menggunakan 4 pelarut
yang berbeda polaritasnya. Fraksionasi dengan kolom silika gel menghasilkan 4
fraksi, yaitu fraksi diklorometana, diklorometana-metanol 1:1, metanol, dan
metanol-air 1:1. Uji aktivitas antioksidan setiap fraksi menunjukkan bahwa fraksi
metanol memiliki aktivitas tertinggi dalam penghambatan radikal 2,2-difenil-1pikrilhidrazil (DPPH) dengan nilai IC50 25.89 g/mL. Kromatogram gas-spektrum
massa fraksi tersebut menunjukkan keberadaan senyawa fenolik, yaitu 5nitropirimidina-2,4-diol (0.22%) dan amina sekunder aromatik, yaitu asam N-(3,5dinitro-2-piridinil)aspartat (0.10%) yang diduga berperan sebagai senyawa
antioksidan. Kapasitas antioksidan yang baik ini menunjukkan potensi daun A.
microcarpa sebagai sumber obat yang berguna.
Kata kunci: amina sekunder aromatik, antioksidan, daun, fenolik, gaharu

ABSTRACT
MAKKY JANUARI MUKTI. Chemical Profile of Antioxidant Active Fraction of
Methanol Extract of Inoculated Agarwood-Producing Tree Aquilaria microcarpa
Leaves. Supervised by DUDI TOHIR and ERDY SANTOSO.
Aquilaria microcarpa is one of the agarwood-producing trees widely used
for highly valuable essential oil production. This study aimed to identify chemical
components in antioxidant active fraction of methanol extract of inoculated A.
microcarpa tree leaves. The experiment was performed by extracting the leaves
with methanol solvent, and then the extract was fractionated using gradient
column chromatography method utilizing 4 solvents with different polarities. This
fractionation using silica gel column gave 4 fractions, namely dichloromethane,
dichloromethane-methanol 1:1, methanol, and methanol-water 1:1 fractions.
Determination on antioxidant activity of each fraction showed that methanol
fraction has the highest inhibition of 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
radical scavenging activity with IC50 of 25.89 g/mL. Gas chromatogram-mass
spectrum of the fraction showed a phenolic compound as 5-nitropyrimidine-2,4diol (0.22%) and a secondary aromatic amine as N-(3,5-dinitro-2pyridinyl)aspartic acid (0.10%), which presumably act as antioxidant agents. The
antioxidant property indicates the potential of A. microcarpa leaves as a source of
useful drugs.
Keywords: agarwood, antioxidant, leaves, phenolic compound, secondary
aromatic amine

PROFIL KIMIA FRAKSI AKTIF ANTIOKSIDAN DARI


EKSTRAK METANOL DAUN POHON PENGHASIL GAHARU
Aquilaria microcarpa HASIL INOKULASI

MAKKY JANUARI MUKTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Profil Kimia Fraksi Aktif
Antioksidan dari Ekstrak Metanol Daun Pohon Penghasil Gaharu Aquilaria
microcarpa Hasil Inokulasi ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Dudi Tohir, MS dan
Bapak Dr Erdy Santoso, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi
bimbingan, arahan, dan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Atep dari KHDTK Carita yang telah membantu dalam pengambilan
sampel dan Bapak Sabur dari Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia
IPB yang telah membantu dalam persiapan alat dan bahan penelitian. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ibu dan seluruh keluarga atas segala doa,
dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016


Makky Januari Mukti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Alat dan Bahan
Pengambilan Sampel
Preparasi Sampel
Penentuan Kadar Air
Ekstraksi
Fraksionasi
Uji Aktivitas Antioksidan
Analisis GC-MS
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Ekstraksi
Fraksionasi
Aktivitas Antioksidan
Analisis GC-MS
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii
1
2
2
2
2
3
3
3
4
4
4
4
5
6
6
8
10
10
10
11
13
27

DAFTAR TABEL
1 Aktivitas antioksidan ekstrak kasar dan hasil fraksionasi
2 Profil kimia fraksi metanol ekstrak daun muda A. microcarpa hasil
inokulasi

7
9

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram rendemen fraksi-fraksi ekstrak metanol daun A. microcarpa
hasil inokulasi, menggunakan kolom silika gel dengan varian eluen
2 Reaksi DPPH dengan antioksidan
3 Dugaan senyawa aktif antioksidan dalam fraksi metanol ekstrak daun
muda A. microcarpa hasil inokulasi: 1) alkaloid fenolik (5nitropirimidina-2,4-diol) dan 2) alkaloid amina sekunder aromatik
(asam N-(3,5-dinitro-2-piridinil)aspartat)

6
7

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Diagram alir penelitian


Kadar air simplisia daun muda A. microcarpa hasil inokulasi
Rendemen ekstrak dan fraksi
Hasil uji antioksidan metode peredaman radikal bebas DPPH
Spesifikasi dan kondisi alat GC-MS
Kromatogram GC-MS fraksi metanol
Struktur senyawa-senyawa hasil analisis GC-MS

13
14
15
16
22
23
24

PENDAHULUAN
Gaharu adalah komoditas hasil hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi
tinggi karena sangat luas aplikasinya sebagai bahan wewangian, minyak atsiri,
dan pengobatan. Pohon penghasil gaharu terbaik di Indonesia antara lain
Aquilaria malaccensis, Aquilaria microcarpa, dan Gyrinops versteegii. Ketiganya
termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas
Magnoliopsida, ordo Myrtales, dan famili Thymelaeaceae (Chang et al. 2008).
Secara umum, perdagangan gaharu digolongkan ke dalam 3 kelas: gubal,
kemedangan, dan abu. Komponen utama minyak gaharu adalah seskuiterpena dan
kromon seperti agarofuran, 2-(2-feniletil)kromon, agarol, agarospirol, dan jinkoheremol (Bhuiyan et al. 2004). Seskuiterpena dan kromon inilah yang
menghasilkan aroma khas gaharu.
Gaharu merupakan endapan resin yang terakumulasi pada jaringan kayu
sebagai reaksi pohon terhadap infeksi jamur. Masuknya mikrob ke dalam jaringan
tanaman yang terluka dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman
menghasilkan senyawa fitoaleksin yang merupakan metabolit sekunder sebagai
mekanisme pertahanan tanaman terhadap penyakit akibat infeksi tersebut. Kini
pembentukan gaharu dengan teknologi inokulasi membantu produksi gaharu agar
dapat direncanakan dan dipercepat, yaitu melalui induksi jamur pembentuk gaharu
pada batang pohon penghasil gaharu (Siran 2010).
Di bidang pengobatan tradisional, dilaporkan bahwa gaharu dimanfaatkan
sebagai obat gangguan ginjal, hepatitis, sirosis, rematik, malaria, tukak lambung,
sakit perut dan diare, penghilang stres, penghilang rasa sakit, bahan antibiotik,
stimulan kerja syaraf, antiasma, dan antikanker (Novriyanti 2008). Manfaat
gaharu yang sangat tinggi kemudian menyebabkan perburuan besar-besaran pada
spesies pohon penghasil gaharu dan mengakibatkan spesies tersebut menjadi
langka. Aquilaria microcarpa, salah satu pohon penghasil gaharu terbaik yang
banyak tumbuh di Sumatera dan Kalimantan, telah dimasukkan ke dalam
Appendix II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora (CITES) sejak tahun 2004 sebagai tumbuhan yang terancam
punah sehingga dalam penebangan dan perdagangannya dibatasi (CITES 2004).
Penelitian telah banyak dilakukan terhadap gaharu dan mengungkap
berbagai macam aktivitas farmakologis yang dimilikinya. Aktivitas farmakologis
tersebut ditentukan terutama oleh kandungan senyawa metabolit sekundernya
(Lisdawati et al. 2006). Sementara itu, seiring proses pembentukan gaharu,
metabolisme pohon penghasil gaharu juga meningkat sehingga metabolit sekunder
yang dihasilkan diduga terdistribusi ke bagian lain dari pohon terutama daun.
Oleh karena itu, studi pada daun pohon penghasil gaharu perlu dikembangkan
sehingga dapat ditentukan potensi farmakologisnya dan di samping itu, juga dapat
meminimumkan kepunahan spesies akibat penebangan pohonnya.
Uji toksisitas ekstrak kasar berbagai macam daun pohon penghasil gaharu,
baik yang diinokulasi maupun yang tidak, telah dilakukan dan dilaporkan bahwa
konsentrasi mematikan 50% (LC50) ekstrak kasar daun muda pohon A.
microcarpa hasil inokulasi isolat jamur asal Papua sebesar 26.47 g/mL (Dewi
2013). Suatu ekstrak berpotensi sebagai antikanker jika LC50 30 g/mL sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh National Cancer Institute (Ariffin et al.

2009). Data ini mendukung penelitian untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan


dari ekstrak daun tersebut. Suatu ekstrak berpotensi sebagai antioksidan jika
konsentrasi penghambatan 50% (IC50) 200 g/mL (Molyneux 2004).
Antioksidan adalah bahan yang beraktivitas mencegah atau menghambat
kerusakan sel akibat reaksi oksidasi oleh radikal bebas (Huda et al. 2009).
Aktivitas antioksidan suatu tanaman obat ditentukan oleh kandungan metabolit
sekunder atau senyawa aktif yang dimilikinya sehingga menentukan kualitas
pengobatan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
komponen kimia fraksi aktif antioksidan dari ekstrak metanol daun muda pohon
penghasil gaharu A. microcarpa hasil inokulasi.

METODE
Metode penelitian diringkaskan dalam diagram alir pada Lampiran 1 yang
terdiri atas tahap pengambilan sampel, preparasi sampel, maserasi dengan pelarut
metanol, fraksionasi kolom, uji aktivitas antioksidan metode DPPH, dan analisis
kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS).

Alat dan Bahan


Bahan-bahan yang digunakan antara lain daun muda pohon penghasil gaharu
berumur 17 tahun jenis A. microcarpa hasil inokulasi jamur Fusarium solani
(isolat asal Papua) pada tahun 2009, metanol teknis, diklorometana teknis,
akuades, silika gel 60 (0.040-0.063 mm), asam askorbat (vitamin C), dan 2,2difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH).
Alat yang digunakan antara lain alat kaca, oven, eksikator, penguap putar,
kromatografi kolom, spektrofotometer ultraviolet tampak (UV-Vis) berkas ganda
Pharma Spec 1700 Shimadzu, dan GC-MS Agilent dengan GC seri 7890 dan MS
seri 6950.

Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus
(KHDTK) Carita, Banten (6 28 LS; 105 85 BB) pada bulan Desember 2014.
Daun berasal dari pohon A. microcarpa hasil inokulasi isolat jamur asal Papua (F.
solani). Daun yang diambil adalah daun muda. Daun muda adalah pucuk sampai
beberapa tangkai daun setelahnya yang daunnya masih bertekstur halus, tidak
kaku, dan berwarna hijau muda mengilat.

Preparasi Sampel
Sampel dikeringkan di dalam oven bersuhu 50 C selama 3 hari hingga
kadar air tidak lebih dari 10%. Setelah itu, sampel digiling hingga menjadi serbuk
yang selanjutnya disebut simplisia.

Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)


Simplisia ditimbang sebanyak 1 g kemudian dimasukkan ke dalam cawan
porselen yang telah dipanaskan sebelumnya di dalam oven bersuhu 105 C selama
3 jam sampai bobotnya konstan. Cawan berisi sampel dipanaskan di dalam oven
bersuhu 105 C selama 3 jam, lalu didinginkan di dalam eksikator dan ditimbang.
Pemanasan diulangi hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air contoh ditentukan
dengan persamaan
d r ir ( )

100

Keterangan: A = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)


B = bobot contoh setelah dikeringkan (g)

Ekstraksi (Dewi 2013)


Simplisia ditimbang sebanyak 280 g, lalu dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Metanol ditambahkan dengan nisbah bobot simplisia terhadap volume
metanol sebesar 1:10, dan maserasi dilakukan selama 24 jam dengan bantuan
pengadukan secara berkala. Filtrat disaring dan residu diremaserasi dengan
volume metanol yang sama selama 24 jam sebanyak 2 kali ulangan lagi sehingga
total maserasi menjadi 324 jam. Filtrat yang dihasilkan dikumpulkan lalu
dipekatkan dengan penguap putar dan ditentukan rendemennya. Rendemen
ditentukan dengan persamaan
e de e e str

( )

100

Keterangan: A = bobot ekstrak (g)


B = bobot contoh kering (g)

Fraksionasi (Iswani 2014)


Fraksionasi dilakukan dengan kolom kemas menggunakan silika gel. Sampel
ekstrak pekat sebanyak 12.1166 g dimasukkan ke dalam kolom sepanjang 100 cm
dan berdiameter 5 cm dengan bobot silika gel sebanyak 200 g. Pemisahan
golongan senyawa menggunakan elusi gradien dengan 4 jenis eluen yang berbeda
polaritasnya, berturut-turut eluen dengan polaritas yang semakin meningkat, dari
diklorometana, diklorometana-metanol 1:1, metanol, dan metanol-air 1:1. Pelarut
diganti ketika tidak ada lagi pita warna yang turun, ditandai dengan kembalinya
warna eluat menjadi tidak berwarna. Empat fraksi yang diperoleh dipekatkan
dengan penguap putar kemudian dihitung rendemennya. Fraksi-fraksi tersebut
diuji aktivitas antioksidannya dan nilai IC50 yang diperoleh dibandingkan untuk
menentukan fraksi teraktif. Fraksi teraktif yang diperoleh dianalisis komponen
kimianya menggunakan GC-MS.

Uji Aktivitas Antioksidan (Huda et al. 2009)


Sebanyak 7.8864 mg DPPH dilarutkan dalam labu takar 50 mL dengan
metanol sehingga konsentrasinya 0.40 mM. Larutan induk sampel 500 g/mL
dibuat dari 2.5 mg sampel dilarutkan dengan metanol hingga volumenya 5 mL,
dan larutan induk standar asam askorbat 300 g/mL dibuat dari 3 mg standar
dilarutkan dengan metanol hingga volumenya 10 mL. Deret konsentrasi sampel
dibuat dari larutan induknya menjadi 5, 10, 25, 50, dan 100 g/mL, demikian pula
deret konsentrasi standar dibuat dari larutan induknya menjadi 3, 6, 9, 12, dan 15
g/mL. Sampel dan standar masing-masing dimasukkan sebanyak 3 mL ke dalam
tabung reaksi, sebagai blangko digunakan 3 mL metanol. Selanjutnya larutan
DPPH 0.40 mM ditambahkan sebanyak 0.6 mL ke dalam setiap tabung, tepat
sebelum campuran diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Campuran
diukur absorbansnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada 515 nm. Nilai IC50
dihitung dari kurva antara persentase aktivitas penghambatan radikal DPPH dan
logaritma konsentrasi sampel dan standar.

Analisis GC-MS (Ichzan 2014)


Fraksi teraktif dari hasil penapisan aktivitas antioksidan pada keempat fraksi,
yaitu fraksi dengan IC50 terendah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan GCMS Agilent dengan GC seri 7890 dan MS seri 6950 yang kondisi alatnya telah
disesuaikan.
Kolom
kapiler nonpolar
J&W
tipe HP-5ms
(5%
fenilmetilpolisiloksana) digunakan sebagai fase diam. Helium digunakan sebagai
fase gerak dengan laju alir sebesar 1.00 L/ e it. Pengukuran kromatografi gas
dilakukan pada mode kerja suhu terprogram. Selanjutnya MS dioperasikan pada
mode ionisasi tumbukan elektron (electron impact) dengan tegangan 70 eV.
Evaluasi spektrum massa dilakukan dengan mencocokkan pola spektrum pada
pustaka spektrum massa pada pangkalan data MS.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Air
Penentuan kadar air bertujuan memperkirakan ketahanan suatu bahan
terhadap aktivitas mikrob. Syarat kadar air untuk simplisia tanaman obat menurut
Herawati et al. (2012) ialah tidak boleh lebih dari 10%. Kadar air di bawah 10%
menunjukkan kestabilan optimum bahan akan tercapai dan pertumbuhan mikrob
dapat dikurangi sehingga dapat memperpanjang masa simpan tanaman kering.
Kadar air simplisia daun A. microcarpa kering diperoleh sebesar 4.44%. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama dan
tahan terhadap gangguan mikrob. Kadar air ini juga berguna sebagai faktor
koreksi rendemen ekstrak. Melalui pemanasan pada suhu 105 oC, air yang terikat
secara fisis di dalam suatu bahan akan hilang (Winarno 2012) dan kadar air dapat
dihitung. Perhitungan kadar air disajikan pada Lampiran 2.

Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan senyawa dari suatu bahan dengan
menggunakan pengekstrak yang sesuai. Pemisahan berprinsip like dissolved like,
artinya kelarutan zat dalam pelarut bergantung pada kepolarannya. Zat yang polar
akan larut dalam pelarut polar, sedangkan zat yang nonpolar akan larut dalam
pelarut nonpolar (Harbourne et al. 2013). Ekstraksi maserasi didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat secara difusi ke dalam pelarut. Sampel
tanaman yang direndam akan mengalami pemecahan dinding sel dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit
sekunder dari dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut organik (Seidel
2005).
Maserasi dipilih untuk ekstraksi daun A. microcarpa karena pada teknik ini,
sampel hanya direndam pada suhu ruang tanpa mengalami proses lain selain
pengadukan. Hal ini akan menghindari kerusakan komponen senyawa yang belum
diketahui, sehingga maserasi sangat cocok untuk digunakan dalam ekstraksi
pendahuluan senyawa bahan alam. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan
faktor penting dalam proses maserasi. Secara umum, pelarut untuk ekstraksi harus
selektif, mampu mengekstraksi komponen sasaran, sifat racunnya rendah, mudah
diuapkan, dan harganya terjangkau. Alkohol adalah pelarut serbaguna yang baik
untuk ekstraksi pendahuluan karena dapat mengekstraksi keseluruhan senyawa
(Simanjuntak 2007). Metanol juga dipilih karena mengacu pada hasil penelitian
Dewi (2013), toksisitas ekstrak metanol daun muda A. microcarpa hasil inokulasi
isolat jamur asal Papua sebesar 26.47 g/mL dan memenuhi kriteria berpotensi
antikanker. Pelarut metanol bersifat universal, yaitu dapat menarik sebagian besar
senyawa kimia. Metanol adalah alkohol paling sederhana yang memiliki gugus
polar ( OH) dan gugus nonpolar ( CH3). Hal inilah yang membuatnya mampu
menarik analit dengan polaritas yang bervariasi.
Daun dibuat simplisia dengan tujuan memperluas bidang kontak sampel
dengan pelarut agar ekstraksi berjalan optimal. Maserasi simplisia dilakukan
dalam pelarut metanol (1:10) selama 324 jam dengan bantuan pengadukan
beberapa kali. Pengadukan ini akan membantu kontak pelarut dengan sampel
sehingga mempercepat proses ekstraksi. Filtrat yang dihasilkan selanjutnya
dipekatkan dengan penguap putar. Penguap putar akan menurunkan titik didih
pelarut dengan cara menurunkan tekanan menggunakan bantuan pompa vakum
sehingga pelarut lebih mudah diuapkan. Labu ditempatkan pada penangas air dan
diputar untuk meredam gejolak larutan dan menjamin pencampuran dan proses
transfer kalor berlangsung secara merata. Ekstrak kasar (crude extract), yang
tersisa dalam labu diperoleh sebesar 11.93% (Lampiran 3a). Rendemen ini
menentukan jumlah metabolit sekunder yang terbawa oleh metanol dari simplisia
daun kering yang digunakan. Nilai ini lebih tinggi daripada hasil yang dilaporkan
oleh Dewi (2013), yaitu 4.99%. Hal ini dapat disebabkan oleh populasi sampel
yang berbeda, faktor iklim, dan kondisi hara saat pengambilan sampel pada waktu
yang berbeda, sehingga memengaruhi kandungan metabolit sekundernya.

Fraksionasi
Fraksionasi adalah pemisahan golongan senyawa yang satu dari golongan
yang lain dalam suatu campuran (Day dan Underwood 2002). Pemisahan
golongan senyawa dalam ekstrak kasar daun A. microcarpa dilakukan secara
kromatografi kolom. Kolom kaca dengan cerat pada salah satu ujungnya diisi
dengan fase diam silika gel, lalu ekstrak dituangkan ke atasnya. Pelarut (eluen)
sebagai fase gerak lalu dibiarkan mengalir melalui kolom dengan dorongan gaya
gravitasi. Komponen dengan afinitas yang lebih besar terhadap adsorben secara
selektif akan lebih tertahan dibandingkan dengan komponen yang afinitasnya
kecil yang lebih mudah terbawa bersama eluen. Dengan cara ini, pemisahan
terjadi (Hendayana 2006). Pemisahan golongan senyawa dilakukan secara
gradien, yaitu selama proses elusi polaritas fase gerak terus ditingkatkan. Gambar
1 menunjukkan diagram rendemen fraksi-fraksi yang diperoleh dengan varian
eluen yang digunakan. Data lengkap rendemen fraksi dapat dilihat pada Lampiran
3b.
11.91%
7.21%

FD

20.53%
P FA

FA (Fraksi diklorometana)
FB

20.75%

FB (Fraksi diklorometana-metanol 1:1)


FC (Fraksi metanol)

FC

39.60%

FD (Fraksi metanol-air 1:1)


P (Pengotor)

Gambar 1

Diagram rendemen fraksi-fraksi ekstrak metanol daun A. microcarpa


hasil inokulasi, menggunakan kolom silika gel dengan varian eluen

Fraksionasi memisahkan komponen-komponen dalam ekstrak daun muda A.


microcarpa berdasarkan tingkat kepolarannya. Eluen diklorometana, metanol, dan
air berturut-turut memiliki indeks polaritas sebesar 3.1, 6.6, dan 10.2 (Reichardt
dan Welton 2010). Oleh karena itu, fraksi diklorometana akan mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar dan fraksi diklorometana-metanol 1:1
mengandung senyawa-senyawa semipolar. Sementara itu, senyawa-senyawa polar
akan terdapat dalam fraksi metanol dan senyawa-senyawa yang sangat polar
terpisah pada fraksi metanol-air 1:1. Sisa ekstrak di dalam kolom sebanyak
11.91%. Rendemen tertinggi diperoleh fraksi diklorometana-metanol 1:1, yaitu
sebesar 39.60%, yang menunjukkan bahwa ekstrak daun muda A. microcarpa
hasil inokulasi lebih banyak mengandung senyawa semipolar. Keempat fraksi
yang diperoleh lalu ditapis aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH.

Aktivitas Antioksidan
Antioksidan adalah bahan yang beraktivitas mencegah atau menghambat
kerusakan sel akibat reaksi oksidasi oleh radikal bebas (Huda et al. 2009).

Aktivitas suatu ekstrak sebagai antioksidan antara lain dapat diketahui dengan
menggunakan metode DPPH. Senyawa DPPH menerima transfer radikal hidrogen
dari antioksidan membentuk molekul hidrazina dan terbentuk radikal baru dari
molekul antioksidan yang kereaktifannya rendah (Gambar 2).

Antioksidan

Radikal

Hidrazina

DPPH

Gambar 2 Reaksi DPPH dengan antioksidan (Amic et al. 2003)


Metode DPPH merupakan metode pengukuran antioksidan yang sederhana,
cepat, dan tidak membutuhkan banyak pereaksi. Molekul DPPH adalah radikal
bebas yang stabil karena elektron yang tidak berpasangan didelokalisasi ke
keseluruhan molekul sehingga tidak terjadi dimerisasi seperti pada radikal bebas
umumnya. Delokalisasi ini juga menyebabkan molekul dalam larutan berwarna
ungu, ditandai dengan serapan maksimum pada 515 nm. Jika larutan DPPH
bereaksi dengan suatu zat yang mampu mendonorkan atom hidrogen, maka
dihasilkan suatu bentuk tereduksi (2,2-difenil-1-pikrilhidrazina) yang ditunjukkan
dengan hilangnya warna ungu (atau perubahan ke kuning pucat akibat masih
adanya gugus pikril). Perubahan tersebut diukur dengan spektrofotometer dan
dialurkan terhadap konsentrasi sehingga aktivitas peredaman radikal bebas dapat
ditentukan (Molyneux 2004). Tabel 1 menunjukkan hasil uji aktivitas antioksidan
untuk ekstrak kasar dan fraksi-fraksinya. Perhitungan IC50 disajikan pada
Lampiran 4.
Tabel 1 Aktivitas antioksidan ekstrak kasar dan hasil fraksionasi
Sampel
Vitamin C (kontrol positif)
Ekstrak kasar
Fraksi diklorometana
Fraksi diklorometana-metanol 1:1
Fraksi metanol
Fraksi metanol-air 1:1

IC50
(g/mL)
3.49
68.99
3244.54
39.69
25.89
54.48

Hasil uji menunjukkan adanya senyawa aktif antioksidan pada ekstrak


kasar daun muda A. microcarpa hasil inokulasi sebab IC50 yang diperoleh sebesar

68.99 g/mL, memenuhi kriteria IC50 ekstrak kasar di bawah 200 g/mL yang
berpotensi sebagai antioksidan (Molyneux 2004). Komponen aktif antioksidan
dalam ekstrak ini berada dalam rentang senyawa semipolar sampai sangat polar,
sebab ketiga fraksi pada tingkat kepolaran tersebut memiliki nilai IC50 di bawah
200 g/mL. Hanya fraksi diklorometana yang tidak memiliki aktivitas
antioksidan. Aktivitas tertinggi dihasilkan fraksi metanol dengan IC50 sebesar
25.89 g/mL. Aktivitas antioksidan fraksi ini lebih kuat dibandingkan dengan
ekstrak kasarnya karena senyawa berada dalam kondisi yang lebih murni oleh
pemisahan dengan kromatografi kolom berdasarkan tingkat kepolaran. Namun,
aktivitas tersebut belum sebaik standar vitamin C sebagai antioksidan komersial
yang nilai IC50-nya 3.49 g/mL. Hal ini dikarenakan aktivitas komponen aktif
antioksidan dalam fraksi metanol tersebut dipengaruhi oleh senyawa yang masih
banyak terbawa oleh metanol dari ekstrak kasarnya.

Analisis GC-MS
Analisis GC-MS adalah metode yang menggabungkan fitur dari
kromatografi gas (GC) dan spektroskopi massa (MS) untuk mengidentifikasi
komponen kimia dalam sampel uji. GC-MS terdiri atas 2 bagian: bagian GC yang
memisahkan campuran ke dalam komponen-komponennya dan bagian MS yang
mengidentifikasi dan mengkuantifikasi komponen-komponen tersebut. Setelah
sampel melewati GC, komponen kimia diteruskan ke MS. Molekul ditembak oleh
elektron dan terpecah menjadi fragmen-fragmen yang kemudian berubah menjadi
partikel bermuatan positif. Ion-ion ini kemudian bergerak melewati medan
elektromagnetik yang akan menyaring ion berdasarkan massanya. Ion-ion lalu
memasuki detektor dan jumlah ion dengan massa tertentu akan dihitung.
Informasi ini dikirim ke komputer dan spektrum massa dibuat, berupa hubungan
jumlah ion dengan massanya yang telah bergerak melalui filter (Hamid et al.
2011). Spesifikasi dan kondisi alat GC-MS dapat dilihat pada Lampiran 5.
Fraksi metanol dianalisis dengan GC-MS karena memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi dari keempat fraksi yang diperoleh. Identifikasi komponen
kimia didasarkan pada spektrum massa komponen yang dicocokkan dengan
pustaka National Institute of Standard and Technology (NIST) pada perangkat
lunak GC-MS. Kromatogram GC-MS dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil
analisis memperlihatkan adanya 24 senyawa, tetapi 4 senyawa di antaranya
memili i ti g t e irip spe tru 72% (Lampiran 7). Tabel 2 menunjukkan
senyawa-senyawa hasil analisis dengan tingkat kemiripan spektrum 72%.
Komponen utama fraksi metanol ekstrak daun muda A. microcarpa adalah
heneikosana, dengan persen total tertinggi sebesar 7.81%. Heneikosana
merupakan feromon penting yang dilaporkan berpengaruh kuat pada proses
oviposit nyamuk Aedes spp, sehingga dapat mengendalikan penyebaran penyakit
berbahaya yang diakibatkan oleh nyamuk tersebut, seperti demam berdarah dan
cikungunya (Mendki et al. 2000). Komponen utama lain yang teridentifikasi di
antaranya adalah 13,17,21-trimetilpentatriakontana, 8-(2-oktilsiklopropil)oktanal,
dan asam-asam lemak seperti asam oktadekanoat dan asam heksadekanoat.
Senyawaan alkaloid teridentifikasi sebagai komponen minor, di antaranya adalah

2,4,5-trioksoimidazolidina, 5-nitropirimidina-2,4-diol, dan asam N-(3,5-dinitro-2piridinil)aspartat.


Tabel 2

Profil kimia fraksi metanol ekstrak daun muda A. microcarpa hasil


inokulasi

1
2

Waktu
retensi
(menit)
7.447
9.450

368 800
361 031

Persen
total
(%)
0.22
0.22

10.213

167 424

0.10

14.900

6 815 227

4.12

17.721

1 318 574

0.80

6
7
8

18.125
18.686
19.958

5 575 616
3 931 889
5 324 487

3.37
2.38
7.04

20.359

8 369 753

5.06

10
11

20.588
21.167

3 568 477
3 902 915

2.16
2.36

12

21.526

11 353 647

6.86

13
14
15

22.104
22.564
24.742

2 068 898
1 010 454
3 626 475

4.38
1.72
2.19

16

25.746

3 870 798

2.76

17

26.231

2 050 185

1.24

18

26.663

325 438

0.20

19
20

27.600
28.308

12 922 296
417 846

7.81
0.25

No

Luas

Senyawa
2,4,5-Trioksoimidazolidina
5-Nitropirimidina-2,4-diol
Asam N-(3,5-dinitro-2piridinil)aspartat
Asam heksadekanoat
Asam trans-13oktadekenoat
Asam oleat
Metil palmitat
Asam oktadekanoat
8-(2Oktilsiklopropil)oktanal
Metil stearat
Asam cis-vaksenat
13,17,21Trimetilpentatriakontana
1-Heksakosena
cis-1-kloro-9-oktadekena
Tetrapentakontana
Oktatriakontil
pentafluoropropionat
Oktadesil trifluoroasetat
Dokosil
pentafluoropropanoat
Heneikosana
1-Heksakosanol

Rumus
molekul
C3H2N2O3
C4H3N3O4
C9H8N4O8
C16H32O2
C18H34O2
C18H34O2
C17H34O2
C18H36O2
C19H36O
C19H38O2
C18H34O2
C38H78
C26H52
C18H35Cl
C54H110
C41H77F5O2
C30H57F3O2
C25H45F5O2
C21H44
C26H54O

Aktivitas antioksidan fraksi metanol dirasionalisasi dari struktur molekul


alkaloid aromatik yang dikandungnya (Gambar 3). Senyawa 5-nitropirimidina2,4-diol dan asam N-(3,5-dinitro-2-piridinil)aspartat mampu menyumbangkan
atom hidrogen dari subsituen aromatiknya ke radikal DPPH dan menghasilkan
radikal yang terstabilkan oleh resonansi sehingga menjadi tidak reaktif. Dengan
demikian, senyawa fenolik dan alkaloid amina sekunder aromatik ini diduga
berkontribusi dalam keaktifan antioksidan yang dimiliki fraksi metanol ekstrak
daun muda A. microcarpa hasil inokulasi.

10

Gambar 3 Dugaan senyawa aktif antioksidan dalam fraksi metanol ekstrak daun
muda A. microcarpa hasil inokulasi: 1) alkaloid fenolik (5nitropirimidina-2,4-diol) dan 2) alkaloid amina sekunder aromatik
(asam N-(3,5-dinitro-2-piridinil)aspartat) (Brown 2009)

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Daun muda pohon penghasil gaharu Aquilaria microcarpa hasil inokulasi
berpotensi sebagai sumber antioksidan karena fraksi metanol dari ekstrak daun
tersebut memiliki IC50 yang baik sebesar 25.89 g/mL. Hasil analisis GC-MS
memperlihatkan adanya 24 senyawa yang teridentifikasi di dalam fraksi metanol,
di antaranya adalah senyawa fenolik, yaitu 5-nitropirimidina-2,4-diol dan alkaloid
amina sekunder aromatik, yaitu asam N-(3,5-dinitro-2-piridinil)aspartat yang
diduga berperan sebagai senyawa antioksidan.

Saran
Aktivitas antioksidan lazim dihubungkan dengan manfaatnya dalam terapi
kanker. Disarankan pengujian toksisitas fraksi aktif antioksidan yang diperoleh
agar diketahui potensi antikankernya. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan
untuk isolasi dan pemurnian menggunakan KCKT preparatif sehingga diperoleh
senyawa bioaktif yang murni dan dapat dielusidasi struktur molekulnya dengan
NMR dan instrumen pendukung lainnya sehingga dapat dibandingkan hasilnya
dengan senyawa yang diperoleh dari hasil analisis GC-MS.

11

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2006. Official Methods of
Analysis. Ed ke-18. Washington DC (US): AOAC.
Amic D, Beslo D, Trinajstic N. 2003. Structure-radical scavenging activity
relationships of flavonoids. Croatia Chem Acta. 76(1):55-61.
Ariffin SHZ, Haryani WH, Omar W, Ariffin ZZ, Safian MF, Senafi S, Wahab
RMA. 2009. Intrinsic anticarcinogenic effects of Piper sarmentosum
ethanolic extract on a human hepatoma cell line. Cancer Cell Int Primary
Res. 9(6):1-9.
Bhuiyan NI, Begum J, Bhuiyan NH. 2004. Analysis of essential oil of eaglewood
tree by gas chromatography mass spectrometry. Bangladesh J Pharmacol.
4:24-28.
Brown DJ. 2009. The Chemistry of Heterocyclic Compound. New York (US): J
Wiley.
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora. 2004. Amendments to Appendices I and II of CITES. Thirteenth
Meeting of the Conference of the Parties. Bangkok (TH): CITES.
Chang YS, Nor AMA, Mailina J, Abu SA, Abdul MJ, Saidatul HS, Nor HH, Nik
YY. 2008. Comparison of chemical profiles of selected gaharu oils from
Peninsular Malaysia. Malaysian J Anal Sci. 12(2):338-340.
Day RA, Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Sopyan I,
penerjemah; Wibi H, Simarmata L, editor. Jakarta (ID): Erlangga.
Terjemahan dari: Quantitative Analysis. Ed ke-6.
Dewi KS. 2013. Toksisitas dan aktivitas antioksidan ekstrak daun pohon
penghasil gaharu hasil inokulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Hamid AA, Aiyelaagbe OO, Usman LA. 2011. Essential oils: its medicinal and
pharmacological uses. Int J Curr Res. 3(2):86-98.
H rbour e N, M rete E, J cquire JC, O iord D. 2013. Conventional extraction
techniques for phytochemicals. Di dalam: Tiwari BK, Brunton NP, Brennan
CS, editor. Handbook of Plant Food Phytochemicals: Sources, Stability, and
Extraction. New Jersey (US): Wiley-Blackwell.
Hendayana S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya.
Herawati, Nuraida L, Sumarto. 2012. Cara Produksi Simplisia yang Baik. Bogor
(ID): IPB Pr.
Huda AWN, Munira MAS, Fitrya SD, Salmah M. 2009. Antioxidant activity of
Aquilaria malaccensis (Thymelaeaceae) leaves. Pharmacogn Res. 1(5):270273.
Ichzan AM. 2014. Pemrofilan kandungan metabolit sekunder temu hitam
(Curcuma aeroginosa) dengan kromatografi gas-spektroskopi massa dan
kemometrik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Iswani S. 2014. Isolasi senyawa antitumor dari karang lunak Sarcophyton sp.
Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

12

Lisdawati V, Wiryowidagdo S, Kardono LBS. 2006. Bioasai in vitro antikanker


terhadap sel leukemia L1210 dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan
kulit biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). JBAI. 5(1):303-309.
Mendki MJ, Ganesan K, Prakash S, Suryanarayana MVS, Malhotra RC, Rao KM,
Vaidyanathaswamy R. 2000. Heneicosane: an oviposition attractant
pheromone of larval origin in Aedes aegypti mosquito. Current Science.
78(11):1295-1296.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J Sci Technol.
26(2):211-219.
Novriyanti E. 2008. Peranan zat ekstraktif dalam pembentukan gaharu pada
Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte dan Aquilaria microcarpa Baill [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Reichardt C, Welton T. 2010. Solvents and Solvent Effects in Organic Chemistry.
Ed ke-4. New York (US): J Wiley.
Seidel V. 2005. Initial and bulk extraction. Di dalam: Sarker SD, Latif Z, Gray AI,
editor. Methods In Biotechnology. Vol 20. Natural Product Isolation. Ed ke2. New Jersey (US): Humana Pr. hlm 27-46.
Simanjuntak P. 2007. Strategi pencarian senyawa bioaktif baru dari sumber bahan
alami tumbuhan. JIFI. 1(2):19-23.
Siran SA. 2010. Perkembangan pemanfaatan gaharu. Di dalam: Siran SA,
Turjaman M, editor. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. hlm 1-34.
Winarno FG. 2012. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

13

Lampiran 1 Diagram alir penelititan


Daun muda
A. microcarpa hasil inokulasi
Dikeringkan dan digiling
Simplisia
Ditentukan kadar airnya
Dimaserasi dengan metanol
Dipekatkan dengan penguap putar

Ekstrak kasar

Residu

Difraksionasi dengan kromatografi kolom


Diuji antioksidan dengan metode DPPH

Fraksi-fraksi

Diuji antioksidan dengan metode DPPH

Fraksi teraktif
Dianalisis GC-MS
Profil kimia

14

Lampiran 2 Kadar air simplisia daun muda A. microcarpa hasil inokulasi


Ulangan
1
2
3
Rerata

Bobot cawan Bobot cawan + sampel (g)


kosong (g)
Awal
Akhir
18.5642
19.5652
19.5199
18.9603
19.9605
19.9164
27.4296
28.4299
28.3861

Bobot sampel (g) Kadar air


(%)
Awal
Akhir
1.0010 0.9557
4.52
1.0002 0.9561
4.41
1.0003 0.9565
4.38
4.44

Contoh perhitungan:
d r ir

bobot s

pe
bobot s

d r ir

(1.0010 0.9557) g
1.0010 g

d r ir

4.52

er t

4.52

4.41
3

4.38

bobot s
pe
100

4.44

pe

hir

100

15

Lampiran 3 Rendemen ekstrak dan fraksi


3. a Rendemen ekstrak metanol daun muda A. microcarpa hasil inokulasi
Sampel

Bobot sampel (g)

Bobot ekstrak (g)

Rendemen (%)

Ekstrak

280.0000

31.9189

11.93

Contoh perhitungan:
e de e e str

bobot s

bobot e str
pe
100

d r ir

e de e e str

31.9189 g
280.0000 g 100 4.44

e de e e str

11.93

100

100

3. b Rendemen fraksi ekstrak metanol daun muda A. microcarpa hasil inokulasi


Sampel

Bobot ekstrak (g)

Bobot fraksi (g)

Rendemen (%)

12.1166

2.4875
4.7983
2.5140
0.8739

20.53
39.60
20.75
7.21

Fraksi A
Fraksi B
Fraksi C
Fraksi D
Contoh perhitungan:
e de e fr si

bobot fr si
bobot e str

e de e fr si

2.4875 g
12.1166 g

e de e fr si

20.53

Keterangan:

100
100

Fraksi A = fraksi diklorometana


Fraksi B = fraksi diklorometana-metanol 1:1
Fraksi C = fraksi metanol
Fraksi D = fraksi metanol-air 1:1

16

Lampiran 4 Hasil uji antioksidan metode peredaman radikal bebas DPPH


4. a Asam askorbat (kontrol positif)
Konsentrasi
(g/mL)
Blangko
3
6
9
12
15

Absorbans
Ulangan 1 Ulangan 2
0.7550
0.7550
0.4290
0.4250
0.2540
0.2610
0.0470
0.0450
0.0300
0.0320
0.0240
0.0200

Absorbans
rerata

% inhibisi

ln Konsentrasi

0.7550
0.4270
0.2575
0.0460
0.0310
0.0220

0.00
43.44
65.89
93.91
95.89
97.09

2.9957
3.6889
4.0943
4.3280
4.6052

120
100

y = 36.3060x + 4.5937
R = 0.9377

80
% inhibisi 60
40
20
0
0

0.5

1.5

2.5

ln konsentrasi

Contoh perhitungan:
i hibisi

bsorb s b g o bsorb s s
bsorb s b g o

i hibisi

0.7550 0.4270
0.7550

i hibisi

43.44

pe

100

100

Persamaan regresi linear: y = 36.3060x + 4.5937


IC50 diperoleh saat y = 50, sehingga 50 = 36.3060x + 4.5937, maka
50 4.5937
1.2507
1.2507
1.2507
3.49
36.3060
Jadi IC50 = 3.49 g/mL

17

lanjutan Lampiran 4
4. b Ekstrak metanol daun muda A. microcarpa hasil inokulasi
Konsentrasi
(g/mL)
Blangko
20
40
60
80
100

Absorbans
Ulangan 1 Ulangan 2
0.3840
0.3840
0.3340
0.3280
0.2670
0.2730
0.2250
0.2230
0.1880
0.1710
0.1390
0.1260

Absorbans
rerata

% inhibisi

ln Konsentrasi

0.3840
0.3310
0.2700
0.2240
0.1795
0.1325

0.00
13.80
29.69
41.67
53.26
65.49

1.0986
1.7918
2.1972
2.4849
2.7081

70
y = 31.6110x 83.8410
R = 0.9705

60
50
40
% inhibisi
30
20
10
0
0

ln konsentrasi

Contoh perhitungan:
i hibisi

bsorb s b g o bsorb s s
bsorb s b g o

i hibisi

0.3840 0.3310
0.3840

i hibisi

13.80

pe

100

100

Persamaan regresi linear: y = 31.6110x 83.8410


IC50 diperoleh saat y = 50, sehingga 50 = 31.6110x
50 83.8410
4.2340
4.2340
31.6110
Jadi IC50 = 68.99 g/mL

83.8410, maka
4.2340

68.99

18

lanjutan Lampiran 4
4. c Fraksi diklorometana
Konsentrasi
(g/mL)
Blangko
5
10
25
50
100

Absorbans
Ulangan 1 Ulangan 2
0.7550
0.7550
0.6840
0.7010
0.6540
0.6750
0.6490
0.6590
0.6230
0.6110
0.5210
0.5180

Absorbans
rerata

% inhibisi

ln Konsentrasi

0.7550
0.6925
0.6645
0.6540
0.6170
0.5195

0.00
8.28
11.99
13.38
18.28
31.19

1.6094
2.3026
3.2189
3.9120
4.6052

35
30
y = 6.7357x 4.4563
R = 0.8303

25
20
% inhibisi
15
10
5
0
0

ln konsentrasi

Contoh perhitungan:
i hibisi

bsorb s b g o bsorb s s
bsorb s b g o

i hibisi

0.7550 0.6925
0.7550

i hibisi

8.28

pe

100

100

Persamaan regresi linear: y = 6.7357x 4.4563


IC50 diperoleh saat y = 50, sehingga 50 = 6.7357x
50 4.4563
8.0847
8.0847
6.7357
Jadi IC50 = 3244.54 g/mL

4.4563, maka
8.0847

3244.54

19

lanjutan Lampiran 4
4. d Fraksi diklorometana-metanol 1:1
Konsentrasi
(g/mL)
Blangko
5
10
25
50
100

Absorbans
Ulangan 1 Ulangan 2
0.7550
0.7550
0.6670
0.6840
0.6360
0.6690
0.5140
0.5260
0.4290
0.3990
0.1060
0.1230

Absorbans
rerata

% inhibisi

ln Konsentrasi

0.7550
0.6755
0.6525
0.5200
0.4140
0.1145

0.00
10.53
13.58
31.13
45.17
84.83

1.6094
2.3026
3.2189
3.9120
4.6052

90
80

y = 23.4880x 36.4610
R = 0.8784

70
60
50
% inhibisi

40
30
20
10
0
0

ln konsentrasi

Contoh perhitungan:
i hibisi

bsorb s b g o bsorb s s
bsorb s b g o

i hibisi

0.7550 0.6755
0.7550

i hibisi

10.53

pe

100

100

Persamaan regresi linear: y = 23.4880x 36.4610


IC50 diperoleh saat y = 50, sehingga 50 = 23.4880x 36.4610, maka
50 36.4610
3.6811
3.6811
3.6811
39.69
23.4880
Jadi IC50 = 39.69 g/mL

20

lanjutan Lampiran 4
4. e Fraksi metanol
Konsentrasi
(g/mL)
Blangko
5
10
25
50
100

Absorbans
Ulangan 1 Ulangan 2
0.7550
0.7550
0.6890
0.6970
0.6200
0.6200
0.4280
0.4270
0.2340
0.1900
0.0700
0.0700

Absorbans
rerata

% inhibisi

ln Konsentrasi

0.7550
0.6930
0.6200
0.4275
0.2120
0.0700

0.00
8.21
17.88
43.38
71.92
90.73

1.6094
2.3026
3.2189
3.9120
4.6052

100
90

y = 28.7880x 43.6710
R = 0.9802

80
70
60
% inhibisi 50
40
30
20
10
0
0

ln konsentrasi

Contoh perhitungan:
i hibisi

bsorb s b g o bsorb s s
bsorb s b g o

i hibisi

0.7550 0.6930
0.7550

i hibisi

8.21

pe

100

100

Persamaan regresi linear: y = 28.7880x 43.6710


IC50 diperoleh saat y = 50, sehingga 50 = 28.7880x 43.6710, maka
50 43.6710
3.2538
3.2538
3.2538
25.89
28.7880
Jadi IC50 = 25.89 g/mL

21

lanjutan Lampiran 4
4. f Fraksi metanol-air 1:1
Konsentrasi
(g/mL)
Blangko
5
10
25
50
100

Absorbans
Ulangan 1 Ulangan 2
0.7550
0.7550
0.7050
0.7060
0.6890
0.6760
0.5810
0.5900
0.4620
0.4490
0.1810
0.1790

Absorbans
rerata

% inhibisi

ln Konsentrasi

0.7550
0.7055
0.6825
0.5855
0.4555
0.1800

0.00
6.56
9.60
22.45
39.67
76.16

1.6094
2.3026
3.2189
3.9120
4.6052

90
80
70

y = 22.0130x 38.0040
R = 0.8655

60
50
% inhibisi 40
30
20
10
0
-10 0

2
3
ln konsentrasi

Contoh perhitungan:
i hibisi

bsorb s b g o bsorb s s
bsorb s b g o

i hibisi

0.7550 0.7055
0.7550

i hibisi

6.56

pe

100

100

Persamaan regresi linear: y = 22.0130x 38.0040


IC50 diperoleh saat y = 50, sehingga 50 = 22.0130x 38.0040, maka
50 38.0040
3.9978
3.9978
3.9978
54.48
22.0130
Jadi IC50 = 54.48 g/mL

22

Lampiran 5 Spesifikasi dan kondisi alat GC-MS


Kondisi GC
Kolom
Tipe
Model aliran
Laju alir
Instrumen GC-MS
GC
Gas pembawa
Detektor
Mode ionisasi
Injektor
Tipe
Volume Injeksi
Inlet
Suhu
Teknik injeksi
Suhu Oven
Suhu awal
Waktu awal
Waktu operasi
Program Suhu
Suhu awal
Laju kenaikan suhu
Suhu akhir

Spesifikasi dan program


Kolom kapiler GC J&W tipe HP-5ms,
30 mm 0.25 mm, eteb
0.25
Konstan
1.00 L/ e it
Agilent GC seri 7890
Helium
Agilent MS seri 6950
Ionisasi tumbukan elektron 70 eV
Manual
2.00 L
250 C
Split
40 C
5 menit
30 menit
40 C ditahan selama 2 menit
10 C/menit
280 C ditahan selama 2 menit

23

Lampiran 6 Kromatogram GC-MS fraksi metanol

24

Lampiran 7 Struktur senyawa-senyawa hasil analisis GC-MS


No

Senyawa

Persen
kemiripan
spektrum

2,4,5Trioksoimidazolidina

72

5-Nitropirimidina-2,4diol

78

Asam N-(3,5-dinitro-2piridinil)aspartat

79

Pentanal

64

2,5-Dioksopirolidina-1karboksimidamida

47

N-Metil-1,3-dioksolana2-metanamina

53

N-formildikarbonimida
diamida

49

Struktur molekul

25

lanjutan Lampiran 7

No

Senyawa

Persen
kemiripan
spektrum

Asam heksadekanoat

92

Asam trans-13oktadekenoat

91

10

Asam oleat

91

11

Metil palmitat

96

12

Asam oktadekanoat

95

13

8-(2Oktilsiklopropil)oktanal

95

14

Metil stearat

95

15

Asam cis-vaksenat

90

16

13,17,21Trimetilpentatriakontana

91

Struktur molekul

26

lanjutan Lampiran 7

No

Senyawa

Persen
kemiripan
spektrum

17

1-Heksakosena

95

18

cis-1-Kloro-9oktadekena

93

19

Tetrapentakontana

93

20

Oktatriakontil
pentafluoropropionat

90

21

Oktadesil trifluoroasetat

92

22

Dokosil
pentafluoropropanoat

90

23

Heneikosana

96

24

1-Heksakosanol

83

Struktur molekul

27

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 22 Januari 1989 sebagai putra
pertama dari Bapak Muksin dan Ibu Hj. Yati Haryati. Penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Cibadak Sukabumi pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama diterima
di program D-3 Akademi Kimia Analisis (AKA), Bogor. Penulis lulus dari AKA
Bogor dengan predikat Sangat Memuaskan pada tahun 2010. Penulis selanjutnya
bekerja di PT Firmenich Indonesia dan kemudian berkesempatan melanjutkan
pendidikan S-1 melalui program Alih Jenis di Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada
tahun 2012. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten
praktikum Kimia Dasar untuk mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB.
Penulis juga pernah berpartisipasi sebagai staf Deputi Syiar bidang Moslem Study
Centre pada Lembaga Dakwah Kampus AKA Bogor. Penulis melakukan praktik
kerja lapangan di PT Asahimas Chemical dengan judul laporan Validasi Metode
Penetapan Residual Vinyl Chloride Monomer (RVCM) dalam Resin Polyvinyl
Chloride (PVC) secara Kromatografi Gas Teknik Headspace. Beberapa pelatihan
yang pernah diikuti antara lain Pelatihan Pengantar Sistem Manajemen Mutu
(ISO 9001:2008), Pelatihan Pengantar Sistem Manajemen Lingkungan (ISO
14001:2008), dan Advanced Workshop for Capacity Building on the Globally
Harmonized System (GHS) of Classification and Labelling of Chemicals.

Anda mungkin juga menyukai