Anda di halaman 1dari 11

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKOLOID PADA BIJI KOPI ROBUSTA

(Coffea robusta Lindl. Ex De Will) DENGAN CARA KROMATOGRAFI


LAPIS TIPIS
Hendra Budiman, Farida Rahmawati, Febriana Sanjaya

INTISARI
Didalam biji kopi mengandung alkaloid yang berupa senyawa caffein.
Kopi yang mempunyai kadar caffein paling tinggi adalah kopi robusta (Coffea
robusta Lindl. Ex De Will).Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan isolasi
senyawa alkaloid dari biji kopi robusta dan identifikasi alkaloid pada biji kopi
robusta secara KLT. Metode penelitian adalah penelitian observasi dengan
mengisolasi dan mengidentifikasi alkaloid menggunakan kromatografi lapis tipis
(KLT) dengan fase diam silica GF 254 dan fase gerak CHCl3 : etanol (96 : 4).
Data dianalisis secara deskriptif dengan menggambarkan fenomena yang terjadi
pada variabel setelah diberikan perlakuan. Hasil penelitian dari isolasi mempunyai
rendemen rata-rata 0,32 %. organoleptis caffein adalah berbentuk amorf jarum,
berwarna putih, berasa pahit dan tidak berbau. Bentuk bercak seragam dan
berwarna jingga. Rf standar dan Rf sampel sama yaitu 0,4 dan memasuki range
angka Rf 0,2-0,8. Kesimpulan dari hasil uji laboratorium pada penelitian
menunjukkan bahwa biji kopi robusta mengandung alkaloid, dan senyawa
alkaloid dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan cara KLT.
Kata kunci : robusta, KLT, rendemen, organoleptis, Rf.

I. PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai beraneka tanaman yang mempunyai kandungan zat
aktif didalamnya, oleh nenek moyang kita tanaman-tanaman tersebut digunakan
sebagai pengobatan penyakit (tradisional) yang ditemukan secara kebetulan
berdasar atas pengalaman dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi berikutnya. Dimasa sekarang, dengan harga obat-obatan yang mahal,
untuk back to nature (kembali

ke obat

tradisional) adalah pilihan yang tepat karena bahannya mudah

didapat,

anjuran Departemen Kesehatan

harganya murah terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat dibuat

Hendra B., dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten

54

CERATA Journal Of Pharmacy Science 55


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
oleh semua orang. Tanpa kita sadari makanan dan minuman yang kita konsumsi
mengandung zat berkhasiat yang dapat menjadi obat untuk mengobati penyakit.
Seperti halnya minuman kopi yang sering kita jumpai dan kita konsumsi, karena
pada dasarnya kopi mempunyai kandungan caffein yang dapat menstimulasi
susunan syaraf pusat (Hermawan, 2010).
Kopi mengandung alkaloid, salah satu cirinya adalah berasa pahit yang
disebabkan

oleh kandungan caffeinnya. Kopi adalah minuman dengan

kandungan kimia yang komplek. Dalam satu cangkir kopi terdapat sekitar 800
senyawa aromatik (Taufik, 2008).
Sebagian orang menolak minum kopi karena menganggap kopi yang
mempunyai rasa pahit berwarna hitam tidak baik untuk kesehatan, sedangkan
sebagiannya lagi orang suka minum kopi karena tidak bisa menahan nikmatnya
minum kopi yang dipercaya menghilangkan rasa mengantuk pada saat orang
yang menjalani aktivitas pekerjaan, meskipun dibayangi kekhawatiran akan
anggapan tentang dampak buruk kopi yang dapat menyebabkan tekanan darah
naik, kolesterol naik, tangan gemetar dan jantung berdebar kencang. Tetapi kopi
tidak seburuk yang dikira (Taufik, 2008).
Sejumlah besar bukti ilmiah menunjukkan bahwa minum kopi secara tidak
berlebihan yakni 3-5 cangkir per hari dapat mengurangi risiko beberapa jenis
penyakit, salah satunya mengurangi risiko diabetes tipe 2. Kebiasaan minum 5
cangkir kopi atau lebih per hari dapat memperbaiki pengaturan dan toleransi
glukosa serta secara substansial menurunkan risiko diabetes tipe 2 (35%-75%)
pada berbagai populasi di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Jadi bila kopi
dikonsumsi berlebihan, kandungan caffeinnya bisa menyebabkan masalah
jantung. Namun, dengan takaran yang pas, caffein efektif meningkatkan
kewaspadaan, bahkan menyehatkan. Kopi merupakan salah satu dari bahan
minuman yang tidak mengandung alkohol, bahan campuran permen, dan
sebagai market bagi praktek-praktek kedokteran (Syamsulbahri, 1996 : 69).
Mengingat tanaman kopi robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will)
banyak mengandung berbagai zat kimia yang bermanfaat seperti : Caffein,
Trigoneline, Glukosa, Protein, Teofilina, Asam Klorogenat, Tanin, Mineral,
Komponen Volatil. Kopi yang memiliki kandungan caffein yang paling tinggi

CERATA Journal Of Pharmacy Science 56


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
adalah kopi robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will) sekitar 1,5-2,5 %
(Hermawan, 2010). Maka pada penelitian kali ini difokuskan pada isolasi dan
identifikasi alkaloid pada biji kopi robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will).

II. METODOLOGI
a. Bahan :Biji kering biji kopi robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De Will),
Aquades, Kloroform, Pb asetat, Batu didih, Kertas saring
b. Alat : Labu alas bulat, Beacker glass 500 ml dan 250 ml, Gelas ukur 250
ml dan

50 ml, Timbangan analitik, Flakon, Corong kaca, Corong pisah,

Erlenmeyer 250 ml, Pipet, Batang pengaduk, Mikroskop dan object glass,
Kain flanel, Statif, Kompor listrik, Cawan porselen, Waterbath, Kaki tiga
c. Cara kerja isolasi :
1) Batu didih dan 20 gram serbuk biji kopi robusta (Coffea robusta
Lindl.Ex De Will) kering dimasukkan dalam labu alas bulat, kemudian
ditambahkan 350 ml aquades.
2) Alirkan air pendingin yang masuk dari bawah dan keluar dari atas.
3) Nyalakan kompor, tunggu campuran kopi dan air mendidih kemudian
di refluks selama 25 menit, dan disaring dalam keadaan panas.
4) Filtrat ditampung dengan beacker glass dan didinginkan, kemudian
ditetesi Pb asetat setetes demi tetes sampai tidak terjadi pengendapan
sambil diaduk. Setelah terbentuk endapan, larutan di saring.
5) Filtrat diekstraksi dengan 25 ml kloroform pada corong pisah dan
digojog sampai terbentuk 2 lapisan.
6) Lapisan II (fase kloroform) yang merupakan larutan caffein dalam
kloroform dikeluarkan dan ditampung dalam cawan penguap.
7) Lapisan I (fase air) pada corong pisah ditambahkan lagi 20 ml
kloroform, digojog lagi sampai terbentuk 2 lapisan. Fase kloroform
dikeluarkan dan ditampung jadi satu dalam cawan penguap.
8) Kloroform diuapkan sampai kering dalam cawan penguap diatas
waterbath sampai terbentuk kristal.

CERATA Journal Of Pharmacy Science 57


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
9) Setelah itu, caffein kasar dalam cawan uap disublimasi dengan api
kecil dan ditutupi corong kaca yang dibungkus dengan kertas saring
berlubang-lubang.
10) Setelah 15 menit corong diangkat dan kristal caffein yang yang
melekat pada kertas saring diambil dan ditimbang.
11) Kristal yang didapat dievaluasi.
1. Instrumen Kromatografi Lapis Tipis
a. Bahan :
1) Kristal caffein sampel
2) Kristal caffein standar
3) CHCL3
4) Etanol
5) Pereaksi Dragendorff
6) Pelat Silika Gel GF 254
7) Kertas saring
b. Alat :
1) Pipet
2) Gelas ukur
3) Beacker glass
4) Seperangkat alat KLT
5) Seperangkat alat KLT
6) Lampu UV 254 nm
7) Botol semprot pereaksi
c. Cara kerja Kromatografi Lapis Tipis :
1) Masukkan fase gerak (CHCL3 : etanol) (96 : 4) kedalam bejana dan
masukkan kertas saring, tutup bejana sampai jenuh oleh fase gerak.
2) Siapkan sampel dan standar timbang masing-masing 10 mg yang
dilarutkan dalam 1 ml CHCL3.
3) Totolkan sampel dan standar dengan jarak antara totolan 1 cm pada
silika gel.
4) Masukkan fase diam (silika gel) kedalam bejana dan tutup bejana rapatrapat.

CERATA Journal Of Pharmacy Science 58


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
5) Elusi fase gerak CHCL3 : Etanol (96 : 4).
6) Mendiamkan fase diam hingga mengembang, setelah mengembang
dikeringkan.
7) Amati dibawah lampu UV 254 nm

ditandai ditempat pemadaman

bercak, kemudian mengamati warnanya.


8) Ambil pelat silika gel, semprot dengan pereaksi Dragendorff.
9) Amati bercak warna, dan hitung Rf nya.
d. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil uji laboratorium
Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten dengan cara sebagai berikut :
1. Organoleptis
Meliputi bentuk, warna, rasa, dan bau dari simplisia dan hasil isolasi.
2. Rendemen
Rendemen adalah presentase perbandingan antara bobot hasil isolasi
dengan bobot simplisia. Rumus untuk menghitung rendemen adalah :
Bobot kristal
Rendemen

x 100 %
Bobot simplisia

3. Deteksi bercak
Pengamatan bercak dibawah lampu UV 254 akan memberikan warna
ungu. Setelah disemprot dengan pereaksi Dragendorff akan memberikan
tampilan bercak warna jingga.
4. Rf
Rf adalah perbandingan jarak antara jarak tempuh solut dengan solvent.
Rumus untuk menghitung Rf adalah :
Jarak yang ditempuh solut
Rf =
Jarak yang ditempuh solvent

CERATA Journal Of Pharmacy Science 59


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Organoleptis

Serbuk

Biji Kopi Robusta

(Coffea

robusta Lindl.Ex De Will).


Biji kopi robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah biji yang sudah masak yang diserbuk dan dikeringkan
menggunakan metode susut pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan cara
mengeringkan simplisia dengan suhu 105oC hingga mencapai bobot tetap atau
konstan.

Tabel 1.

Hasil Pemeriksaan Organoleptis Serbuk


Robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De Will).

No

Organoleptis

Hasil

1.

Bau

Coklat kacang

2.

Rasa

Pahit

3.

Warna

Coklat muda

Biji Kopi

Dari hasil pemeriksaan organoleptis serbuk biji kopi robusta(Coffea


robusta Lindl.Ex De Will) tidak seperti serbuk kopi yang kita ketahui pada
umumnya yang identik berwarna hitam dan berbau harum yang khas, tetapi
berwarna coklat muda dan berbau coklat kacang dan berasa pahit karena biji kopi
masih mentah dan belum mengalami proses fermentasi atau penyangraian.
Rendemen Hasil Isolasi dengan Refluks.
Isolasi alkaloid pada serbuk biji kopi robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De
Will) menggunakan metode refluks dengan penyari air yang dilakukan selama 25
menit atau lebih, sesuai dengan tingkat kelarutannya dan diekstrasi menggunakan
corong pisah dengan dua kali ektraksi menggunakan kloroform, karena caffein
hanya larut dalam kloroform.
Tabel 2. Hasil Rendemen Isolasi Kristal Caffein.
Isolasi
I
II.
III
IV
V
VI
x

Bobot Kristal
0,06 g
0,03 g
0,06 g
0,08 g
0,11 g
0,04 g

Rendemen
0,3 %
0,15 %
0,3 %
0,4 %
0,55 %
0,2 %
0,32 %

CERATA Journal Of Pharmacy Science 60


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
Pada penelitian ini rendemen rata-rata yang diperoleh adalah 0,32 % yang
jauh dari yang diharapkan, yakni 1,5-2,5 %. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor, antara lain :
1. Penyarian yang kurang maksimal yakni dalam skala kecil dengan metode
refluks dengan cairan penyari air yang seharusnya dalam skala lebih besar
menggunakan metode maserasi dengan cairan penyari kloroform. Caffein
mudah larut dalam kloroform dan agak sukar larut dalam air dan etanol.
Metode refluks mekanisme kerjanya menggunakan perebusan dengan
pemanasan selama sehingga penyari yang digunakan adalah air, apabila
menggunakan kloroform maka kloroform akan cepat menguap.
2. Kurangnya penambahan Pb Asetat untuk memecah ikatan garam caffein
sehingga caffein masih banyak yang terikat dengan air dalam bentuk garam
sehingga caffein tidak semuanya larut dalam kloroform.
3. Kurangnya waktu pemanasan pada proses mikrosublimasi yang hanya 15
menit. Karena semakin lama waktu yang dibutuhkan semakin banyak pula
kristal caffein yang didapatkan.
Hasil Pemeriksaan Organoleptis Kristal Caffein.
Kristal caffein yang didapat dari isolasi diamati organoleptisnya meliputi
bentuk rasa bau warna. Untuk mengamati bentuk, kristal diamati dibawah
mikroskop.
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Kristal Caffein
No

Organoleptis

Hasil

1.

Bentuk

Amorf Jarum

2.

Bau

Tidak Berbau

3.

Rasa

Pahit

4.

Warna

Putih

Dari hasil pemeriksaan organoleptisnya kristal caffein telah memenuhi dan


sesuai dengan ciri organoleptisnya sehingga kristal yang didapat dari hasil isolasi
menggunakan metode refluks dan mikrosublimasi adalah kristal caffein murni

CERATA Journal Of Pharmacy Science 61


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
Hasil Identifikasi Kristal Caffein dengan cara Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
Kristal caffein yang diperoleh di identifikasi dengan cara kromatografi
lapis tipis (KLT) dengan fase diam silika gel dan fase geraknya CHCL3 :
Etanol (96 : 4).

Gambar 4.1. Sketsa Kromatogram

4. Hasil Deteksi Bercak


Setelah dilakukan kromatografi lapis tipis (KLT) pelat silika gel dilakukan
pengamatan bercak dilakukan dibawah lampu UV 254 nm kemudian di semprot
dengan pereaksi Dragendorff yang terdiri dari campuran basa bismutsubnitrat,
asam asetat, asam sulfat, kalium iodida, dan air. Jika bercak yang disemprot
dengan pereaksi Dragendorff menunjukkan warna jingga maka bisa dikatakan
alkaloid berhasil diidentifikasi. Bercak tidak menunjukkan adanya tailing berarti
proses pengembangan sempurna.
Pada penelitian ini pengamatan bercak dibawah lampu UV 254 nm
menunjukkan adanya fluoresensi bercak warna ungu baik standar maupun sampel.
Kemudian pelat silika gel disemprot dengan pereaksi Dragendorff sehingga
bercak standar dan sampel menjadi nampak dan berwarna jingga. Bentuk bercak
standar dan sampel oval dan hampir seragam serta tidak ada tailingnya, namun

CERATA Journal Of Pharmacy Science 62


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
bercak standar lebih besar dari pada sampel. Hal ini dikarenakan penotolan
standar pada pelat silika gel terlalu banyak. Dengan demikian kristal caffein
berhasil untuk di identifikasi. Hasil Perhitungan Rf.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Rf Standar dan Sampel.
Rf

Angka Rf

Standar

0,4

Sampel 1

0,4

Sampel 2

0,4

Sampel 3

0,4

Sampel 4

0,4

Sampel 5

0,4

Sampel 6

0,4

Rata-rata Rf Sampel

0,4

Dari hasil perhitungan Rf perbandingan antara angka Rf standar dan angka


Rf sampel adalah sama yaitu 0,4. Angka Rf 0,4 telah memasuki range angka Rf
0,2-0,8.

IV. KESIMPULAN
1. Biji

kopi

robusta

(Coffea robusta Lindl. Ex De Will) sampel

mengandung alkaloid dengan rendemen rata-rata 0,32%, sedangkan


rendemen standarnya adalah 1,5-2,5%.
2. Isolasi alkaloid pada biji kopi robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will)
dapat dilakukan dengan metode Refluks.
3. Identifikasi alkaloid biji kopi robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will)
dapat dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis (KLT) denga fase
diam silika GF 254 dan fase gerak CHCl3 : Etanol (96 : 4).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Cermin dunia kedokteran.
22 Desember 2010 Jam 11.28 WIB

http://www.kalbefarma.com,

Anonim. 2006. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta. Kanisius. 15, 17, 18

CERATA Journal Of Pharmacy Science 63


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
Anonim. 2007. Metode Ekstrasi. http://webcachegoogleusercontent.com,
29 Desember 2010 Jam 19.43 WIB
Anonim. 2008. Jenis-jenis Kopi. http://id.wikipedia.org, 29 Desember 2010 Jam
18.50 WIB
Anonim. 2009. Bahaya dan manfaat kafein. http://kesehatan.kompas.com,
24 Desember 2010. Jam 15.41 WIB
Anonim. 2009. Budidaya Tanaman Kopi. http://www.scribd.com, 29 Desember
2010 Jam 19.12 WIB
Anonim. 2009. Isolasi Kafein Pada Kopi. http://kik.php0h.com, 29 Desember
2010 Jam 19.23 WIB
Anonim. 2009. Kandungan Zat-zat Kimia pada Biji Kopi. http://afruri.
blogspot.com, 23 Desember 2010 Jam 11.25 WIB
Anonim. 2010. Kafein. http://id.wikipedia.org, 23 Desember 2010 Jam 11.02 WIB
Anonim. 2010. Macam-macam Kopi.
26 Desember 2010 Jam 16.45 WIB

http://kedaikopiluwakindonesia.com,

Bealer, Bonnie K. 2010. The Miracle OF Caffeine. Bandung. PT Mizan Publika.


31-32, 32, 33
Bernasconi, dkk. 1995. Teknologi Kimia 2. Jakarta. PT Pradnya Paramita.
178 180
Cahyono, Eko. 2010. Isolasi Kafein Dari Kopi. http://www.dokterkimia.com,
29 Desember 2010 Jam 19.27 WIB
Harborne, J. B.2006. Metode Fitokimia. Bandung. ITB. 234 235
Hermawan. 2010. Berbahagilah Bagi Penikmat Kopi. Jam11.02 WIB
Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Jakarta. EGC. 186
Kovar dan Auterhoff. 1987. Identifikasi Obat. Bandung. ITB. 34 35, 283
Machfoez, Ircham. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,
dan Kebidanan. Yogyakkarta. Firtamaya. 7
Munif, Amrul dan Moch.Imron. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.
Jakarta. CV Sagung Seto. 125

CERATA Journal Of Pharmacy Science 64


Hendra B., dkk., Isolasi dan Identifikasi
Mus. 2009. Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will. http://www.plantamor.com,
24 Desember 2010 Jam 08.45 WIB
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung. ITB.
284, 285
Rohman, Abdul dan Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press. 150, 156
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secra Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung.
ITB. 3-4, 4, 6, 16. 16 17
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 68, 69, 70-71, 73-74, 77, 78,
78-79, 93-94
Taufik, Ahmad. 2008. Kopi tak seburuk yang dikira. Desember 2010 Jam 11.40
WIB
Tyler, Varro E dkk. 1996. Pharmacognosy And Pharmacobiotechnologi.
Baltimore USA. Library Of Congress. 183
Voigt, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknollgi Farmasi. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press. 564 570

Anda mungkin juga menyukai