1 KANKER OVARIUM
Tumor ganas ovarium menempati 2,4-5,6 % dari tumor ganas yang sering ditemukan
pada wanita. Insidensinya dibawah kanker serviks dan karsinoma endometrium namun
angka mortalitas yang tinggi menempatkan tumor ovarium merupakan urutan teratas
tumor gans yang sering diderita wanita. (jihong, 2011)
Tumor ovarium merupakan entitas patologik yang sangat beragam. Keberagaman
tersebut disebabkan oleh adanya tiga jenis sel yang membentuk ovarium normal; epitel
penutup (coelomic) permukaan yang multipoten, sel germinativum totipoten, dan sel
stroma atau genjel seks yang multipoten. Setiap jenis sel tersebut menimbulkan beragam
tumor. (Crum, 2007)
II.1.1 Epidemiologi
Insiden dan mortalitas tumor ganas ovarium dalam 30 tahun terakhir tidak banyak
berubah. Insiden tertinggi di negara Amerika utara, Skandanavia dan Eropa Utara.
Sedangkan di wilayah asia insidensi lebih rendah. Pada tahun 2003 di Amerika serikat
terdapat sekitar 25.400 kasus baru tumor gansa ovarium, diantaranya sekitar 14.300
kasus meninggal karena penyakit tersebut.(Jihong, 2007). Pada tahun 1989-1992 di
indonesia terdapat 1726 kasus kanker ginekologik di Departemen Obstetri dan
Ginekologi RSCM, Jakarta dan 13,6 % adalah kanker ovarium. Namun, berdasarkan
data histopatologik Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002 tumor ganas ovarium
menduduki urutan ketiga tumor ganas tersering pada wanita. Pada umumnya penderita
datang sudah dalam stadium II IV (42,5%). Diketahui juga angka kematian akibat
kanker ovarium sebanyak 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi. Nasar,2010
(Aziz, 1995)
II.1.2 Etiologi
Etiologi tumor ganas ovarium tidak jelas, faktor berikut mungkin berkaitan dengan
timbulnya penyakit tersebut :
1. Pengaruh reproduksi : Infertil atau jumlah kehamilan sedikit, memakai stimulan
ovulasi dll. Dapat menambah risiko keganasan ovarium. Sedangkan kehamilan
atern berefek proteksi jelas terhadap timbulnya kegansan ovarium. Beberapa
penelitian menemukan bahwa mwningkatnya jumlah kehamilan tak lengkap juga
dapat menurunkan risiko timbulnya karsinoma ovarium.
2. Pengaruh haid : Usia menopause lanjut dapat sedikit menambah risiko karsinoma
ovari, tapi pengaruhnya tidak besar. Kebanyakan penelitian tidak menemukan
menarke dini sebagai faktor risiko, walaupun beberapa studi menganggap itu
sebagai faktor risiko lemah.
3. Efek hormon eksogen : penggunaan jangka panjang pil kontrasepsi dapat
menurunkan risiko karsinoma ovari. Sebaliknya, terapi substitusi hormon pasca
menopause dapat meningkatkan resikkonya.
4. Faktor Diet : Diet tinggi lemak dapat meningkatkan risiko, sedangkan vitamin,
serat, buah dan sayur dapat menurunkan risikonya.
5. Faktor Genetik : pda kebanyakan kasus, faktor genetik (herediter multigenik)
berinteraksi dengan faktor lingkungan dalam menimbulkan tumor. Sekitar 5-10%
pasien karsinoma ovarium memiliki anggota keluarga yang menderita karsinoma
ovarium. Sedangkan pada wanita dengan riwayat keluarga sindrom keganasan
ovarium herediter (HOCS) berpeluan 20% sesuai dengan pertambahan usia.
II.1.3 Patologi
1. Keganasan epitel ovarium
Keganasan epitel ovarium sering ditemukan, menempati 85-90% dari keganasan
karsinoma ovarium, umumnya terjadi pada wanita setengah baya dan lansia, usia
tersering adalah 50-60 tahun. Berasal dari epitel permukaan ovarium maupun epitel
permukaan yang berinvaginasi kedalam berupa duktus glandular dan kista.
Karsinoma serosa : Mencakup kistadenoma serosa papilar dan karsinoma papilar.
50% timbul serentak dikedua ovarium, mudah tersebar di cavum abdomen dan pelvis,
dapat disertai dengan asites masif, merupakan keganasan epitel ovari yang sering
ditemukan. Irisan penampang tumor sebagai kistik solid, cairan serosa di dalam kista,
di dinding dalam kista sering terdapat banyakbanyak papila rapuh dan nodul padat,
pada setengah lebih sering terdapat tampak papila eksofitik. Tumor jenis tersebut
dibawah mikroskop menurut diferensiasi sel kankaer dibagi menjadi diferensiasi baik,
sedang dan buruk. Kanker berdiferensiasi baik memiliki percabangan papilar rapat ,
dapattampak mitosis, sel tampak anaplastik berat terdapat invasi intestinal jelas,
badan psamoma relatif banyak. Kanker diferensiasi sedang dan buruk memiliki
banyak area padat, papil sedikit atau tidak ada, badan psamoma tidak ditemukan.
Karsinoma Musinosa : lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan kanker serosa,
mengenai overium bilateral pada 10-20% kasus. Sebagian besar tumor multilokular,
padat atau sebagian kistik, didalam kista berisi musin gelatinosa, jarang sekali tumbuh
paila eksofitik, area solid berwarna putih susu atau merah jambu, struktur rapat dan
sebagai potensial ganas, rekurensi tinggi, tapi rekuren relatif lambat, terutama tersebar
dalam rongga peritoneum, sangat jarang metastasis jauh. Tumor sel teka jarang yang
ganas, umumnya pada wanita di atas uisa 50 tahun. Prognosis kedua jenis ini relatif
baik.
3. Tumor ganas sel germinal ovarium
Umumnya terjadi pada orang muda, menempati sekitar 6% dari tumor ganas ovarium.
Sumber dari sel germinal gonad primordial, derajat keganasan umumnya relatif tinggi,
mudah bermetastasis tapi dewasa ini sudah rejimen kemoterapi yang sensitif untuk
tumor jenis ini, sehingga prognosisnya secara jelas berubah.
Teratokarsinoma: Sangat ganas, sering disertai tumor sel germinal lain, AFP dan HCG
serum dapat positif. Massa tumor relatif besar, berkapsul, sering ditemukan nekrosis
berdarah.
lempeng, pita dan sarang, displasia menonjol, mitosis banyak ditemukan, nukleus
tampak vakuolasi, intrasel tampak butiran glasial PAS positif.
Tumor sinus endodermal (tumor sakus vitelinus/yolk sac): keganasan tertinggi,
tumbuh sangat cepat, angka metastasis tinggi, reaksi AFP serum positif, HCG negatif.
Tumor umumnya uni lateral, massa besar, berkapsul, penampang irisan seprti tahu. Di
Bawah mikroskop tampak sel tumor tidak berdeferensiasi, polimorfus, dapat
membentuk seperti jala dan gulungan kawat, seperti sinus endodermal, dan struktur
glandular dll. Teratoma tidak memiliki strutur ini, di dalam dan diluar juga tampak
PAS positif.
Teratoma immatur: angka kejadian dibawah atau mendekati tumor sinus endodermal.
Masaa tumor sangat besar dan unilateral, penampang irisan bersifat padat dan kistik,
berwarna warni. Komponen jaringan kompleks, jaringan embrional belum
berdiferensiasi umumnya berupa neuroepitel, juga terdapat jaringan lainyang berasal
dari 3 lapisan embrional, seperti kolagen, kartilago, dll. Tomor ini memiliki angka
rekurensi dan metastasis tinggi, rekurensi dapat bertransformasi dari immatur ke arah
matur, regularitasnya condong menyerupai pertumbuhkembangan embrio normal.
Semakin lanjut rekurensi, jaringan tumorsemakin tinggi bertransformasi ke arah
maturasi, proses maturasi ini memerlukan proses waktu tertentu.
Disergominoma: merupakan tumor ganas sel germinal ovarium yang tersering
ditemukan dari data luar China, Sedangkan laporan dari China umumnya mengatakan
lebih jarang ditemukan dibandingkan teratoma immatur. Umumnya unilateral, yang
bilateral menempati 10 20% tumor padat, permukaan licin lobulasi, penampang
irisan berwarna merah muda hingga kecoklatan. Di bawah mikroskop sel tumor
berbentuk bundar atau poligonal, nukleus vakuolasi, terletak sentral, nukleolus besar
dan eosinofil, sitoplasma kaya akan glikogen.
4. Tumor metastaik ovarium
Karena ovarium kaya akan limfatik dan aliran darah, ia menjadi organ yang mudah
terkena tumor metastasik. Beberapa keganasan primer di saluran digestif dan mamae
seringkali bermetastasis ke ovarium, salah satu yang penting adalah tumor
Krukenberg atau disebut kanker sel signet ring. Tumor metastatik dari organ di luar
sistem reproduksi pada umumnya tetap mempertahankan bentuk ovarium seperti
semula, berbentuk ginjal, atau oval, permukaan licin, kapsul intak, penampang irisan
padat gelatinosa, kebanyakan bilateral, Di bawah mikroskop morfologi jaringan
bervariasi, dapat berupa adenokarsinoma musinosa dll. Yang paling khas adalah
karsinoma signet ring, menunjukan sel musinosa bervariasi jumlahnya di dalam
stroma fibrosa. Bentuk sel bulat kecil dan tak beraturan jumlahnya, bila sitoplasma
banyak mengandung musin maka nukleus terdesak ke satu sisi, menjadi sel cincin
signet yang tipikal. Pasien keganasan sekunder ovarium umumnya berusia muda
kebanyakan terjadi menopause, prognosis buruk, survival 5 tahun sekitar 10%.
II.1.4 Klasifikasi stadium
Menurut asosiasi obstetriginekologi internasioanal (FIGO) tahun 2003 sebagai berikut
:
Stadium
Ia
Ib
Ic
Stadium
II
metastasis ke pelvis.
IIa
: lesi ekstensi
IIIa
IIIb
IIIc
Stadium
IV
dalam tubuh. Jaringan tumor memiliki metabolisme lebih kuat terhadap 18FDG,
ambilan FDG jaringan tumor ganas jauh lebih tinggi dari jaringan normal dan
tumor jinak.
B. Pemeriksaan petanda tumor
Jenis tumor ovarium sangat beragam, tidak setiap jenis memiliki zat petanda
tumor yang bersesuaian, dewasa ini petanda tumor yang dikenal kurang spesifik,
harus digabungkan dengan pemeriksaan lain barulah dapat menegakan diagnosis.
AFP: pada tumor sel germinal ganas ovarium, misal tumor endodermal dan
tetarokarsinoma
dapat
bereaksi
positif,
tapi
harus
menyingkirkan
tumor sel germinal ovarium yang mengandung unsur koriokarsinoma primer. CA125: CA-125 merupakan antigen terkait dengan keganasan epitel ovarium, pada
tumor jinak yang berasal dari duktus mulleri lainya, endometriosis dan inflamasi
peritoneum juga dapat bereaksi positif. Spesifitas zat petanda ini tidak terlalu kuat
tapi sensitivitasnya tinggi, reaksi positif pada keganasan epitel ovarium mencapai
82 94%. Ini merupakan zat petanda pada karsinoma ovari yang paling banyak
digunakan di klinis.
Selain itu, tumor stroma korda seks dan tumor ovarium tertentu dapat memiliki
kadar estradiol dan progesteron serum yang tinggi; beberapa tumor sel germinal
dan tumor epitel memiliki CEA meninngi; pemeriksaan CA199 terhadap
karsinoma musinosa dan karsinoma sel jernih memiliki sensitivitas cukup tinggi;
pemeriksaan zat petanda tersebut dapat menjadi rujukan dalam diagnosis.
C. Pemeriksaan sitologi
Terutama dilakukan pemeriksaan sitologi dari asites. Asites keganasan ovarium
merupakan transudat, kebanyakan dapat ditemukan sel adenokarsinoma,
pemeriksaan ini penting bagi peningkatan diagnosis keganasan ovarium pra
operasi.
D. Laparaskopi
Laparaskopi membantu diagnosis dini keganasan ovarium. Ketika hasil
pemeriksaan USG atau CA 125 darah mencurigakan masa pelvis sebagai
keganasan ovarium; asites masif menyulitkan diferensiasi TB, sirosis dan
kegansan ovarium, dapat dilakukan laparoskopi untuk memastikan diagnosis.
Selain itu juga membantu difernsiasi keganasam primer atau metastasik ovarium
serta penentuan stadium keganasan ovarium secara tepat, dll.
II.1.8 Diagnosis banding
Keganasan ovarium tidak memiliki manifestasi spesifik, mudah dikacaukan dengan
beberapa penyakit lain:
1. Tumor jinak ovarium
Tumor jinak tumbuh ekspansif, volumenya dapat sangat besar, permukaan
tumor licin, umumnya bersifat kistik dinding kista tipis, tanpa asites. Kadar Ca
125 darah<35 U/ml. Diagnosis pasti memerlukan eksisi tumor dan pemeriksaan
patologi.
2. Massa inflamasi pelvis
Mencakup abses ovarium dan kavum pelvis, pielosalping, dll. Pasien dapat
memiliki riwayat demam dan nyeri abdomen bawah, massa terfiksasi, terasa
nodular, melekat ke jaringan sekitar. Kadar CA125 normal atau agak tinggi.
Pasca terapi anti radang tumor dapat menyusut, diagnosis pasti juga
memerlukan laparatomi eksploratif.
3. Endometriosis
Sering mengenai ovarium, juga implantasi dalam cavum rektouterina. Dengan
berulangnya siklus haid mengalami organisasi darah, lesi terus bertambah besar,
menjadi kerass dan melekat dengan jaringan sekitar, dapat membentuk lesi yang
sangat menyerupai keganasan ovarium. Pasien umumnya berusia muda, ada
atau tidak adanya nyeri. Diagnosis dapat dipastikan dari laparoskopi dan
laparotomi eksploratif.
II.1.9 Terapi
Prinsip terapi secara umum adalah terapi gabungan dengan operasi sebagai intinya.
Berdasarkan karakteristik histologisnya dan stadium klinisnya mengguanakan
regimen yang berbeda.
A. Terapi operasi
Operasi merupakan metode paling penting dalam terapi keganasan ovarium,
kecuali bila estimasi klinis tumor inoperabel dan terdapat kontraindikasi operasi.
Beberapa tekhnik operasi yang digunakan :
1. Laparotomi menyeluruh, memastikan stadium: sesuai untuk pasien kanker
ovarium dengan diagnosis pre-operasi stadium I. Ini menyangkut
pengangkatan
uterus
dan
sepasang
adneksanya,
omentum
majus,
selain itu terdapat lapisan otot cukup tebal menyelimuti endometrium sehingga
tidak mudah menyebar, metastasis terjadi relatif lambat, maka prognosis relatif baik,
survival 5 tahun total antara 60-70%.
II.2.1 Epidemiologi
Karsinoma endometrium merupakan salah satu keganasan ginekologik
yang paling sering ditemukan. Di antara keganasan organ reproduksi wanita,
insidennya hanya di bawah karsinoma serviks uteri atau karsinoma ovarium
sehingga menempati urutan ke 2 atau ke 3. Di scluruh dunia kasus baru karsinoma
endometrium setiap tahun bcrjumlah 150.000. Perbandingan insiden di dunia.
Amerika Utara, Eropa Utara memiliki insiden tertinggi. kawasan Asia lebih
rendah. Di Amerika Serikat, kasus baru karsinoma endometrium setiap tahun
adalah 38.000, meninggal 3.000. Proporsinya terhadap insiden keganasan
organ reproduksi wanita di mancanegara berturut-turut adalah: Amerika
Serikat 20-25%. Eropa 10-15%, Jepang 3-8%. China 0,99-9,0%. RS Kanker
Univ. Zhongshan antara tahun 1964-1985 telah menangani 1234 kasus karsinoma
endometrium, atau 10.91% dari selumh keganasan sistem reproduksi wanita
dalam periode yang sama. Meskipun karsinoma endometrium dapat timbul pada
setiap usia, tapi pada dasarnya merupakan penyakit wanita lansia, usia rata-rata
kejadian adalah sekitar 55 tahun, 10 tahun lebih lanjut di-banding karsinoma
serviks uteri. RS Kanker Univ. Zhongshan menghimpun data dari 688 kasus, ratarata usia timbul penyakit adalah 52,7 tahun. Yang berusia 50-59 tahun adalah
52,5%. Dari 108 kasus di RS Xiehe Beijing rata-rata usia adalah 53,3 tahun, yang
berusia 50-64 tahun adalah 58,3%.
Dalam 20 tahun terakhir ini, literatur dalam dan luar negeri melaporkan
insiden karsinoma endometrium cenderung me-ningkat, ratio insiden karsinoma
endometrium terhadap karsinoma serviks uteri dari 1:5-10 di tahun 1950an naik menjadi
1:1-3. Penyebab kenaikan insiden karsinoma endometrium terutama disebabkan
beberapa faktor berikut: peningkatan taraf hidup rakyat, usia harapan hidup manusia terus
memanjang, lebih banyak wanita memasuki usia risiko tinggi karsinoma endometrium;
upaya besar-besaran penapisan kanker serviks uteri dan keluarga berencana
menyebabkan insiden kanker serviks uteri menurun sedangkan karsinoma endometrium
relatif meningkat: berkembangnya asuransi ke'sehatan membuat pasien terdiagnosis pada
waktunya; penggunaan meluas hormon estrogen eksogen menambah risiko timbulnya
karsinoma endometrium. Namun perlu dikemukakan bahwa hubungan penggunaan
estrogen dan risiko timbulnya karsinoma endometrium berkaitan dengan faktor dosis
dan cara penggunaan, rasionalitas. lama penggunaan, kandungan reseptor dalam
sitoplasma individual, dll.
II.2.2 Etiologi
II.2.3 Patologi
II.2.4 Klasifikasi stadium
II.2.5 Jalur Penyebaran
II.2.6 Manifestasi Klinis
II.2.7 Diagnosis
II.2.8 Diagnosis banding
II.2.9 Terapi
II.2.10 Prognosis
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara
kejadian kanker serviks dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal ini juga
diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen
pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi
nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan
masalah tersebut.
7) Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan
yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata
memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya
kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi
pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah pasangan ganda
selain istri juga merupakan faktor resiko yang lain.
II.3.3 Patologi
A. Neoplasia intraepitel serviks (CIN)
CIN menunjukkan sebagian sel dalam epitel skuamosa serviks uteri menunjukkan
baterotippia dengan derajat bervariasi, setara dengan hiperplasia atipik dan karsinoma
in situ yang dahulu digunakan. Dan menurut derajat patologinya dibagi menjadi:
1. CIN I hiperplasia atipikal ringan yaitu 1/3 sel bagian bawah epitel skuamosa
serviks
susunannya
menjadi
kacau,
plaritas
lenyap,
dismorfosis
inti,
Gambar 2 : Progresivitas
karsinoma Serviks
T1
T2
: invasi kanker melebihi uterus, tapi belum mencapai dinding pelvis atau
belum menginvasi 1/3 bawah vagina.
T3
: kanker ekspansi ke dinding pelvis dan atau mengenai 1/3 vagina dan atau
menimbulkan hidronefrosis atau gagal ginjal.
T4
: kanker menginvasi mukosa buli-buli atau rektum dan atau melebihi pelvis
minor.
N0
N1
M0
M1
Stadium 0
: Tis N0M0
Stadium I
: T1N0M0
Stadium II
: T2N0M0
Stadium III
: T3N0M0, T1-3N1M0
Stadium IV
: T4N0-N1M0, T1-T4N0-1M1
Stadium
Ia
Ia1
Ia2
Ib
: lingkup tumor lebih besar dari Ia2, tidak peduli apakah tampak
secara klinis. Invasi interstisial yang ada tidak mengubah
stadium.
Ib1
Ib2
Stadium II
parametrium.
IIb
parametrium
sampai
ke
dinding
pelvis
atau
kanker
IIIb
IVb
metastasis jauh.
secara
limfogen
melalui
kelenjar
limfa
regional
dan
secara
2.
korpus uteri
3.
penyakitnya.
Faktor
etnik
tidak
berpengaruh,
meskipun
lesi
tingkat
penyakit
berdasarkan
sistem
TNM
(Tumor,Nodes,
Tabel II.4.4.1. Pembagian tingkat klinik kanker vulva menurut klasifikasi FIGO
Tingkat Kriteria
0
Karsinoma in situ, karsinoma intra epitel intraepitel seperti pada penyakit
Bowen, penyakit Paget yang non invasif.
I
II
Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2cm, kelenjar di lipat paha
(inguinal) tidak teraba, atau dapat teraba bilateral, tidak membesar dan mobil.
III
T1
T2
T3
T4
Tumor dari setiap ukuran, yang telah menginfiltrasi mukosa kandung kemih,
dan/rektum, atau keduanya, termasuk bagian proksimal mukosa urethra, dan.ke
tulang.
N0
N1
Kelenjar inguinal teraba, di satu/dua belah lipat paha, tidak membesar, mudah
digerakkan (mobil).
N2
Kelenjar inguinal teraba, di satu/dua belah lipat paha, membesar, keras, masih
mobil.
N3
M0
M1A
alasan tertentu operasi tak dapat dilakukan, maka dipilih pengobatan dengan
sitostatika, elektrokoagulasi, atau dengan sinal laser.
Pada tingkat klinik I dan II dilakukan vulvektomi radikal dengan limfadenektomi
bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam, dalam satu tahap (en bloc). Bila kondisi
penderita tidak memungkinkan untuk dikerjakan dalam satu tahap, limfadenektomi
inguinal bilateral dapat ditunda pelaksanaannya 5-7 hari kemudian.
Pada tingkat klinik III dan IV, diberikan sitostatika secara sistemik baik sebagai obat
tunggal atau pun dalam kombinasi (polikemoterapi), intra-tumor, atau perfusi jaringan
melalui infus saluran getah bening di kaki penderita.
Radioterapi diberikan pasca bedah sebagai adjuvans, bila kelenjar inguinal positif
mengandung tumor, yang ternyata dapat meningkatkan angka harapan hidup 5 tahun
penderita dan menurunkan angka kekambuhan (rasio rekurens). Radioterapi primer
dengan atau tanpa kemoterapi pada tingkat klinik III dan IV lanjut.
Tabel II.4.7.1 Hubungan kedalaman invasi dengan kelenjar inguinal positif
Kedalaman invasi (mm)
<1
1,1 - 2,0
19
10,5
2,1 - 3,0
17
11,8
3,1 - 5,8
14,3
>5
42,5
Penyebaran tumor menuju ke kelenjar getah bening tergantung pada lokasi tumor. Bila
proses ganas terdapat pada bagian atas vagina, penyebarannya akan terjadi seperti
pada kanker serviks. Bila berlokasi pada sepertiga bagian distal vagina,
penyebarannya akan menyerupai karsinoma vulva.
II.5.4 Gambaran klinik dan diagnosis
Karsinoma in situ lebih sering didapat sebagai proses yang multifokal. Ia dapat
ditemukan bersama-sama dengan tumor sejenis di bagian lain dari traktus genitalis,
aytau setelah pembedahan yang tidak radikal pada karsinoma in situ serviks uterus,
atau pasca radiasi karsinoma serviks uterus. Adenokarsinoma vagina jarang terjadi,
dapat berasal dari urethra, kelenjar Bartholin, atau sebagai metastasis dari karsinoma
endometrium/ovarium. Mengingat dinding vagina begitu tipis, kebanyakan kanker
vagina yang invasif pada saat didiagnosis, ditemukan dalam tingkat II. Jika seorang
wanita merasa sakit waktu bersetubuh dan berdarah, kemungkinan ia mengidap tumor
ganas, hal ini perlu dipikirkan. Pada tingkat penyakit yang sudah lanjut, disertai flour
albus (keputihan) dan berbau busuk.
Pada pemeriksaan in spekulo dapat ditemukan ulkus dengan tepi yang induratif atau
pertumbuhan tumor eksofitik seperti bunga kol yang mudah berdarah pada sentuhan.
Biopsi harus dibuat pada daerah yang dicurigai, sehingga bukti histologik dapat
menegakkan diagnosis.
Pembagian tingkat keganasan menurut FIGO
Tingkat
Kriteria
0 : Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial
I
II
: Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektum/ kandung kemih
pula pengambilan bahan dari ektoserviks dan endoserviks. Pada klinik yang sudah
maju, pemeriksaan kolposkopik, biopsi terarah dengan bimbingan kolposkop,
kolpomikroskopi dilakukan untuk membuat diagnosis dini. Diagnosis karsinoma
vagina primer hanya boleh dibuat setelah melalui pemeriksaan yang teliti.
Kemungkinan metastasis di vagina dari tumor lain, harus dapat disingkirkan.
II.5.6 Penanganan
Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginektomi, elektrokoterisasi, bedah krio,
penggunaan sitostatika topikal atau sinar laser. Untuk tingkat klinik I dan II dilakukan
operasi atau penyinaran. Operasi pada tumor di bagian atas vagina sama dengan
operasi pada kanker serviks, hanya vaginektomi dilakukan lebih luas (>1/2 puncak
vagina harus diangkat), sedang operasi pada bagian bawah vagina mendekati operasi
pada kanker vulva. Sehubung dengan letak kandung kemih atau rektum sangat dekat,
menjalarnya proses ke salah satu alat tersebut kadang-kadang memerlukan
pertimbangan eksenterasi panggul posterior/anterior dengan kolostomi dan/ atau
ureterostomi.
II.5.7 Prognosis
Angka Ketahanan Hidup 5 tahun kurang menggembirakan, berkisar antara 20%-48%.