Anda di halaman 1dari 128

BAB II

G
GA
AM
MB
BA
AR
RA
AN
NU
UM
MU
UM
MK
KO
ON
ND
DIISSII D
DA
AEER
RA
AH
H
Kondisi umum yang dijadikan pangkal tolak penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Baubau tahun 2013-2018 adalah
eksisting pembangunan daerah tahun 2008 hingga akhir tahun 2012. Pada tahun
tersebut penerapan otonomi daerah telah berjalan selama 10 tahun seiring
dengan terbentuknya Kota Baubau berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2001
tentang Pembentukan Kota Baubau bersama 12 daerah lainnya diseluruh
Indonesia.
Analisis gambaran Umum Daerah memberikan pemahaman awal
mengenai apa, bagaimana dan sejauhmana keberhasilan pembangunan daerah
yang telah dilakukan selama ini dan juga mengidentifikasi faktor-faktor dan
berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian
keberhasilan

pembangunan

daerah.

Gambaran

umum

kondisi

daerah

memberikan basis atau pijakan dalam merencanakan pembangunan, baik dari


aspek geografi dan demografi, serta capaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah beserta interpretasinya.
Kondisi daerah yang diuraikan pada bab ini merupakan resume dari
potensi yang dimiliki Kota Baubau dan dapat dimanfaatkan sebagai modal
dasar bagi penyelenggaraan pembangunan pada periode 2013-2018, namun juga
dapat berkembang menjadi tantangan dan kendala bagi masyakarat jika tidak
dikelola secara optimal, karenanya bab ini disajikan dengan cukup komprehensif
sebagai landasan dalam perumusan arah kebijakan bagi penyelenggaraan
pembangunan di Kota Baubau. Kondisi umum dimaksud antara lain meliputi: (1)
Aspek geografis dan Demografis; (2)Aspek Kesejahteraan Masyarakat (3) Aspek
Pelayanan Umum; (4) Aspek Daya Saing daerah; (5) Telaah Dokumen RTRW
Kota Baubau Tahun 2005-2025, sebagaimana diuraikan pada beberapa bagian
dibawah ini.

II-1

2.1

II- 2

ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah


A.

Letak dan Kondisi Geografis


Secara geografis Kota Baubau terletak di bagian Selatan Provinsi Sulawesi

Tenggara yang berupa wilayah kepulauan. Kota Baubau berada di Pulau Buton
dengan posisi koordinat sekitar 0,5015 hingga 050 32 Lintang Selatan dan 122046 Bujur
Timur. Dengan posisi tersebut, secara geostrategic Kota Baubau berperan sebagai kota
transit sekaligus daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI), sebagaimana di tunjukkan
pada Gambar 2.1 dimana Kota Baubau berperan sebagai titik transit bagi Jalur
Nasional Sekunder yang menghubungan ALKI III dan ALKI II
Gambar 2.1
Peta Garis Depan Konektivitas Global Indonesia

Sumber: MP3EI 2011-2025

Wilayah daratan Kota Baubau sebagian besar terdapat di daratan Pulau


Buton yang memanjang di Selat Buton dan terdapat 1 (satu) pulau yaitu Pulau
Makassar (Puma). Secara umum kondisi fisik wilayah Kota Baubau memiliki
karakteristik wilayah pesisir. Morfologi perkembangan Kota Baubau tumbuh
pada dataran rendah di sepanjang pinggir pantai dan Daerah Aliran Sungai,
dengan limitasi perkembangan berupa kondisi bentang alam yang realtif
berbukit dan tandus dibeberapa bagian daratan, menyebabkan perkembangan
kawasan ini relatif lambat sehingga membutuhkan dukungan kebijakan
pemerintah untuk menstimulasi pertumbuhan kawasan ini.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 3

B. Luas dan Batas Wilayah Administrasi


Secara fisik, Kota Baubau terletak pada Selat Buton dan dikelilingi oleh
kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Buton. Menurut Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2001, batas-batas administrasi Kota Baubau adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton;
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton.
Gambar 2.2
Peta Administrasi Kota Baubau

Sumber :Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030(2011)

Luas wilayah Kota Baubau menurut BPS adalah sekitar 221,00 km2 atau 0,58%
luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Akan tetapi, berdasarkan hasil perhitungan
foto udara, luas wilayah Kota Baubau adalah 29,02 km2 (Tabel 2.1).

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 4
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kota Baubau Menurut Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Kecamatan
BPS
Foto Udara
Betoambari
2.789
2.891,50
Murhum
329
1035,86*
Wolio
1.733
2.926,97
Kokalukuna
944
1.736,57
Sorawolio
8.325
10.879,40
Bungi
4.856
6.063,02
Lea-Lea
2.808
3.456,17
Batupoaro
316
Kota Baubau
22.100
29.016,49
*termasuk Kecamatan Batupoaro
Sumber : Dinas Tata Kota dan Bangunan (2012), Revisi RTRW Kota Baubau, 2011

Secara adminstratif wilayah Kota Baubau terbagi menjadi 8 Kecamatan


dan 43 Kelurahan, sebagaimana diuraikan berikut ini:

Kecamatan Wolio terdiri atas 7 kelurahan, meliputi; Kelurahan Bataraguru,


Kadolokatapi, Tomba, Wale, Batulo, Wangkanapi, dan Bukit Wolio Indah

Kecamatan Betoambari, terdiri atas 5 kelurahan, meliputi:Kelurahan Sulaa,


Waborobo, Lipu, Katobengke, Labolawa.

Kecamatan Sorawolio, terdiri atas

4 kelurahan, meliputi: Kelurahan

Kaisabu Baru, Karya Baru, Bungi, dan Gonda Baru.

Kecamatan Murhum, terdiri atas 5 kelurahan, yakni Kelurahan Baadia,


Melai, Wajo, Lamangga dan Tanganapada

Kecamatan Bungi, terdiri atas 5 kelurahan, yakni: Kelurahan Liabuku,


Waliabuku, Ngkari-Ngkaring, Tampuna, Kampeonaho,

Kecamatan Lea-Lea terdiri atas 5 kelurahan meliputi; Kelurahan LowuLowu, Kantalai, Kalia-Lia, Palabusa, dan Kolese

Kecamatan Kokalukuna terdiri atas 6 kelurahan meliputi; Kadolomoko,


Kadolo, Waruruma, Lakologou, Liwuto, Sukanayo.

Kecamatan Batupoaro terdiri atas 6 Kelurahan, meliputi : Kelurahan


Tarafu, Wameo, Bone-Bone, Kaobula, Lanto, Nganganaumala,
Sedangkaan menurut Fungsinya, Kota Baubau befungsi sebagai Pusat

Kegiatan Nasional (PKN), dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi wilayah


Sulawesi Tenggara Kepulauan dan beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Kemudian pada lingkup wilayah administrasi menurut Revisi Rencana Tata

II- 5

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 2011-2030, wilayah Kota Baubau dibagi
menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) yaitu wilayah yang secara
geografis berada dalam satu pusat pelayanan pusat kegiatan sekunder. Adapun
pembagian BWK di Kota Baubau, beserta fungsi eksisting dan rencana
pengembangan fungsi selaras dengan rencana pola ruang, adalah sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Sistem Perwilayahan BWK di Kota Baubau
BWK

Pusat

BWKI

Kelurahan
Wale

BWK II

Kelurahan
Wameo.

Lingkup Wilayah
Kelurahan Wale,
Tomba, Batara Guru,
Wangkanapi, Batulo
dan Bukit Wolio Indah.
Kelurahan Kaobula,
Melai,Nganganaumala,
Lanto, Wajo, Bone-Bone,
Lamangga, Tarafu, wameo,
dan Tanganapada.

Kebijakan Pengembangan
Guna Lahan
Perdagangan dan jasa, Pelabuhan Jembatan
Batu, Pelabuhan Penyebrangan Wolio,
Perkantoran, Dan lain-lain
Perdagangan grosir,Perdagangan eceran,
Perkantoran swasta, Pelabuhan Wameo,
Pendidikan, Dll

Pendidikan Tinggi, Perkantoran,


pemerintahan (kota dan provinsi), Sarana
Perkotaan, Perdagangan dan jasa, Hutan
Kelurahan Katobengke,
lindung, Hutan, Perumahan, Perkebunan,
Kelurahan
BWK III
Sulaa, Baadia, Labalawa,
Bandara Betoambari,Wisata pantai,
Lipu
Katobengke dan Waborobo Perkantoran swastaPergudangan, Terminal
untuk pergerakan dari arah
Batauga,Pelabuhan Murhum, Pelabuhan
Pertamina, Stasiun BBM, Pendidikan, Dll
KelurahanKadolokatapi,
Pusat permukiman kota, Industri,pelabuhan,
Kadolomoko, Kadolo, liwuto, Perumahan, Hutan raya, Hutan produksi
Kelurahan.
BWK IV
waruruma, sukanayo dan
terbatas, Hutan lindung, Sarana perkotaan,
Waruruma
Lakologou di arah utara
Perkantoran,
TPA,
TPU,
Pendidikan
sampai batas Sungai Bungi. (Pesantren), Dll
Pertanian tanaman pangan, Perikanan,
Kelurahan Kampeonaho,
Perdagangan dan jasa, Permukiman kota,
BWK V
Liabuku
Liabuku, Ngkaring-Karing,
Perkebunan, Hutan lindung, Hutan produksi
Tampuna, Waliabuku
terbatas, Pertambangan, Pasar, Terminal, Dll
Perdagangan dan jasa, Perkebunan, Hutan
lindung, Kebun Raya, Hutan produksi
Kelurahan Kaisabu Baru, Karya
BWK VI
Kaisabu.
terbatas,Pertambangan, Pergudangan dan
Baru,Gonda Baru dan Bugi
industry, Terminal pergerakan dari arah
PasarwajoPendidikan, Lapangan Golf, dll
Kota satelit, Sarana dan prasarana perkotaan
(Stadion & PLTU), Jembatan penyeberangan
Kelurahan
Kelurahan Kalialia,
:(Jembatan ke Pulau Makassar &Jembatan ke
LowuBWK VII
Kantalai, Kolese, Lowu-lowu, Pulau Muna), TWA Tirta Rimba, Kawasan
Lowu/
dan Palabusa
Minapolitan, Hutan lindung, Perkebunan,
Kolese.
Pertanian (sawah), Perumahan, Terminal
untuk pergerakan dari arah Kapontori, dll
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 6

Gambar 2.3
Peta Bagian Wilayah Kota Baubau

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030

C.

Topografi
Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari topografi

yang datar, bergelombang hingga berbukit. Kawasan yang mempunyai kemiringan


lahan 0 8% adalah kawasan yang berada di bagian Utara dan Barat wilayah Kota
Baubau, semakin ke Timur, kemiringan semakin besar dan merupakan perbukitan
yang membentang dari Utara ke Selatan.
Kondisi bentangan alam atau geomorfologi merupakan elemen penting
dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya
dukung lahan. Kota Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa
dataran yang termasuk dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar
antara 1540% dan kelerengan sebagian tempat di atas 40% serta beberapa
bagian wilayah dengan kelerangan antara 215% yang terdapat di Kecamatan
Murhum dan Kecamatan Bungi. Kelerangan yang cukup tinggi merupakan
limitasi dalam pengembangan pusat-pusat permukiman Kota Baubau terutama
ke arah Selatan, pada wilayah-wilayah dengan kelerangan di atas 15%
dimanfaatkan untuk perkebunan dan hutan.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Daerah tertinggi sebagian berada di Kecamatan Sorawolio. Topografi

II- 7

wilayah datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan pusatpusat permukiman di Kecamatan Murhum, sebagian Kecamatan Betoambari
dan Kecamatan Wolio.Berdasarkan kondisi topografi tersebut, maka Kota
Baubau dapat dibagi atas tiga keadaan wilayah, meliputi :
a.

Lahan Datar; terdapat di sepanjang pantai dengan ketinggian 5 meter di


atas permukaan laut dan tersebar di wilayah kecamatan dan
Kecamatan Sorawolio dengan kemiringan 0 8%.

b.

Daerah Agak Datar; terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota
Baubau dengan ketinggian 510 m di atas permukaan laut.

c.

Daerah bergelombang; berada pada ketinggian sekitar 60 meter di atas


permukaan laut dengan kemiringan 15 30%, terutama terdapat di
Kecamatan Betoambari.

D. Geologi
Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya
dari Pulau Buton, di mana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah
Timur Laut Tenggara dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat
Laut Tenggara.
Formasi geologi sebagai pembentuk struktur batuan di wilayah Kota
Baubau yang berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik yang
kompleks. Hal ini dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi
akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan
di wilayah Kota Baubau pada umumnya antara lain: Batuan Molasa Celebes
Sarasin (Qtms) terdapat di sebagian besar Kecamatan Wolio, Kokalukuna, Bungi,
Lea-Lea dan Sorawolio;Batu Gamping (Kl) terdapat di sebagian besar wilayah
Kecamatan Betoambari (bagian timur), Batuan Sedimen (S) menempati
sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra Basa (Ub) yang
hanya terdapat di wilayah Kecamatan Sorawolio.
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan
keterdapatan bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil,
begitu pula dengan kemungkinan pengaruh gelombang laut, karena secara geografis
Kawasan Pelabuhan Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga
terlindungi dari pengaruh gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

pesisir yang terkena arus gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi jangka

II- 8

panjang yang meruntuhkan tebing-tebing pantai tersebut.


Beberapa

variabel

untuk

menentukan

penilaian

kesesuaian

lahan/kemampuan tanah untuk mendukung aktivitas di atasnya antara lain


dipengaruhi oleh jenis tanah, luas wilayah berdasarkan limitasi/daerah
permbatas. Jenis tanah di Kota Baubau pada umumnya sama dengan jenis tanah
di Kabupaten Buton (terutama wilayah yang berada di Pulau Buton), yaitu
didominasi oleh pedzolik merah kuning dan mediteran yang memerlukan
perlakuan khusus bila dimanfaatkan untuk p ertumbuhan tanaman.
Berdasarkan tekstur tanahnya, 90,89% adalah tanah dengan tekstur
sedang dan sisanya yaitu 6,20% bertekstur kasar dan 2,91% bertekstur halus. Oleh
karena itu, wilayah Kota Baubau cocok untuk pengembangan permukiman
perkotaan

dan

semua

aktivitas

pendukungnya.Limitasi

pengembangan

pemanfaatan lahan yang paling dominan yaitu berupa tutupan batu seluas
18.909 Ha. Sedangkan daerah yang memiliki resiko terjadinya erosi yaitu seluas
377 Ha yang tersebar di Kecamatan Wolio seluas 73 Ha dan di Kecamatan
Sorawolio seluas 304 Ha.
Wilayah Kota Baubau didominasi oleh tanah dengan kedalaman efektif
antara 30-90 cm, kedalaman efektif tanah pada interval tersebut sesuai bagi
pengembangan permukiman dan pengembangan aktivitas perkotaan. Luas
wilayah dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm hanya terdapat di
Kecamatan Bungi yaitu seluas 4.479 Ha atau 15,05% yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Sedangkan untuk kedalaman efektif
tanah kurang dari 30 cm seluas 2.378 Ha (7,99%) dan sisanya adalah wilayah
dengan kedalaman efektif tanah antara 30 sampai dengan 90 cm seluas 22.901
Ha (76,96%).
E.

Hidrologi
Kota Baubau memiliki dua sungai yang besar yaitu Sungai Baubau yang

membatasi Kecamatan Wolio dan Kecamatan Murhum/Kecamatan Betoambari


dan membelah ibukota Baubau dan bermuara di Selat Buton. Sungai tersebut
umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, irigasi
dan kebutuhan rumah tangga. Yang kedua adalah Sungai Bungi yang
merupakan sumber air bersih PDAM.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Keadaan hidrologi di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air

II- 9

yang berasal dari Mata Air Wakonti dan Mata Air Wamembe. Kondisi hidrologi
yang teramati meliputi air permukaan dan air tanah yang terdapat dalam
wilayah Kota Baubau.

Air Permukaan, Sumber air permukaan di Kota Baubau berasal dari


aliran air Sungai Baubau yang melintas dalam wilayah Kota Baubau
membagi

wilayah

Kecamatan

Wolio,

Kecamatan

Murhum

dan

Betoambari dan sungai ini bermuara di Selat Buton. Di samping itu juga
terdapat sumber air bersih PDAM yang menggunakan sumber air baku
dari Sungai Bungi dan mata air dari Kaongke-Ongkea di Kecamatan
Sorawolio.

Air Tanah Dalam; Selain air permukaan, sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk masyarakat Kota Baubau dan pendatang yaitu air
tanah dalam dengan tingkat kedalaman 40 80 meter. Kondisi air tanah
di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari
mata air Wakonti dan mata air Wamembe berupa mata air yang berasal
dari mata air dengan debit terbatas. Beberapa sumber air mengalir
sepanjang tahun walaupun dengan debit yang terbatas, sedangkan mata
air Bungi, mata air Koba mempunyai kapasitas debit yang cukup baik
begitu juga dengan sumber air Kaongke-Ongkea di Kecamatan Sorawolio.

F.

Klimatologi
Kota Baubau yang beriklim tropis basah pada umumnya mempunyai

musim yang hampir sama di seluruh Sulawesi, yaitu adanya musim kemarau dan
musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai
dengan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember
sampai dengan bulan April. Pada bulan tersebut angin barat yang bertiup dari
Asia dan Samudera fasifik mengandung banyak uap air. Keadaan ini terus
berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulanbulan tertentu. Curah hujan hampir merata sepanjang tahun. Berdasarkan
catatan Stasiun Klimatologi Kelas III Betoambari, temperatur udara rata-rata
maksimum di Kota Baubau sepanjang Tahun 2012 berkisar antara 32,0 Celcius
dan suhu udara rata-rata minimum 23,0 Celcius. Variasi temperatur antara
musim hujan dan musim kemarau relatif kecil.Namun terkait dengan pemanasan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

global dan beberapa fenomena alam terkini, kondisi klimatologi Kota Baubau

II- 10

dan sekitarnya cenderung fluktuatif, yang kemudian berimbas pada beberapa


sektor ekonomi, utamanya perikanan, pertanian dan transportasi.
G. Penggunaan Lahan
Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Baubau dapat dibedakan
atas penggunaan lahan perkotaan (urban) dan penggunaan lahan non urban
(rural). Jenis penggunaan lahan yang dikategorikan urban, meliputi; perumahan,
industri, pergudangan, sosial dan jasa, perdagangan. Sedangkan untuk lahan non
urban meliputi sawah, tambak, kebun campuran, padang rumput, semak, dan
hutan. Penggunaan lahan perkotaan (urban) cenderungan berada di kota bawah di
sekitar pantai, sedang untuk kota atas kegiataan pertanian masih mendominasi
penggunaan lahan pada daerah tersebut.
Gambar 2.4
Peta Penggunaan Lahan Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030(2011)

Rasio luas areal terbangun Kota Baubau relatif masih rendah yaitu sebesar
2.028 Ha atau 9,18% dari luas total wilayah kota. Secara umum kawasan
terbangun

didominasi

oleh

bangunan

perumahan,

fasilitas

sosial,

jasa,

perdagangan, industri dan jaringan infrastruktur. Sedangkan kawasan yang


belum terbangun mempunyai luas 20.072 Ha atau 90,82% dari luas total wilayah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Kota Baubau. Kawasan yang belum terbangun ini didominasi oleh pemanfaatan

II- 11

hutan dengan luas 9.543 Ha atau 43,18% dari total luas lahan. Pemanfaatan
lahan lainnya yaitu digunakan sebagai tegal/kebun yaitu sebesar 13,28% atau
seluas 2.934 Ha, sisanya berturut-turut adalah perkebunan 1.901 Ha atau 8,60%,
ladang 1.531 Ha atau 6,93%, lainnya 1.368 Ha atau 6,19%
Tabel 2.3
Penggunaan Lahan di Kota Baubau

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

193,4
169,9
-

1.358,7

407,9

166,7

175,5

408,2
11,3
345,7
9,3

139,2

215,0

116,4

83,2

749,3
37,5
362,1
120,3
95,5

1.230,3
17,1

345,2

306,8
252,3

685,7

211,0
2,4

2,9
1,8

5,5
90,1

60,7

2,6

44,1

492,0

48,2

30,1

13,9

927,0

46,0

221,3
11,3
5,8
42,5
113,4
2.891,5 2.929,6

23,6

262,3

10,8
39,2
346,5

218,6
28,1

1.051,6

1.786,6

6.061,9

0,8

1.983,3

70,6

1.953,6
30,0

2.019,2
70,9

4.357,1
1,1
628,8

Kota Baubau

Sorawolio

Lea-lea

Bungi

Hutan
Industri
Pergudangan
Perkebunan
Sawah
Perkantoran
Pemerintah dan
Swasta
Perumahan
Pelabuhan
Bandara
Taman
Pariwisata
Perdagangan dan
Jasa
Sarana Perkotaan
Konservasi Pantai
Pertambangan
TPA
PLTU
Total

Kokalukuna

1
2
3
4
5

Murhum &
Batupoaro

Tata Guna Lahan

Wolio

No

Betoambari

Luas Penggunaan Lahan Per Kecamatan (Ha)

9.173,3
11,3
347,6
4.956,3
100,9

130,0

1.091,7

200,8

3.729,0
309,3
362,1
128,7
294,8

119,1

1.676,3

747,9
67,3
5.360,5
5.712,8
82,0
237,9
109,9
109,9
3.456,2 10.879,5 29.056,8

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011- 2030 (2011)

Sesuai dengan kondisi ruang Kota Baubau maka pemanfaatan ruang


kota di bagi atas dua bagian :
a.

Kawasan Lindung
Kawasan tersebut terbagi dalam lima jenis kawasan yaitu Kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan
setempat, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam dan
kawasan lindung lainnya. Pengembangan kawasan dimaksud berada di
sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio (BWK VI) dan Kecamatan
Bungi (BWK VII), kawasan-kawasan ini akan terus terjaga karena dapat

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber

II- 12

daya buatan.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budi daya merupakan kawasan di luar lindung yang kondisi fisik
dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan
baik bagi kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan ruang
untuk ekonomi dan pemukiman. Kawasan ini berada di beberapa wilayah
BWK seperti BWK III, V, VI, VII, penetapan kawasan ini lebih bersifat
memberikan arahan bagi pengembangan berbagai kegiatan budi daya
sesuai dengan potensi sumber daya (terutama lahan) yang ada dan dengan
memperhatikan optimasi pemanfaatannya.
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Kota Baubau memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan,
antara lain berupa potensi perdagangan dan jasa, perikanan tangkap dan
budidaya, pertanian, perkebunan dan peternakan, serta pariwisata dan Budaya.
Beberapa sektor yang perkembangannya cukup signifikan, diantaranya:

Perdagangan dan Jasa; Kegiatan perdagangan di Kota Baubau mencakup


perdagangan berskala lokal dan regional. Komoditas yang diperdagangkan
sebagai besar dari subsektor perikanan dan perkebunan dengan tujuan utama
pemasaran yaitu Kendari, Makassar, Surabaya dan Jakarta, serta sebagian kecil
dipasarkan ke Papua, Maluku, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.

Potensi Industri Perikanan ;

Potensi Pariwisata;
Sektor-sektor potensial penggerak ekonomi masyarakat di Kota Baubau

dalam aktivitasnya memanfaatkan ruang wilayah Kota, sehingga Pemerintah


melalui RTRW dan RDTRK mengalokasikan beberapa kawasan yang memiliki
fungsi strategis bagi terlaksananya aktivitas masyarakat. Kawasan strategis kota
merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan.
Kawasan strategis kota Baubau ini antara lain berfungsi untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kota; serta sebagai alokasi ruang untuk
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan

II- 13

daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 20112030, maka kawasan strategis bagi sektor-sektor potensial di Kota Baubau yang
merupakan ruang bagi pengembangan potensi wilayah Kota Baubau dapat
dibagi menjadi 5 Kelompok Kawasan Strategis, yakni :

Kawasan Strategis dari

Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi , Sosial dan Budaya, Pendayagunaan


Sumber Daya Alam (SDA) dan/atau Teknologi Tinggi, (d) Fungsi dan Daya
Dukung Lingkungan Hidup,dan (e) Kawasan Strategis lainnya sesuai dengan
Kepentingan Pembangunan Keruangan Kota.
Gambar 2.5
Kawasan Strategis Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030(2011)

Kawasan strategis Kota Baubau dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan
secara rinci diuraikan berikut ini:
a. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dapat
berupa kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi,

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

diantaranya:

merupakan

aglomerasi

berbagai

kegiatan

ekonomi

yang

II- 14

memilikiPotensi ekonomi cepat tumbuh, Sektor unggulan yang dapat


menggerakkan pertumbuhan ekonomi, Potensi ekspor, Dukungan jaringan
prasarana

dan

fasilitas

penunjang

kegiatan

ekonomi,

Fungsi

untuk

mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan


ketahanan pangan, Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber
energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi, Sumber daya alam yang
strategis untuk kepentingan pembangunan kota; dan/atauPengaruh yang dapat
mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kota.Kawasan
strategis dari sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi berdasarkan
potensi-potensi kawasan di Kota Baubau diarahkan pada :

Kawasan Kota Mara Baubau

Wilayah Terpadu Bungi-Sorawolio

Rencana Kawasan Pelabuhan dan Pergudangan Terpadu

Kawasan Pangkalan BBM PERTAMINA

Objek Wisata Pantai

Rencana Kota Satelit Lea-Lea

Jembatan ke Pulau Makassar

Jembatan Pulau Buton ke Pulau Muna

Kawasan Perdagangan dan Jasa di Jalan Wolter Monginsidi

Kawasan Perdagangan dan Jasa di Jalan Betoambari

Kawasan Industri Perikanan & Pariwisata Terpadu (KIPPT) Pulau Makassar

Rencana Ring Road yang menghubungkan Kecamatan Betoambari


Sorawolio Bungi

Kawasan Terminal di tiga titik strategis pada kecamatan-kecamatan yang


merupakan pintu masuk ke Kota Baubau,

b. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya


Kawasan strategis ditinjau dari sudut kepentingan sosial budaya dapat
merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya seperti halnya:Tempat pelestarian dan pengembangan adat
istiadat atau budaya;, Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya, Aset
yang harus dilindungi dan dilestarikan;Tempat perlindungan peninggalan
budaya;Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman
budaya;Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;Hasil
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan jatidiri

II- 15

maupun penanda (vocal point, landmark) budaya kota;Kawasan Strategis


dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya Kota Baubau diarahkan di
beberapa kawasan di bawah ini:

c.

Kawasan Budaya Keraton Buton Baubau

Kawasan Palatiga (Jalan Bhakti ABRI)

Kawasan Palagimata

Kawasan Pendidikan dan Perkantoran Jalan Muh. Husni Thamrin

Kota Mara Pantai Kamali

Kawasan Perkantoran dan Jasa di Jalan Sultan Hasanuddin

Kawasan Pendidikan di Jalan Betoambari

Stadion Betoambari

Rencana Pembangunan Stadion di Kota Satelit Lea-Lea

Kawasan Pendidikan dan Perkantoran di Jalan Sultan Dayanu Ikhsanuddin

Kawasan Pendidikan yang berwawasan Lingkungan di Sorawolio

Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya


Alam (SDA) dan/atau Teknologi Tinggi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan Sumber Daya
Alam (SDA) dan teknologi tinggi merupakan kawasan yang memiliki nilai
strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di
wilayah provinsi, Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan
sumber daya alam (SDA) dan teknologi tinggi di Kota Baubau diarahkan di
Kelurahan Kolese Kecamatan Lea-Lea yang akan direncanakan sebagai
kawasan PLTU. Kawasan Kolese yang berada pada Kawasan Pesisir Utara
Kota

Baubau

tersebut

merupakan

kawasan

yang

sangat

tepat

memanfaatkan Prinsip Pembangkitan Listrik Energi Air Kandungan Termis


karena Kawasan Kolese memiliki intensitas sirkulasi arus yang relatif tinggi.
d. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan Hidup dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis
dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.Kawasan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Kebun Raya juga diarahkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan

II- 16

fungsi dan daya dukung di Kota Baubau. Kawasan Kebun Raya direncanakan
di Kecamatan Betoambari tepatnya berbatasan dengan Kabupaten Buton di
bagian selatan Kota Baubau. Kawasan ini dinilai memiliki tumbuhan yang
beragam, memliki arsitektur bentang alam yang baik, keindahan alam dan
gejala alam yang memiliki ciri khas tertentu.
e. Kawasan Strategis Lainnya Sesuai dengan Kepentingan Pembangunan
Keruangan Kota
Kawasan Strategis Lainnya Sesuai Dengan Kepentingan Pembangunan
Keruangan Kota dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis
lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan spasial wilayah
provinsi.Berdasarkan potensi-potensi kawasan di Kota Baubau dapat
disimpulkan

kawasan

strategis

lainnya

sesuai

dengan

kepentingan

pembangunan keruangan sebagai berikut:


a. Kawasan Palatiga
b. Kawasan Perumahan, diantaranya tersebar diberbagai lokasi berikut:

Kecamatan Betoambari, diantaranya: Perumahan Palm Beach,


Perumahan Wanabakti, BTN Pepabri,BTN Buana Sultra Mandiri,BTN
Betoambari Permai, Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
NSD Palagimata, dan Perumahan Pegawai Negeri

Kecamatan Wolio,diantaranya: BTN Medibrata &BTN Kuda Putih.

Kecamatan Kokalukuna : Perumnas Waruruma.

c. Kawasan Palagimata, meliputi :

sub-kawasan (lahan) perkantoran,

sub-kawasan permukiman umum,sub kawasan ini hendaknya dibatasi


realisasinya sebab kondisi kawasan yang tidak memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai kawasan permukiman skala besar. Kondisi tersebut
disebabkan Kawasan Palagimata yang sebagian besar merupakan
perbukitan karst yang harus dilindungi

sub-kawasan perumahan pegawai dan kompleks rumah dinas, ruang


terbuka hijau (sabuk hijau, areal bukit, hutan kota), ruang publik lainnya.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 17

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana


Sebagai daerah kepulauan Kota Baubau merupakan wilayah yang
berpotensi terjadinya bencana, baik bencana alam, non alam maupun bencana
sosial yang dapat memberikan dampak kerugian baik dari segi korban jiwa
maupun kerusakan beberapa sarana dan prasarana fisik milik pemerintah
daerah dan masyarakat, dan hal tersebut berlangsung setiap tahunnya. Sehingga
Baubau termasuk salah satu kota yang terakomodir dalam Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 2010-2014 sebagai wujud dari komitmen pemerintah
dalam bidang penanggulangan bencana yang dituangkan dalam Peraturan
Kepala (Perka) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2010.
Pada tabel 2.4 diuraikan Bencana baik alam maupun non alam yang terjadi di
Kota Baubau di tahun 2012, sedangkan pada Gambar 2.6 ditampilkan jalur
evakuasi Bencana Kota Baubau
Gambar 2.6
Peta Jalur Evakuasi Bencana Kota Baubau

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.4
Rekapitulasi Kejadian Bencana Kota Baubau Tahun 2012
Jenis Kejadian Bencana
Banjir / Genangan air
Tanah Longsor
Puting Beliung / Angin Kencang
Abras I / Gelombang tinggi
Kebakaran
Amblasan Tanah
Kekeringan
Epidemi Malaria
DBD
AFP Polio
Jumlah
Sumber: BNPB Kota Baubau, 2013

II- 18

Jumlah Kejadian
14
10
9
9
2
3
7
1
27
1
83

Berikut ini diuraikan Persebaran kawasan rawan bencana dan intensitas kejadian
Bencana di Kota Baubau, yang dibagi menurut klasifikasi Bencana Alam dan
Non Alam
A. Bencana Alam
Banjir
Berdasarkan data BNPB tahun 2010, Baubau termasuk salah satu daerah
yang memiliki resiko bencana banjir tinggi. Pada Tabel 2.5 berikut diuraikan
lokasi, luas dan waktu genangan yang potensial terjadi di Kota Baubau :
Tabel 2.5
Kondisi Eksisting Genangan Banjir Di Kota BaubauTahun 2011
Kecamatan

Kelurahan

Wajo
Tanganapada
Murhum
Lamangga
Lanto
Kaobula
Nganganaumala
Batupoaro
Wameo
Tarafu
Bone-bone
Lipu
Betoambari
Katobengke
Waborobo
Kaisabu baru
Karya Baru
Sorawolio
Gonda Baru
Bugi
Kampeonaho
Bungi
Ngkari ngkari
Wangkanapi
Tomba
Wolio
Bataraguru
Bukit Wolio Indah
Kadolokatapi
Sumber : Dinas PU Kota Baubau, 2012

Luas (Ha)

Tinggi (cm)

1
1
0,75
0,5
0,5
1,5
0,5
0,5
1,5
2,5
2,5
0,5
3
3
1,5
4
2,5
3
2,5
5
5
2,5
1,5

20
20
30
20
20
20
20
20
20
20
20
15
20
25
25
25
20
25
30
30
30
40
20

Lama Genangan
(jam)
3
3
3
1,5
2
3
1,5
1
1,5
3
4
2
6
6
3
6
3
6
4
5
5
24
3

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 19

Banjir yang terus berlangsung tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti
curah hujan yang cukup ekstrim dibeberapa Kecamatan (Murhum, Bungi,
Sorawolio dan Wolio), pendangkalan sungai Baubau sebagai akibat erosi di
bagian hulu, pasang surut air laut, menurunnya resistensi DAS Baubau
terhadap banjir akibat perubahan tata guna lahan di sekitar bantaran sungai,
selain itu juga perilaku masyarakat terhadap penebangan pohon di kawasan
hutan lindung.
Pada tahun 2012 bencana banjir di Kota Baubau terjadi sebanyak 20 kasus
yang tersebar di beberapa kelurahan dengan curah hujan yang tinggi dan
pengaruh pasang surut air laut mengakibatkan ketinggian air antara 0,5-1
meter dipermukiman masyarakat, walaupun tidak ada korban jiwa akan
tetapi merendam puluhan rumahmilik masyarakat setempat.

Tanah Longsor
Bencana tanah longsor yang terjadi di Kota Baubau sebagian besar
terdapat pada daerah dengan kondisi geologi yang tidak stabil dan
seringkali dipicu oleh terjadinya hujan deras yang ekstrim melebihi titik
tertinggi dan juga pengaruh hantaman gelombang laut pada wilayah
pesisir dengan tingkat resiko dipengaruhi oleh kepadatan bangunan dan
infrastruktur. Seperti yang terjadi dibeberapa wilayah perbukitan
diantaranya wilayah Longaria Kelurahan Bataraguru, Bukit Kolema
Kelurahan Waruruma, Kadolomoko, dan Waliabuku.

Kekeringan
Ancaman alam yang bersifat hidro-meteorologis lain yang sering menimpa
Kota Baubau pada saat musim kemarau adalah kekeringan, yang terjadi
akibat berkurangnya persediaan air dan menurunnya curah hujan dalam
periode yang lama disebabkan oleh ketidakteraturan suhu permukaan
laut sehingga mengakibatkan gangguan pada pola tanam, pola
pengairan, pola pengoperasian irigasi serta pengelolaan sumber daya air
di permukaan. Seperti yang terjadi dua kecamatan yang dominan
wilayah persawahan, yaitu Kecamatan Bungi dan Sorawolio dan sebagian
lahan pertanian dan perkebunan di Kecamatan Betoambari.

Puting Beliung
Puting beliung ini sering terjadi di Kota Baubau pada saat musim
pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau maupun
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

dari musim kemarau dan umumnya menimpa terjadi di wilayah pesisir

II- 20

pantai sampai ke daratan yang menimbulkan kerusakan dalam bentuk


robohnya atap bangunan ringan, tiang listrik dan pohon-pohon. Pada
tahun 2012 bencana angin puting beliung terjadi di Pulau Makassar) dan
Bataraguru, Bone-Bone, Nganganaumala, Kampeonaho dan Lowu-Lowu.

Amblesan Tanah
Zona fisiografi Kota Baubau bagian utara di sekitar pesisir pantai memiliki
salah satu ancaman berupa amblesan tanah atau penurunan tanah
Besarnya potensi amblesan tanah dikarenakan fisiografi yang berdampak
secara ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Tomba dan sebagian
Bataraguru termasuk wilayah pesisir Waruruma yang mengakibatkan
penurunan air tanah pada infrastruktur jalan nasional sehingga memberi
dampak perembesan (intrusi) air laut sampai jauh ke daratan.

Kebakaran Permukiman
Kota Baubau termasuk salah satu daerah yang rawan terhadap
kebakaran baik kebakaran hutan maupun kebakaran permukiman
(sebagaimana data BNPB tahun 2010, Baubau termasuk rawan risiko
bencana kebakaran tingkat sedang). Potensi kebakaran hutan di Baubau
cukup besar karena masih memiliki areal hutan dalam skala besar atau
sekitar 80% luas wilayah Kota Baubau sebagaimana data dari BMKG
tahun 2010 termasuk dalam zona rawan tingkat kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia. Kawasan hutan terdapat di wilayah Wakonti,
Kecamatan Sorawolio dan Bungi. Sedangkan kebakaran permukiman
yang sering terjadi pada kawasan padat perumahan dan permukiman
seperti di Kelurahan Tomba dan Bataraguru.

Erosi, Abrasi dan Sedimentasi


Baubau sebagai kota pantai dengan luas perairan laut 30 Km2 yang
sebagian wilayah lautnya berpotensi memiliki gelombang ekstrim atau
berisiko tinggi bencana erosi dan abrasi (data BNPB tahun 2010) seperti
pada wilayah pesisir Wameo, Sulaa, Bone-Bone dan Pulau Makassar yang
mencapai rata-rata 2 - 5 meter pada musim angin barat atau antara
bulan Januari-April setiap tahunnya. Wilayah tersebut berhadapan
langsung dengan laut lepas sehingga hantaman gelombang besar dan
angin kencang berdampak bagi masyarakat di sekitarnya.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Sedimentasi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Baubau yang setiap

II- 21

tahunnya pada saat musim penghujan dan pasang air laut terjadi
endapan sejumlah material dari hulu sungai ke muara, sehingga
berpotensi terjadinya erosi dan banjir. Sedimentasi ini terjadi dibeberapa
titik DAS Baubau seperti dimuara sungai Kelurahan Wale, Tomba,
Bataraguru dan Sungai Bungi. Luasan wilayah yang mengalami
sedimentasi (akresi) sekitar + 8 ha.
B. Bencana Non-Alam

Kegagalan Teknologi
Kecelakaan transportasi laut merupakan salah satu ancaman kegagalan
teknologi yang paling sering terjadi Kota Baubau baik itu kapal terbakar
akibat tabung gas yang meledak maupun tenggelam akibat kelebihan
penumpang yang melebihi kapasitas armada. Hal ini sering terjadi dalam
wilayah perairan Baubau untuk transportasi lintas kabupaten dalam
wilayah pulau Buton, Bombana dan Wakatobi. Kecelakaan transportasi
laut seperti kapal Acitah rute Baubau-Wanci

Wabah, Epidemi dan Kejadian Luar Biasa


Berdasarkan data pemetaan BNPB tahun 2010, Baubau merupakan
salah satu wilayah yang berpotensi dan rawan epidemi penyakit Malaria.
Penderita Malaria tersebut paling sering terjadi pada saat musim
penghujan dengan jumlah kasus yang terjadi di Kota Baubau dalam
kurun waktu tahun 2012 berjumlah 49 kasus yang tersebar dalam wilayah
Kota Baubau. Sementara untuk kasus demam berdarah (DBD) pada
tahun 2012 berjumlah 27 kasus. Selain itu pula kasus AFP Poliu yang
terjadi di Kelurahan Waliabuku pada BulanJuni tahun 2012 yang
dinyatakan sebagi kejadian luar biasa karena merupakan salah satu
penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak pernah ada.

Bencana Sosial
Secara geografis Baubau sebagai wilayah terbuka dan daerah transit baik dari
masyarakat KBI maupun dari KTI, sehingga kondisi sosial budaya masyarakat
Baubau sangat beraneka ragam suku, ras, golongan, bahasa, agama.. Kondisi
tersebut sangat rawan terhadap konflik dan sering dimanfaatkan oleh pihak
yang mempunyai kepentingan tertentu. Kerawanan terhadap konflik dalam

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

masyarakat Baubau cenderung diperburuk dengan adanya kesenjangan

II- 22

ekonomi kecemburuan sosial, ego kelompok, serta perilaku sosial yang


berlebihan.Secara umum masyarakat Baubau masih menjunjung falsafah
Buton yang selama ini menjadi kearifan lokal masyarakat setempat, namun
masih juga dijumpai konflik-konflik sosial antar kelompok, seperti tawuran
antar kelompok Kanakea dengan Palatiga, Tomba dengan Wakonti, Wameo,
dan Lipu. Daerah-daerah dengan tingkat kepadatan tinggi dan didominasi
etnis tertentu merupakan daerah yang potensial terhadap terjadinya konflik .
2.1.4 Demografi
A. Pertumbuhan dan Distribusi Penduduk
Peran Kota Baubau sebagai pusat aktifitas dan perekonomian
masyarakat di wilayah Sulawesi Tenggara bagian Kepulauan, menyebabkan
perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah penduduk siang dan malam
karena besarnya jumlah penduduk komuter dari beberapa daerah disekitarnya.
Dari hasil pendataan BPS jumlah penduduk tetap non komuter di Kota Baubau
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Selama kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir (2008 2012), rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,85%. Angka ini lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi
Tenggara pada periode yang sama yakni 2,17% dan Indonesia 1,49%.
Selengkapnya perkembangan penduduk Kota Baubau selama kurun waktu
2008-2012 dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini:
150.000

143.363

140.000

137.118

130.000
120.000

2008

127.743

139.717

130.862
2009

2010

2011

2012

Gambar. 2.7
Grafik Perkembangan Penduduk Kota Baubau Tahun 2008-2012
Pada tahun 2011 dari 139.717 jiwa penduduk, tercatat32.975 Kepala Keluargaatau
rata-rata satu keluarga terdiri dari 4,24 jiwa. Perbandingan penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin penduduk tahun
2011 sebesar 97,6 yang berarti dari setiap 100 orang penduduk perempuan
terdapat 98 orang laki-laki.Perkembangan sex ratio dapat dilihat pada tabel 2.6

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 23

Tabel 2.6
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah
Penduduk
2008
127.743
2009
130.862
2010
137.118
2011
139. 717
2012*
143.363
Sumber : BPS Kota Baubau (Diolah)
Tahun

Laki-Laki

Perempuan

62.986
64.524
67.736
68.997
70.630

64.757
66.338
69.382
70.720
72.537

Rasio Jenis
Kelamin
97,27
97,26
97,62
97,53
97,64

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kota Baubau juga ditandai dengan


tingkat kepadatan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2000 kepadatan penduduk Kota Baubau sebesar 480 orang per km2
kemudian tahun 2010 sebesar 620orang per km2 selanjutnya pada tahun 2011
meningkat hingga 632 orang per km2. Kepadatan tertinggi terdapat di
Kecamatan Batupoaro yang dengan luas wilayah terkecil yaitu 3,16km2memiliki
tingkat kepadatan 7.478 orang perkm2. Sedangkan Kecamatan Sorawolio yang
memiliki luas wilayah terbesar yaitu 83,25 km2justru memiliki kepadatan terkecil
yaitu sebesar 87 orang per km2..
Tabel 2.7
Persebaran dan Kepadatan Kependudukan Kota Baubau Tahun 2011
Kecamatan

Luas Wilayah
(km2)

Betoambari
27,89
Murhum
3,29
Wolio
17,33
Kokalukuna
9,44
Sorawolio
83,25
Bungi
47,71
Lea-lea
28,93
Batupoaro
3,16
Kota Baubau
221
SULTRA
38.14
Sumber : Baubau Dalam Angka 2012

Kepadatan
(Jiwa/km2)

Jumlah

16.650
22.367
38.760
17.048
7.178
7.238
6.762
23.631
139.717
2.230.569

597
7.131
2.237
1.806
87
152
234
7.478
632
58

Dari jumlah penduduk yang mencapai 139.717 orang pada tahun 2011,
sebagian besar tersebar di 5 kecamatan yang merupakan pusat perkotaan yaitu
Kecamatan Wolio yang dihuni 27,86% dari total penduduk Kota Baubau,
kemudian diikuiti oleh Kecamatan Batupoaro (16,98%),

Murhum (16,0%),

Kokalukuna (12,25%), dan Betoambari (11,96%). Sedangkan 3 kecamatan


lainnya,yakni Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan Sorawolio yang berada di
pinggiran perkotaan persebaran penduduknya dibawah 6 persen.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 24

B. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur


Komposisi penduduk Kota Baubau berdasarkan kelompok umur
menunjukkan bahwa sekitar 58,94% atau 82.356 jiwa termasuk usia produktif,
sedangkan sekitar 40,6% atau sebanyak 53.136 jiwa merupakan penduduk non
produktif. Komposisi kelompok umur didominasi oleh kelompok usia muda yaitu
umur 5 19 tahun sebanyak 32,66 persen.kelompok umur 0 - 24 tahun sebesar
54,89 persen sebanyak 16.310 jiwa dan umur 15 19 tahun, kelompok umur 25
59 tahun sebesar 39,65 persen. Sedangkan kelompok umur manula tergolong
rendah, yang mengindikasikan masih relatif rendahnya usia harapan hidup
penduduk Kota.
Keadaan struktur umur penduduk di Kota Baubau sebagaimana terlihat
pada gambar 2.8, menunjukkan bahwa penduduk Kota Baubau tahun 2011
adalah 58,94 persen atau sebanyak 82.356 orang termasuk usia produktif dan
penduduk usia non produktif 41,06 persen atau sebanyak 57.361 orang. Komposisi
kelompok umur penduduk kota Baubau didominasi oleh kelompok usia muda
yaitu umur 5-19 tahun sebesar 32,66 persen. Kelompok umur 0-24 sebesar 54,89
persen, kelompok umur 25-59 sebesar 39,65 persen, dan kelompok lanjut usia
sebesar 5,46 persen. Kecilnya proporsi kelompok lanjut usia mengindikasikan
masih relatif rendahnya usia harapan hidup penduduk Kota Baubau.

Gambar 2.8
Piramida Penduduk Kota Baubau Tahun 2011
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 25

Implikasi lain yang perlu disikapi dari piramida penduduk ini adalah
tingginya jumlah penduduk pada kelompok umur 10-49 tahun lebih besar dari
jumlah penduduk usia 50 tahun keatas dan usia 5 tahun kebawah, yang berarti
bahwa Kota Baubau satu dekade ke depan akan memperoleh Bonus Demografi,
yaitu kondisi ketika jumlah penduduk produktif (berusia 15-64 tahun)
mendominasi populasi Kota.Saat bonus demografi datang, pertumbuhan
ekonomi bakal melonjak, pendapatan per kapita melambung, dan sektor-sektor
produksi akan tumbuh luar biasa pesat. Siklus ini hanya akan datang sekali
dalam sekian ratus atau bahkan sekian ribu tahun bagi sebuah bangsa. Bonus
Demografi akan terjadi pada 2020-2030.Tanda-tanda bonus demografi sudah
muncul. Sejak dua tahun silam, tingkat kelahiran di Kota Baubau khususnya dan
Indonesia pada umumnya menurun, diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk
usia produktif.
2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1.

Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro
yang menggambarkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di Kota Baubau
dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah
(value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi yang secara total
dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB disajikan dalam
dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan. Penghitungan
pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices)
dengan Tahun dasar 2000 untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga.
.

Pembangunan ekonomi Kota Baubau sepanjang tahun 2008-2012 yang

diilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku, setiap tahun dari tahun 2008
sampai dengan tahun berjalan 2012 rata-rata terjadi peningkatan PDRB sebesar
21,52% atau Rp. 358.074,22 Milyar per tahun. Sementara itu nilai PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2000 trend rata rata peningkatan per tahunnya sampai
dengan tahun 2012 mencapai 9.37% atau Rp. 66,169.94 Milyar, dan untuk tahun
2012 sendiri jika dibandingkan dengan tahun 2011 peningkatan nilai PDRB atas
dasar harga konstan meningkat di atas rata rata mencapai Rp.80,870.66 Milyar.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 26

Tabel 2.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Kota Baubau
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SEKTOR
SEKTOR PRIMER
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
Industri Pengolaan
Listrik, Gas & Air Bersih
Kontruksi
SEKTOR TERSIER
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB

2008
(Juta Rp)

61.460,24
58.484,51
2.975,73
158.901,99
27.230,95
6.245,26
125.425,78
405.396,01
137.569,34
69.949,36
47.965,30
149.912,01
625.758,24

2009
%

9,82
9,35
0,48
25,39
4,35
1,00
20,04
64,78
21,98
11,18
7,67
23,96
100,00

(Juta Rp)

66.684,94
62.820,01
3.864,93
177.668,77
30.701,56
7.051,56
139.915,65
455.804,97
156.796,43
82.611,47
49.099,12
167.297,95
700.158,68

2010
%

9,52
8,97
0,55
25,38
4,38
1,01
19,98
65,10
22,39
11,80
7,01
23,89
100,00

(Juta Rp)

69.348,27
64.202,98
5.145,29
209.152,14
32.096,18
7.702,06
169.353,90
485.485,38
169.891,09
85.570,42
54.482,16
175.541,71
763.985,79

2011
%

9,08
8,40
0,67
27,38
4,20
1,01
22,17
63,55
22,24
11,20
7,13
22,98
100,00

(Juta Rp)

71.513,74
65.486,03
6.027,71
232.705,45
34.192,70
8.310,74
190.202,01
531.228,68
188.502,34
92.506,52
67.493,06
182.726,76
835.447,87

2012*
%

(Juta Rp)

8,56
74.591,37
7,84
67.259,00
0,72
7.332,37
27,85 246.861,34
4,09
36.157,31
0,99
9.440,92
22,77
201.263,11
63,59 586.353,52
22,56
207.373,83
11,07
110.919,59
8,08
72.264,56
21,87
195.795,54
100,00 907.806,23

8,22
7,41
0,81
27,19
3,98
1,04
22,17
64,59
22,84
12,22
7,96
21,57
100,00

Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, Diolah

Tabel 2.9
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Berlaku Kota Baubau
2008
2009
2010
2011
(Juta Rp)
%
(Juta Rp)
%
(Juta Rp)
%
(Juta Rp)
%
SEKTOR PRIMER
253.333,68 10,39
293.859,13 15,66
306.567,41
14,72
331.149,42
14,16
1 Pertanian
246.758,86
10,12
284.999,87
15,18
294.359,69
14,13
316.175,46
13,52
2 Pertambangan & Penggalian
6.574,82
0,27
8.859,26
0,47
12.207,72
0,59
14.973,96
0,64
SEKTOR SEKUNDER
314.416,45
12,89
386.145,16 20,57
473.664,90 22,74
538.514,68 23,02
3 Industri Pengolaan
41.816,78
1,71
49.419,48
2,63
52.983,68
2,54
57.963,11
2,48
4 Listrik, Gas & Air Bersih
17.707,84
0,73
21.401,58
1,14
23.715,68
1,14
26.001,29
1,11
5 Kontruksi
254.891,83
10,45
315.324,10
16,80
396.965,54
19,06
454.550,28
19,43
SEKTOR TERSIER
1.871.313,67 76,72
1.196.991,17 63,77 1.302.381,67 62,54 1.469.542,66 62,82
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
388.354,06
15,92
477.540,27
25,44
533.255,51
25,61
613.408,32
26,22
7 Pengangkutan & Komunikasi
175.601,37
7,20
217.336,49
11,58
227.424,11
10,92
248.744,51
10,63
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan
977.777,94
40,09
104.648,32
5,58
119.624,04
5,74
151.099,06
6,46
9 Jasa-jasa
329.580,30
13,51
397.466,09
21,18
422.078,01
20,27
456.290,77
19,51
PDRB
2.439.063,80 100,00 1.876.995,46 100,00 2.082.613,98 100,00 2.339.206,76 100,00
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, diolah

NO

SEKTOR

2012*
(Juta Rp)
%
397.698,91
14,82
380.982,77
14,20
16.716,14
0,62
612.871,41
22,84
60.605,32
2,26
32.724,94
1,22
519.541,15
19,36
1.673.180,78
62,34
707.337,07
26,36
284.388,64
10,60
193.359,75
7,20
488.095,32
18,19
2.683.751,10 100,00

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Penjabaran nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga

II- 27

berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2008 hingga
perkiraan tahun 2012 secara rinci melalui tabel berikut 2.8 dan 2.9. Dengan
merujuk pada Tabel 2.9 dan Gambar 2.9 juga dapat dilihat bahwa struktur
perekonomian daerah Kota Baubau pada tahun 2012 masih ditopang oleh
sektor-sektor yang masuk dalam kelompok tersier yang memiliki kontribusi
sektoral sebesar 62,34% sementara kelompok primer dan sekunder masingmasing hanya sebesar 8.57% dan 28.59%, dimana tiga besar subsektor yang paling
berperan terhadap perekonomian Kota Baubau berturut-turut adalah subsektor
Konstruksi yang memiliki kontribusi sebesar 23.18% disusul, Perdagangan Hotel
dan Restoran sebesar 22.61%, dan subsektor jasa-jasa sebesar 21.35%.

Jasa-Jasa
21%
Keuangan,
persewaan &
Jasa
perusahaan
7%
Pengangkutan
& Komunikasi
12%

Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan &
Perikanan
8%

Pertambangan
& Penggalian
1%

Industri
Pengolahan
4%
Listrik, Gas
dan Air bersih
1%

SEKTOR
PRIMER
8.57%

Konstruksi
23%

SEKTOR
SEKUNDER

SEKTOR
TERSIER
62.54%

Perdagangan,
Hotel &
Restoran
23%

28.59%

Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan proyeksi PDRB Kota Baubau, diolah

Gambar 2.9
Struktur Perekonomian Kota Baubau Tahun 2012
Jika ditinjau secara kumulatif 5 tahun terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi pergeseran struktur perekonomian Kota Baubau, dimana sektor primer
dan sekunder mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yang secara
simultan diikuti dengan penurunan peran sektor tersier terhadap pergerakan
ekonomi di Kota Baubau, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 28

PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI KOTA BAUBAU


SEKTOR PRIMER
SEKTOR SEKUNDER
SEKTOR TERSIER

100,0
%

50,0

0,0

76,72
12,89
10,39

2008

63,77

62,54

62,82

58,60

20,57
15,66

22,74
14,72

23,02
14,16

22,99

2009

2010

2011

18,41

2012

Gambar 2.10
Pergeseran Struktur Perekonomian Kota Baubau 2008-2012
Tabel. 2.10
Perkembangan PDB dan PDRB Provinsi/kota Tahun 2008 s.d 2012
atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku
TAHUN
2008
2009
2010
2011
2012

HB
HK
HB
HK
HB
HK
HB
HK
HB
HK

PDRB Kota Baubau


(Juta Rp)
2.439.063,8
625.758,2
1.876.995,5
700.158,7
2.082.614,0
763.985,8
2.339.206,8
835.447,9
2.683.751,10*
907.806,23*

PDRB Prov. Sultra


(Juta Rp)
10.335.160,0
4.659.810,0
11.704.610,0
4.912.780,0
12.706.800,0
5.218.250,0
14.067.730,0
5.560.750,0

PDB non migas


Triliun Rp)
4.948,7
2.082,5
5.606,2
2.178,9
6.436,3
2.313,8
7.427,1
2.463,2
4027,8*smt1
1283,4*smt1

*Angka sementara
Sumber: BPS RI (2013), BPS Prov.Sultra (2012), BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto
Kota Baubau Tahun 2011, diolah

Laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Baubau menunjukkan tren
yang positif dari tahun ke tahun, dimana pertumbuhan ekonomi Kota Baubau
pada tahun 2012 mencapai 9,67% jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang
hanya mencapai 10,12% berarti terjadi peningkatan sebesar 0,96%.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Gambar 2.11
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kota Baubau Tahun 2008-2012

II- 29

2012

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2002

2000

15
13
11
9
7
5
3
1
-1
-3
-5
-7
-9
-11
-13
-15

2003

PERTUMBUHAN EKONOMI
KOTA BAUBAU (%)

Keterangan:
Nilai angka tahun 2011 s.d tahun 2012 adalah angka sementara.
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2010, diolah

Sementara itu dari Tabel 2.11 dan 2.12 dapat dilihat bahwa semua sektor
pembentuk PDRB selama kurun waktu 2010-2012 mengalami pertumbuhan
(positif). Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan
pertumbuhan tertinggi selama kurun waktu tersebut 154,24% , namun demikian
jika dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor ini hanya
menyumbang rata-rata dibawah 1% selama 5 tahun terakhir.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 30

Tabel. 2.11
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008- 2012
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) & Harga Konstan (Hk) Kota Baubau
SEKTOR
SEKTOR PRIMER
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
Industri Pengolaan
Listrik, Gas & Air
Bersih
Kontruksi
SEKTOR TERSIER
Perdagangan, Hotel
dan Restoran

2008
2009
2010
2011
2012
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
16,25 9,82 15,66 15,66 14,72 14,72 14,16 14,16 14,82 8,22
15,83 9,35 15,18 15,18 14,13 14,13 13,52 13,52 14,20
7,41
0,42

0,48

0,47

0,47

0,59

0,59

0,64

0,64

0,62

0,81

20,17 25,39 20,57 20,57 22,74 22,74 23,02 23,02 22,84 27,19
2,68
4,35 2,63 2,63 2,54 2,54 2,48 2,48 2,26
3,98
1,14

1,00

1,14

1,14

1,14

1,14

1,11

1,11

1,22

1,04

16,35 20,04 16,80 16,80 19,06 19,06 19,43 19,43 19,36 22,17
63,58 64,78 63,77 63,77 62,54 62,54 62,82 62,82 62,34 64,59
24,91

21,98 25,44 25,44

25,61

25,61 26,22 26,22 26,36

22,84

Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah

Tabel 2.12
Pertumbuhan Kontribusi Sektor & PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2008-2012 Kota Baubau
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SEKTOR
SEKTOR PRIMER
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
Industri Pengolaan
Listrik, Gas & Air Bersih
Kontruksi
SEKTOR TERSIER
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan & Komunikasi Agkutan & Komunikasi
Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB

Pertumbuhan (%)
Hb
Hk
56,99
21,37
54,39
15,00
154,24
146,41
94,92
55,35
44,93
32,78
84,80
51,17
103,83
60,46
68,78
44,64
82,14
50,74
61,95
58,57
97,75
50,66
48,10
30,61
72,14
45,07

Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah

Sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di tahun 2012


adalah Sektor Konstruksi yang tumbuh 13.65% dan memberi andil sebesar 3.16%
terhadap pertumbuhan ekonomi serta memiliki kontribusi sektoral 23.18% yang
merupakan dampak peningkatan realisasi anggaran berbagai proyek fisik baik
yang bersumber dari pemerintah maupun swasta, disusul oleh sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran yang tumbuh sebesar 3.16% memiliki andil
terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3.09% dan kontribusi sektoralnya
sebesar 22.61%.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 31

B. Laju Inflasi
Salah satu masalah pokok yang selalu dihadapi oleh pemerintah maupun
masyarakat adalah tingkat inflasi yang cenderung selalu tinggi. Peningkatan
pendapatan masyarakat secara nominal akan berkurang artinya apabila diikuti
oleh tingkat inflasi yang tinggi, karena bila faktor inflasi diperhitungkan belum
tentu terjadi peningkatan secara riil. Tingkat inflasi yang tinggi secara umum
akan menurunkan daya beli masyarakat yang berpenghasilan nominal tetap.
Penyajian PDRB atas dasarharga konstan bersama sama dengan atas dasar
harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau
deflasi yang terjadi.
Isu-isu ekonomi nasional cukup memberi pengaruh yang relatif terhadap
peningkatan laju inflasi Kota Baubau pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, dimana isu kenaikan harga BBM bersubsidi yang sempat
dihembuskan oleh pemerintah cukup menimbulkan gejolak harga beberapa
saat, walaupun kenaikan secara signifikan tidak terjadi dengan ditundanya
kenaikan tersebut beberapa saat setelahnya. Pada tahun 2011 inflasi kota
Baubau mencapai 2,61 persen dan di tahun 2012 meningkat 0.03 persen menjadi
2.64 persen.
Gambar 2.12
Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Baubau menggunakan PDRB
deflator(y.o.y) tahun 2007 2012
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
Laju Inflasi

2007

2008

2009

2010

2011*

2012*

2,14

2,47

2,68

2,73

2,61

2,65

Keterangan:
Angka tahun 2011 s.d 2012 adalah angka sementara.
Baubau dalam Angka (beberapa edisi), PDRB Kota Baubau Tahun 2010, diolah

Inflasi yang tinggi merupakan salah satu fenomena dalam perekonomian yang
dapat menekan daya beli masyarakat dan menurunkan pendapatan rill
masyarakat. Inflasi dapat dilihat dari perubahan Indeks PDRB Deflator. Dalam
beberapa tahun terakhir inflasi Kota Baubau cenderung berada di bawah ratarata inflasi nasional. Hal ini tentu saja berdampak positif pada jalannya roda

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

perekonomian dan diharapkan mampu memacu kualitas pertumbuhan ekonomi

II- 32

yang telah dicapai.


C. Pendapatan Perkapita dan Pemerataan Ekonomi
Salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu
daerah dapat dilihat dari besarnya PDRB per kapita. Pendapatan atau PDRB
perkapita memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat di berbagai daerah dan juga dapat menggambarkan perubahan
corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakatyang sudah terjadi. Hal ini
berarti semakin tinggi PDRB perkapita semakin sejahtera penduduk suatu
wilayah. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin akan berkurang. Dengan
demikian, secara teoritis PDRB perkapita sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi akan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
Berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita penduduk Kota Baubau
tahun 2012 adalah Rp.18.719.970.Nilai tersebut telah meningkat 282,15persen dari
keadaan tahun 2008 yang hanya sebesar Rp. 4.898.571,7 . Pencapaian nilai PDRB
perkapita tersebut mampu menurunkan jumlah penduduk miskin hingga
mencapai 16.531 jiwa di tahun 2010 dari keadaan tahun 2007 dimana jumlah
penduduk miskin mencapai 22.600 jiwa. Dengan demikian, diharapkan di tahun
2013, pendapatan perkapita masyarakat Kota Baubau akan mencapai Rp 20,9
juta/tahun. Tren peningkatan pendapatan perkapita masyarakat (ADH berlaku)
dan jumlah penduduk miskin disajikan pada grafik berikut :
Gambar 2.13
Perkembangan Pendapatan Perkapita Kota Baubau Tahun 2008-2012*
20000000
18.719.970
16.742.463

15000000
14.343.319
10000000

15.188.480

12.204.691
2008

2009

2010

2011

2012

Keterangan:
Atas dasar Harga Berlaku, Nilai Angka tahun 2012 adalah angka sementara
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau (beberapa edisi) ;

Pemerataan pendapatan juga dapat dilihat dari koefisien gini. Koefisien


Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Pada tabel

II- 33

2.13terlihat bahwa angka koefisien gini tahun 2012 sebesar 0.29 atau berada di
bawah 0.35 yang menandakan tingkat ketimpangan sebaran pendapatan
rendah (low inequality), kondisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tenggara danIndonesia yang pada akhir
tahun 2012 berada tingkat ketimpangan sedang (moderate inequality).
Jika ditinjau dari Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia,Relatif meratanya
penyebaran pendapatan di Kota Baubau tampak pada Kurva Lorenz dari gini
ratio Kota Baubau tampak bahwa pendapatan Penduduk Kota Baubau
terdistribusi 26,31% terendah, 43,53% menengah, dan 30,34% berpendapatan
rendah.
Tabel 2.13
Perkembangan Gini Ratio tahun 2008-2012
Wilayah

Tahun
2008

2009

2010

2011

2012

Kota Baubau

0,20

0,26

0,25

0,26

0,29*

Sultra

0,33

0,36

0,42

0,41

0,40

Indonesia
0,37
0,37
0,38
0,41
0,41*
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), BPS Prov Sultra (2012), Data Strategis BPS (2012)

D. Tingkat Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Kota Baubau dari tahun ke tahun
menunjukkan angka penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan penduduk semakin membaik setiap tahunnya. Pada tahun 2010
jumlah penduduk miskin mencapai 18.170 orang, menurun bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 23.100 pada tahun 2005. Disisi
lain jumlah penduduk miskin jika dibandingkan dengan laju pertambahan
penduduk juga mengalami penurunan. Tahun 2007 persentase jumlah penduduk
miskin masing-masing sebesar 17,08% dari jumlah total penduduk, mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi hanya 10.31%. Membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan penurunan persentase kemisikinan dalam hal ini
tidak terlepas dari peran pemerintah yang signifikan menciptakan peluangpeluang ekonomi bagi masyarakat, selain itu upaya penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam beberapa tahun terakhir
turut memberi andil menciptakan kondisi ini.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 34

Tabel 2.14
Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Baubau
Wilayah

Baubau

Sultra
Indonesia

Tahun

Garis Kemiskinan
(Rp/Perkapita)

2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2011
2012
2011
2012

135.145
157.138
167.668
182.765
217,430
232,130
238,200
244.129*
199.176
195.306*
233.740
248.707*

Penduduk Miskin
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
21,300
16,36
23,100
18,90
22,600
17,08
19,640
14,13
18,170
12,72
16,530
12.06
14,450
10.31
14.426
10,06
334.280
14,61
316.330
13,71
29,89 juta
12,36
29,13 juta
11,96*

*Angka sementara
Sumber : BPS Kota Baubau; , Data Strategis Indonesia 2012, www.bps.go.id

Disamping itu, jika dihubungkan dengan perkembangan Angkatan kerja di Kota


Baubau maka dapat dilihat korelasi yang positif antara penurunan presentase
penduduk miskin dengan Tingkat Pengangguran di Kota Baubau, dimana terjadi
penurunan jumlah diantara keduanya.
2.2.2. Kesejahteraan Sosial
Keberhasilan dalam penyelenggaraan Fokus kesejahteraan sosial disuatu
daerah diindikasikan melalui beberapa indikator, diantaranya angka melek
huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan
yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi,
angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio
penduduk yang bekerja, secara global komposit dari beberapa indikator tersebut
terukur melalui Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia dan Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
A. Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia
Peningkatan kualitas SDM ditandai oleh semakin meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia yang dapat dilihat daritiga indikator utama, yaitu
kesehatan, pendidikan dan daya beli. Pendidikan membuka peluang individu
maupun masyarakat untuk memperoleh pengetahuan. Pengukuran keberhasilan
pembangunan melalui pendekatan IPM dari aspek pendidikan dimulai dari
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Indeks Angka Melek Huruf (AMH), Indeks Rata-rata Lama Sekolah, Angka Rata-

II- 35

rata Lama Sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan indikator makro yang terkait
dan ikut mempengaruhi angka tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung seperti Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni.
Pencermatan atas data sebaran Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka
Melek Huruf (AHM) menunjukan bahwa ketersediaan saran prasarana,
aksesibilitas serta kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada peningkatan Ratarata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH).
Gambar 2.14
Angka Melek Huruf Penduduk Kota Baubau Tahun 2007/2008-2011/2012
95,2

96,3

97,83

98,01

98,86

4,8

3,7

2,17

1,99

1,14

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Melek Huruf (Penduduk 15 Tahun ke Atas) [%}

Buta Aksara (%)

Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau,


Profil Pendidikan Kota Baubau, Beberapa Edisi, diolah.

Berdasarkan Gambar 2.14, Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 15


tahun ke atas pada tahun 2010/2011 sekitar 98,01%. Hal ini menunjukkan bahwa
AMH atau kemampuan aksara penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain,
angka buta aksara atau angka buta huruf di Kota Baubau mengalami
penurunan, dari 3,70% pada tahun ajaran 2008/2009 menjadi 2,17% pada tahun
ajaran 2009/2010 dan menurun lagi menjadi 1,99% pada tahun ajaran 2010/2011.
Capaian ini cukup menggembirakan karena untuk tingkat nasional, angka
melek huruf sampai akhir tahun 2010/2011 diperkirakan masih berada dalam
kisaran 94%-95%.
Adapun

kondisi

capaian

beberapa

indikator

pembentuk

indeks

Pembangunan Manusia Kota Baubau diuraikan pada tabel 2.15. Indeks


Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Baubau juga mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dari 72,14 tahun 2008 menjadi 73,48 pada tahun 2010.
Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan IPM Sultra (70,36) dan IPM
Nasional (72,23).
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 36

Tabel. 2.15
Capaian Indikator Pendidikan dan IPM tahun 2008-2012
Indikator Pendidikan
Indeks Pembangunan Manusia
a. Angka melek huruf (%)
b. Angka Rata-rata lama sekolah (tahun)
c. Angka harapan hidup (tahun)
d. Pengeluaran riil perkapita (Rp.000)
IPM Kota Baubau
IPM Prov. Sultra
IPM Nasional

2008

Indikator Capaian
2009
2010
2011

2012*

95.20
9.60
69.79
607.11
72.14
69.00
71.17

95.30
9.75
70.09
608.12
72.56
69.68
71.76

99,81
10,00
70,92
625,85
75,18
71,75
73,34

95.58
9.84
70.39
616.11
73.48
70.36
72.23

98,86
9.92*
70.66*
620,96*
74.33*
71.05*
72.79*

Sumber: Baubau Dalam Angka; Bappeda, Profil Pendidikan Tahun 2010/2011, (Diolah)

B. Pencapaian Millenium Developments Goals

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen nasional dan


global dalam upaya lebih mensejahterakan masyarakat melalui pengurangan
kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan,
dan kelestarian lingkungan. 8 tujuan (goals) menjadi komitmen MDGs mencakup:
(1) Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan; (2) Mencapai Pendidikan Dasar
untuk Semua; (3) Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan; (4) Menurunkan Angka Kematian Anak; (5) Meningkatkan
Kesehatan Ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular lainnya;
(7) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup; dan (8) Membangun Kemitraan
Global untuk Pembangunan.
Pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) merupakan
pemenuhan komitmen internasional yang sejalan dengan upaya pemerintah
Kota Baubau dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Upaya percepatan
pencapaian target MDGs menjadi prioritas pembangunan daerah, yang
memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten/kota. Sebagian besar pencapaian MDGs Kota Baubau sudah sesuai
dengan rencana target yang ditetapkan (on track), bahkan beberapa target
MDGs 2015 telah tercapai seperti penurunan prevalensi kekurangan gizi dan
proporsi penduduk dengan pendapatan per kapita (lihat tabel 2.15). Namun
demikian, masih ada beberapa target MDGs yang memerlukan upaya keras
untuk mencapainya. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama lintas sektor dan
lintas SKPD di Kota Baubau, peningkatan kemitraan antara pemerintah dengan
swasta, serta peningkatan peran aktif masyarakat untuk menangani disparitas
kinerja tersebut.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 37

Tabel 2.16
Perkembangan Capaian MDGs di Kota Baubau Tahun 2008-2012
NO
1

TUJUAN
Menanggulangi
Kemiskinan dan
Kelaparan

Mencapai
Pendidikan Dasar
untuk Semua

TARGET

INDIKATOR TARGET

Menurunkan proporsi penduduk yang


a
tingkat pendapatannya di bawah US$1
perhari menjadi setengahnya dalam
b
kurun waktu 1990-2015
Menurunkan proporsi penduduk yang
a
menderita kelaparan menjadi
setengahnya.
b
Menjamin pada lahun 2015, semua
anak, di manapun, laki-laki maupun
perempuan, dapat menyelesaikan
pendidikan dasar

a
b
c
d
e

Mendorong
Kesetaraan Gender
dan
Pemberdayaan
Perempuan

Menghilangkan ketirnpangan gender di


tingkat pendidikan dasar dan lanjuan
a
pada tahun 2005, dan di semua
jenjang pendidkan tidak lebih dari
tahun 2015
b
c
d
e
f

Menurunkan
Angka Kematian
Anak

Menurunkan Angka Kematian Balita

Meningkatkan

Menurunkan angka kematian ibu

a
b
c
a

Persentase penduduk dengan pendapatan di


bawah US$1 (PPP) perhari.
Persentase penduduk dengan tingkat konsumsi di
bawah garis kemiskinan nasional.
Persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun
yang mengalami gizi buruk (severe underweight)
Persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun
yang menqalami gizi kurang (moderate
underweight)
Angka melek huruf usia 15-24 tahun.
Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar /
madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun).
Angka partisipasi murni (APM). sekolah menengah
pertama / madrasah tsanawiyah (13-15 tahun)
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA / SMK / MA
Presentase guru yang rnemenuhi kualifikasi S1 / D4
Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di
tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi.
yang diukur melalui angka partisipasi murni anak
perempuan terhadap anak laki-laki.
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki
usia 1 5-24 tahun, yanq diukur melalui anqka
melek huruf.
Partisipasi perempuan di Eksekutif Pernerintah
Partisipasi perempuan di Legislatif DPRD
Partisipasi perempuan di Yudikatif
Partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor
non pertanian
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran
hidup
Angka Kematian Balita (AKABA ) per 1000
kelahiran hidup
Anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi campak
Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per

TARGET
2015
10%

2008

2009

2010

2011

2012

17,20%

14,44%

13,96

9,72

9,15*

7,50%

14,13

12,72

12,06

*10,31

10,06*

3,30%

0,16%

0,06%

0,25%

0,15%

0,06*

18%

9,20%

9,00%

7,23%

8,41%

3,49*

100%

95.20

95.30

95.58

98,86

99,81*

100%

91.2 %

88,12

92,29

94,4

98,8*

100%

72,80%

72,08

82,97

76

83*

100%
100%

64,59
52,52%

69,73
67,31%

85,62
66,14

84,8
65,32

90*
68,14*

100%

90,21%

94,45%

96,12

99,53

100*

100%

98,97%

99,45%

101,2

102,3

102,1*

indikator
30%

58,90%
5%
5%

59,64%
12%
6,10%

56,14
12%
6,12

53,20
12%
7,82

55,42*
12*
8,12*

indikator

36,39%

36,83%

37,8

39,41

37,91*

19%

14,00

21,89

6,48*

32%

13%

12%

3,67%

3,91%

12,10*

100%
110

92,33%
303

95,83%
138

96,43
166,94

96,71
195,47

98,67*
259,29*

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 38
NO

TUJUAN
Kesehatan Ibu

TARGET

INDIKATOR TARGET

2008

2009

90%

87,66%

89,28%

91,53

89,36

63,81*

indikator

55,65%

60,12%

63,32

66,27

67,41*

indikator

57,59%

58,54%

58,16

59,21

60,12*

indikator

82,61%

83,54%

87,51

91,17

92,4*

0,143
indikator

0,125
2,13

0,127
2,44

0,213
4,35

0,251
17

0,312*
18,1*

Pendidikan / Pengenalan penyakit HIV AIDS untuk


indikator
remaja usia 15-24 tahun ?

12

12

12

12*

Prevalensi malaria per 1.000 penduduk

14,37

15,4

13,2

2,18

5,1*

Prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk

82,1

89

125,45

176,79

177,12*

Rasio luas kawasan tertutup pepohonan yang


dilakukan dengan program reboisasi atau hutan
rakyat.

44,32

48,7

42,16

41,6

49,3*

78,3

83,1

85,41

86,16

86,79*

67%

71

75

79

83

85*

65%

86,98

88,66

88,72

89,58

91,5*

80,5

83,32

85,14

86,54

87,53*

sebesar tiga-perempatnya dalam kurun


waktu 1990-2015
b
c
d
e

Memerangi
HIV/AIDS, Malaria
& Penyakit
Menular Lainnya

Menghentikan dan mulai rnenurunkan


kecenderungan penyebaran HIV AIDS
Mengendalikan penyebaran HIV dan
AIDS dan mulai menurunnya jumlah
kasus baru
Mengendalikan penyakit malaria dan
mulai menurunnya jumlah kasus
malaria dan penyakit lainnya
Memastikan
Memadukan prinsip-prinsip
Kelestarian
pembangunan berkelanjutan dengan
Lingkungan Hidup kebijakan dan program nasiortal serta
mengembalikan sumber daya
lingkungan yang hilang
Menurunkan proporsi penduduk tanpa
akses terhadap sumber air minum yang
aman dan berkelanjutan serta fasilitas
sanitasi dasar sebesar separuhnya
Mencapai perbaikan yang berarti
dalam kehidupan penduduk miskin di
pemukiman kumuh

TARGET
2015

a
b

b
c
d
e

100.000 kelahiran hidup


Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis
Prosentase penggunaan kontrasepsi pasangan
menikah
Proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang
sedang menggunakan atau memakai alat
keluarga berencana
Jumlah rata-rata kunjungan pemeriksaan ibu
hamil ke RS. Puskesmas, Dokter/ Bidan Keluarga
Prevalensi HIV
Penggunaan kondom pada pemakai kontrasepsi

Proporsi rumah tangga yang mendapatkan


sumber air bersih / jumlah seluruh rumah tangga
Proporsi cakupan pelayanan perusahaan daerah
air minum / jumlah seluruh rumah tangga
Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas
sanitasi yang layak
Proporsi rumah tangga yang menempati Rumah
Sehat

222

2010

2011

2012

Sumber: BAPPEDA Kota Baubau (2012)

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 39

2.2.3. Seni Budaya dan Olahraga


2.2.3.1. Nilai-nilai Budaya Daerah
Sebagai salah satu daerah yang memiliki sejarah masa lampau yang
panjang, Kota Bau-Bau kaya akan nuansa-nuansa kearifan lokal yang hingga
kini masih tetap dipertahankan dan berlaku ditengah masyarakatnya. Falsafah
Binci-binciki kuli telah dikenal sejak masa pemerintahan Sultan Buton I,
Murhum Qaimuddin, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut pada empat pilar
bermasyarakat (Sara Pataanguna), yaitu :

1. Pomae-maeka (saling segan-menyegani)


Pada dasarnya, setiap manusia mempunyai hak asasi manusia, harga
diri, kehormatan, harta benda, keluarga, dan lain-lain

yang wajib

dipertahankan dan dilindungi secara bersama-sama sehingga timbul stabilitas


dan keamanan sehingga menciptakan suasana nyaman dan damai. Untuk
menjaga kondisi yang diharapkan tersebut, maka setiap warga masyarakat
wajib untuk saling menyegani untuk tidak melanggar hak-hak warga
masyarakat lainnya.

Selanjutnya, nilai ini menumbuhkembangkan sikap

ketekunan dan rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dihadapi.

2. Popia-piara (saling memelihara)


Nilai ini mengandung makna bahwa setiap anggota masyarakat wajib
untuk saling memelihara, saling melindungi baik materiil maupun moril, serta
saling membina dan memelihara dalam hubungan kemasyarakatan maupun
kedudukan seseorang dalam masyarakat. Implementasi lebih lanjut dari nilai
ini adalah menumbuhkembangkan rasa saling percaya diantara anggota
masyarakat yang dilandasi sifat-sifat manusiawi, seperti kejujuran, keihklasan,
dan lain-lain.

3. Poangka-angkataka (saling menghargai)


Sejak pada era kesultanan, penghargaan (reward) terhadap jasa orang
yang telah memberikan dharma bhakti bagi masyarakat dan bangsanya
wajib diberikan sesuai dengan jasanya masing-masing, seperti memenangkan
sesuatu peperangan, menyerahkan secara ikhlas harta benda untuk
kepentingan umum, mengimplementasikan ilmu dan keterampilan yang
dimiliki untuk kepentingan umum. Adapun bentuk yang penghargaan yang
diberikan antara lain adalah pemberian sebidang tanah, jabatan dalam
pemerintahan, maupun kedudukan sebagai tokoh masyarakat.

Berbagai

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

penghargaan tersebut dimaksudkan setiap masyarakat termotivasi dan rela


berkorban untuk kepentingan umum.

II- 40

Dalam perkembangan selanjutnya,

nilai poangka-angkataka dimaksudkan sebagai

upaya untuk saling

menghargai sesama anggota masyarakat, saling menjaga kehormatan,


timbulnya rasa kebersamaan, dan tidak hanya terbatas pada penghargaan
atas jasa seseorang kepada bangsa dan negara.

4. Pomaa-maasiaka (saling sayang menyayangi)


Setelah ketiga nilai-nilai sebelumnya dapat diimplementasikan oleh
masyarakat, maka diharapkan timbulnya sikap saling menyayangi yang
merupakan salah satu

nilai-nilai luhur kemanusiaan. Adanya sikap saling

menyayangi ini akan diikuti oleh meningkatnya kreativitas, semangat, dan


kemandirian, serta timbulnya keikhlasan dan rasa syukur terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Berkenaan dengan upaya pencapaian visi dan misi pembangunan, juga
terdapat nilai-nilai yang masih dikenal oleh masyarakat serta menjadi pedoman
dalam mencapai tujuan bersama, sebagaimana diungkapkan oleh Betoambari
putra Ratu Wa Kaa Kaa, Raja Pertama Kerajaan Buton,yaitu :

Polipu itu simbou mpuu tahelaka saangu bangka, o anakhodla, osawi, tee
moponincawina auncura aose saangu padloma mamudhaakana akawa toi
kawaa
Artinya :Bernegara itu diibaratkan berlayar dalam satu perahu, terdapat
nakhoda, ada awak kapal, dan ada penumpang, yang mengikuti satu
pedoman (aturan dan rencana) agar tiba ditempat tujuan
Guna lebih memacu semangat berkarya masyarakat dan bekerja keras
dalam membangun keluarga, masyarakat dan negara, maka Sultan Buton I,

Murhum Qoimuddin memberikan nasehat yang hingga kini masih tetap menjadi
pedoman masyarakat, yaitu :

Mangule Yindaaka Yumangule, padha yinda yumangule yumanguleaka


Artinya :Berpayah-payahlah kamu agar tidak menjadi sengsara,tidak
berpayah-payah akan menyengsarakanmu

Selanjutnya lebih diperkuat oleh falsafah perjuangan masyarakat yang telah


dikenal sejak zaman kesultanan Buton dan tercantum dalam kitab Martabat
Tujuh yang berfungsi sebagai peraturan perundangan pada masa itu, yaitu :

Yinda-yindamo arataa somanamo karo

( kepentingan badan/pribadi lebih utama daripada harta benda)

Yinda-yinda karo somanamo lipu

( kepentingan umum lebih utama daripada kepentingan pribadi)


RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 41

Yinda-yindamo lipu somanamo sara

(kepentingan dan keutuhan negara lebih diutamakan daripada kepentingan umum)

Yinda-yindamo sara somanamo agama

( kepentingan agama lebih utama daripada kepentingan negara )


Dalam perkembangannya Kota Baubau, nilai-nilai budaya lokal akan
mengalami benturan terhadap pengaruh globalisasi yang mengandung nilai-nilai
universal. Hal ini perlu upaya untuk mengadaptasikan nilai-nilai budaya lokal
dengan perkembangan masyarakat. Ada dua dimensi transformasi budaya
masyarakat Kota Baubau yang saling berkaitan. Dimensi Pertama, menyangkut
hall mengembalikan citra Masyarakat Kota Baubau sebagai Orang Buton yang
mulai kehilangan identitas. Hal ini menyangkut soal penghayatan diri masingmasing sebagai satu bangsa. Dimensi Kedua, menyangkut soal-soal praktis yang
berkaitan dengan nilai-nilai apa yang diperlukan agar mereka terdorong
mereka mampu berpartisipasi secara aktif dan bermanfaat.
Dalam kehidupan masyarakat Baubau, kelembagaan yang memainkan
peranan penting adalah aturan pemerintahan (pemerintah Kota Baubau),
sarana masigi (agama), dan peranan keluarga.Terakhir dan tidak kurang
pentingnya, adalah peranan mancuanana lipu (orang yang dituakan) dan
kelompok-kelompok kerabat yang terintegrasi masih didengarkan nasehatnasehatnya, sehingga perilaku masyarakat Kota Baubau masih berpedoman
kepda nilai-nilai budaya masa kerajaan. Dalam kaitannya dengan kondisi sosial
budaya, pengembangan kota Baubau harus dikelola sebaik mungkin demi
menciptakan dan memelihara harmoni sosial, pada saat yang sama, memelihara
nilai-nilai lokal yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan
masyarakat merespon kehidupan di sekitarnya.
Hubungan Nilai-nilai Budaya dengan Kinerja Masyarakat
Setiap wujud budaya itu memiliki nilai yang saling berhubungan dan
merupakan konsep tentang apa saja yang hidup di dalam pikiran yang dianggap
berharga dan penting, lalu menciptakan sistem nilai budaya yang berfungsi
sebagai pedoman bagi arah dan orientasi kehidupannya. Budaya Buton
mengenal konsepsi nilai-nilai tentang karya manusia, yakni:
a.

Karya manusia itu pada hakekatnya bertujuan untuk memungkinkan


terpeliharanya kelangsungan hidup yang layak dan bahagia. Dalam falsafah
Buton antara lain dikatakan:
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Yimalapeaka dadina manusia yitu yidunia siy, yinda sabutuna takodalakea

II- 42

giu bei karaja yitu, maka tabeana to menturuiki, sopodona tabeana duka
porikanopo tamataua kamuri-muriana.
Falsafah tersebut menyiratkan bahwa karya manusia itu dimana pun ia
berada

ditujukan

untuk

mempertahankan

kelangsungan

hidupnya,

memperbaiki kualitas hidupnya dan memperoleh hasil atau manfaat bagi


dirinya maupun masyarakatnya. Selanjutnya pada kalimat; dalam bekerja
sebaiknya dibiasakan (menturuki) tak hanya sekedar diselesaikan akan
tetapi

senantiasa

porikanapo

tamataua

kamuri-muriana

atau

memperkirakan hasil yang akan dicapai yang bisa dalam bentuk sasaran
yang hendak dicapai. Falsafah ini menyangkut perihal perencanaan yang
matang dan penilaian kinerja di dalamnya.
b.

Karya manusia itu pada hakekatnya untuk memberikan sesuatu kedudukan


yang penuh kehormatan dalam masyarakatnya. Mengenai hal ini, dalam
budaya masyarakat Buton mengenal falsafah seperti:

Dangia omia atopuji rouna-pewauna rampakana amatua pekadudui, sinasinai siyimpo moumbana, pewau joa, aromusaka mia bari, apekaoge mia
yipeluna, ma-anaiaka analakina, te mia kidina lipu.
Falsafah di atas menyiratkan bahwa karya/kinerja seseorang di
bidang apapun pekerjaannya dapat dikatakan baik dan terpuji karena baik
dalam

menerapkan

pekadudui

dan

nilai-nilai

aromusaka

kepemimpinan
mia

bari),

(rampakana

sanggup

amatua

membangkitkan

kepercayaan meskipun dengan orang baru dikenal, menggalang semangat


kerja,

kesetiaan terhadap atasan dan bawahan sekaligus (ma-anaiaka

analakina, te mia kidina lipu). Nampak jelas ada beberapa unsur-unsur


kinerja yang tersirat antara lain: 1) kepemimpinan, 2) niat baik atau inisiatif
3) semangat kerja, 4) kerja sama, dan 4) loyalitas.
2.2.3.2. Seni, Budaya danOlahraga
Seni, Budaya dan Olahraga sebagai salah satu sendi aktifitas masyarakat di
teraktualisasi melalui grup kesenian dan klub olahraga yang oleh pemerintah
difasilitasi melalui penyediaan Gedung Kesenian, Gedung Olahraga, Balai Warga,
Balai Serbaguna, dan Gedung Serba Guna, yang rasio pelayanannya terhadap
penduduk diuraikan pada tabel 2.17 dan 2.18

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.17
Perkembangan Fasilitas Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2008-2012 Kota Baubau
No

Capain Pembangunan

2008

2009

2010

2011

2012

Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk

0,23

0,23

0,22

0,36

0,35

Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk

0,08

0,08

0,07

0,07

0,07

Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk

0,39

0,53

0,73

1,22

1,19

Jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk

0,23

0,23

0,22

0,36

0,35

II- 43

Sumber: Bappeda Kota Baubau, 2012

Tabel 2.18
Fasilitas Kebudayaan Tahun 2012 di Kota Baubau
No

Kecamatan

Balai Warga
/Pertemuan

1
2
3
4
5
6
7

Betoambari
Murhum& Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Sorawolio
Bungi
Lea-lea
Kota Baubau

6
17
14
6
3
3
3
52

Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi


Balai Serba Guna /
Gedung Serba
Karang Taruna
Guna

Gedung
Bioskop

1
2

Sumber: Bappeda Kota Baubau, 2012

2.2.3.3. Potensi Kota Pusaka Baubau


Kota Baubau sebagai kota yang memiliki sejarah panjang yang tumbuh
dan berkembang sebagai pusat dari Kerajaan/Kesultanan Wolio sejak berabadabad yang lalu, merupakan kota yang sangat kaya akan pusaka alam dan
pusaka budaya. Dalam menyusun rencana pembangunan ke depan, salah satu
hal yang harus dicegah adalah hilangnya karakter, catatan sejarah, dan collective

memorymasyarakat. Banyak kota/kabupaten tumbuh tanpa sadar, tanpa


kepribadian, sekedar mengikuti kebetulan tanpa sengaja, mengabaikan alur
sejarah yang telah dijalaninya. Globalisasi mendorong banyak kota hanyut dalam
keseragaman, sekedar tumbuh seperti yang lain, tanpa identitas yang akrab dan
melekat pada masyarakatnya. padahal Kota/kabupaten seharusnya selalu dekat
ke hati masyarakatnya, dekat dalam rajutan collective memory yang terekam
dalam lapis-lapis sejarahnya.
Pusaka

alam

dan

budaya

selalu

terancam

oleh

unsur

atau

pengembangan yang membawa keuntungan ekonomi jangka pendek. Pada


masa dimana perhatian sangat difokuskan pada pembangunan prasarana fisik
dan pembangunan ekonomi, sisi pembangunan manusia dan nilai-nilai budaya
kurang berkembang. Kecenderungan ini perlu segera diubah, dan dikembalikan
kepada konsep pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang mencakup

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

keseimbangan dan keserasian pembangunan fisik, ekonomi, dan sosial-budaya.

II- 44

Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai
dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan
berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota
atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola secara
efektif. Untuk kepentingan tersebutlah maka Kota Baubau termasuk salah stau
Kota di Indonesia yang berperan aktif dalam Program Penataan dan Pelestarian
Kota Pusaka (P3KP) yang dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,
dalam upaya penataan dan pelestarian kota pusaka Baubauyang berkarakter,
berbasis pada alam, sejarah, dan budaya masyarakatnya. Berikut ini diuraikan
pusaka yang ada di Kota Baubau, yang dibagi menjadi 3 kelompok, yakni:
Pusaka alam (Natural heritage), Pusaka Budaya dan Pusaka Saujana.
A. Pusaka Alam (Natural Heritage)
Bentukan alam yang istimewa.Bentukan bentukan alami tersebut
mempunyai karakter yang khas, saling berhubungan dan terus berkembang.
Pusaka alam secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan
manusia, sehingga sudah selayaknya apabila pelestarian alam terus dilakukan,
yang termasuk dalam Pusaka Alam di Kota Baubau, diantaranya:
1.

Obyek Wisata Bahari Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Pantai Lakorapu dan
Pantai kokalukuna

2.

Air Terjun Tirta Rimba dan Air terjun Samparona

3.

Goa Lakasa dan Goa Moko

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

4.

Hutan Tirta Rimba dan Persawahan Ngkaring-karing

5.

Batu Puaro

II- 45

Merupakan batu yang menjadi pertanda hilangnya


penyiar agama islam di Buton yang bernama Syech
Abdul Wahid di pesisir pantai Buton Obyek Wisata ini
terletak di Kawasan Kotamara, Kelurahan Wameo
Kecamatan Murhum 2 Km dari Pusat Kota Baubau.
6.

Kawasan Benteng Keraton Buton


Kawasan Benteng Keraton Buton adalah jenis
kawasan Intra Muros yakni kota dalam benteng,
Kawasan tersebut saat ini merupakan sebuah kelurahan
yakni Melai yang dihuni masyarakat asli suku Buton.
Kawasan

Benteng

Keraton

Buton

menyuguhkan

pemandangan (view) yang sangat menarik berupa


pemandangan alam (laut, matahari terbenam, gunung
dan pulau) serta pemandangan kota Baubau yang tampak dari atas.
B. Pusaka Budaya (Cultural Heritage)
Pusaka Budaya Ragawi
Pusaka Budaya Ragawi adalah semua pusaka yang berupa benda
buatan manusia bergerak dan tidak bergerak yang berumur sekurangurangnya 50 (lima puluh) tahun serta dianggap memiliki nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, terdiri atas:
1. Pusaka Budaya Ragawi bergerak, yang meliputi Naskah Kuno, FotoFoto peninggalan pada masa kerajaan dan kesultanan dan potret
Baubau di masa silam dan Pusaka Artefak

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2. Pusaka Budaya Ragawi tak bergerak, meliputi bangunan, monumen,

II- 46

situs arkeologi, karya arsitektur dan lansekep budaya, diantaranya:


E. Benteng Keraton Wolio yang pembangunannya diawali pada masa
pemerintahan Sultan Buton III La Sangaji (1591-1598) memiliki
ukuran keliling benteng mencapai 2.740 meter, tinggi 2-8 meter
dan ketebalan dinding 1,5 - 2 meter. dengan luas 22 ha dan 12
pintu gerbang (lawa) serta 16 buah bastion (baluara). Kemudian
pada tahun 2009 ditetapkan sebagai benteng terluas di dunia.

Gambar 2.15
Peta Benteng Keraton Buton

Mesjid Agung Keraton Buton dan Tiang Bendera/Kasulana Tombi


yang didirikan tahun 1712, Jangkar/Samparaja dan Baruga/Galampa
Syara, serta Mesjid Quba Baadia yang didirikan tahun 1826

Batu Popaua yang merupakan batu pelantikan Raja/Sultan dan


Batu Wolio (Yi Gandangi)

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 47

Simbol Naga dan Nenas

Rumah Adat Buton; dibagi menurut fungsi dan status pemakainya,


meliputi: Malige (Istana Sultan),

Kamali (Rumah pribadi

Sultan),Bhanua tada (rumah adat bagi kalangan pejabat


Kesultanan Buton maupun kalangan rakyat)

Makam

Raja/Sultan

diantaranya:

dan

Makam

Makam-Makam

kuno

lainnya,

Murhum,

Makam

Sangia

pelabuhan

Murhum),

Sultan

Lampenamo, Sangia La Kambau, dll

Pelabuhan

Baubau

(sekarang

yang

dipergunakan sejak abad XVI

Kawasan Sulaa, yang merupakan lokasi tempat pendaratan


Sipajonga salah satu dari Mia patamiana yang merupakan 4 orang
penduduk awal di Kerajaan Buton

Pusaka Budaya Tak Ragawi


Merupakan

suatu kekayaan masa lalu yang sifatnya abstrak,

mengandung nilai, manfaat dan makna yang sangat tinggi serta berharga
untuk kehidupan. Di Kota baubau dari aspek budaya tak ragawi dapat
kita menikmati tradisi-tradisi unik peninggalan nenek moyang yang terus
dilestarikan sampai sekarang, meliputi:
1. Pusaka Upacara pesta adat / Ritual, diantaranya: Prosesi Kakandekandea,

Prosesi

Sesaji

bagi

laut

Tuturangiana

Andala

atau

Pakandeana, Pesta Adat Mataa, Posuo, Qunua, Ritual Gorana Oputa,


Haroa Maludu, Dole-Dole, Alanaa Bulua,

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2. Pusaka Tarian, diantaranya: Tari Mangaru, Tari kalegoa, Tari galangi,

II- 48

tari Linda, tari Mencei

3. Pusaka Seni Musik, diantaranya: Latotou, Gambusu, Gandana maludu


4. Sastra Kabanti
5. Permainan Rakyat, meliputi : Pebudo, Pekaleko, Lengko-Lengko,
Pekasedesede, dan Pekatende
6. Cerita Rakyat, seperti cerita kehidupan nelayan Wandiu-diu
7. Kerajinan Rakyat, diantaranya: Pengrajin tenunan sarung buton,
Kuningan, Gerabah, Panamba, kerajinan Besi, Penghias Pakaian Adat

8. Pusaka

Kuliner,

diantaranya:

Lapa-lapa,

Kasoami,

Parende,

Kapusunosu, Kahuleo, Nasuopa, Onde-onde, cucur, Kalo-Kalo, Baruasa,


Tuli-Tuli, bagea dan palu
C. Pusaka Saujana
Pusaka saujana diartikan sebagai produk kreativitas manusia dalam
merubah bentang alam dalam waktu yang lama sehingga didapatkan
keseimbangan harmoni kehidupan antara alam dan manusiaAda beberapa
kawasan di Kota Baubau yang dianggap termasuk Pusaka Saujana adalah:

1.

Kawasan Palagimata, Palagimata dalam catatan sejarah adalah sebuah


lokasi Pemukiman pertama yang oleh masyarakat dikenal dengan Lipu
Morikana, lama terbengkalai sebagai semak belukar, pada tahun 2007

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

kawasan ini dikembangkan secara terpadu menjadi kawasan pusat

II- 49

perkantoran, permukiman, dan wisata.


2. Kawasan Wantiro,Ruang Publik yang semula merupakan perbukitan curam,
dibangun secara bertahap pada tahun 2008-2012 menjadi salah satu
kawasan wisata unggulan Kota Baubau.
3. Kawasan Pantai Kamali, diawal abad ke 20 merupakan pusat aktifitas
ekonomi dan pendidikan, kemudian berkembang menjadi kawasan yang
kumuh dan tak teratur, pada tahun 2005 direvitalisasi dan direklamasi
menjadi Ruang publik utama Kota Baubau, di kawasan ini, monumen Naga
berdiri Kokoh menghadap arah laut menjadi salah satu daya tarik tersendiri
bagi masyarakat Bumi Semerbak Kota Baubau.
4. Kawasan Kotamara, ruang publik pusat aktifitas budaya dan perekonomian,
semula adalah daerah endapan sedimentasi yang kumuh, pada tahun 2010
direklamasi menjadi satu kawasan terpadu yang multifungsi.
2.2.
ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
2.3.1.1 Urusan Wajib Pendidikan
Urusan wajib Bidang Pendidikan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kota Baubau. Secara umum capaian pembangunan
yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
-

Peningkatan capaian indikator pada Pendidikan Wajib Belajar Sembilan


pada akhir tahun 2012, yaitu : Angka Partisipasi Murni (APM) SD dan SMP
masing-masing menjadi 98,8% dan 83%; Angka Partisipasi Kasar (APK) SD
dan SMP masing-masing menjadi 115% dan 122%; Angka Putus Sekolah (APS)
SMP menjadi 0,63%.

Rasio anggaran pendidikan terhadap APBD Kota Baubau di atas 20%


selama tahun 2008 2012.

Proporsi tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi minimun dan sertifikasi


makin meningkat melalui pelaksanaan pendidikan formal serta sertifikasi
guru-guru baik tingkat SD, SMP dan SMA setiap tahunnya

Selanjutnya dibawah ini diuraikan capaian beberapa indikator kinerja utama dalam
penyelenggaraan urusan wajib pendidikan di Kota Baubau pada tahun 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Angka Partisipasi Sekolah


Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

II- 50

pendidikan dasar sembilan tahun adalah salah satu indikator capaian dalam
Tujuan Pembangunan Milemium atau Millenium Development Goals (MDGs)
yang menjadikan Program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun menjadi salah
program utama yang terus digenjot pencapaiannya oleh pemerintah. Dalam
MDGs ditargetkan bahwa sampai dengan tahun 2015 APK dan APM Sekolah
Dasar (SD) (Usia 7- 12 Tahun) dan Sekolah Menengah pertama (SMP) (usia
13-15) telah mencapai 100%.
APM dan APK pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan di Kota
Baubau sampai dengan tahun 2011 terus menunjukkan trend yang terus
meningkat. Tabel 2.19 dan 2.20 menunjukkan bahwa pada tahun ajaran
2010/2011, APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI masing-masing mencapai
110,25% dan 93,03% atau meningkat dibandingkan dengan tahun ajaran
2009/2010 yang hanya mencapai 101,83% dan 88,12%. Begitu pula, APK dan
APM untuk pada jenjang pendidikan SMP/MTs dari 79,40% dan 72,08%
tahun 2009/2010 menjadi 122,40% dan 82,80% tahun 2010/2011 serta
SMA/SMK/MA yang meningkat dari 97,70% dan 69,73% pada tahun ajaran
2009/2010 menjadi 137,41% dan 85,62% pada tahun ajaran 2010/2011. Tren
yang terus meningkat ini selain disebabkan oleh meningkatnya kesadaran
anak dan orang tua akan penting pendidikan juga oleh karena dukungan
ketersediaan

sarana

dan

prasarana

pendidikan

yang

terus

jamin

ketersediaannya baik oleh pemerintah maupun swasta.


Tabel. 2.19
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM)Kota Baubau
No

1.1
2.1
3.1

Jenjang Pendidikan

APM SD/MI
APM SMP/MTs
APM SMA

2008

2009

2010

2011

2012

91.2
72,80
64,59

88,12
72,08
69,73

92,29
82,97
85,62

94,40
76,00
84,80

98,80
83,00
90,00

Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau, Profil Pendidikan Kota Baubau,
Beberapa Edisi, diolah, 2011/2012* Angka sementara

Tabel. 2.20
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)Kota Baubau
No

1.1
2.1
3.1

Jenjang Pendidikan

APK SD/MI
APK SMP/MTs
APK SMA

2008

94,29
76,63
92,82

2009

2010

2011

2012

101,83
79,40
97,70

116,43
122,40
137,41

110,25
122,00
121,00

112,93
122,00*
121,00*

Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau, Profil Pendidikan Kota Baubau, Beberapa
Edisi, diolah, 2011/2012* Angka sementara

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 51

Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah


Keberhasilan pelaksanaan pembangunan Bidang Pendidikan sangat
ditentukan oleh ketersediaan Sarana pendidikan pada setiap pendidikan.
Gambaran ketersediaan sarana pendidikan dan Peserta Didik di Kota
Baubau dapat dilihat pada tabel 2.21 dan Tabel 2.22 berikut.
Tabel. 2.21
Persebaran Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012
Menurut Kecamatan di Kota Baubau

SD/MI
Jumlah gedung
Jumlah
Sekolah
murid
Wolio
15
5779
Betoambari
8
2293
Murhum/Batupoaro
20
5522
Kokalukuna
11
2524
Bungi
6
1060
Sorawolio
5
1322
Lea-Lea
7
1090
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, 2012

SMP/MTs
Jumlah gedung Jumlah
Rasio
sekolah
murid
385
5
1912
287
2
207
276
6
3334
229
3
595
177
4
591
264
2
406
156
2
278

Kecamatan

No.

SD/MI

1,1

Jumlah gedung sekolah

1.2.

Jumlah murid

1.3.

Rasio

73

73

73

75

76

18.479

19.285

19.202

19.737

20.296

253

264

263

263

267

24

24

25

29

30

7.477

7.664

7.664

7.945

8.042

319

307

274

268

SMP/MTs

2.1.

Jumlah gedung sekolah

2.2.

Jumlah murid

2.3. Rasio
312
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Baubau, 2012

382
104
556
198
148
203
139

Tabel.2.22
Perkembangan Sekolah dan Murid Tahun 2008 s.d 2012 Kota Baubau
Jenjang Pendidikan
2008
2009
2010
2011
2012

Rasio

Rasio Murid-Guru
Rasio Murid-Guru (RMG) merupakan perbandingan jumlah murid
dengan jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu. RMG
menggambarkan rata-rata banyaknya murid yang diajar oleh seorang guru.
Semakin sedikit murid ditangani oleh seorang guru, maka semakin baik pula
proses belajar-mengajar. Guru akan mudah memantau aktivitas murid dan
mudah mengukur prestasi belajar setiap siswa. Patokan umum yang
digunakan adalah seorang guru idealnya hanya mengajari 20 orang murid.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 52

Tabel 2.23
Jumlah Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Baubau
No.
I.

II.

III.

IV.

Tahun Ajaran
Guru
Taman Kanak-Kanak (TK)
2007/2008
359
2008/2009
380
2009/2010
404
2010/2011
417
2011/2012*
425
Sekolah Dasar (SD)
2007/2008
1.130
2008/2009
1.342
2009/2010
1.341
2010/2011
1.373
2011/2012*
1.385
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2007/2008
688
2008/2009
777
2009/2010
889
2010/2011
932
2011/2012*
945
Sekolah Menengah Atas (SMA)
2007/2008
821
2008/2009
797
2009/2010
924
2010/2011
1.026
2011/2012*
1.035

Murid
2.546
2.704
3.598
3.292
3.295

Rasio
Murid per
7
Guru
7
9
8
8

18.114
18.479
19.202
19.737
19.755

16
14
14
14
14

7.790
7.477
7.664
7.945
7.965

12
10
9
9
9

9.707
9.923
9.579
10.313
10.415

12
12
10
10
10

Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau dalam Angka Tahun 2011, diolah.
Keterangan : * Angka Sementara

Tabel. 2.24
Persebaran Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2012
Menurut Kecamatan di Kota Baubau
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7

Wolio
Betoambari
Murhum / Batupoaro
Kokalukuna
Bungi
Sorawolio
Lea-Lea

Jumlah
Guru
317
150
437
174
82
92
98

SD/MI
Jumlah
Murid
5779
2293
5522
2524
1060
1322
1090

Rasio
18
15
13
15
13
14
11

SMP/MTs
Jumlah
Jumlah Guru
Murid
204
1912
55
207
319
3334
72
595
77
591
62
406
50
278

Rasio
9
4
10
8
8
7
6

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, 2013

Tabel 2.23 menunjukkan bahwa selama tahun ajaran 2007/20082011/2012, RMG pada semua tingkatan pendidikan (kecuali SD) di Kota
Baubau relatif stabil dan mempunyai kecenderungan untuk menurun. Hal ini
disebabkan karena pertambahan jumlah murid selama tahun ajaran
tersebut juga diimbangi dengan penambahan jumlah guru. Hal lain yang
cukup menarik dari Tabel 2.23, RMG untuk tingkat pendidikan SD, setiap
guru hanya mengajari sekitar 14 orang murid, dan untuk tingkat pendidikan
SMP setiap guru hanya mengajari maksimal 10 orang murid. Hal ini

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

mengindikasikan bahwa ketersediaan guru di Kota Baubau pada berbagai

II- 53

tingkat pendidikan cukup memadai, meskipun belum terdistribusi secara


merata sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.24.
Pada Jenjang Pendidikan tinggi, perkembangan jumlah universitas dan
akademi di Kota Baubau selama 5 tahun terakhir sangat signifikan, diikuti pula
dengan perkembangan Mahasiswa, pada tahun ajaran 2011/201 tercatat 13.089
orang mahasiswa terdaftar di 7 (tujuh) lembaga pendidikan tinggi di Kota
Baubau, yang cakupan layanannya tidak hanya Kota Baubau tetapi mencakup
regional Sulawesi Tenggara khususnya beberapa Kabupaten di Sultra kepulauan.
Tabel 2.25
Banyaknya Mahasiswa Terdaftar pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
di Kota Baubau, Tahun Ajaran 2011/2012
Perguruan Tinggi

Laki-laki

Semester Ganjil
Perempuan
Jumlah

3.417
2.782
183
259
55
60
2.106
2.965
170
195
144
272
138
343
Sumber: Dinas Pendidikan Nasinal, 2012

UNIDAYAN
STAI
UNISBUN
UMB
AMIK Milan Darma
AKPER
STIKES

2.3.1.2

6.199
442
115
5.071
365
416
481

Laki-laki

3.060
114
70
2.172
170
144
139

Semester Genap
Perempuan

2.351
170
85
2.971
195
272
346

Jumlah

5.411
284
155
5.143
365
416
485

Urusan Wajib Kesehatan

Aksesisibilitas masyarakat terhadap kesehatan yang lebih berkualitas


merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas manusia
sebagai pelaku sekaligus objek pembangunan. Pemenuhan kebutuhan dasar
akan kesehatan yang layak diwujudkan dalam peningkatan akses masyarakat
terhadap kesehatan itu sendiri pemerataan pembangunan sarana dan prasarana
kesehatan agar mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu ditunjang dengan
pelayanan kesehatan secara optimal dan berkualitas terhadap masyarakat
terutama masyarakat miskin, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan.Urusan wajib Bidang Kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Baubau.

Fasilitas Layanan Kesehatan


Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan sampai daerah terpencil,
sehingga mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat termasuk yang tidak
mampu tentunya sangat diperlukan dalam upaya mencapai tujuan
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

pembangunan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan

II- 54

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, seiring dengan


dinamika dan perkembangan masyarakat Kota Baubau, maka sejak tahun
2003

Pemerintah

Kota

Baubau

secara

bertahap

telah

memulai

pembangunan RSUD Type B dengan luas areal 4 Ha. Rumah sakit ini
dikembangkan sebagai RSU Pusat Rujukan di Sultra Kepulauan (Kota
Baubau, Kabupaten Buton, Bombana, Wakatobi, Buton Utara dan
Kabupaten Muna).
Tabel 2.26
Perkembangan Sarana kesehatan di Kota Baubau Tahun 2008 2011
Sarana Kesehatan
Rumah Sakit

2008
2

2009
2

Tahun
2010
2

2011
3

2012
3

Puskesmas non Perawatan

11

11

13

14

14

Puskesmas Pembantu

12

11

11

10

12

Puskesmas Perawatan

Puskesmas Keliling

12

13

14

15

15

Toko Obat

29

28

28

28

15

Apotik

15

19

19

21

26

Posyandu

117

132

132

138

140

16

17

17

16

Polindes
16
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2012): Diolah

Jumlah Rumah Sakit (RS) di Kota Baubau sampai dengan tahun 2012
sebanyak 3 buah, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Rumah Sakit
Bhayangkara dan Rumah Sakit Murhum. Ketiga rumah sakit tersebut
masing-masing terdapat di Kecamatan Murhum dan Kecamatan Wolio.
Selain itu, di Kota Baubau telah terdapat 3 Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Perawatan, 12 Puskesmas Pembantu dan 140 Posyandu dan 16
Polindes yang tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kota Baubau
Tabel 2.27
Persebaran Fasilitas Kesehatan di Kota Baubau Menurut Kecamatan Tahun 2012
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan
Betoambari
Murhum/Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Sorawolio
Bungi
Lea-Lea
Kota Baubau

Rumah
Sakit
0
2
1
0
0
0
0
3

Klinik

Puskesmas

0
1
1
2

4
2
3
3
0
1
1
14

Puskesmas
Pembantu
2
2
1
2
3
1
1
12

Puskesmas
Keliling
1
3
2
2
1
2
1
15

Puskesmas
Perawatan
0
1
0
0
1
1
0
3

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 55

Sumber: Dinas Kesehatan, Bappeda (2012) diolah.

Tenaga Kesehatan
Selain

ketersediaan

fasilitas

layanan

kesehatan,

dalam

rangka

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, maka perlu didukung dengan


ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas. Sampai pertengahan tahun
2012, di Kota Baubau terdapat 9 orang dokter spesialis, 15 orang dokter gigi,
32 orang dokter umum, 294 orang perawat. Selain itu, Kota Baubau juga
telah mempunyai 48 orang apoteker, 82 orang sarjana kesehatan masyarakat
dan 29 orang analisis laboratorium/kesehatan (Gambar 2.16)
Gambar 2.16
Komposisi Tenaga Kesehatan Kota Baubau tahun 2011
Anastesi; 1
Analisis ; 29
Dokter
Spesialis; 9

Bidan ; 107
Perawat;
294

Dokter
Gigi; 15
Dokter
SKM; 82
Umum; 32
Apoteker;
48

Sumber: Dinas Kesehatan tahun 2012, diolah

Upaya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas juga menjadi bagian penting dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Peningkatan SDM dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan daerah setiap tahunnya. Perkembangan tenaga
kesehatan di Puskesmas dan jaringannya disajikan pada tabel 2.28. berikut
Tabel 2.28
Perkembangan Tenaga Kesehatan di Kota Baubau Tahun 20082011
Jenis Tenaga
2008
2009
2010
Dokter Spesialis
5
8
8
Dokter Gigi
7
9
12
Dokter Umum
20
26
28
Apoteker
10
28
30
Sarjana Kesehatan Masyarakat
25
39
56
Sarjana Keperawatan
221
263
285
Bidan
86
95
105
Anastesi
1
1
1
Analis lab.
7
12
20

2011
9
15
32
48
82
294
107
1
29

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2012): Diolah

Tabel 2.29menunjukkan perbandingan atau rasio setiap tenaga kesehatan


per 100.000 penduduk. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat semakin tahun
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

makin menunjukkan peningkatan rasio ketenagaan sesuai standar Indonesia

II- 56

sehat, kondisi sampai dengan pertengahan tahun 2012, untuk tenaga-tenaga


strategis telah memenuhi standar seperti dokter spesialis, sarjana kesehatan
masyarakat, apoteker, dan perawat. Hal ini sekaligus semakin memperkuat
eksistensi Kota Baubau sebagai pusat rujukan di wilayah Sulawesi Tenggara.
Tabel 2.29
Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Baubau tahun 2008-2012
Rasio tenaga per 100 ribu penduduk
Tenaga Kesehatan

2008
3.91
4.70
10.96
3.13
15.66

2010
5.11
6.57
10.95
8.03
36.50

2011
4.99
9.99
25.69
9.28
44.24

2012*
6.28
10.46
26.51
10.46
57.20

1.57
5.35
2.19
164.39
177.29
230.67
1.57
2.29
4.70
9.17
8.03
Sumber: Dinas Kesehatan (2011), data diolah

10.70
191.24
74.92
7.85

11.16
193.91
87.19
0.70
9.07

Dokter Spesialis
Dokter Gigi
Dokter Umum
Apoteker
Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Sarjana Keperawatan
Perawat (D-III+SPK)
Bidan (D-I,D-III,D-IV)
Anastesi
Analisis Lab/Kesehatan

2009
4.58
6.88
16.05
3.82
25.22

Standar
Indonesia Sehat

6
11
40
10
40
117,5
100
2
5

Output dari upaya penyediaan sarana dan tenaga kesehatan adalah


terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang baik yang bermuara pada
peningkatan

derajat

kesehatan

masyarakat.

Indikator

keberhasilan

pembangunan kesehatan dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu, Angka


kematian Bayi dan Balita, Angka Gizi Buruk, Angka Pengendalian Penyakit
menular, Pertolongan Persalinan, dan Umur Harapan Hidup.
Tabel. 2.30
Capaian Indikator Kesehatan Di Kota Baubau Tahun 2008 2011
Indikator Kesehatan

2008

Capaian indikator
2009
2010

2011

Rasio Dokter terhadap penduduk per 1000

a. Dokter spesialis
b. Dokter umum
c. Dokter gigi
Rasio SKM terhadap penduduk (1000)
Rasio Posyandu per 1000 Balita
Rasio Puskesmas, Poliklinik,Pustu per 1000
penduduk
Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup
Persentase Rumah layak huni (%)
Rumah dengan air bersih (%)

0.04
0.16
0.05
0.20
6.90
0.30

0.06
0.20
0.07
0.30
7.57
0.31

0.06
0.20
0.08
0.44
7.35
0.31

0.07
0.22
0.09
0.64
7.37
0.31

232.00
24.00
97.22
93.48

172.00
11.00
95.15
94.24

143.33
7.50
97.46
95.65

120,48
5.07
97.56
97

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2011): Diolah

Cakupan sarana pelayanan kesehatan per 1000 penduduk akan


menggambarkan

angka

pemanfaatannya.

Sebagaimana

tabel

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2.30menunjukkan bahwa rasio puskesmas, poliklinik, dan pustu per 1000

II- 57

penduduk di Kota Baubau pada periode 2008-2011 menunjukkan peningkatan


(0.30-0,31) per 1000 penduduk seiring dengan bertambahnya jumlah sarana
dimaksud.

Demikian juga dengan rasio posyandu

menunjukkan angka

pemanfaatan posyandu cukup baik dengan sebesar (6,90 7,57) per 1000 balita.
Selain menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif

di

RSUD

Kota

Baubau,

Pemerintah

Kota

Baubau

juga

menyelenggarakan upaya kesehatan yang sifatnya promotif dan preventif di


Puskesmas dan jaringannya. Beberapa capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Ketersediaan obat esensial dan penggunaan obat generik meningkat masingmasing menjadi 98% dan 94,4 % pada tahun 2011, hingga akhir tahun 2012
ditargetkan mencapai 99% dab 97%.
- Prosentase rumah tangga sehat meningkat hingga 45%.
- Cakupan pengawasan terhadap obat dan makanan yang berbahaya bagi
kesehatan mencapai 92%.
- Cakupan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan
minimum meningkat menjadi 97%.
- Persentase rumah tinggal bersanitasi, rumah layak huni dan permukiman
layak huni meningkat masing-masing menjadi 80%, 80% dan 79,7%. %.
- Prosentase penyembuhan akibat penyakit menular dan kejadian luar biasa
yang ditangani kurang dari 24 jam mencapai 100%.
- Jumlah puskesmas/pustu dan jaringannya yang representatif dalam
memberikan pelayanan kesehatan mencapai 95%.
- Persentase pemenuhan sarana dan prasarana RSUD mencapai 90%.
Status derajat kesehatan masyarakat yang baik menyebabkan makin
bertambahnya Usia Harapan Hidup (UHH). Angka UHH Kota Baubau
meningkat dari 69,60 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,09 tahun pda tahun
2010 Demikian halnya dengan cakupan jaminan kesehatan masyarakat
(jamkesmas), Sementara itu, jumlah, kualitas, dan penyebaran sumberdaya
manusia kesehatan telah ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan. Upaya untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, mutu,
penggunaan serta pengawasan obat dan makanan juga telah dilaksanakan.
Juga aspek pembiayaan kesehatan menjadi sangat penting melalui berbagai
sumber pembiayaan.
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 58

Tabel 2.31
Perkembangan Pencapaian SPM Kesehatan di Kota Baubau
Indikator

Target
2015

2010

2011

2012*)
Oktober

Pelayanan Kesehatan Dasar


1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
95%
78,24%
91,20%
58,33%
2. Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yg ditangani.
80%
31,39%
82,80%
37,41%
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau
3. tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
90%
91,53%
89,50%
63,81%
kebidanan.
4. Cakupan pelayanan Ibu Nifas
90%
97,45%
82,10%
54,19%
5. Cakupan neonatal dengan komplikasi yg ditangani.
80%
12,42%
21,10%
9,18%
6. Cakupan kunjungan bayi.
90%
81,46%
95,40%
78,77%
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
7.
100%
53,49%
81,40%
58,14%
Immunization (UCI).
8. Cakupan pelayanan anak balita.
90%
47,66% 48,50% 57,44%
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI
9.
100%
3,08%
42,50%
7,06%
pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.
10. Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan.
100% 100,00% 100,00% 100,00%
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan
11.
100%
40,26% 70,10% 65,00%
setingkat.
12. Cakupan peserta KB Aktif
70%
64,81% 62,00% 61,47%
Cakupan Penemuan dan penanganan penderita
13.
penyakit.
a. Accute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000
2/100.0
2,21%
0,00%
0,00%
penduduk < 15 tahun
00
b. Pneumonia Balita
100% 100,00% 100,00% 100,00
c. Pasien baru TB BTA +
70%
81,92%
88,80% 54,90%
d. DBD yang ditangani
100% 100,00% 100,00% 100,00%
e. Cakupan penanganan penderita diare
100% 100,00% 100,00% 100,00%
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat
14.
100% 100,00% 88,90%
57,18
miskin.
Pelayanan Kesehatan Rujukan
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
15.
100%
8,01%
1,40%
1,39
masyarakat miskin.
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus
16.
100%
20,00% 22,73%
21,74%
diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota.
Penyelidikan epidemiologi&Penanggulangan
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang
17.
100% 100,00% 0,00%
0,00%
dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam.
Promosi kesehatan & pemberdayaan masy.
18. Cakupan Desa Siaga Aktif.
80%
97,67% 100,00% 100,00%

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau, 2012

2.3.1.3

Urusan Wajib / Bidang Pekerjaan Umum

Urusan wajib Bidang Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan


Umum Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah
sebagai berikut :
- Proporsi panjang jalan Kota yang berkondisi baik meningkat menjadi 95%,
serta meningkatnya panjang jalan kota yang terbangun menjadi 115.471 meter
yang terdiri atas 14.648 meter Jalan Hotmix; 66.937 meter Jalan Lasbutag dan
33.886 meter pembukaan jalan baru.
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

- Panjang drainase/ gorong-gorong yang terbangun sepanjang 3.551 Meter.

II- 59

Sedangkan turap/ talud/bronjong yang terbangun sepanjang 7.605 Meter.


- Peningkatan pembangunan saluran irigasi sepanjang 10.511 Meter yang
mampu melayani areal persawaan/pengairan lainnya seluas 1.594 Ha.
- Proporsi jumlah masyarakat yang terlayani air bersih meningkat menjadi 85%.
Tabel 2.32
Perkembangan Pembangunan dan rehabilitasi Jalan
di Kota Baubau Tahun 2003-2011
TAHUN
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Total

PEMBUKAAN JALAN BARU


----10,25 Km
8,57 Km
6,98 Km
14,92 Km
4,44 Km
8,44 Km
3,49 Km
21,55 Km
78,64 Km

LASBUTAG
12,74 Km
25,54 Km
12,84 Km
20,88 Km
22,12 Km
29,97 Km
10,51 Km
6,5 1Km
4,53 Km
145,64 Km

HOTMIX
18,49 Km
5,54 Km
8,28 Km
6,48 Km
14,04 Km
5,49 Km
4,39 Km
1,68 Km
18,69 Km
83,04 Km

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Baubau, 2012

Tabel 2.33
Indikator Kinerja Urusan Pekerjaan Umum
Indikator

Capaian 2012

Panjang jalan Terbangun (meter)

115.471

Persentase Luas Jalan dalam Kondisi Baik

95%

Cakupan Pelayanan Air Minum Perpipaan

85%

Cakupan Pelayanan Persampahan

65%

Panjang Irigasi Dalam Kondisi Baik (meter)

10.511

Meningkatnya Persentase penanganan sampah

68%

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.4

Urusan Wajib / Bidang Perumahan Rakyat

Urusan wajib Bidang Perumahan Rakyat dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Dinas Kebersihan, Pertamanan,
Pemakaman dan Pemadam Kebakaran; serta Sekretariat Daerah Kota Baubau.
Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Terbangunnya rumah susun sewa sederhana sebanyak 4 blok, asrama mahasiswa
2 blok dan jumlah pembangunan perumahan rakyat oleh pengembang
(developer) di 7 lokasi.
- Rumah tidak layak huni yang diperbaiki sebanyak 190 rumah; jalan lingkungan
perumahan yang terbangun sepanjang 5990 Meter; Lampu penerangan jalan
umum yang terpasang sebanyak 1700 Titik.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

- Tersedianya kendaraan pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik

II- 60

sebanyak 5 unit; hidran air yang berfungsi dengan baik sebanyak 6 unit.
- Tersedianya areal permakaman yang dikelola pemerintah daerah seluas 5,8 Ha;
dan jumlah kendaraan jenazah sebanyak 2 unit.
Tabel 2.34
Indikator Kinerja Urusan Perumahan Rakyat
Capaian 2012
Indikator
Persentase Jumlah Kebutuhan Tempat Tinggal Yang Terpenuhi
68%
Persentase Luas pemukiman Tertata
65%
Lokasi kawasan Kumuh Yang Tertata
5
Persentase Rumah Tangga bersanitasi
81%
Persentase Rumah Layak huni
75,22%
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.5

Urusan Wajib / Bidang Penataan Ruang

Urusan wajib Bidang Penataan Ruang dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota dan
Bangunan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah
sebagai berikut :
-

Proporsi pemanfaatan ruang kota yang sesuai peruntukkannya meningkat


menjadi 75% dan proporsi bangunan permanen yang memiliki IMB meningkat
menjadi 70%..

Tersedianya 1 regulasi tentang penataan ruang (perda RTRW).

Meningkatnya ketersedian dokumen penataan ruang,


Tabel 2.35
Indikator Kinerja Urusan Penataan ruang

Indikator
Rasio Pemanfaatan Ruang sesuai RTRW
Rasio wilayah/ Kawasan yang memiliki Dokumen
Perencanaan

Capaian 2012
75%
40%

Sumber: Dinas Tata Kota dan Bangunan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.6

Urusan Wajib / Bidang Perencanaan Pembangunan

Urusan wajib Bidang Perencanaan Pembangunan dilaksanakan oleh Badan


Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Tersedianya informasi dan data statistik sebagai dasar analisis dalam penyusunan
perencanaan pembangunan sebanyak 22 dokumen.
- Jumlah kerjasama perencanaan pembangunan dengan kabupaten/kota, provinsi,
pusat, lembaga swasta/perguruan tinggi dan negara lain mencapai 23 kerjasama.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

- Tersusunnya dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka

II- 61

menengah dan tahunan yang partisipatif


- Tersusunnya dokumen pembangunan bidang sosial dan budaya daerah
- Tersusunnya dokumen pembangunan bidang ekonomi daerah
- Tersusunnya dokumen pembangunan bidang prasarana wilayah dan SDA

Indikator

Tabel 2.36
Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan
Capaian 2012

Tersedianya Dokumen RPJPD dalam Bentuk Perda

Tersedianya Dokumen RPJMD dalam Bentuk Perda

Tersedisnya Dokumen RKPD dalam Bentuk Perwali

Penjabaran Program RPJMD dalam RKPD


Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.7

Urusan Wajib / Bidang Perhubungan

Urusan wajib Bidang Perhubungan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota


Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
-

Terpasangnya rambu-rambu dan fasilitas lalu lintas darat sebanyak 290 unit.

Rasio rambu-rambu lalu lintas darat yang berfungsi dengan baik sebesar 95%.

Penambahan 3 pelabuhan rakyat (Lakologou, Kolese, Sulaa) dan 3 Pelabuhan


khusus , diantaranya Pangkalan khusus BBM Pertamina dan PPI Wameo

Meningkatnya status pelabuhan Murhum dari Kelas III (selevel dengan


Pelabuhan Nasional Kendari), menjadi Pelabuhan Kelas I (selevel dengan
Pelabuhan Makassar), serta Pembangunan besar-besaran pada Sisi darat dan
laut Pelabuhan Murhum, diantaranya dengan penambahan aktivitas kontainer
serta penambahan panjang dermaga sandar dan penambahan trestel
Pelabuhan Murhum

Jumlah penambahan landasan pacu bandara udara Betoambari seluas 20.296


m, panjang runway 1.600 m, peningkatan landasan pacu bandara seluas 9.580
m2, pembangunan tower bandara seluas 102,4 m2 dan rehabilitasi terminal
bandara, dengan total anggaran Rp.10,4 milyar, tersedianya 2 unit mobil
pemadam kebakaran dengan ukuran besar, ambulance rescue yang kecil dan
mobil tangki 2 unit, serta Bandara Betombari telah terlayani operator
penerbangan regular, yakni Wings air dan Merpati.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 62

Tabel 2.37
Indikator Kinerja Urusan Perhubungan
Indikator
Rasio Izin Trayek
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan
berangkat melalui pelabuhan laut
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan
berangkat melalui pelabuhan udara
Persentase Jumlah Pemasangan Rambu-rambu lalulintas

Capaian 2012
65%
4,60%
25%
60%

Sumber: Dinas Perhubungan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.8 Urusan Wajib Bidang Lingkungan Hidup

Salah

satu

perhatian

utama

Pemerintah

Kota

Baubau

dalam

menciptakan lingkungan hidup yang layak huni bagi penduduk dan terlibat
dalam gerakan global mengatasi Perubahan Iklim adalah dengan terlibat penuh
pada Program Pengembangan Kota Hijau / Green City, yang difokuskan pada
penciptaan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memadai sesuai
dengan standar kebutuhan ruang terbuka hijau perkotaan. Adapun jenis-jenis
ruang hijau kota yang dikembangkan di Kota Baubau, meliputi :Hutan Kota,
Jalur Hijau Kota, Bumi Perkemahan, Taman Kota, Taman Lingkungan, Zona
Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone), serta Ruang Terbuka Hijau Lainnya yang
mencakup tepi kawasan bandara yang tetap dipertahankan sebagai tutupan
hijau, serta plaza, areal monumen / landmark kota, dan bentuk-bentuk ruang
terbuka lainnya yang dikembangkan di pusat-pusat utama kegiatan kota.
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota Baubau di bagi
dalam 2 pengelompokan yaitu ruang terbuka hijau (RTH) terbangun dan ruang
terbuka hijau (RTH) Non terbangun.

Untuk jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) terbangun yang ada di Kota
Baubau berupa taman kota seluas 32,5 Ha, yang tersebar merata
diseluruh bagian kota

Sedangkan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Non terbangun dengan


bentuk lapangan, lembah, bukit, jalur sungai, kawasan tambak, benteng
dan lainnya seluas 11.651 Ha.
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

PenyelenggaraanUrusan wajib Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh

II- 63

Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas KP3K


Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan:
-

Rasio perusahaan/industry yang telah memiliki AMDAL sebanyak 80%

Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah sebesar 25% dan taman
Kota dan RTH yang tertata dengan baik sebanyak 30 lokasi.

Tersusunya data sumberdaya alam dan neraca sumberdaya hutan (NSDH)


nasional dan daerah

Terlaksananya peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang


lingkungan

Rasio sampah terangkut terhadap jumlah produksi sampah sebesar 70% dan
Cakupan pelayanan kebersihan terhadap luas wilayah sebesar 60%
Tabel 2.38
Indikator Kinerja Urusan Lingkungan Hidup

Indikator Urusan
Meningkatnya Cakupan Pelayanan Informasi Status Kerusakan
lahan dan / atau tanah untuk produk biomassa
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal.
Penegakan hukum lingkungan
Luas Ruang Terbuka Hijau
Indikator Capaian Pelaksanaan SPM Bidang Lingkungan
Hidup
Pencegahan Pencemaran Air
Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
Penyediaan Informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah
untuk produksi biomassa
Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup
Prosentase (%) jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati
persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air
Sumber: Bapedalda, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.9

Capaian 2012
30%
80%
45%
28,96%
Capaian 2012
40%
25%
30%
30%
Belum ada data

Urusan Wajib / Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil

Urusan wajib Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil dilaksanakan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
-

Cakupan penduduk wajib KTP yang telah memiliki KTP dan keluarga yang
telah memiliki kartu keluarga sampai dengan akhir tahun 2011 masingmasing mencapai 90%..

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Rasio bayi berakte kelahiran sebanyak 50% dan rasio pasangan berakte

II- 64

nikah sebanyak 75%.


Tabel 2.39
Indikator Kinerja Urusan Kependudukan dan Capil
Indikator
Capaian 2012
Rasio penduduk ber-KTP
90%
Rasio Bayi berakte kelahiran
50%
Ketersediaan Database Kependudukan berskala Kota
Ada
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
60%
Sumber: Dinas Dukcapil, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.10 Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Urusan wajib Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah:
- Kesetaraan

peran

perempuan

dalam

pembangunan

menunjukkan

peningkatan, yang ditandai dengan meningkatnya proporsi perempuan yang


bekerja dalam lembaga pemerintahan menjadi 15,74%, dan proporsi
partisipasi perempuan dilembaga swasta menjadi 40%.
- Masalah eksploitasi anak yang berkerja di bawah umur menunjukkan nilai
yang relatif rendah yaitu sebanyak 7%. Tetapi menunjukkan peningkatan 2%
dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebanyak 5%. Selain itu dalam upaya
penyelesaian kasus-kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
masih rendah yaitu hanya sekitar 38% terselesaikan.
Tabel 2.40
Indikator Kinerja Urusan Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak
Indikator
Capaian 2012
Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan

38,51%

Kasus kekerasan terhadap perempuan


Sumber: Badan KB dan PP Kota Baubau, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

40

2.3.1.11 Urusan Wajib Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Urusan wajib Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan pada tahun 2012
adalah sebagai berikut :

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Meningkatnya Jumlah peserta KB Aktif menjadi 16.200 akseptor, dengan

II- 65

Rasio akseptor KB sebanyak 90% dan rata-rata jumlah anak per keluarga
adalah 2,7 orang.
-

Persentase peserta KB yang mendapat konseling KB meningkat menjadi 80%.

Persentase keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera-I yang aktif dalam


usaha ekonomi produktif meningkat dari 14% di tahun 2009

Tabel 2.41
Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Indikator
Capaian 2012
Cakupan Peserta KB Aktif

60%

Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I


Sumber: Badan KB dan PP Kota Baubau, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

13.603

Pembangunan keluarga berencana diutamakan untuk menyediakan


sarana dan prasarana pelayanan keluarga berencana. Indikator yang dapat
mengukur perkembangan pelaksanaan program keluarga berencana selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, diantaranya : Jumlah akseptor aktif
tahun 2010 sebanyak 15.080 bertambah menjadi 17.914 akseptor pada tahun 2011
atau naik sebesar 18,79 persen. Menurut penggunaan alat kontrasepsi untuk
akseptor baru nampak bahwa alat kontrasepsi yang banyak digunakan tahun
2011 adalah metode suntikan sebanyak 1.997 akseptor, diikuti pengguna pil
sebanyak 1.843 akseptor, pengguna metode kontrasepsi lainnya, kondom dan
spiral masing-masing sebanyak 786, 531 dan 182 akseptor.
Tabel 2.42
Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber; Badan KB dan PP Kota Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 66

Tabel 2.43
Pemakai Kontrasepsi Menurut Kecamatan di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber; Badan KB dan PP Kota Baubau, 2012

2.3.1.12

Urusan Wajib / Bidang Sosial

Urusan wajib Bidang Sosial dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Tenagakerja dan
Transmigrasi dan Bagian Administrasi Kesejahteraan rakyat SETDA Kota Baubau.
Capaian pembangunan yang telah dihasilkan sampai dengan akhir tahun 2011
adalah sebagai berikut :

Jumlah Fakir Miskin, KAT dan PMKS yang disertakan dalam usaha ekonomi
produktif (UEP) dan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) serta kelompok usaha
bersama (KUBE) sebanyak 3.734 orang.

Terbina dan tersantuninya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)


sebanyak 6.147 orang.

Jumlah Panti Asuhan/ Jompo swasta dalam menangani PMKS sebanyak 9 panti.
Tabel 2.44
Indikator Kinerja Urusan Sosial

Indikator

Capaian 2012
60%

Jumlah PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial:


Cakupan Pelayanan Panti Sosial Skala Kota
Sumber: Dinas Sosnakertrans, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

0%

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.45
Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan Tahun 2011

II- 67

Sumber : Kemenag Kota Baubau, 2012

Tabel 2.46
Perkembangan Penyandang Cacat Menurut Jenisnya

Sumber: Dinas Sosnakertrans Kota Baubau, 2012

Tabel 2.47
Jumlah Panti Asuhan Menurut Kecamatan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: Dinas Sosnakertrans Kota Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2.3.1.13

II- 68

Urusan Wajib / Bidang Ketenagakerjaan

Urusan wajib Bidang Ketenagakerjaan dilaksanakan oleh Dinas Sosial,


Tenagakerja dan Transmigrasi Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
-

Angka partisipasi angkatan kerja meningkat dari 64,5% di tahun 2009


menjadi 67,72% pada tahun 2011, dimana jumlah pencari kerja yang terserap
pada lapangan kerja sampai dengan tahun 2011 sebanyak 7713 orang.

Jumlah asosiasi pekerja yang dibentuk tercatat sebanyak 1 asosiasi di tahun


2009 dan saat ini meningkat menjadi 15 asosiasi.
Tabel 2.48
Indikator Kinerja Urusan Ketenagakerjaan

Indikator
Angka Pertisipasi Angkatan Kerja
Presentase pemeriksaan perusahaan
Presentase pencari Kerja yang terdaftar dan ditempatkan
Sumber: Dinas Sosnakertrans, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.14

Capaian 2012
65,30%
25%
35%

Urusan Wajib / Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Urusan wajib Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dilaksanakan
oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi & UKM; dan Bagian Administrasi
Ekonomi Sekretariat Daerah Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
-

Rasio koperasi yang sehat terhadap jumlah koperasi sebesar 60% dan Rasio
koperasi klasifikasi A terhadap jumlah koperasi sebesar 25%.

Jumlah fasilitasi skim kredit investasi UMKM sekitar Rp. 3,08 Milyar.
Tabel 2.49
Indikator Kinerja Urusan Koperasi dan UKM

Indikator
Capaian 2012
Rasio Koperasi Aktif
96%
Rasio Usaha Mikro dan Kecil/ UMKM yang berkembang
16,10%
Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM , Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

Kebijakan pemerintah dalam pembinaan koperasi ditujukan agar


koperasi menjadi lembaga yang kuat dan wadah utama untuk membina
kemampuan usahagolongan ekonomi lemah. Indikator yang dapat mengukur
tingkat kemajuan

koperasi di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel 2.49.

Koperasi yang ada di Kota Baubau tahun 2011 hanya koperasi primer yang terdiri
dari Koperasi Unit Desa sebanyak 7 buah dengan jumlah anggota sebanyak 2.702
orang dan koperasi non KUD sebanyak 212 buah dengan jumlah anggota

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

sebanyak 17.354 orang. Jumlah aset koperasi tahun 2011 mencapai 29.382 juta

II- 69

rupiah dengan volume usaha sebesar 32.978 juta rupiah, nilai SHU yang mencapai
3.367 juta rupiah serta modal usaha sebesar 29.045 juta rupiah.
Tabel 2.50 Jumlah KUD dan Non KUD di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber; Dinas Perindagkop dan UKM Kota Baubau, 2012

2.3.1.15

Urusan Wajib / Bidang Penanaman Modal

Urusan wajib Bidang Penanaman Modal dilaksanakan oleh Badan Pelayanan


Perizinan dan Penanaman Modal Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
-

Rata-rata lama proses perizinan investasi selama 7 hari. Kegiatan yang


mendukung capaian ini adalah Pengembangan sistem informasi investasi;

Tersedianya 1 Perda tentang Penanaman Modal dan 1 dokumen cetak biru


(master

plan)

pengembangan

penanaman

modal.

Jumlah

investor

PMDN/PMA yang menanamkan modal di Kota Baubau sebanyak 7 investor,


dengan nilai investasi sebesar Rp. 7,415 milyar.
Tabel 2.51
Indikator Kinerja Urusan Penanaman Modal
Indikator
Jumlah Investor (PMDN/PMA)
Berfungsinya Sistem pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi
secara Elektronik
Sumber: BP3PM Kota Baubau (2012), Diolah

Capaian 2011
8
25%

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Kebijakan pengembangan penanaman modal di Kota Baubau diarahkan

II- 70

untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal
untuk penguatan daya saing perekonomian dan mempercepat peningkatan
penanaman modal. Adapun bidang usaha yang dapat dilakukan penanaman
modal adalah bidang usaha yang dinyatakan terbuka,y aitu: (a) Perlindungan
sumberdaya alam, (b) Perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, (c) Pengawasan produksi dan distribusi, (d)
Peningkatan kapasitas teknologi, (e) Partisipasi modal dalam negeri, serta (f)
Kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.

Tahun

Tabel 2.52
Jumlah Investor PMDN/PMA diKota Baubau Tahun2011-2012*
Uraian
PMDN
PMA

Total

2010

Jumlah Investor

2011

Jumlah Investor

Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012


*Hanya memperhitungkan investasi pada industri skala Besar dan Menengah

Tabel 2.53
Jumlah Investasi PMDN/PMA diKota Baubau Tahun 2011-2012
Realisasi
Tahun
JumlahProyek
Nilai Investasi
2010

Na

Rp. 7.290.000.000,-

2011

Na

Rp. 7.415.000.000,-

Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012


*Hanya memperhitungkan investasi pada industri skala Besar dan Menengah

Tabel 2.54
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2011 s.d 2012 di Kota Baubau
No
1

2
3

Uraian
Jumlah tenaga kerja yang berkerja pada
perusahaan PMA/PMDN Skala Besar dan
menengah
Jumlah seluruh PMA/PMDN Skala Besar dan
menengah

Rasio daya serap tenaga kerja

2010

2011

344

354

1:43

1:44,25

Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012

Perkembangan investasi di beberapa skala usaha di Kota Baubau cukup


signifikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dukungan
perbankan serta sarana prasarana perekonomian di Kota Baubau. Pada akhir
tahun 2012 terdata 8 unit usaha berupa industri skala besar, Menengah dan Kecil

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

yang melakukan investasi, dan didominasi oleh Perusahaan skala kecil dan

II- 71

menengah, dengan total aliran investasi sebesar 154 Milyar rupiah di akhir kwartal
kedua, jika ditinjau sebatas dua skala usaha PMDN/PMA yang termasuk skala
nasional, di Kota Baubau hanya terdapat 1 usaha berupa industri skala Besar,
dan 7 industri skala menengah dengan nilai investasi pada tahun 2011 sebesar
7,290 Milyar Rupiah dan mempekerjakan 354 orang Tenaga Kerja . PMDN atau
usaha yang terbentuk di Kota Baubau didominasi oleh usaha kecil dengan daya
serap tenaga kerja yang relatif rendah, serta usaha menengah yang terbentuk
merupakan usaha yang padat modal dan tidak padat karya.
2.3.1.16

Urusan Wajib / Bidang Kebudayaan

Urusan wajib Bidang Kebudayaan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan


Pariwisata Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan sampai
dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Jumlah Kerjasama dengan daerah lain dan lembaga-lembaga pendidikan
(dalam dan luar negeri) dalam bidang Penelitian dan Promosi Kebudayaan
Melayu khususnya Kebudayaan Buton sebanyak 6 kerjasama.
- Terfasilitasinya 38 kali kegiatan budaya/adat yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
- Terselenggaranya festival, seminar, dialog budaya daerah sebanyak 7 kali.
Beberapa kegiatan yang mendukung capaian ini adalah Seminar arkeologi
internasional kawasan perbentengan dan keramik; Penyelenggaraan Dialog
kebudayaan; Seminar dalam rangka Revitalisasi dan Reaktualisasi Budaya
Lokal;
Tabel 2.55
Indikator Kinerja Urusan Kebudayaan
Indikator

Capaian 2012

Cakupan Penyelenggaraan Festival seni dan budaya

15%

Cakupan Pendokumentasian Naskah Kuno

20%

Nusantara, Situs Budaya, dan Lembaga Adat


Sumber: Dinas Pariwisata dan ekonomi Kreatif, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2.3.1.17

II- 72

Urusan Wajib / Bidang Kepemudaan dan Olahraga

Urusan wajib Bidang Kepemudaan dan Olahraga dilaksanakan oleh


Dinas Pendidikan Nasional Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
-

Jumlah organisasi kepemudaan yang ada sebanyak 22 organisasi;

Jumlah pemuda yang mendapat pelatihan penanggulangan bahaya


narkoba sebanyak 206 orang;

Jumlah organisasi cabang olah raga sebanyak 13 organisasi

65% sarana dan prasarana olahraga terpenuhi, dimana 60% sarana dan
prasarana olahraga tersebut terpelihara dengan baik
Tabel 2.56
Indikator Kinerja Urusan Kepemudaan dan olah raga

Indikator

Capaian 2012

Cakupan organisasi Pemuda yang terbina

27%

Cakupan sarana prasarana olah raga


Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

25%

2.3.1.18

Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Urusan wajib Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri dilaksanakan
oleh Badan Kesbang dan Politik Kota Baubau, serta Satuan Polisi PP dan Linmas
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai
berikut :
-

75% penertiban pelanggaran Perda diselesaikan secara persuasif;

Jumlah kelurahan yang menyelenggarakan siskamling sebanyak 43


Kelurahan;

Terbinanya organisasi masyarakat yang berkembang di masyaraka


Tabel 2.57
Indikator Kinerja Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Indikator
Capaian 2012

Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP


Persentase Persentase Kerjasama Antara Tokoh
Masyarakat, Adat, Agama, dan Pemuda
Sumber: Dinas Kesbangpol, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

40%
10%

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2.3.1.19

Urusan Wajib / Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,


Administrasi
Keuangan
Daerah,
Perangkat
Daerah,
Kepegawaian dan Persandian

II- 73

Urusan Wajib / Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,


Administrasi

Keuangan

Daerah,

Perangkat

Daerah,

Kepegawaian

dan

Persandian dilaksanakan oleh beberapa SKPD lingkup Pemerintah Kota Baubau.


SKPD

tersebut

adalah

Sekretariat

Daerah,

Sekretariat

DPRD,

Badan

Kepegawaian dan Diklat Daerah, Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman


Modal, Dinas Pendapatan Daerah, Inspektorat. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Terbentuknya perangkat daerah yang efektif dan efisien serta berorientasi
terhadap pelayanan publik dan penerapan good governance pada 35 SKPD
- Terselenggaranya

dialog/audiensi

dengan

tokoh-tokoh

masyarakat,

pimpinan/anggota organisasi sosial dan kemasyarakatan.


- Terselenggaranya koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah lainnya
- Terselenggaranya rapat koordinasi pejabat pemerintahan daerah dan
Muspida
- Tersusunnya berbagai regulasi Pemerintah Daerah (Perda, Perwali, Kep
Walikota) dan terselenggaranya sosialisasi regulasi tersebut.
- Terfasilitasnya pembahasan rancangan peraturan daerah dan tugas legislatif
lainnya.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.58
Jumlah PNS Menurut SKPD dan Golongan
di Pemerintah Kota Baubau Tahun 2011

II- 74

Sumber: BKDD Kota Baubau, 2012


Keterangan : 1) Termasuk Puskesmas
2)
Termasuk Guru dan tata Usaha

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 75

Tabel 2.59
Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Tingkat Pendidikan
di Pemerintah Kota Baubau

Sumber: BKD Kota Baubau, 2012

Tabel 2.60
Indikator Kinerja Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Indikator
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
Rasio SDM aparatur yang memenuhi standar kompetensi jabatan
Opini BPK dan publik terhadap pengelolaan keuangan daerah
Penegakan PERDA
Cakupan pelayanan bencana kebakaran daerah
Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan kecamatan
dan kelurahan yang baik
Sistem Informasi manajemen Pemda
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat

Capaian 2012
1,39
67%
WDP
40%
62%
70%
20%

Sumber: Pemerintah Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.20 Urusan Wajib / Bidang Ketahanan Pangan

Penyelenggaraan Urusan wajib Bidang Ketahanan Pangan dilaksanakan


oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut : Meningkatnya pemenuhan kebutuhan
pangan beras masyarakat terhadap produksi beras lokal menjadi 79,17%.
Tanaman padi sawah pada tahun 2011 memiliki luas panen 2.460 ha
dengan hasil produksi sebesar 12.214,68 ton yang hanya terkonsentrasi pada 3
kecamatan yakni Kecamatan Sorawolio dengan luas panen sebesar 96 ha yang
mencapai produksi sebesar 387,84 ton, kemudian Kecamatan Bungi dengan luas

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

panen 2.214 ha yang mencapai hasil produksi sebesar 11.202,84 ton, kemudian

II- 76

Kecamatan Lea-lea dengan luas panen 150 ha yang mencapai hasil produksi
sebesar 624 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, maka produksi padi
sawah pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 1,21 persen dimana pada tahun
2010 produksi padi sawah sebanyak 12.364,70 ton sedangkan tahun 2011
mencapai 12.214,68 ton.
Tabel 2.61
Produktivitas Tanaman Pangan menurut Kecamatan Tahun 2011 di Kota Baubau
Padi Sawah
Kecamatan

Luas
Panen
(ha)

Produksi
(ton)

Betoambari
Murhum/
Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Sorawolio
Bungi
Lea-Lea

Padi Ladang

Produktivitas
(ton/ha)

Luas
Panen
(ha)

Produksi
(ton)

96
2.214
150

388
11.203
624

2.460
2.516
2.040
1.951
1.860

12.214,68
12.364,70
10.274,56
9.811,51
9.281,00

Jagung

Produktivita
s (ton/ha)

Luas
Panen
(ha)

Produksi
(ton)

Produktivitas
(ton/ha)

16

36

23

16

20

40
51
42

371
-

1.187
-

32
-

54
14
70
15
126

113
28
182
105
284

21
20
26
70
23

132,6
39,0
49,3
49,3
49,0

371
346
562
706
650

1.187,20
891,85
2.050,59
2.419,53
2.362,12

32,0
28,1
36,4
36,3
36,2

287
198
277
287
578

727,90
446,42
363,00
640,53
1.170,90

179,50
23,10
22,10
22,20
22,20

Kota Baubau

2011
2010
2009
2008
2007

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2012

Untuk tanaman padi ladang hanya terkonsentrasi pada kecamatan yaitu


Kecamatan Sorawolio dengan luas panen terkecil yaitu 371 ha mampu mencapai
hasil produksi sebesar 1.187,20 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 dimana
produksi padi ladang hanya mencapai 891,85 ton maka pada tahun 2011
mengalamikenaikan menjadi 1187,20 ton atau terjadi peningkatan produksi
sebesar 33,12 persen.Pada tahun 2011, luas panen tanaman jagung mencapai 303
ha dengan hasil produksi sebesar 763,90 ton, dengan demikian terjadi
peningkatan hasil produksi sebesar 71,12 persen bila dibandingkan dengan hasil
produksi pada tahun 2010 yang hanya menghasilkan produksi sebesar 446,42 ton.
Tabel 2.62
Indikator Kinerja Urusan Ketahanan Pangan
Indikator
Capaian 2012
Regulasi Ketahan pangan
1
Persentase Pasokan Beras
100%
Persentase Pasokan Distribusi Ikan
100%
Persentase Pasokan Daging
100%
Persentase Pasokan Buah-buahan dan sayur mayur
100%
Sumber: Dinas Pertanian dan kehutanan, ,Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2.3.1.21

II- 77

Urusan Wajib / Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Urusan wajib Bidang Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan oleh


Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat
(LPM) meningkat menjadi 450 orang pada tahun 2012.
- Pelaksanaan musrenbang tingkat kelurahan
- Jumlah perempuan

di kelurahan yang mendapat pelatihan

dalam

meingkatkan usaha ekonomi produktif sebanyak 193 orang.


- Terlaksana pendidikan teknis pelayanan bagi Aparatur pemerintah kelurahan
- Meningkatnya peran dan fungsi PKK di 43 Kelurahan dan 7 Kecamatan, yang
didorong oleh pelaksanaan beberapa kegiatan seperti Pembina PKK di tingkat
Kelurahan dan Kecamatan.
Tabel 2.63
Indikator Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat
Indikator
Capaian 2012
Presentase LPM Berprestasi
Presentase PKK Berprestasi
Posyandu Berprestasi
Sumber: BPM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.22 Urusan Wajib Bidang Statistik


Penyelenggaraan urusan statistik di Kota Baubau dilakukan oleh Badan
perencanaan Pembangunan Daerah berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik
Kota Baubau. Pada tahun 2012 terdata 27 doumen statistic yang dihasilkan,
diantarnya

Bauba

Dalam

Angka,

Kecamatan

dalaam

Angka,

Indeks

Pembangunaan Manusia, dokumen PDRB, dll.


Tabel 2.64
Indikator Kinerja Urusan Statistik
Indikator

Tersusunya data/ statistik Kota Baubau

Capaian 2012
27 dokumen

Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.23 Urusan Wajib / Bidang Kearsipan


Urusan wajib Bidang Kearsipan dilaksanakan oleh Badan Informasi,
Komunikasi dan PDA Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

- Proporsi perangkat daerah yang menerapkan sistem administrasi kearsipan

II- 78

dengan baik meningkat menjadi 90%.


- Jumlah dokumen/arsip daerah yang dilestarikan sebanyak 23 dokumen
Tabel 2.65
Indikator Kinerja Urusan Kearsipan
Indikator

Capaian 2012

Pengelolaan Arsip Secara Baku

78,00%

Sumber: Badan Kominfo, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.24 Urusan Wajib / Bidang Komunikasi dan Informasi


Urusan wajib Bidang Komunikasi dan Informasi dilaksanakan oleh Badan
Informasi, Komunikasi dan PD Kota Baubau dan UPT Pengkajian dan Penerapan
teknologi Informasi (PPTI) Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
-

Cakupan penyebaran informasi melalui stasiun TV Nasional maupun lokal


dan Media Cetak lokal maupun Nasional sebesar 75%.

Penyebaran informasi pembangunan terpadu secara langsung kepada


masyarakat,

Jumlah mass media yang menjadi mitra penyebaran informasi sebanyak 9


media pada tahun 2011, meningkat menjadi 12 media pada tahun 2012.

Jumlah penyebaran informasi melalui website Kota Baubau

Meningkatnya Jumlah SDM yang mendapat pelatihan teknis bidang


komunikasi dan informasi

Indikator

Tabel 2.66
Indikator Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika
Capaian 2012

Cakupan Pelayanan Sistem Informasi manajemen pemerintah daerah

16%

Cakupan Pelaksanaan Diseminasi atau Pendistribusian Informasi

80%

Cakupan Pengimplementasian e-Government

60%

Sumber: Badan Kominfo, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

Pengimplementasian e-Government diselenggararakan oleh

unit khusus

pengembangan telematika di Kota Baubau, dengan tingkat penetrasi internet ke


SKPD dan kecamatan pada akhir tahun 2012 telah mencapai rasio 90% dan
87,5%,sedangkan capaian pengembangan e-Government di Kota Baubau sampai
dengan akhir tahun 2012,secara rinci diuraikan pada tabel 2.67 berikut ini:

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.67
Capaian Pengembangan e-Government Kota Baubau
Tahun

2008

2009

2010

2011

2012

Tahap
Pra Kondisi + Infrastruktur Jaringan Infrastruktur
Jaringan +
Data
Infrastruktur Aplikasi/ Suprastuktur
Suprastruktur
Pemantapan
E-Gov
-

II- 79

Capaian
Pembangunan Infrastruktur Dasar dan koneksi internet
Pembangunan 2 hotspot area publik
Pembangunan website KDH
Pengembangan Jardiknas
Pembangunan media teleconference
Penyusunan Blueprint Pengembangan e-Government Kota Baubau
Pembangunan WAN (Wide Area Network) seluruh SKPD
Revitalisasi Website resmi pemerintah daerah
Pembangunan beberapa website SKPD, Institusi, dan event
Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah
Pembentukan Tim IT Pemkot Baubau
Pembuatan Profil Interaktif Pemerintah Kota Baubau melalui Media
Touchscreen
Peningkatan Kapasitas Tim Teknis Pengelola Jaringan
Riset dan Development 18 Aplikasi e-Government - kerjasama dengan
Depkominfo
Pelatihan IT pada siswa SMA Kerjasama dengan Kota Seoul
Pembangunan Website SEKDA, Kominfo, dan Perijinan
Pembentukan UPT-PPTI melalui Perwali Nomor 13 Tahun 2011
Pembangunan Infrastruktur WAN tingkat kecamatan
Pengembangan Infrastruktur Pendukung implementasi e-KTP
Pengembangan Website Tata Kota dan Website promosi Osiymobaubau
Implementasi Telepon VoIP di Sekretariat Daerah
Pembangunan Wireless CCTV Tahap I-pemantauan kawasan Kotamara
Pengembangan Server e-library dan e-Procurement
Pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Perijinan
Pembangunan Telepon VoIP Tahap II meliputi SKPD dan Kecamatan
Pembangunan Digital Library
Implementasi Sistem Informasi surat menyurat (e-Office) lingkup
Pemkot Baubau
Pembangunan Wireless CCTV Tahap II - pemantauan Kota dan
Beberapa perempatan jalan terpadat
Implementasi Lelang Online (e-procurement)
http://lpse.baubaukota.go.id

Sumber: UPT- PPTI Kota Baubau, 2012

2.3.1.25

Urusan Wajib / Bidang Perpustakaan

Penyelenggaraan urusan Perpustakaan di Kota Baubau dilaksanakan oleh Badan


Informasi dan Komunikasi melalui Perpustakaan daerah dan UPT-PPTI yang
mengelola Perpustakaan digital yang berlokasi di Lantai Dasar Gedung Maedani
Tabel 2.68
Indikator Kinerja Urusan Perpustakaan
Indikator
Tersedianya Perpustakaan Daerah
Jumlah perpustaan Kelurahan/Sekolah
Jumlah pengunjung perpustakaan digital / tahun
Jumlah prasarana perpustakaan digital (computer)
Jumlah koleksi Buku digital

Capaian 2012
1
98
1.210
32
6.500

Sumber: Bappeda, UPT-PPTIKota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 80

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan


2.3.2.1

Urusan Pilihan / Bidang Pertanian

Urusan Pilihan Bidang Pertanian dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan


Kehutanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan sampai
dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Jumlah kelompok tani pelaku usaha agribisnis sebanyak 30 kelompok, dan pelaku
usaha ternak sebanyak 362 orang.
- Jumlah produksi padi sebesar 13.401,88 ton, produksi palawija (jagung, kedelai)
sebesar 764,7 ton dan produksi tanaman perkebunan (cengkeh, biji mete) sebesar
571,70 ton.
- Jumlah produksi daging ternak besar dan kecil sebanyak 71.183 Kg, produksi daging
unggas sebesar 45.405 Kg, dan Jumlah produksi telur sebesar 2.087.500 Butir.;
- Proporsi penyuluh yang kompeten terhadap jumlah petani sebanyak 79%.
- Terkendalinya 4 Jenis penyakit penyakit hewan menular dan zoonosis pada daerah
endemis dan tertular..
Tabel 2.69
Luas Lahan Sawah menurut Jenis Pengairan Tahun 2011 di Kota Baubau
Betoambari

Murhum

Wolio

Kokalukuna

Sorawolio

Bungi

Lea-Lea

Kecamatan (Ha)
Jumlah

Sawah Berpengairan
Teknis
Setengah Teknis
Sederhana/PU
Irigasi Desa/Non PU
Tadah Hujan

100
100
-

1.062
615
117
137
193
74

90
65
10
15
-

1.252
615
182
247
208
74

Jumlah

200

2.198

180

2.578

Jenis Hutan

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Baubau, 2012

Secara umum komoditas hasil perkebunan di Kota Baubau tahun 2011


mengalami penurunan produksi sebesar 8,87 persen, yakni dari 439,77 ton pada
tahun 2010 menurun menjadi 1.398,60 ton selama tahun 2011. Komoditas hasil
perkebunan yang paling menonjol pada tahun 2011 adalah tanaman jambu mete
yang mencapai produksi sebesar 571,70 ton. Sementara itu, komoditi tanaman
perkebunan yang pada tahun 2011 tidak memberikan hasil pada tahun 2011
adalah tanaman cengkeh, lada, dan vanili.
Jumlah populasi ternak besar dan kecil serta unggas di Kota Baubau
tahun 2011 ada yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan ada juga

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 81

yang mengalami penurunan untuk populasi. Tahun 2011 populasi kambing dan
babi mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yakni masing-masing
sebesar 1,92 persen dan 3,58 persen, sedangkan untuk ternak sapi, mengalami
penurunan populasi dibanding tahun sebelumnya yakni sebesar 26,52 persen.
Untuk ternak unggas yang mengalami penurunan yaitu ayam ras sebesar 91,02
persen, sedangkan ayam kampong mengalami peningkatan sebesar 1,87 persen
dan itik/itik manila juga mengalami peningkatan sebesar 3,94 persen. Untuk
produksi daging ternak besar dan kecil serta unggas mengalami penurunan yaitu
untuk ternak besar dan kecil sebesar 18,53 persen, sedangkan ternak unggas
mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen. Demikian pula dengan produksi
telur unggas juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,52 persen dari
2.016.500 kg pada tahun 2010 naik menjadi 2.087.500kg tahun 2011
Tabel 2.70
Indikator Kinerja Urusan Pertanian
Indikator
Capaian 2012
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal
lainnya per hektar (Ton/ tahun)
Cakupan pembinaan kelompok petani

372
40%

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.2

Urusan Pilihan / Bidang Kehutanan

Luas kawasan hutan yang telah ditetapkan di wilayah Kota Baubau


sebesar 27.001 ha, dimana menurut jenisnya sebagian besar diperuntukkan untuk
penggunaan lainnya yaitu sebesar 50,90 persen, hutan lindung sebesar 17,74
persen, sebesar 12,89 merupakan hutan produksi biasa, sementara hutan produksi
terbatas sebesar 16,55 persen dan sisanya berupa hutan wisata.
Tabel 2.71
Luas Kawasan Hutan yang Telah Ditetapkan
menurut Jenis Hutan dan Kecamatan Tahun 2011 di Kota Baubau (ha)

Hutan Produksi Biasa


168
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Lindung
51
Hutan Wisata
Hutan Produksi yang
dapat dikonversikan
Hutan Lainnya
1.992
Jumlah 2.211

Lea-Lea

Bungi

Sorawolio

Kokalukuna

Wolio

Murhum/
Batupoaro

Jenis Hutan

Betoambari

Kecamatan
Jumlah

117
30
-

1.086
990
-

305
488

1.273
2.325
2.715
-

531
2.143
378
-

627
-

3.480
4.468
4.791
488

848
995

907
2.983

943
1.736

4.059
10.372

2.240
5.292

2.785
3.412

13.774
27.001

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2012


RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

PenyelenggaraanUrusan Pilihan Bidang Kehutanan dilaksanakan oleh

II- 82

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang


telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
-

Hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi seluas 770 Ha dan penyedian bibit
tanaman untuk rehabilitasi sekitar 63.000 pohon.

Jumlah sukarelawan terlatih menangani kebakaran hutan sebanyak 150 orang.

Terbinanya kelompok usaha perhutanan rakyat sebanyak 23 kelompok.


Tabel 2.72
Indikator Kinerja Urusan Kehutanan
Indikator
Capaian 2012

Cakupan Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

40%

Menurunnya Kerusakan Kawasan Hutan

23%

Sumber: DInas Pertanian dan Kehutanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.3

Urusan Pilihan / Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

Urusan Pilihan Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral dilaksanakan oleh


Dinas Pertambangan dan Energi Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
-

Jumlah hasil

produksi pertambangan mineral bukan logam/batuan dan

laterit nikel sebesar 374.736 ton, dan kelompok usaha pertambangan yang
terbina sebanyak 15 kelompok.
-

Prosentase rumah tangga yang menggunakan listrik sebanyak 83%.


Tabel 2.73
Indikator Kinerja Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral
Indikator
Capaian 2012
Cakupan pengawasan usaha pertambangan
20%
Cakupan Penerangan Lampu Jalan
60%
Sumber: Dinas Pertambangan dan energy, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.4

Urusan Pilihan / Bidang Pariwisata

Kota Baubau dengan keragaman dan kekayaan budaya yang diwariskan


oleh para leluhur dan kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton (Wolio) sangat
tepat untuk dikembangkan sebagai kota tujuan wisata. Banyak jenis wisata
yang mempunyai daya tarik tersendiri, mulai dari panorama alam yang indah,
potensi sejarah dan budaya, dengan masih terdapatnya situs-situs peninggalan
sejarah Kesultanan Buton dan potensi daerah pesisir pantai sebagai wisata bahari
dan olahraga air serta keragaman biota laut. Profil lengkap mengenai potensi

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

wisata Kota Baubau dipromosikan dalam website www.osiymobaubau.com

II- 83

Tabel 2.74
Banyaknya Wisatawan Menurut Akomodasi yang digunakan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012

Pembangunan kepariwisataan di Kota Baubau diarahkan padapeningkatan


peran pariwisata dalam kegiatan ekonomiyang dapat menciptakan lapangan kerja

serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan


masyarakat serta penerimaan devisa. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah
melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan
daerah. Urusan Pilihan Bidang Pariwisata dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan
sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
-

Jumlah promosi pariwisata yang berlatarbelakang budaya daerah pada


tingkat regional, nasional maupun internasional sebanyak 23 kali,
diantaranyaPelaksanaan Festival Perairan Pulau Makassar;

Obyek wisata yang tertata dengan baik sebanyak 11 ODTW

Jumlah kerjasama pengembangan pariwisata dengan pihak swasta sebanyak


9 kerjasama, diantaranya kerjasama dengan SAIL Indonesia.
Tabel 2.75
Indikator Kinerja Urusan Pariwisata
Indikator
Capaian 2012
Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisata

5%

Peningkatan Mitra pengembangan Pariwisata

5%

Sumber: Dinas Pariwisata, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

2.3.2.5

II- 84

Urusan Pilihan / Bidang Kelautan dan Perikanan

Meskipun Kota Baubau hanya memiliki wilayah lautan seluas 200 mil,
namun potensi perikanan yang berasal dari daerah sekitarnya (khususnya
Kabupaten Buton) terakumulasi di kota ini. Berbagai produksi perikanan berupa
ikan pelagis, demersal, Rumput laut, mutiara, serta hasil lainnya. Dengan garis
pantai sepanjang sekitar 42 Km, Kota Baubau berpotensi menjadi penghasil
rumput laut, Wilayah pengembangan budidaya rumput laut di Kota Baubau
tersebar pada berbagai kelurahan yang terletak di daerah pesisir, yaitu Kelurahan
Palabusa, Kalialia, Kolese LowuLowu, Lakologou, Waruruma, Sukanaeyo, Liwuto,
Nganganaumala, Wameo, Tarafu, Bone-Bone , Katobengke, Lipu, dan Sulaa. Luas
areal perairan pantai Kota Baubau yang potensial untuk pengembangan budidaya
rumput laut sekitar 960 Ha dan Kota Baubau menjadi pusat perdagangan Rumput
laut dari lahan potensial seluas 9.040 Ha di wilayah Kepulauan Buton dan sekitarnya.
Hasil produksi perikanan di Kota baubau pada tahun 2011 mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 31,32 persen, dimana
hasil produksi tahun 2010 sebanyak 9.045,69 ton sedangkan pada tahun 2011
mencapai 11.878,52 ton. Hasil perikanan laut yang paling tinggi selama tahun 2011
terdapat di Kecamatan Murhum/Batupoaro yang mencapai 5.625,81 ton.
Sedangkan perikanan darat hanya dihasilkan di Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan
Sorawolio yaitu sebesar 18,06 ton.
Tabel 2.76
Produksi Perikanan Laut dan Darat menurut Kecamatan dan Subsektor
di Kota Baubau (ton)
Kecamatan
Betoambari

Perikanan Laut
2010

Perikanan Darat

2011

2010

Jumlah

2011

2010

2011

955,92

1.186,54

955,92

1.186,54

4.054,70

5.625,81

4.054,70

5.625,81

Wolio

207,24

290,20

207,24

290,20

Kokalukuna

2.556,82

3.401,02

2.556,82

3.401,02

2,10

3,41

2,10

3,41

Bungi

224,09

263,05

5,00

8,11

229,09

271,16

Lea-Lea

1.046,92

1.111,90

4,00

6,55

1.050,92

1.118,45

9.045,69

11.878,52

11,10

18,07 9.056,79

11.896,59

Murhum/ Batupoaro

Sorawolio

Kota Baubau

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Penyelenggaraan urusan Pilihan Bidang Kelautan dan Perikanan dilaksanakan

II- 85

oleh Dinas kelautan dan Perikanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Terbinanya10 kelompok ekonomi masyarakat pesisir per tahun
- Jumlah produksi perikanan budidaya mencapai 3.520 ton/tahun
- Jumlah produksi perikanan tangkap di perairan laut maupun perairan umum
9.673,24 ton,melalui pengembangan karamba budidaya, Budidaya benih
bandeng umpan, Pengadaan kapal penangkap ikan 5 GT, dan alat
penangkapan ikan, alat pendeteksi ikan (Fish Finder);
- Jumlah pelaku usaha penangkapan ikan yang menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan sebesar 50%.
- Terbinanya 2 asosiasi pemasaran dan pengolahan hasil produksi perikanan
Tabel 2.77
Indikator Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan
Indikator
Capaian 2012
Produksi perikanan budidaya

3.520 ton

Produksi Perikanan tangkap

1.156 ton
7%

Sumber Daya Laut Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Yang Terkelola
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.6 Urusan Pilihan / Bidang Perdagangan

Urusan Pilihan Bidang Perdagangan dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan,


Perindustrian, Koperasi & UKM Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
-

Proporsi Alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang dilakukan


tera ulang sebesar 80%.

Terlaksananya pengawasan perdagangan 10 Komoditi strategis

Jumlah nilai perdagangan di Kota Baubau sebesar Rp. 120 Milyar/tahun


Tabel 2.78
Indikator Kinerja Urusan Perdagangan
Indikator
Capaian 2012

Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB (Rp)

707.337.070.000

Cakupan pembinaan Sektor Perdagangan

30%

Sumber: Dinas Perindagkop & UKM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.79
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor melalui Pelabuhan Baubau

II- 86

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012

Tabel 2.80
Perkembangan Volume dan Nilai Impor melalui Pelabuhan Baubau

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012

Secara kuantitatif komoditi-komoditi potensial yang diperdagangkan antar


pulau melalui Pelabuhan Baubau antara lain adalah hasil pertanian tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, hasil hutan dan industri. Total
volume komoditi yang diperdagangkan pada tahun 2011 sebesar 7731,14 ton, 4
ekor, 31.150 biji, 3.145 m3. Volume dan nilai perdagangan komoditi perkebunan
yang diperdagangkan tahun 2011 mencapai 3.419,61 ton dengan nilai 27.467.480
ribu rupiah, dimana komoditas kopra merupakan yang terbesar diperdagangkan
yaitu dengan volume sebesar 2.368,05 ton. Sedangkan nilai perdagangan terkecil
yaitu biji dan 9.537 buah dengan total nilai 90.479.366 ribu rupiah dimana

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

komoditi perikanan merupakan komoditi tertinggi yang diperdagangkan yaitu

II- 87

sebesar 3.592,62 ton dengan nilai sebesar 37.062.941 ribu rupiah dan komoditi
yang terkeciladalah peternakan yaitu sebesar 2 ton dengan nilai sebesar 10.000
ribu rupiah
Tabel 2.81
Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau
Menurut Jenis Komoditas Tahun 2011

Sumber : Dinas Perindagkop dan UKM Kota Baubau, 2012

2.3.2.7 Urusan Pilihan / Bidang Industri

Penyelenggara Urusan Pilihan Bidang industri dilaksanakan oleh Dinas


Perdagangan,

Perindustrian,

Koperasi &

UKM

Kota Baubau.

Capaian

pembangunan yang telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
-

Jumlah IKM yang menggunakan teknologi tepat guna (TTG) sebanyak 41 unit

Jumlah sentra-sentra IKM yang potensial sebanyak 18 sentra.


Tabel 2.82
Indikator Kinerja Urusan Perindustrian
Indikator
Capaian 2012
Cakupan pembinaan Sektor Perindustrian

30%

IKM yang Mengikuti Promosi Industri/Kerajinan Daerah

7%

Sumber: Dinas Perindagkop & UKM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Sektor industri bukan merupakan sektor utama dalam roda perekonomian

II- 88

Kota Baubau dengan kontribusi rata-rata dibawah 3% per tahun terhadap


PDRB.Di Indonesiaindustri pengolahan dibagi menjadi 4 kelompok,yaitu industri
besar, industri sedang, industri kecil danindustri rumah tangga. Pengelompokan
ini didasarkanpada banyaknya pekerja yang terlibat di dalamnya,tanpa
memperhatikan penggunaan mesin produksi yangdigunakan ataupun modal
yang ditanamkan.Perkembangan Industri di Kota Baubau relatif stagnan, terlihat
bahwa

industri

besarsejak

tahun

2007

hingga

tahun

2011

tidak

terjadipenambahan yaitu tetap 1 industri dengan jumlahtenaga kerja 178 orang,


sementara tu dirahun 2011 terdapat 7 industri sedang, 155 industri kecil yang
mempekerjakan 1043orang, dan 1385 industri Rumah tangga yang meningkat
dari 1379 industri pada tahun 2010. Informasi mengenai jenis-jenis Industri di Kota
Baubau diuraikan pada tabel 2.83 berikut ini:
Tabel 2.83
Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Investasi
Menurut Jenis Industri Tahun 2011 di Kota Baubau

Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM, 2012

2.4ASPEK DAYA SAING DAERAH


2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
2.4.1.1 Pengeluaran Konsumsi rumah tangga per kapita
Pengeluaran

perkapita

merupakan

salah

satu

komponen

dalam

perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Komponen pengeluaran


terbagi atas pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk non

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

makanan.Hasil Susenas 2010 terlihat bahwa pengeluaran perkapita penduduk

II- 89

Kota Baubau pengeluaran perkapita didominasi oleh pengeluaran makanan


sebesar 48,98 persen dan non makanan sebesar 51,02 persen.
Kecenderungan meningkatnya pengeluaran perkapita penduduk Kota
Baubau berkorelasi dengan kemajuan pembangunan di Kota Baubau yang
berimplikasi pada semakin meningkatnya pendapatan penduduk, baik yang
bekerja disektor pemerintah maupun disektor lainnya.Selain itu peningkatan ini
juga berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau serta peningkatan
pendapatan perkapita penduduk yang cenderung menunjukkan trend yang
semakin meningkat.
Tabel 2.84
Perkembangan Simpanan Pengeluaran Perkapita dan LDR Kota Baubau
INDIKATOR
2007
2008
2009
2010
Pengeluaran Riil /
601,8
607,11
608,12
610,2
Kapita(Rp.000)
LDR (%)
50,35
51,55
67,67
67,95 %
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.4.1.2 Produktivitas Daerah


Produktivitas total daerahdapat menggambarkan seberapa besar tingkat
produktivitas

tiap

sektor

dalam

rangka

mendorong

perekonomian

suatudaerah.Produktivitasdaerahpersektor(9sektor)merupakanjumlahPDRBdaris
etiap sektor dibagidenganjumlahangkatankerjadalamsektor yangbersangkutan.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, dan Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan tiga sector yang memiliki
Produktivitas Sektoral tertinggi dengan rata-rata capaian diatas 100, yang
berarti bahwa tenaga kerja di sektor tersebut merupakan tenaga kerja dengan
tingkat

produktivitas

sekaligus

income

tertinggi.

Sedangkan

Pertanian

pertambangan, dan Industri Pengolahan merupakan sektor dengan tingkat


produktivitas terendah, hal ini relevan dengan peranan Baubau sebagai
perkotaan yang perekonomiannya digerakkan oleh sector tersier, dan sectorsektor

primer hanya berperan sebagai sector komplemen pendukung

pertumbuhan ekonomi.
Secara kumulatif, produktivitas total Kota Baubau menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang cukup berarti, dalam 5 tahun (2007-2011) tingkat
produktivitas Kota Baubau meningkat 57,41%. Peningkatan tertinggi terjadi pada

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

tahun 2009-2010 dengan tingkat pertumbuhaan 63,71% dalam satu tahun.

II- 90

Dengan tingkat produktivitas daerah 43,21 pada tahun 2011, capaiannya diatas
rata-rata provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional.
Tabel 2.85
Perkembangan Produktivitas Daerah Kota Baubau Tahun 2007-2011
Produktivitas Sektoral

2007

Pertanian

2008

2009

2010

2011

21,38

21,19

27,40

28,31

26,94

14,11

12,18

32,69

24,24

26,31

10,83

14,49

13,99

14,43

17,84

362,58

52,55

101,91

115,12

102,66

Konstruksi

53,74

91,65

121,56

99,04

121,33

Perdagangan, Hotel & Restoran

27,34

28,65

33,14

34,81

40,95

Pengangkutan & Komunikasi

24,47

30,19

38,41

43,27

36,63

Keuangan, persewaan & Jasa perusahaan

60,18

157,96

92,45

125,00

129,54

Jasa-Jasa

25,89

30,41

10,40

36,84

39,18

27,45

31,80

24,56

40,22

43,21

Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air bersih

Kota Baubau
Sumber: BPS, PDRB Tahun 2007-2011, diolah

2.4.1.3 Nilai Tukar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam
persentase),

merupakan

salah

satu

indikator

untuk

melihat

tingkat

kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar


(term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi.
Tabel 2.86
Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2008-2012
Provinsi Sulawesi Tenggara *
Uraian
2008
2009
2010

2011

2012

Indeks yang Diterima Petani (lt)

119,53.

133,41

136,83

139.80

142,78

Indeks yang Dibayar Petani (lb)

116,47

121,37

127,50

130.08

134,41

109,93

107,32

107.47

106,23

NTP

Keterangan : * angka yang digunakan adalah indeks Bulan Desember


Sumber: www. sultra.bps.go.id, 2013

Semakin

tinggi

NTP,

secara

relatif

semakin

kuat

pula

tingkat

kemampuan/daya beli petani. Jika dilihat dari Indeks Harga yang Diterima
Petani (It) pada Desember 2012. Tiga subsektor mengalami kenaikan, satu
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

subsektor tidak mengalami perubahan dan satu subsektor lainnya mengalami

II- 91

penuruan. Subsektor yang mengalami kenaikan terjadi pada subsektor tanaman


perkebunan rakyat sebesar 1,03 persen; subsektor peternakan sebesar 0,22 persen;
dan subsektor perikanan 0,82 persen. Sub sektor yang tidak mengalami kenaikan
adalah subsektor tanaman pangan; Sedangkan subsektor yang mengalami
penurunan adalah subsector hortikultura turun sebesar 0,08 persen
Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani
yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang
diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Jika dilihat untuk masing-masing
subsektor, terjadi kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada semua
subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,43 persen; subsektor
hortikultura 0,60%; subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,69%; subsektor
peternakan 0,49%; dan subsektor perikanan 0,60 persen. Naiknya semua
subsektor tersebut menyebabkan terjadinya Ib gabungan mengalami kenaikan.
2.4.1.4 Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Perbankan Daerah
Peranan perbankan di Kota Baubau dapat dilihat dari perkembangan
jumlah kantor, jumlah dana yang tersedia di bank dan jumlah kredit/pinjaman
yangdisalurkan. Pada tabel terlihat bahwa jumlah kantor bank di Kota Baubau
tahun 2011 sebanyak 16 buah. Dimana Bank BRI merupakan bank dengan
jumlah cabang terbanyak yakni sebanyak 6 buah, yang terdiri dari 1 buah kantor
cabang dan 5 buah kantor unit
Tabel 2.87
Perkembangan Jenis dan Jumlah Bank di Kota Baubau Tahun 2008-2012
No
1
a
b
c
d
e
f
g
2
a
b

Uraian
Bank Umum
BRI
BNI '46
BPD
Mandiri
BTPN
Panin
BSM
Bank Perkreditan
Bank
Gandalata
Banteramas

2008
3

2009
9

2010
9

2011
10

2012
12

Keterangan

3
1
1
1

5
1
1
1

6
1
1
1

0
0
0

4
1
1
1
1
1
0
0

1
0
1

1
0
2

6
1
1
1
1
1
1
2

Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Syariah

0
0

0
0

1
0

1
1

1
1

Bank Konvensional
Bank Konvensional

Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.88
Posisi Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang Diberikan Bank Umum
menurut Skala Usaha di Kota Baubau (Juta Rp)
Wilayah dan Kriteria Usaha
2011
2012
438.068
-Mikro
115.809
120.329
- Kecil
171.989
216.646
-Menengah
13.700
101.093
# SULAWESI TENGGARA
2.870.750
3.714.685
-Mikro
712.849
773.267
-Kecil
1.433.396
1.764.035
-Menengah
724.506
1.177.383

II- 92

Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

Tabel 2.89
Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum dan BPR
Berdasarkan Lokasi Kantor Penghimpun Dana (Juta Rp)
Wilayah dan Jenis Simpanan
# KOTA BAUBAU
Nominal
Giro
Rekening (satuan)
Simpanan Nominal
Berjangka Rekening (satuan)
Nominal
Tabungan
Jumlah bilyet (satuan)
# SULAWESI TENGGARA
Nominal
Giro
Rekening (satuan)
Simpanan Nominal
Berjangka Rekening (satuan)
Nominal
Tabungan
Jumlah bilyet (satuan)

2008

2009

2010

2011

548.807
97.328
1.081
126.511
1.027
324.967
44.069
3.712.018
714.534
9.033
686.612
5.376
2.310.872
416.562

621.086
86.116
1.283
134.337
1.040
400.633
51.225
4.512.745
605.282
10.156
953.021
6.085
2.954.442
503.501

1.269.065
182.725
1.444
227.591
1.539
858.749
130.510
5.918.558
835.800
10.776
1.225.442
7.306
3.857.316
695.035

1.612.786
257.757
1.598
267.941
1.586
1.087.088
141.479
8.292.382
1.205.665
12.165
1.801.395
8.351
5.285.323
788.445

2012
1.731.063
316.979
1.702
298.634
1.782
1.115.450
133.891
9.706.350
1.556.685
12.712
1.931.263
9.151
6.218.402
942.930

Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur


A. Tata Ruang
Guna mengantisipasi dinamika perkembangan Kota Baubau yang semakin
dinamis, maka perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang di Kota
Baubau perlu dilakukan secara integral melalui Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Baubau (RTRW). Hal ini ditujukan agar terjadi kesesuaian antara
penggunaan ruang terhadap kapasitas maksimal daya tampung Kota Baubau
guna menciptakan keserasian dan keseimbangan lingkungan, baik dari segi
fungsi dan intensitas penggunaan tanah antar bagian wilayah kota maupun
dalam satu bagian wilayah kota. Disamping itu, ditujukan pula bagi upaya
mengoptimalkan pemanfaatan ruang untuk meningkatkan daya guna dan hasil
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

guna pelayanan sarana dan prasarana perkotaan sesuai dengan jenjang

II- 93

fungsinya masing-masing.
Tabel. 2.90
Rasio Ketaatan terhadap RTRW Tahun 2008-2012
No
Uraian
1
Realisasi RTRW
2 Rencana Peruntukan RTRW
Rasio

2008
45%
100%
45

2009
50%
100%
50

2010
58%
100%
58

2011
69%
100%
69

2012
75 %
100%
75

Sumber: Dinas Tata Kota dan bangunan, 2012

Sebagai Bagian Integral dari Ruang Wilayah Nasional dan Ruang Wilayah
Propinsi, perencanaan dan pemanfaatan ruang Kota Baubau juga merupakan
bagian dari Perencanaan RTRW Provinsi Sulawesi tenggara 2011-2031, pada
dokumen tersebut diuraikan bahwa pada Struktur Ruang Sulawesi Tenggara,
Kota Kendari dan Kota Baubau berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dengan indikasi Program pengembangan Kota Baubau dalam RTRWP
sebagaimana diuraikan pada tabel 2.91 berikut ini:
Tabel 2.91
Indikasi Program Perwujudan Struktur Ruang Provinsi Sultra
Lingkup PKNp-Kota Baubau
No

Tahap
Pelaksanaan
2011- 20162015 2020

Program

1
2
3

Penyusunan dan penetapan peraturan rencana tata ruang


Penyusunan dan penetapan peraturan teknis Masterplan Kawasan Minapolitan
Penyusunan dan penetapan peraturan Rencana Zonasi dan Rencana Strategis
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
4
Pengembangan Baubau sebagai pusat pelayanan pemerintahan
5
Pengembangan pusat perdagangan dan jasa
6
Pengembangan terminal penumpang tipe B
7
Pengembangan RSUD sebagai RSU Tipe B
8
Pengembangan pasar induk regional
9
Pengembangan perguruan tinggi
10 Pengembangan Bandar Udara Betoambari sebagai bandar udara pengumpan
11
Pengembangan pelabuhan laut Murhum sebagai pelabuhan pengumpul
dan/atau pelabuhan nasional
12 Pengembangan pelabuhan penyeberangan Baubau
13 Pengembangan pelabuhan khusus
14 Pengembangan prasarana air baku untuk air minum
15 Pengembangan jaringan telekomunikasi pelayanan internasional dan nasional
16 Pengembangan perbankan internasional dan nasional baik swasta maupun
pemerintah
17 Pengembangan permukiman baru dan rusun dan/atau rusunawa, peningkatan
kualitas lingkungan permukiman dan penataan permukiman
18 Pengembangan perikanan tangkap, sentra budidaya perikanan laut (udang,
kerapu, rumput laut) dan pelabuhan perikanan/TPI/PPI untuk mendukung
pengembangan kawasan Minapolitan
19 Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan pada lahan
Daerah Irigasi
20 Pengembangan pertanian tanaman pangan , hortikultura dan peternakan
21 Pengembangan agroindustri perkebunan terutama komoditi jambu mete
22 Pengembangan potensi pertambangan (Nikel, Aspal dan Batu Gamping) sebagai
pendorong pertumbuhan wilayah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

No

Tahap
Pelaksanaan
2011- 20162015 2020

Program

II- 94

23

Pembangunan dan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan fasilitas


pelayanan umum (fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan dan olahraga)
24 Peningkatan kapasitas, kualitas dan keterpaduan pelayanan sistem infrastruktur
perkotaan (persampahan, air bersih, limbah, drainase, RTH) berskala regional
25 Peningkatan fungsi jaringan jalan kolektor primer (K1) yang menghubungkan ke
PKWp Pasarwajo
26 Pembangunan rencana jembatan penghubung Kota Baubau Pulau Makassar
27 Pembangunan rencana jembatan penghubung Pulau Buton Pulau Muna
28 Pengembangan pembangkit dan jaringan transmisi tenaga listrik
29 Pembangunan rencana PLTU Baubau dan PLTM Rongi
30 Peningkatan dan perluasan pelayanan Depo BBM
31 Pembangunan dan peningkatan pelayanan Terminal Transit BBM
32 Pemantapan rencana kawasan Benteng Keraton Buton sebagai kawasan khusus
nasional
33 Pengembangan wisata sejarah dan wisata budaya (perkampungan tradisional,
atraksi seni budaya, upacara adat, kerajinan)
34 Pengembangan wisata alam, wisata alam laut dan wisata buatan
35 Optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan produksi
36 Pemantapan kawasan lindung di Taman Wisata Alam Tirta Rimba, sempadan
pantai, sempadan sungai dan cekungan air tanah

Sumber: RTRWP Sulawesi Tenggara 2011-2031

Rencana pengembangan struktur ruang merupakan pengembangan fungsi


kegiatan pelayanan yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi
kegiatan dan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara
terstruktur ke seluruh wilayah. Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan
kerangka sistem pusat-pusat kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.Struktur ruang wilayah
Kota Bau-Bau adalah suatu struktur yang memperlihatkan dan dibentuk oleh
struktur pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan
sebagai

pusat

pelayanan,

jaringan

prasarana

transportasi,

kelistrikan,

telekomunikasi dan sumberdaya air dalam mendukung fungsi utama pada


wilayah perkotaan sebagai pusat pelayanan, kawasan budidaya dan kawasan
fungsional di darat maupun di laut.
Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kota BauBau adalah pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan
prasarana transportasi ke arah sentra-sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya
primer. Di samping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarki pusatpusat kegiatan sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah perkotaan dan
jaringan pendukungnya dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan
pertumbuhan wilayah dalam satuan ruang.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 95

Tabel. 2.92

Hasil Telaahan Struktur RuangKota Baubau


No
I
I.1

I.2
I.2.1

Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program


Perwujudan Sistem Perkotaan
Pembagian Wilayah Kota

Perwujudan Pusat Pelayanan


Pusat Kegiatan Primer

I.2.2 Pusat Kegiatan Sekunder

1
2
3
4
5
6
7

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I


Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK II
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK III
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK IV
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK V
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK VI
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK VII

1 Revitalisasi dan pengembangan Kawasan Budaya Keraton Buton


2 Pengembangan Kawasan Pendidikan dan Perkantoran di Jalan Sultan
Dayanu Ikhsanudin
3 Pembangunan KIPPT Pulau Makasar
4 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Kota Mara
5 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Pendidikan dan
Perkantoran di Jalan Muh. Husni Thamrin
6 Peremajaan &Pengembangan Kawasan Perkantoran di jl. Bhakti ABRI
7 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Perkantoran dan Jasa di
Jalan Sultan Hasanuddin
8 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Palatiga
9 Pembangunan Kota Satelit di Kecamatan Lea-Lea
1 Pemeliharaan dan pengembangan Pantai Kamali
2 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Pendidikan dan
Perkantoran di Jalan Muh. Husni Thamrin
3 Pengembangan Pusat Perdagangan Wolio Wuna
4 Revitalisasi Kawasan Pasar Laelangi
5 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa di
Jalan Wolter Monginsidi, Jl. Bakti ABRI, Jl. Sultan Hasanuddin
6 Pengembangan Kawasan Permukiman (Perumahan/BTN)
7 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Pendidikan di Jl.Betoambari
8 Pengembangan peran dan fungsi Kawasan PPI Wameo
9 Revitalisasi Kawasan Pantai Lakeba
10 Revitalisasi Kawasan Pantai Nirwana
11 Revitalisasi Kawasan Pantai Kokalukuna
12 Revitalisasi Pasar Wameo
13 Peremajaan dan pengembang-an Kawasan Perdagangan dan Jasa di
Jalan Betoambari
14 Pengembangan Kawasan Palagimata sebagai Kawasan Permukiman,
Pelayanan Umum, dan Perkantoran.

Lokasi

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2020

BWK I
BWK II
BWK III
BWK IV
BWK V
BWK VI
BWK VII
Kecamatan Murhum
Kecamatan Betoambari
Kelurahan Sukanayo dan Liwuto
Kecamatan Murhum dan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kec. Betoambari, Wolio, Kokalukuna
Kecamatan Murhum
Kecamatan Murhum
Kecamatan Betoambari
Kecamatan Betoambari
Kecamatan Kokalukuna
Kecamatan Murhum
Kecamatan Murhum
Kecamatan Betoambari

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

No

II
II.1
II.1.1

Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program

Rencana Jaringan Transportasi


Jaringan Transportasi Darat
Jaringan Jalan

II.1.2 Terminal

II.2 Jaringan Transportasi Laut


II.2.1 Pelabuhan/Dermaga dan
Pergudangan

II.2.2 Jembatan ke Pulau Makasar

II.2.3 Jembatan Pulau Buton ke Pulau


Muna

II.3

Jaringan Transportasi Udara

III

Rencana Jaringan Energi

IV

Rencana Jaringan

Lokasi

II- 96

15 Revitalisasi Permandian Alam Bungi


16 Pengembangan Program Pembangunan Wilayah Terpadu BUSO

Kecamatan Bungi
Kecamatan Bungi dan Sorawolio

1 Peningkatan Konstruksi dan Pembangunan Jalan Ring Road


Betoambari Sorawolio Bungi Kota Baubau
2 Peningkatan konstruksi Jaringan Jalan Kota Baubau
3 Pembangunan Jalan bypass Liabuku Lowu-Lowu
1 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kec.Kapontori
2 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kec.Pasarwajo
3 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kecamatan Batauga
4 Peningkatan Jumlah Armada Angkutan Umum baik Angkutan Barang
maupun Orang
5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Angkutan Umum
6 Pengelolaan Sistem Perparkiran baik On Street maupun Off Street

Kecamatan Betoambari, Murhum,


Wolio,Sorawolio, dan Bungi
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Kokalukuna
Kecamatan Kokalukuna
Kecamatan Betoambari
Seluruh Kecamatan

1 Pengembangan Sarana dan Prasarana Kepelabuhanan Pelabuhan


Murhum Kota Baubau
2 Pengembangan Sarana dan Prasarana Kepelabuhanan Dermaga
Kapal Ferry
3 Pembangunan Kawasan Pelabuhan dan Pergudangan di Warumusio
4 Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Pelabuhan-Pelabuhan di
Kota Baubau
1 Pengembangan sarana dan prasarana penunjang jembatan yang
menhubungkan daratan Kota Baubau dengan Pulau Makasar
2 Penataan pengendalian kawasan disekitar jembatan tersebut untuk
menghindari perkembangan ruang akibat munculnya fasilitas baru
tersebut
1 Pengembangan sarana dan prasarana penunjang jembatan yang
menghubungkan dua pulau besar di Sulawesi Tenggara tersebut.
2 Pengendalian ruang di sekitar jembatan tersebut dengan suatu
perencanaan ruang berdasarkan kajian (studi) tertentu agar ruang di
sekitar kawasan jembatan tetap seimbang
3 Pengembangan Sarana dan Prasarana yang Mendukung Aktivitas
Kebandaraan di Bandara Betoambari
4 Perluasan Landasan Pacu Bandara Betoambari
5 Pengendalian Pembangunan KKOP Bandara Betoambari
1 Peningkatan Sarana dan Prasarana Jaringan Listrik oleh karena
meningkatnya target pelayanan
2 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Fasilitas Penerangan Jalan
1 Peningkatan Sarana dan Prasarana Jaringan Telekomunikasi

Kecamatan Wolio

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2020

Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan

Kecamatan Wolio
Kecamatan Kokalukuna
Kecamatan Betoambari, Murhum,
Wolio, dan Lea-Lea

Kecamatan Betoambari
Kecamatan Betoambari
Kecamatan Betoambari
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

No

Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program


Telekomunikasi

Rencana Jaringan Prasarana


Sumber Daya Air Kota

VI
VI.1

Rencana Infrastruktur Kota


Sistem Penyediaan Air Minum

VI.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah


Kota

VI.3 Sistem Persampahan Kota


VI.4 Sistem Drainase Kota

VI.5 Jaringan Jalan Pejalan Kaki


VI.6 Jalur Evakuasi Bencana

Lokasi

II- 97

2 Pemeliharaan Mutu Sentra Telepon yang Melayani kebutuhan


sambungan dan jaringan telepon
3 Penambahan dan Pemeliharaan Fasilitas Telekomunikasi Rumah Kabel
4 Peningkatan Kualitas dan Jumlah Titik Telepon Umum
1 Optimalisasi pemanfaatan jaringan sumber daya air sebagai sumber
baku penyedia air bersih bagi masyarakat.
2 Peningkatan efektifitas pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai upaya terintegrasi pengendalian banjir.

Kecamatan Wolio

1 Peningkatan Kualitas Pipa Distribusi Air Minum


2 Peningkatan dan Pemeliharaan Sistem Pengolahan Air Bersih yang
dilengkapi dengan reservoir
1 Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
2 Pengembangan Sistem Penggunaan Tangki Septik yang Ada Di TiapTiap Rumah dengan Lebih Meningkatkan Kuantitas dan Kualitasnya
3 Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan
menguras lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh
4 Pemantauan Pengelolaan Air Limbah Domestik, serta Kualitas dan
Kuantitas Badan-Badan Air yang Ada di Perkotaan.
1 Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan secara Terpadu
antara Pemerintah dan Masyarakat.
2 Pengembangan Sarana dan Prasana Persampahan seperti TPS TPA
1 Peningkatan Mutu Sistem Drainase Seluruh Kota Baubau
2 Pengembangan Sistem Jaring-an Drainase Kota yang Berhirarki dan
Terpadu sesuai Fungsinya
3 Normalisasi dan Rehabilitasi Saluran Pembuangan dan Sungai-Sungai
4 Pengembangan kanal-kanal terbuka sebagai sistem jaring-an drainase
primer (utama)
5 Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder
6 Pembuatan sistem saluran drainase tersier
7 Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang tinggal di
sekitar daerah aliran sungai
8 Pembuatan waduk atau catchment area baru pada daerah-daerah
yang mempunyai cekungan (lembah) cukup luas sebagai penampung
limpasan air hujan di wilayah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai
sumber air baku
Peningkatan kualitas prasarana pejalan kaki di seluruh trotoar
1 Peningkatan mutu sarana dan prasarana terkait jalur evakuasi
bencana dan tujuan evekuasi di Kawasan Palagimata dan Palatiga
2 Peningkatan Kualitas Hidran Kebakaran

Seluruh Kecamatan
Kecamatan Murhum, tan Kokalukuna,
Lea-Lea
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2020

Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan

Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Sungai Baubau dam Sungai Bungi
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Murhum, =Wolio, = Bungi,
dan Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Betoambari, Murhum,
Kecamatan Wolio, Kecamatan
Kokalukuna, Kecamatan Bungi,
Kecamatan Lea-Lea
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Murhum, Betoambari, dan
Wolio
Seluruh Kecamatan

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2010-2030


RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Gambar 2.17
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Baubau

II- 98

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2010-2030


RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 99

Dalam penataan ruang kota, masing-masing satuan sistem palayanan memiliki


kedudukan yang penting sebagai dasar perencanaan yang lebih detail. Satuan berupa
Bagian Wilayah Kota (BWK) dikelompokkan sesuai kesamaan fungsi, adanya pusat
tersendiri, kedekatan aksesbilitas, dan batasan-batasan baik fisik maupun administrasi.
Pengembangan tata ruang Kota Baubau ditempuh dengan dua pendekatan.

Pendekatan pertama mendorong pertumbuhan kota melalui pengembangan kegiatan


yang diarahkan sedemikian rupa untuk menciptakan jenjang dan skala pelayanan yang
jelas serta mengedepankan pemerataan antar kecamatan dan antar Bagian Wilayah
Kota (BWK).
Pada Rencana Pola Ruang Kota Baubau diatur arahan pemanfaatan ruang Kota
menurut jenis penggunaannya, yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni Kawasan
Lindung dan Kawasan Budidaya., indikasi program penguang selama periode yang
selaras dengan tahun perencanaan RPJMD ini yakni periode 2010-2015 dan 2016-2020
diuraikan pada tabel 2.90, sedangkan rencana spasial dari pola ruang tersebut
ditunjukkan pada gambar 2.17 berikut ini:
Gambar 2.17
Peta Rencana Pola Ruang Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau, 2010-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 100

Tabel. 2.93

Hasil Telaahan Pola RuangKota Baubau


No
I

Rencana
Pola Ruang
Rencana Kawasan
Lindung
Perwujudan Kawasan
Lindung

Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program


1
2
3
4

Lokasi

Menyusun standarisasi dan kriteria teknis penataan ruang kawasan lindung


Penetapan dan pemetaan kawasan-kawasan yang berfungsi lindung
Sosialisasi kawasan yang berfungsi lindung
Penerapan instrumen insentif dan disinsentif dalam upaya pelestarian
kawasan lindung
5 Pengamanan dan rehabilisasi kawasan tangkapan air dan sempadan
sungai dan pantai

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010

Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau

Kecamatan dan kelurahan yang menjadi


lokasi kawasan tangkapan air dan
sempadan sungai dan pantai
6 Mempertahankan dan mendaya gunakan bantaran sungai yang berfungsi Kecamatan dan kelurahan yang menjadi
sebagai saluran drainase primer dan sekunder
lokasi kawasan bantaran sungai yang
berfungsi sebagai saluran drainase primer
dan sekunder
7 Penyusunan rencana pengelo-laan kawasan penyangga daerah tangkapan Kecamatan Bungi dan Lea-Lea.
Sungai Bungi
8 Pembuatan tapal batas kawa-san lindung/konservasi utama-nya
Kecamatan Bugi dan kecamatan Leasempadan sungai dan zona kawasan konservasi Teluk Lea-Lea
Lea
II
II.1

Rencana Kawasan
Budi Daya
Perumahan

Rencana Penanganan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman

a Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Tinggi


b Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Sedang

c Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Rendah

Pengendalian Pertumbuhan Permukiman

Kec. Wolio : Bataraguru, Tomba, Wale.


Kec. Murhum : Wameo, Nganganaumala
Kec. Wolio (Batulo, Kadolokatapi), Kec.
Murhum (Baadia, Melai, Bone-Bone,
Kaobula, Lanto), Kec. Betoambari
(Sulaa, Waborobo,Katobengke,
Labalawa), Kec.Bungi ( Liabuku,
Waliabuku, NgkariNgkari) Kec. Lea-Lea :
Kalia-lia, Kampeonaho, Palabusa), Kec.
Sorawolio ( Kaisabu Baru, Gonda Baru,
Karya Baru, Bugi), Kec. Kokalukuna
(Waruruma, Liwuto,Sukanaeyo)
Kec. Wolio ( Wangkanapi, BWI), Kec.
Murhum ( Wajo, Lamangga, Tarafu
Tanganapada), Kec. Betoambari (Lipu),
Kec. Lea-Lea ( Lowu-Lowu, Kolese),
Kec.Kokalukuna ( Kadolomoko, Kadolo,
Lakologou)
1. Permukiman nelayan, sepanjang daerah
aliran sungai dan pesisir pantai
2. Permukiman Pusat Kota / CBD, yang

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

No

Rencana
Pola Ruang

Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program

3 Penataan Permukiman

Lokasi

1.
2.
3.
4.

4 Pengembangan Permukiman Baru


a. Permukiman Kepadatan Rendah
b. Permukiman Kepadatan Sedang

II.2

II.3

II.4

II.5

c. Pembangunan Rumah Susun dan Rumah Susun Sewa


5 Pengembangan Permukiman Pedesaan
Perdagangan dan Jasa 1 Revitalisasi kawasan perdagangan dan jasa
2 Pengembangan pusat perdagangan dan jasa di tiap pusat BWK

Perkantoran

Industri

Pariwisata

3 Pengembangan pusat perdagangan dan jasa di tiap pusat kelurahan


1 Revitalisasi kawasan perkantoran pemerintah dan swasta skala pelayanan
kota
2 Pengembangan pusat perkantoran pemerintah dan swasta skala
pelayanan BWK
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6

Kajian pengembangan dan penerapan konsep cluster industry


Kajian pengembangan kawasan industry
Pengembangan agro industry
Pengembangan industri unggulan
Pembangunan kawasan industry
Pengarahan dan pengawasan fungsi lahan untuk kegiatan industri sesuai
dengan karakteristik industri
Studi industri pengolahan pertanian dan penunjang pariwisata
Pembinaan industri kecil dan kerajinan/rumah tangga
Pengembangan wisata sejarah pada Malige yang disertai dengan atraksi
budaya (tangible dan intangible)
Pengembangan Poaro menjadi lebih atraktif (disertai ritual)
Pengembangan Wisata Terpadu (dipaketkan dengan objek wisata lain)
Pengembangan wisata kuliner malam hari
Pengoptimalan keberadaan hotel dan rumah makan yang ada
Pengembangan sistem informasi, guiding, Tour and Travel, serta torist
information yg mencakup keseluruhan daerah tujuan wisata di Baubau

II- 101

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010

tidak teratur / tidak mengikuti


perencanaan kota
Permukiman berkebun di Kecamatan
Wolio dan sebagian Kecamatan Bungi
Permukiman nelayan sepanjang sungai
Perumahan di daerah tepi laut
Permukiman developer/ real estate
Kecamatan Kokalukuna, Bungi,Lea-Lea.
Pada kawasan transisi dan pinggiran
kota di daerah atas Kecamatan Wolio
dan sebagian wilayah Bungi.
Kecamatan Murhum dan Kec. Wolio
Seluruh kecamatan
Kota Mara.
Kelurahan Wale, Wameo, Katobengke,
Liabuku, Waruruma, Kaisabu, LowuLowu/ Kolese.
Tiap pusat kelurahan
Kecamatan Murhum, Kecamatan Wolio
Kelurahan Wale, Wameo, Katobengke,
Waruruma, Liabuku, Kaisabu, dan LowuLowu/ Kolese.
Kota Baubau
Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Lea-Lea
Kota Baubau
Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Kokalukuna, Murhum, dan
Sorawolio
Kota Baubau
Kota Baubau

Kota Lama, Malige, Pelabuhan Murhum,


Pantai Kalimali, Batu Poaro

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

No

Rencana
Pola Ruang

Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program


dan sekitarnya
7 Penyediaan fasiltas money changer, ATM, Internet
8 Peningkatan pelayanan bagi wisatawan dengan mengadakan wisata
kuliner malam hari
9 Pengembangan jalur dan moda transportasi ke objek wisata yang lain
yang berada di luar kota Baubau
10 Pembagian zona terhadap objek wisata. Zona inti dan zona
pengembangan.
11 Pengembangan wisata sejarah mendukung atraksi budaya
12 Pengembangan platform pandang panorama Kota Baubau
13 Pemanfaatan rute kunjungan benteng (Green and Trail Map)
14 Pengembangan fasilitas seperti lahan parkir, gerai cinderamata, kantin,
gasebo, rambu petunjuk, peta objek
15 Pengembangan sistem informasi, optimalisasi Trail dan Gren Map, tour and
travel, serta tourist information
16 Pengembangan jalur dan Moda transportasi dari Benteng Wolio ke
Benteng Sorowolio.
17 Pengembangan jalur dan moda transportasi ke objek wisata yang lain
yang berada luar Kota Baubau
18 Pengembangan fasilitas tambahan memanfaatkan lahan terbuka yang
berada dalam kawasan Benteng
19 Pengembangan fasilitas tetap memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian
20 Pengembangan kawasan wisata bahari dengan basis pantai
21 Pengembangan kawasan untuk kegiatan olah raga pantai
22 Pengembangan Kelurahan Sulaa untuk enjadi penunjang Wisata Budaya
dalam KPP ini
23 Pembangunan fasilitas dasar berupa parkir,dll
24 Penyediaan perlengkapan outdoor sport
25 Pengadaan tourism information
26 Penyediaan moda transportasi dari Baubau menuju Lakeba
27 Pengembangan Moda Transportasi antar objek (Lakeba Sulaa
Lakasa Nirwana)
28 Pengembangan kawasan wisata merujuk pada pembagian zona wilayah
29 Pengembangan Kawasan Bungi sebagai objek wisata alam dengan
kegiatan outdoor yang bersifat petualangan
30 Pengembangan kawasan untuk tujuan wisatawan minat khusus.
31 Pengembangan air terjun yang berbasis pada ekologi hutan
32 Pembangunan fasilitas berupa toilet, kantin, gazebo, cinderamata, lahan
parker
33 Penyediaan perlengkapan outdoor sport.
34 Pengadaan tourism information yang menyediakan peta wisata, display,

Lokasi

II- 102

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010

Benteng Wolio, Museum dan Benteng


Sorawolio

Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Desa


Sulaa, Gua Lakasa

Pemandian Bungi, Ekowisata, Tirta


Rimba, Hutan Lindung Wakonti, Pantai
Kokalokuna

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

No

Rencana
Pola Ruang

II.6

Ruang Terbuka Non


Hijau

II.7

Peruntukan Lainnya

Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program

Lokasi

II- 103

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010

panduan wisata dll


35 Pembuatan jalur trekking yang dilengkapi rambu rambu penunjuk jalan
dan tetap memperhatikan keserasian lingkungan
36 Penyediaan moda transportasi antar objek (Pemandian Bungi Wakonti)
37 Pengembangan kawasan wisata merujuk pada pembagian zona wilayah
38 Pengembangan Samparona sebagai objek wisata alam dengan kegiatan
wisata outdoor yang bersifat petualangan
39 Pengembangan kawasan tujuan wisatawan minat khusus
40 Pengembangan air terjun yang berbasis pada ekologi hutan
41 Fasiltas pendukung mencakup tourist information, jalur trekking
dilengkapi rampu petunjuk arah, area terbuka dan fasilitas parkir, peta
objek wisata.
42 Fasilitas penyewaan alat outdoor
Air Terjun Samparona dan Kantongara
43 Platform pandang, camping ground dan penyediaan air bersih dan fasilitas
parkirbagi pengunjung
44 Pengembangan jalur trekking dari Kelurahan Kaisabu baru menuju objek
dengan jalur terencana serta memperhatikan konsep pelestarian alam.
45 Menambah moda transportasi ke objek lain terdekat.
46 Pembuatan zona yakni. Zona inti meliputi kawasan air terjun, hutan dan
jalur trekking, Zona Pengembangan berada di permukiman
47 Pengembangan fasilitas seperti tourist information, parkir dan penyewaan
alat outdoor ditempatkan dizona pengembangan
48 Perkembangan Perkampungan Nelayan sebagai objek wisata dengan
mempertahankan model pemutakhiran, arsitektur bangunan serta cara
hidup nelayan tradisional
49 Pengembangan kawasan Pantai Pulau Makassar sebagai objek wisata
bahari
50 Pengembangan untuk arena olahraga air
51 Fasiltas Pendukung
Kampung Nelayan dan Pantai Pulau
52 Tempat penyewaan perlengkapan olahraga air dan memancing.
Makassar
53 Penetapan manajemen untuk arena olahraga air.
54 Pengembangan jalur transportasi laut ke Pulau Makassar, baik dari kota
Baubau maupun dari Bungi
55 Pembuatan pelabuhan untuk kapal kecil di Baubau, Bungi &Pulau
Makassar
56 Manajemen Tata Ruang dibagi menjadi dua zona yakni zona inti dan zona
pengembangan
1 Inventarisasi rinci sediaan Ruang Terbuka Non Hijau.
Kota Baubau
2 Perumusan program pemeliharaan Ruang Terbuka Non Hijau
Kota Baubau
3 Pemeliharan Ruang Terbuka Non Hijau.
Kota Baubau

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Rencana
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program
Pola Ruang
II.7.1 Ruang Untuk Evakuasi 1 Penyediaan rambu, marka dan fasilitas dan prasarana evakuasi bencana.
Bencan
2 Sosialisasi pelaksanaan evakuasi bencana secara berkala.
II.7.2 Pertanian
1 Pengembangan komoditi perkebunan, peremajaan dan rehab. tanaman.
Perkebunan
2 Peningkatan produksi ternak untuk kebutuhan domestic
3 Pengembangan sentra budidaya perikanan laut
4 Pengembangan sentra budidaya perikanan air tawar
5 Rehabilitasi dan konservasi sumber daya pesisir dan laut.
6 Pengembangan sentra-sentra produksi komoditas pertanian dan
perkebunan
7 Pengembangan kemampuan pertanian melalui pelaksanaan diklat bagi
aparat dan petani
8 Pembangunan infrastruktur penunjang upaya pengem-bangan teknologi
inseminasi buatan
9 Pengembangan pelabuhan perikanan/TPI/PPI
10 Pembangunan balai benih
11 Pemetaan & pemantapan lahan sawah beririgasi teknis& lahan produktif
lainnya
II.7.3 Pertambangan
1 Inventarisasi daerah yang berpotensi untuk usaha pertambangan dan
berada pada kawasan hutan lindung.
2 Rehabilitasi lahan pasca tambang.
3 Penetapan aturan zonasi penambangan rakyat yang diijinkan agar tidak
menimbulkan dampak lingkungan.
II.7.4 Peruntukan
1 Pendidikan
Pelayanan Umum
a Peningkatan kualitas pendidikan
b Perencanaan pembangunan perguruan tinggi (politeknik)
c Perencanaan pembangun-an pusat pendidikan tinggi
d Pembangunan pusat penelitian perikanan dan kelautan
2 Kesehatan
a Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
b Perencanaan penambahan fasilitas kesehatan skala kota
3 Peribadatan
a Peningkatan kualitas fisik tempat peribadatan
b Perencanaan penambahan fasilitas peribadatan skala kota
4 Perdagangan dan Niaga
a Pengembangan fasilitas pasar tradisional-modern
b Pengaturan bangunan Ruko Ruko
c Penataan pasar ikan
d Perencanaan lokasi untuk pedagang Kaki Lima
No

Lokasi

II- 104

Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010

Kecamatan Murhum dan Wolio


Kecamatan Murhum dan Wolio
Kecamatan Betoambari, Bungi,
Kokalukuna, Lea-lea, Murhum dan Wolio
Kota Baubau
Kec. Betoambari, Kokalukuna, Lea-Lea
Kota Baubau
Kec. Betoambari, Kokalukuna , Lea-Lea
Kecamatan Betoambari, Bungi,
Kokalukuna, Lea-lea, Murhum dan Wolio
Kota Baubau
Kota Baubau
Kec. Betoambari, Kokalukuna, Lea-Lea
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kec. Betoambari, Kokalukuna, Lea-Lea
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kec Betoambari, Kokalukuna Lea-Lea
Kota Baubau

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2010-2030,


RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 105

B. Pembangunan Pemukiman dan Penataan Bangunan


Pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau cenderung terpusat
di Kecamatan Wolio dan Betoambari. Kendala dalam pengembangan
perumahan di Kota Baubau adalah kondisi kemiringan lahan dan penyediaan air
bersih mengingat sumber air bersih yang sangat terbatas semenetara sumber air
baku masih memenihi. Disamping itu kedekatan dengan pusat pelayanan
merupakan faktor tambahan yang penting. Umumnya rumah-rumah yang ada
mayoritas diusahakan sendiri oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan sebaran
permukiman cenderung tidak teratur dan terkonsentrasi pada satu wilayah
tertentu. Kondisi teraktual saat ini, Pemerintah Kota Baubau mulai mengadakan
peremajaan dan penataan kembali permukiman. Upaya ini diwujudkan dalam
arahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dalam
bentuk Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba).
Dengan stimulasi yang tepat, saat ini pembangunan perumahan oleh developer
swasta telah berkembang dengan pesat di Kota Baubau
Jumlah total bangunan rumah di Kota Baubau tahun 2005 sebanyak 19.918
unit. Jumlah tersebut berada pada kawasan-kawasan perumahan/permukiman,
yang dibedakan berdasarkan klasifikasi: Kawasan permukiman teratur dan
terencana, Kawasan permukiman teratur dan tidak terencana, serta Kawasan
permukiman tidak teratur dan tidak terencana.Berdasarkan peningkatan jumlah
penduduk sampai tahun 2012 maka kebutuhan rumah mencapai 7.256 unit
rumah. Total lahan yang dibutuhkan untuk perumahan mencapai 138,33 Ha.
Dengan

memperhitungkan

penyediaan

fasilitas

lingkungan

maka

pengembangan kawasan perumahan dilakukan minimal 197,61 Ha.Untuk itu


dalam rencana pemanfaatan ruang ini kegiatan perumahan termasuk
perumahan yang telah ada dialokasikan seluas 1.150,05 Ha yang tersebar
terutama di BWK III, IV, dan V. Ketiga BWK ini menjadi konsentrasi pelimpahan
persebaran penduduk.
Beberapa keberhasilan pembangunan di Kota Baubau dalam Urusan
Perumahan Rakyat

yang pedanaannya berasal dari APBD Kota, Provinsi

maupun APBN antara lain adalah sebagai berikut. Pertama pembangunan


perumahan eksodus dan stimulasi pembangunan perumahan kurang mampu,

Kedua, pembangunan Rusunawa Asrama Mahasiswa di Kelurahan Lipu


Kecamatan Betoambari. dan Ketiga, pembangunan Rusunawa bagi masyarakat

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

yang berpenghasilan rendah di Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum. Di tahun

II- 106

2010-2012 yang pendanaannya berasal dari APBD Kota, Propinsi dan APBN
antara lain adalah Pertama Pembangunan NSD di Palagimata, Kedua
Pembangunan Rusunawa MBR di kelurahan Tarafu.
Terkait penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Baubau, sebagaimana
diuraikan pada Rencana Pembangunan Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
tahun 2013-2017, Kepadatan bangunan tertinggi terdapat di sepanjang jalan Jl. Yos
Sudarso dan RA Kartini sebagai Kawasan Pusat Kegiatan. Karena tingginya nilai lahan
dan intensitas kegiatan di kawasan tersebut (sebagai kawasan komersial), maka KDB
minimal yang diharuskan adalah 80%, sedangkan KDB maksimal yang diijinkan
mencapai 90%.Selanjutnya KDB untuk kawasan perdagangan eceran di BWK I dan
BWK II ditetapkan antara 60% hingga 80%. Untuk kawasan industri KDB mencapai
40-60% demikian pula kawasan komersial pada pusat pelayanan jenjang kedua.
Khusus pengaturan KDB di kawasan perumahan terbagi menjadi tiga, yaitu
intensitas tinggi (KDB 60%-80%), intensitas sedang (KDB 40%-60%) dan intensitas
rendah (KDB >40%). Perumahan yang termasuk dalam kategori intensitas tinggi
adalah perumahan dengan kepadatan penduduk diatas 80 jiwa/Ha yaitu
perumahan di BWK II. Demikian pula perumahan satu lapis sepanjang jalan
arteri. Perumahan kategori intensitas sedang antara lain perumahan di
Waruruma dan Bukit Wolio Indah. Sisanya perumahan dianggap sebagai
perumahan intensitas rendah dan diatur dengan KDB maksimal 40%.
C. Penanganan Limbah Perkotaan
Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kota Baubau dibedakan menjadi
air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang
berasal dari kegiatan domestik lebih besar dari kegiatan industri namun
demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi
pada umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi, termasuk
didalamnya kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit.
Tabel 2.94
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Kota Baubau Tahun 2012
Prasarana/Sarana

Jumlah

Kapasitas
(Volume)
4000
100 Ton

Pengelola

Truk Tinja
1
Dinas Kebersihan
IPLT
1
IPAL
1
Dinas Kebersihan
Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamaman, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kota Baubau,2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Salah satu program berbasis masyarakat dalam penangan limbah


masyarakat perkotaan

II- 107

adalah kegiatan pembangunan sanitasi masyarakat

(SANIMAS). Sasaran SANIMAS adalah wilayah perkotaan dengan kepadatan


tinggi/kumuh/miskin yang belum mempunyai sarana sanitasi yang layak dan
memenuhi kualitas standar, pelaksanaan program ini di Kota Baubau diuraikan
pada tabel 2.94 berikut ini:
Tabel 2.95
Sarana SANIMAS Kota Baubau
Tahun
2006
2007
2008
2010
2011

Sarana Sanitasi
3 MCK-Plus
MCK
IPAL
3 IPAL dan MCK
Plus
2 MCK-Plus
2 MCK-Plus
3 ipal komunal
MCK-Plus

2012

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2012

Lokasi
Kelurahan Tomba, Bataraguru dan Nganganaumala
Kelurahan Bataraguru
Kelurahan Kaobula
Kelurahan Kadolokatapi, Tarafu dan Nganganaumala
Kelurahan Lamangga dan Wameo
Pesantren al Amanah Kelurahan Liabuku dan Panti
asuhan al Muslimin di kelurahan Bone bone
Kelurahan Sulaa, Waborobo dan Bone bone
kelurahan lakologou

Pengelolaan air limbah saat ini dilakukan pada taraf yang efektif. Namun
demikian, kinerja dari setiap tahapan kegiatan dan pelaksana kegiatan harus
tetap ditingkatkan untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan. Pelayanan
air limbah di Kota Baubau melalui sarana dan prasarana seperti jamban
keluarga dan jamban umum yang berada ditempat-tempat umum seperti pasar,
terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Saat ini, penduduk Kota Baubau
membuang air limbahnya keberbagai macam saluran pembuangan yang ada.
Sebagian ada yang membuangnya langsung kesungai/kali dan sebagian lagi ada
yang membuang ke saluran drainase dan yang sudah tersedia salurannya
membuang

kesaluran

riool kota, disamping itu sebagian masyarakat

membuangnya ke septic tank pribadi.


Tabel 2.96
Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistim On-SiteTahun 2012 Kota Baubau
Jumlah PS Sanitasi Sistim On-Site
Kecamatan

Pengumpulan
Pengolahan
Jamban
Septik tank
MCK (%) Lain-Lain
Cubluk (%)
Keluarga (%)
(%)

79,5
15,5
5
86,13
8,18
5,69
95,35
3,57
1,08
73,33
17,5
9,17
65
14,5
20,5
62,5
15,62
21,88
70
23
7
Sumber Data : Hasil Studi EHRA Kota BauBau tahun 2012

Betoambari
Murhum- Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Bungi
Sorawolio
Lea-Lea

57
87,27
95
82,08
34
56,87
85,5

20
2,5
1,42
6,66
39
21,87
2,5

Lain-Lain

23
10,23
3,58
11,26
27
21,26
12

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 108

D. Penanganan Persampahan

Pengelolaan sampah dengan sistem kota merupakan sebagian lingkup


pekerjaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dimana kegiatannya meliputi
pengumpulan (jalan dan daerah komersil), pengangkutan dan pengelolaan
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.Pengelolaan sampah di Kota Baubau
dilakukan dengan dua tahapan kegiatan antara lain (1) Sistem pengumpulan
dan pengangkutan, (2) Sistem pembuangan.Di tahun 2011 2012 lokasi TPA Kota
Baubau berada di Kelurahan Kadolokatapi dengan kapasitas daya tampung
480.000 ton. Dengan tingkat produksi rata-rata 186m3.
Tabel 2.97
Kondisi Pelayanan Persampahan Kota Baubau Tahun 2012
NO
1
2
3

4.
5.
6.
7.
8.

SARANA/FASILITAS
Volume Produksi Sampah Setiap Hari
Volume Sampah Terangkut
Armada Sampah
- Mobil Sampah
- Tempat Pembuangan Sampah Sementara
- Tempat Pembuangan Sampah Akhir
- Doser
Jumlah Tenaga Pengelola Sampah
Kapasitas Tampung TPA
Kapasitas Tampung TPS
Rumah Tangga
Kapasitas Mobil Angkut

VOLUME
135,78 m
73 % = 186 m
15 Unit
164 Unit
1 Unit
1 Unit
114 Orang
480.000 m3
3 m
5 100 Kg
7 m

Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Baubau, 2012

Tabel 2.98
Sumber dan Produksi Sampah di Kota Baubau Tahun 2007-2011
Tahun

Produksi Sampah (m3)


Rumah

Pasar

Kantor

Jalan

Toko

Total

2007

232,016

11,601

116

2,320

2,320

248,373

2008

245,696

12,285

123

2,456

2,456

263,016

2009

260,184

13,009

130

2,602

2,602

278,527

2010

275,526

13,776

138

2,755

2,755

294,950

2011

291,774

14,589

146

2,918

2,918

312,345

Sumber: RPIJM Kota Baubau 2013-2017

E. Sistem Jaringan Drainase

Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam penanggulangan


permasalahan genangan dan banjir di Kota Baubau. Permasalahan genangan
dan banjir berada pada kawasan kota yang mempunyai intensitas kawasan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota.

II- 109

Kondisi topografi yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar


pengembangan sistem drainase yang terintegrasi.Saluran drainase berjenjang
mulai dari saluran primer berupa saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder
sebagai saluran pengumpul sebelum menuju sungai dan terakhir tersier yang
langsung

terkait

dengan

daerah

tangkapan

(Cathment

Area).

Misi

pengembangan drainase tidak hanya membuang air larian secepat-cepatnya


tetapi lebih penting dari itu adalah membuang air dalam waktu yang tepat
sesuai dengan kapasitas saluran.
Tabel 2.99
Jaringan Drainase Kota Baubau Tahun 2012
Jenis Saluran
Sekunder
78 ruas
86
Sungai Baubau
36.572 m
Sumber: BAPPEDA Kota Baubau,diolah, 2012
Jumlah Ruas
Jalan Berdrainase

Primer

Tersier
8 ruas
2.480 m

Panjang Saluran
39.052 m

F. Sistem Jaringan Air Bersih

Secara umum Kota Bau Bau memenuhi kebutuhan air minumnya dari 3
(tiga) jenis sumber yaitu : (a) Sistim

Perpipaan dan Non Perpipaan yang

dikelolaoleh PDAM dan Masyarakat, (b) Air permukaan, Sungai Bau Bau dan
beberapa sungai-sungai kecil, serta (c) Air tanah, terutama melalui sumur
dangkal. Secara umum sistim penyediaan air minum Kota Baubau sesuai dengan
kondisi topografi dibagi dalam 7 (tujuh) Zona wilayah pelayanan dan 2 (dua)
wilayah pelayanan khusus, sebagaimana diuraikan pada tabel 2.99.
Pemakaian air perhari setiap SR untuk domestik 960.300 liter dengan
pemakaian perorang setiap hari rata-rata 90 liter/orang/hari sedangkan untuk
non domestik sangat tinggi hal ini dipengaruhi oleh pelayanan pelabuhan yang
rata-rata perbulan 9.800 m3 atau 350.000 liter/hari. Berdasarkan data PDAM
Kota Baubau tingkat kebocoran rata-rata 25 30 % perbulan dengan waktu
pelayanan untuk pelabuhan 24 jam sedangkan untuk domestic 10 jam perhari.
Rata-rata pemakaian persambungan SR 300 liter 475 liter setiap hari
persambungan. Beberapa sumber air baku yang belum dimanfaatkan di Kota
Bau Bau yaitu :Mata Air Samparona Kapasitas sumber 120 Liter/detik, Mata Air
Ntowu-Ntolibu Kapsitas sumber 80 liter/detik, Mata Air Waruruma Kapasitas 15
liter/detik, Mata Air Waeni kapasitas 60 liter/detik, Mata Air Rumbia Kapasitas 20
liter/detik dan Air Permukaan Kali Baubau

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 110

Tabel 2.100
Pembagian Zona Pelayanan Air Minum Kota Baubau
Zona

Sumber

Wilayah
Air permukaan Sungai Baubau
Pelayanan dengan kapasitas debit 100120 l/s;
I
dan kapasitas produksi 5 l/s.
Air tanah (Mata Air Mata I dan II,
Wilayah
Mata Air Kasombu) dengan
Pelayanan
kapasitas debit 80100 l/s; dan
II
kapasitas produksi 7,5 l/s.
Wilayah
Air tanah (Mata Air Rumbia)
Pelayanan dengan kapasitas debit 10 20 l/s;
III
dan kapasitas produksi baru 5 l/s
Wilayah
Air tanah (Air Waeni) dengan total
Pelayanan
kapasitas debit 75 100 l/s; dan
IV
kapasitas produksi baru 5 l/s.
Wilayah
Air tanah (Mata Air Wamembe)
Pelayanan dengan total kapasitas debit 15
V
20 l/s; dan kapasitas produksi 7,5 l/s
Wilayah Air tanah (Mata Air Waeni) dengan
Pelayanan total kapasitas debit 60 75 l/s; dan
VI
kapasitas produksi baru 5 l/s.
Wilayah
Pelayanan
VII

Air tanah (Mata Air Bungi dan


Waruruma),total kapasitas debit
5075 l/s; kapasitas produksi 5 l/s.

Wilayah
Air tanah (Mata Air Jatuh) dengan
Pelayanan total kapasitas debit 50 75 l/s; dan
Khusus I
kapasitas produksi baru 5 l/s
Wilayah
Pelayanan
Khusus II

Distribusi air menggunakan mobil


tangki dan terminal air berupa
hidran dan penampung

Cakupan Pelayanan
PDAM Baubau

Tingkat
Layanan

Kecamatan Murhum, Batupoaro,


dan Betoambari tidak termasuk
Kelurahan Waborobo

3,45 % **

Kecamatan Wolio dan Kokalukuna


(Kelurahan Kadolomoko)

2,41 % **

Kecamatan Sorawolio

46,91%.

Kecamatan Lea-Lea dan Bungi


(sebagian wilayah Kelurahan
Palabusa, Ngkaring-Ngkaring,
Waliabuku, Liabuku)
Kecamatan Kokalukuna (Kelurahan
Liwuto dan Sukanayo) dan
Kecamatan Bungi (Kelurahan
Kalialia, Lowu-Lowu, Kolese)
Kecamatan Bungi dan Lealea(sebagian wilayah Kelurahan
Palabusa, Ngkaring-Ngkaring,
Liabuku, serta seluruh Kampeonaho)
Kecamatan Kokalukuna (Kelurahan
Waruruma dan Kelurahan
Lakologou)
Pelayanan khusus untuk Industri,
Niaga besar dan pelabuhan yang
rata-rata kebutuhan airnya setiap
hari 750 m3,

41,12%

37,16%

52,32%

61,43 %

Kelurahan Waborobo

Keterangan : ** sisanya sebagian besar terlayani oleh PDAM Kab. Buton


Sumber: PDAM Kota Baubau,

Untuk Zona pelayanan non perniagaan, Jenis jaringan yang digunakan


adalah perpipaan yaitu Pipa GI Kls Medium dia 2 sampai 6 dan non perpipaan
meliputi

Bangunan

Watertriment,

Instalasi

Pengolahan

Air

dan

Reservoir.Pendistribusian air oleh PDAM dilakukan secara grafitasi dan


pompanisasi dan tanpa pengolahan secara terpusat. Sistim perpipaan air minum
di Kota Baubau sebagian besar dikelola oleh PDAM Kota Baubau sedangkan
yang lainnya dikelola oleh masyarakat setempat, dan khusus di Kecamatan
Murum, Wolio dan Batupoaro sebagian besar masih dilayani oleh Jaringan PDAM
Kabupaten Buton.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Kondisi sistim penyediaan air minum sistim non perpipaan menganut sistim

II- 111

pendekatan sarana air minum kepada masyarakat dimana wilayah tertentu


yang sulit dijangkau dengan jaringan perpipaan dibangun Bak Penampung,
Terminal air, Hidran umum. Sarana non perpipaan tersebut dibangun untuk
menampung air yang disuplai melalui mobil tangki, perpipaan pada titik daerah
tertentu ditempatkan pada daerah yang letaknya bisa dijangkau masyarakat..
Sumber utama air minum non perpipaan untuk keperluan domestik adalah air
permukaan, air tanah dan air suplai PDAM Kota Baubau melalui mobil tangki.
Terdapat sekitar 45 55 % penduduk yang tergantung pada air permukaan dan
air tanah untuk keperluan makan dan minum. Pada table 2.109 berikut
diuraikan perkembangan volume air minum yang disalurkan pada 4 kelompok
pengguna di Kota Baubau
Tabel 2.101
Perkembangan Volume Air Minum yang Disalurkan menurut Jenis Konsumen di
Kota Baubau Tahun 2008-2011(m3)
No
1
2
3
4

Uraian
Rumah Tempat Tinggal
Hotel, Obyek Pariwisata, Toko
Perusahaan dan Industri
Badan-Badan Sosial, RS, dan Rumah
Sakit Umum
Instansi Pemerintah

5
Lainnya
Sumber : PDAM Kota Baubau, 2012

2008

2009

2010

2011

674.994

198.336

1.505.479

449.757

1.282.058

218.214

86.490

65.503

169.019

33.868

70.816

52.769

58.317

32.856

91.169

11.978

752.545

1.334.430

- 989.709

G. Sarana dan Prasarana Transportasi


Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting
untuk memperlancar roda kegiatan ekonomi. Kondisi jalan yang baik akan
memudahkan

mobilitas

penduduk

dalam

mengadakan

hubungan

perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Panjang jalan tahun 2011 di Kota
Baubau secara keseluruhan sepanjang 243,13 km, yang terdiri dari jalan beraspal
sepanjang 195,26 km (80,31%), dan Kerikil 47,84 km (19,68%). Kalau dilihat dari
kondisi jalan di Kota Baubau, kondisi jalan yang baik sepanjang 211.66 km,
sepanjang 19,25 km dalam kondisi sedang kemudian sepanjang 12,22 km dalam
kondisi rusak, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.99 dan 2.100 Sarana
angkutan darat seperti kendaraan bermotor disamping dapat digunakan oleh
masyarakat sebagai angkutan penumpang, juga dapat digunakan sebagai

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

angkutan barang, baik barang produksi pabrik maupun barang hasil produksi

II- 112

pertanian dan hasil-hasil lainnya.


Gambar 2.18
Perkembangan Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Baubau

Sumber: BAPPEDA Kota Baubau, 2012

Tabel. 2.102
Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan di Kota Baubau tahun 2008-2012
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
1
Panjang Jalan (Km)
290,953
265,749
216,53
243,13
262,31
2
Jumlah Kendaraan (unit)
12.776
14.802
20.857
21.369
25.410
Rasio 1/2
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Dinas PU Kota Baubau, 2011
Keterangan : angka 2012 merupakan angka sementara

Tabel 2.103
Perkembangan Panjang Jalan Kota Baubau
Menururt Jenis Permukaan, Kondisi dan Status Jalan Tahun 2010-2011
Keadaan

JALAN NASIONAL (KM)


2010
2011

Status Jalan
JALAN PROPINSI (KM)
2010
2011

JALAN KAB / KOTA (KM)


2010
2011

JENIS PERMUKAAN
a. Diaspal
b. Kerikil
c. Tanah

d. Tidak dirinci
Jumlah

62,076
62,076

62,076
62,076

130,787
23,663
154,45

133,206
47,844
181,05

47,96
6,076
8,04
62,076

53,5
6,076
2,5
62,076

122,264
20,597
11,589
154,45

158,16
13,17
9,72
181,05

KONDISI JALAN
a. Baik
b. Sedang
c. Rusak

d. Rusak Berat
Jumlah II

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Baubau, 2012

Tabel 2.104
Prasarana Jembatan di Kota Baubau
Nama Jembatan
Jembatan Gantung
Jembatan Tengah
Jembatan Baley

Nama Ruas
Jl.Kartini/Murhum
Jl. Bataraguru
Jl. Monginsidi

Dimensi
TotalPanjang (m)
67,6
59
31,1

Lebar( m )
11,2
9
9

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Jembatan tomba
Jembatan Air jatuh
Jembatan Jabar Rahma

Jl. Monginsidi
Jl. Anoa

II- 113

10,8

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Baubau, 2012

Sarana Transportasi yang melayani angkutan jalan di Kota Baubau pada


tahun 2011, terdaftar meliputi kendaraan bermotor diantaranya mobil
penumpang sebanyak 335 buah, mobil barang sebanyak 480 buah, mobil bus
sebanyak 1.016 buah dan sepeda motor sebanyak 19.538 buah. Pertumbuhan
yang paling signifikan terjadi pada moda transportasi sepeda motor
Tabel. 2.105
Perkembangan Jenis Kendaraan Bermotor yang Terdaftar
di Kota BaubauTahun 2008-2012
No

Uraian

2008

2009

2010

2011

2012*

Mobil Penumpang

166

187

285

335

395

Mobil Barang

576

597

605

480

511

Mobil Bus

544

783

1.013

1.016

1264

Sepeda Motor

11.480

13.235

18.954

19.538

21.275

Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Samsat Kota Baubau, 2011


Keterangan : angka 2012 merupakan angka sementara

Disamping sarana dan prasarana transportasi darat, angkutan laut merupakan


sarana perhubungan yang sangat penting dan strategis bagi Kota Baubau yang
merupakan pintu gerbang pelayaran antar pulau di wilayah Indonesia bagian
timur. Hal ini terlihat dari banyaknya kunjungan kapal di Pelabuhan Baubau
sebagaiman disajikan pada tabel 2.106 dan tabel 2.107 yang menggambarkan
lalulintas kapal laut dan Fery di Pelabuhan Baubau selama tahun 2008-2012.
Jumlah kunjungan kapal laut tahun 2011 tercatat sebanyak 8.067
kunjungan meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 8.010
kunjungan (naik 0,71%). Jumlah penumpang naik mencapai 500.100 orang, naik
sebanyak 26.166 orang. Untuk volume bongkar barang mencapai 186.725,32 ton
dan 70.450 m3 sedangkan volume muat barang sebanyak 3.486.938 ton dan
28.810 m3. Untuk penyeberangan kapal ferry selama tahun 2011 tercatat

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

sebanyak 2.609 kunjungan dengan jumlah penumpang yang naik mencapai

II- 114

135.952 orang dan turun 151.364 orang.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 115

Tabel 2.106
Perkembangan Jumlah Penumpang Melalui Dermaga dan Bandara
di Kota Baubau Tahun 2008-2012
Arus Penumpang yang Datang
dan Berangkat

Tahun
2008
2009
2010
2011
2012*

Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat

Dermaga/
Pelabuhan
(orang)
489.804
372.991
510.414
414.833
473.934
429.655
500.100
445.723
492.165
474.055

Bandara
(orang)
6.805
4.710
5.778
5.250
37.058
34.872
48.750
43.658
63.877
58.739

Jumlah
496.609
377.701
516.192
420.083
510.992
464.527
548.850
489.381
556.042
532.794

Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari, 2011

tSarana Bandar Udara yang ada di Kota Baubau yang dapat disinggahi
pesawat udara sebagai angkutan penumpang dan barang adalah Bandar
UdaraBetoambari yang dapat menghubungkan Baubau dan Makassar sebagai
pelabuhan transit. Kunjungan pesawat udara yang datang melalui Bandara
Betoambari selama tahun 2011 dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.431 kali
dengan jumlah penumpang datang sebanyak 48.750 orang dan 43.658 orang
yang berangkat. Jumlah lalulintas untuk bagasi melalui bandara Betoambari
tahun 2011 mencapai 388.532 kg bongkar dan muat sebanyak 279.774 kg
Tabel 2.107
Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Melalui Dermaga dan Bandara di
Kota BaubauTahun 2008-2012
Arus Bongkar Muat
Dermaga/
Bandara (Kg)
Jumlah
Barang
Pelabuhan (Ton)
Bongkar
186.349,31
59.930,00
246.279
2008
Muat
1.558.012,70
23.606,00
1.581.619
Bongkar
263.404,42
45.484,00
308.888
2009
Muat
1.788.097,14
35.969,00
1.824.066
Bongkar
551.126,43
256.604,00
807.730
2010
Muat
902.955,93
197.608,00
1.100.564
Bongkar
186.725,32
388.532,00
575.257
2011
Muat
486.938,48
279.774,00
766.712
Bongkar
369.113,88
486.869,00
855.983
2012*
Muat
159.410,10
366.775,00
526.185
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari , 2011
Tahun

H. Luas Wilayah Produktif


Kota Baubau dengan karakteristik wilayah yang merupakan kombinasi
antara urban (perkotaan) dan rural (pedesaan), aktivitas masyarakatnya juga
merupakan ombinasi antara dua sektor dominan, yakni Sektor Pertanian di
Kecamatan

Bungi,

Sorawolio,

kokalukuna,

dan

Lea-lea,

dan

Sektor

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Perdagangan dan jasa di Kecamatan Wolio, Murhum, Batupoaro, dan

II- 116

Betoambari. Agar mampu mewadahi berjalannya aktivitas masyarakat tersebut


maka ketersediaan ruang yang produktif dan termasuk dalam Kawasan
Budidaya mutlak diperhitungkan dalam pengembangan wilayah lebih lanjut,
sebagaimana diuraikan pada tabel 2.108 dan 2.109 berikut ini:
Tabel 2.108
Persentase Luas Wilayah Produktif Tahun 2008-2012 Kota Baubau (Ha)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
a
b
c

Uraian
Tanah Sawah
Bangunan dan Halaman
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Padang Rumput
Rawa
Tambak, Kolam, Tebat dan Empang
Lahan yg sementara tidak diusahakan
Lahan tanaman kayu-kayuan
Hutan Negara
Perkebunan
Lainnya
Luas Wilayah Produktif
Luas Seluruh Wilayah Budidaya
Rasio

2008
1.157
1.735
3.174
1.303
463
37
71
252
981
9.575
1.957
855
8.643
10.667
81,03%

2009
1.147
2.115
3.002
1.293
494
48
67
481
984
9.889
1.954
626
8.447
11.091
76,16%

2010
1.380
2.261
2.646
1.306
409
37
59
478
696
9.822
1.875
1.131
7.962
10.738
74,15%

2011
1.326
2.906
2.855
1.293
373
31
59
502
683
9.828
1.729
2.244
7.945
11.384
69,79%

2012
1.271
2.673
2.424
1.128
179
31
53
448
374
9.785
1.521
2.215
6.771
9.923
68,24%

Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012


Keterangan : angka 2012 merupakan angka sementara

447
429
45
337
-

587
20
3
-

720
475
345
-

141
454
228
-

100
303
1.025
344
1
1

1.136
318
196
215
5
15
34

90
390
256
116
2
15
24

1.326
2.906
2.855
1.293
373
31
59

200

103

199

502

300
- 5.860
107
150
14
41
789 1.920
930 2.424
84,84 79,21

212
1.742
463
332
2.256
2.692
83,80

171
971
578
55
1.235
1.839
67,16

683
9.828
1.729
2.244
7.945
11.384
69,79

1.255
244
32
718
1.165
61,63

5
182
30
11
25 1.002
612 1.722
4,08 58,19

Jumlah

Lea Lea

9
10
11
12
a
b
c

Bungi

Sorawaolio

Tanah Sawah
Bangunan dan Halaman
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Padang Rumput
Rawa
Tambak, Kolam, Tebat Empang
Lahan yang sementara tidak
diusahakan
Lahan tanaman kayu-kayuan
Hutan Negara
Perkebunan
Lainnya
Luas Wilayah Produktif
Luas Seluruh Wilayah Budidaya
Rasio (%)

Kokalukuna

1
2
3
4
5
6
7

Wolio

Uraian

Murhum

No

Betoambari

Tabel 2.109
Persentase Wilayah Produktif Tahun 2011 Menurut KecamatanKota Baubau

Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 117

I. Sarana Hotel dan Restoran


Sarana akomodasi kepariwisataan yang dapat disajikan adalah fasilitas
perhotelan dan penginapan. Tabel 2.109 memaparkan jumlah hotel/akomodasi pada
tahun 2011 yakni sebanyak 42 buah, dengan 561 jumlah kamar serta 803 buah
tempat tidur. Untuk banyaknya kamar dan tempat tidur pada hotel bintang dan
nonbintang/akomodasi lainnya yakni hotel bintang dengan kamar sebanyak 32
ruanganserta

tempat

tidur

sebanyak

56

buah.

Sementara

hotelnon

bintang/akomodasi lain mempunyai 529 kamarserta tempat tidur sebanyak 747


buah.
Jika kita melihat wisatawan mancanegara yangberkunjung ke Kota Baubau
yang menggunakan saranaakomodasi tahun 2010 sebanyak 465 orang dan
tahun2011 menjadi 221 orang atau turun sekitar 52,47 persen.Adapun ketersediaan
restoran dan rumah makan pada tahun 2011 terdata 27 buah, sedangkan Travel dan
rental kendaraan masing-masing 17 buah dan 8 buah

Tabel 2.110
Jenis dan Jumlah Penginapan dan Hotel
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012

J.

Rasio ketersediaan Prasarana Listrik dan Air Bersih


Keseluruhan kebutuhan listrik di Daerah Kota Baubau dipenuhi oleh

Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perkembangan daya terpasang listrik PLN dari
tahun ke tahun menunjukan adanya peningkatan. Demikian juga produksi listrik
dan nilai penjualan listrik mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, Sedangkan untuk jumlah pelanggan dan jumlah listrik terjual tahun
2011 mengalami penurunan. Daya terpasang tahun 2010 sebanyak 21.799.570 Kw,
sedangkan pada tahun 2011 mencapai 30.478.250 Kw atau meningkat 39,81 persen.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Jumlah pelanggan tahun 2011 sebanyak 21.187 atau menurun sebesar 9,11 persen

II- 118

dibanding tahun 2010 yang mencapai 23.308 pelanggan.

Tabel 2.111
Jumlah ProduksiListrik PLN Menurut Kecamatan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: PT. PLN Wilayah VIII Cabang Baubau


Keterangan: 1) Termasuk Kec. Batupoaro, Betoambari, Wolio, Sorawolio
2)
Termasuk Kecamatan Lea-Lea

Tabel 2.112
Jumlah Pelanggan, tenaga Listrik terjual dan
Nilai Penjualan Listrik PLN Menurut Jenis Penggunaan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: PT. PLN Wilayah VIII Cabang Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 119

2.4.2 Fokus Iklim Berinvestasi


2.4.2.1

Rencana Umum Penanaman Modal Daerah Kota Baubau

Pengembangan iklim Berinvestasi di Kota Baubau diarahkan pada


tercapainya Baubau sebagai ota Terbaik dalam Pelayanan dan Realisasi
Penanaman Modal di Propinsi Sulawesi Tenggara Rencana Umum Penanaman
Modal Daerah (RUPMD) Kota Baubau menjadi dokumen perencanaan dibidang
penanaman modal di tingkat daerah untuk mensinergikan kebijakan-kebijakan
dasar kegiatan penanaman modal. Penanaman modal diarahkan kepada
pemerataan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Kota Baubau melalui
perencanaan pengembangan wilayah dan optimalisasi potensi investasi daerah,
sehingga diharapkan mampu menjadi motor penggerak tumbuhnya sentra
industri dan aktivitas ekonomi di Kota Baubau. Oleh karena itu, Pemerintah Kota
Baubau harus menyiapkan peta investasi yang menjadi prioritas pengembangan
investasi secara komprehensif.
Kegiatan penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian Kota Baubau dan ditempatkan sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan

ekonomi,

menciptakan

lapangan

kerja,

meningkatkan

pembangunan ekonomi berkelanjutan, mendorong pembangunan ekonomi


kerakyatan serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
perekonomian yang berdaya saing. Untuk itu, lembaga penanaman modal di
Kota Baubau harus mampu menjadi inisiator, berorientasi "problem solving", dan
memfasilitasi secara proaktif, baik kepada calon penanam modal maupun
penanam modal yang sudah menjalankan usahanya di Kota Baubau.
Uraian pelaksanaan RUPMD Kota Baubau berdasarkan arah dan
kebijakan penanaman modal diuraikan sebagai berikut:
1.

Penanaman Modal yang Terencana dan Berwawasan Lingkungan


Beberapa strategi yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam arah
kebijakan penanaman modal ini, adalah: (1) Menetapkan bidang pangan,
infrastruktur, dan pelayanan jasa sebagai isu strategis dalam penyediaan dan
pengembangan kualitas dan kuantitas penanaman modal, (2) Menentukan
wilayah yang dikembangkandengan mempertimbangkan isu strategis
sebagai Fokus

Pembangunan wilayah Kota Baubau yang sejalan RUTR

Propinsi Sultra dan Nasional. (3) Sinergi dengan kebijakan dan program
pembangunan lingkungan hidup, khususnya program pengurangan emisi gas

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

rumah kaca dan pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati. (4)

II- 120

Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah


lingkungan secara lebih terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir., serta
(5) Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan daya
dukung lingkungan.
2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah&Koperasi (UMKMK)
Beberapa strategi yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam arah
kebijakan penanaman modal ini, adalah:Pemberdayaan Lembaga Usaha
Ekonomi masyarakat Desa/ Kelurahan, Penumbuhan Lingkungan Usaha
Yang Kondusif, Program Pengembangan Fasilitasi Pembiayaan, Program
Pengembangan Kewirausahaan Dan Sumber Daya Manusia UKM, Program
Pengembangan Sentra Bisnis UKM Yang Dinamis, Program Fasilitasi
Pemasaran UKM, Program Pengembangan Infrastruktur Fisik dan Ekonomi.
3. Perbaikan Iklim Investasi
Adapun strategi yang direncanakan dalam arah kebijakan penanaman
modal ini adalah:
Penguatan Kelembagaan Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman
Modal (BP3M) Kota Baubau.
Pengaturan arah kebijakan prioritas pembangunan yang dapat
menjamin peningkatan produktivitas dan inovasi secara berkelanjutan.
Pengaturan Perizinan dan Non Perizinan yang mempertimbangkan
klasifikasi

wilayah

dalam

rangka

mendorong

persebaran

dan

pemerataan Penanaman Modal.


Pengaturan

Persaingan

Usahadan

jaringan

mitra

strategis

kepenanammodalan.
Pengaturan kegiatan penanaman modal yang strategis dan berkualitas,
dengan menekankan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan
penanaman modal di sektor prioritas dan pengembangan wilayah.
4. Promosi Penanaman Modal
Arah dan kebijakan penanaman modal ini diharapkan dapat berperan
untuk memperkenalkan serta membangun image positif bagi Kota Baubau
dalam hal investasi dan penanaman modal.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 121

5. Persebaran Penanaman Modal


Arah kebijakan persebaran penanaman modal bertujuan untuk pemerataan
dan optimalisasi penanaman modal dan investasi di Kota Baubau agar
semua sektor ekonomi dapat produktif dan memberikan nilai tambah
ekonomi bagi daerah.
2.4.2.2

Angka Kriminalitas

Dalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi Investasi di Kota Baubau,


angka kriminalitas merupakan salah satu factor yang harus ditekan seoptimal
mungkin. Kriminalitas menggambarkan adanya ketimpangan kehidupan sosial di
masyarakat, sekaligus merupakan fenomena sosial yang memerlukan penanganan
yang serius. Keamanan dan ketertiban merupakan salah satu kebutuhan yang selalu
didambakan oleh masyarakat, baik dalam kehidupan beragama maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Untuk itu pemerintah dan masyarakat selalu
mengupayakan berbagai usaha guna terciptanya kehidupan yang aman dan tertib.
Gambaran tentang angka kriminalitas di Kota Baubau disajikan pada tabel 2.112
berikut ini:

Tabel 2.113
Angka Kriminalitas Tahun 2008-2011 Kota Baubau
No

Uraian

2008

2009

2010

2011

rerata

Jumlah Kasus Pembunuhan

Jumlah Kasus Aniaya Berat

18

10

10

Jumlah Kasus Pencurian Berat

134

75

21

39

67

Jumlah Kasus Pencurian dengan Kekerasan

12

Jumlah Kasus Curanmor

20

31

15

Jumlah Kasus Pasal 359 KUHP

130

33

Jumlah Kasus Pembakaran

Jumlah Kasus Perjudian

40

19

13

31

26

Jumlah Kasus Perkosaan

11

10

Jumlah Kasus Pengrusakan

18

17

19

16

11

Jumlah Kasus Tebang Liar

12

Jumlah Kasus KDRT

46

17

26

37

32

292

178

93

317

220

127.743

130.862

136.991

139.717

0,23%

0,14%

0,07%

0,23%

Jumlah Tindak Kriminal selama 1 tahun

Jumlah Penduduk

Rasio a/b

Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 122

2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia


2.4.4.1. Tenaga Kerja dan Pengangguran
Salah satu tujuan pembangunan adalah menciptakan lapangan kerja
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.Ukuran tersebut
salah satunya dapat dilihat dari banyaknya orang yang masuk dalam angkatan
kerja mendapatkan pekerjaan dan/atau menurunnya Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT).Gambaran Keadaan tenaga kerja di Kota Baubau berdasarkan
jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2011 sebanyak 90.495 orang. Dari
jumlah tersebut, terdapat 59.091 orang atau 65,30 %merupakan angkatan kerja
dan sisanya sebanyak 31.404 orang atau 34.70 persen adalah bukan angkatan
kerja. Angkatan kerja terdiri dari 55.777 orang (94,39%) adalah pekerja
sedangkan 3.314 orang atau 5.61 persen merupakan pencari kerja seperti terlihat
pada tabel 2.113
Pada tabel 2.115 terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja di Kota
Baubau pada tahun 2011 sebanyak90.495 orang, sebanyak 59.091 orang atau
65,30 persen merupakan angkatan kerja dan sisanya sebanyak 31.404 orang atau
34,70 persen adalah bukan angkatan kerja. Angkatan kerja tersebut terdiri dari
55.777 orang (94,39persen) adalah bekerja dan 3.314 orang (5,61 persen)
merupakan pencari kerja (pengangguran terbuka). Bila kita perhatikan
keadaan pengangguran terbuka 3 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang
cukup signifikan.
Tabel 2.114
Penduduk 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan di Kota Baubau
Tahun

Angkatan Kerja

2009 2010
57.210 62.115
51.929 56.451
5.281 5.664
31.481 29.613
14.089 12.621
15.649 15.020
1.743
1.972

ANGKATAN KERJA
Bekerja
Mencari pekerjaan
Bukan angkatan kerja
Sekolah
Mengurus rumah tangga
Lainnya
Penduduk umur 15 tahun ke atas
% Pekerjaan terhadap angkatan kerja
% Angkatan Kerja terhadap Penduduk 15 tahun ke Atas
(TPAK)
Sumber : Baubau dalam angka 2012

2011
59.091
55.777
3.314
3. 404
5.107
21.513
4.784

88.691

91.728 90.495

90,77

90,88

94,39

64,50

67,72

65,30

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Pada sisi lain, jumlah orang yang tidak mempunyai pekerjaan (sedang mencari

II- 123

pekerjaan) atau menganggur di Kota Baubau pada tahun 2012 diperkirakan


sebanyak 5.870 orang atau 8,76% dari jumlah angkatan kerja. Jumlah ini secara
nominal bertambah 123 orang dibanding tahun 2011 yang mempunyai angka
pengangguran sebanyak 5.746 orang dimana tingkat pengangguran mencapai
8.93%. Kecenderungan tingkat pengangguran menunjukkan tren yang semakin
menurun setiap tahunnya mengacu kepada performa pertumbuhan ekonomi
yang selalu positif.
Gambar 2.19
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Keterangan: Nilai Angka tahun 2010 s.d 2012 adalah angka sementara.
Sumber: Kota Baubau Dalam Angka Tahun 2011, diolah.

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2007-2013,


tingkat pengangguran terbuka dengan pertumbuhan ekonomi mempunyai
kecenderungan slope yang negatif dengan tingkat korelasi yang cukup kuat yang
mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin
rendah tingkat pengangguran.
2.4.4.2. Kualitas tenaga kerja
Penduduk

yang

bekerja

di

Kota

Baubau

jika

di

lihat

dari

tingkatpendidikannya terbesar adalah tamatan SLTA umumsebesar 13.417 orang


atau sekitar 24,05 persen,sementara itu SLTP kejuruan yang mempunyai
keahliankhusus

persentasenya

paling

rendah

yaitu

0,98

persenyang

mengindikasikan masih rendahnya minatbersekolah di sekolah menengah


kejuruan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.115
Rasio Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Kota Baubau Tahun 2009-2011
Uraian
Tidak Pernah Sekolah/Belum Tamat
1.
Sekolah
2.
Tamat Sekolah Dasar
3.
Tamat SLTP
4.
Tamat SMA Umum
5.
Tamat SMA Kejuruan
6.
Tamat Universitas/Akademi/Diploma
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah penduduk
Rasio Tenaga Kerja Lulusan
Universitas/Diploma/Akademi
Sumber: Baubau Dalam angka 2012, Diolah
NO

2009

2010

2011

11.165

9.642

11.566

7.192
8.099
12.596
4.524
8.353
51.929
130862

8.561
8.862
14.852
5.329
9.205
56.451
137.118

8.087
7.687
13.417
3.581
11.539
57.777
139.717

0,06

0,07

0,08

II- 124

Sedangkan Pencari Kerja yang terdaftar di Dinas Sosial, tenaga Kerja dan
Transmigrasi didominasi oleh tamatan SMU/SMK/sederajat sejumlah 730 orang,
dan diikuti oleh Sarjana 211 orang, secara rinci diuraikan pada tabel 2.116
Tabel 2.116
Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar
Menurut TingkatPendidikan di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: Dinas Sosnakertrans, 2012

2.4.4.3 Tenaga Kerja Sektoral


Ditinjau dari sisi serapan tenaga kerja, pilihan sektor perdagangan dan
jasa masih mendominasi pasar tenaga kerja di Kota Baubau. Kedua sektor ini
berperan sebagai kontributor utama peningkatan nilai produk domestik regional
bruto. Serapan tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

diperkirakan akan mencapai 15.908 orang atau meningkat sebesar 17,36 %

II- 125

dibandingkan tahun 2008 yang hanya sebesar 13.555 orang. Kondisi ini
mengindikasikan adanya produktivitas sektor perdagangan dengan serapan
tenaga yang cukup besar mampu menghasilkan produk domestik regional bruto
(ADH berlaku) sebesar Rp. 975.432,25 juta. Hal sebaliknya terjadi pada sektor
pertanian dan sektor kontruksi/ bangunan, dimana serapan tenaga kerja yang
cukup tinggi di sektor pertanian pada kenyataannya tidak mampu mendukung
peningkatan produk domestik regional bruto di sektor tersebut. Sementara itu,
sektor kontrsuksi/bangunan yang hanya memiliki angka serapan tenaga kerja
sedikit pada kenyataannya mampu menyumbang peningkatan nilai produk
domestik regional bruto di sektor tersebut.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 126
Gambar 2.20
Grafik Serapan Tenaga Kerja per Sektor dan PDRB Sektoraltahun 2007-2013

Serapan Tenaga Kerja Sektoral (orang)

PDRB ADH Berlaku (juta rupiah)

Keterangan: Nilai Angka 2012 dan 2013 adalah angka sementara.


Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau Dalam Angka Tahun (beberapa edisi), diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Tabel 2.117
Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Kota Baubau Per Sektor 2008-2012
Sektor/Lapangan Usaha

Jumlah Serapan Tenaga Kerja Kota Bau-Bau


2008

2009

2010

2011

2012*

11,645

10,401

10,398

11,737

12,319

540

715

503

569

634

Industri Pengolahan

2,890

2,786

3,671

3,250

3,188

Listrik dan Air bersih

337

208

206

253

277

2,781

3,361

4,008

3,746

3,927

13,555

14,410

15,320

14,978

15,443

5,817

5,904

5,256

6,790

7,290

619

424

957

1,166

1,252

10,839

13,720

11,458

11,646

11,833

Pertanian
Pertambangan

Konstruksi
Perdagangan
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan/Perbankan
Jasa-Jasa

II- 127

49,023
51,929
51,777
54,135
56,163
Total Serapan
Keterangan: Nilai Angka tahun 2012 adalah angka sementara.
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau Dalam Angka Tahun (beberapa edisi), diolah

Jenis Lapangan Usaha atau biasa disebut sebagai mata pencaharian


penduduk dapat diklasifikasikan dalam bidang: pertanian, industri, konstruksi,
niaga, transportasi, jasa sosial dan lainnya. Penduduk yang bergerak dibidang
kegiatan jasa sekitar 11.646jiwa (21,51%), perdagangan sebesar 14.978 jiwa
(27,67%). Skala kegiatan sektor jasa dan perdagangan cukup besar jika dikaitkan
dengan rencana pengembangan Kota Baubau sebagai kegiatan perdagangan,
kondisi tersebut tidak berlebihan karena penduduknya yang bergerak atau
berusaha disektor tersebut dominan dibandingkan dengan jenis usaha lain.
Penduduk yang bekerja disektor jasa sosial relatif tinggi dan diperkirakan sektor
ini diisi penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan militer, pengajar,
tenaga penjualan dan sektor jasa lainnya.
Dilain pihak ternyata, bahwa penduduk yang bermata pencaharian
dibidang

pertanian jumlahnya masih cukup besar, yaitu sekitar 11.737jiwa

(21,68%) dan seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam rencana


penataan ruang kota di Kota Baubau ini sektor pertanian sebagai ciri kegiatan
perdesaan merupakan unsur rencana atau elemen ruang yang harus
dipertimbangkan keberadaannya. Sektor lain yang cukup besar dalam mengisi
kegiatan usaha penduduk Kota Baubau adalah disektor transportasi /
komunikasi sebesar 6.790 jiwa atau 12,54 % dari total tenaga kerja.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

II- 128

2.4.4.4 Angka Ketergantungan


Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang
harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk
yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya
dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis
masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain
itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah
melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja
yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan
berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja.
Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan
gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah
apakah tergolong daerah maju atau daerah yang sedang berkembang.

Dependencyratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.


Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase

dependencyratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban


yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Di Kota Baubau rata-rata dependency
Ratio selama 4 tahun terakhir adalah sebesar 0,645 yang berarti bahwa tingkat
ketergantungan penduduk masih relatif rendah dari 100%, secara lengkap
perkembangannya diuraikan pada Tabel 2.118 berikut ini:
Tabel 2.118
Rasio Ketergantungan di Kota Baubau
Tahun 2008-2013
No

Uraian

2008

2009

2010

2011

Jumlah penduduk usia < 15 tahun

47.345

48.494

45.315

46.185

Jumlah penduduk usia 15-64 tahun

75.868

77.726

86.736

78.491

Jumlah penduduk usia > 64 tahun

2.885

4.940

4.940

5.041

Jumlah penduduk usia tidak produktif

50.230

53.434

50.255

51.226

66,21

68,75

57,94

65,26

Rasio Ketergantungan (%)

Sumber: Baubau Dalam Angka 2008-2011, diolah


RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Anda mungkin juga menyukai