Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
Lemak merupakan salah satu bahan material organik yang sangat
bermanfaat bagi manusia. Lemak juga merupakan sumber energi terbesar
yaitu untuk 1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori. lemak terdiri atas
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Fungsi lemak umumnya yaitu
sebagai sumber energi, bahan baku hormon, membantu transport vitamin
yang larut lemak, sebagai bahan insulasi terhadap perubahan suhu, serta
pelindung organ-organ tubuh bagian dalam.
Dengan mengetahui berbagai manfaat dari lemak kita dapat
memanfaatkan segala potensi yang ada dalam lemak tersebut. Oleh
karenanya dilakukan beberapa uji pada lemak dalam praktikum ini. Pada
Praktikum ini dilakukan 2 uji terhadap lemak, yaitu penentuan bilangan
penyabunan dan penentuan bilangan asam.
Dalam penentuan bilangan penyabunan dapat di ketahui seberapa
besar bilangan saponifikasi dari lemak yang di amati. Dengan mengetahui
bilangan saponifikasi dari lemak kita dapat mengetahui seberapa banyak
gliserol yang ada di dalam lemak/ minyak. Sedangkan dalam penentuan
bilangan asam, dapat diketahui jumlah asam lemak yang terkandung dalam
suatu lemak/minyak. Pada dasarnya kedua uji tersebut bermanfaat untuk
menentukan besarnya zat-zat penyusun lemak yaitu gliserol dan asam
lemak.
Dengan mempelajari tentang lemak kita dapat memaksimalkan
pemanfaatan dari lemak itu sendiri serta mencegah bahaya yang dapat
ditimbulkan olehnya sehingga untuk masa yang akan datang dapat
menguntungkan bagi kelangsungan umat manusia sendiri.

I.2.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan bilangan penyabunan lemak
2. Menentukan bilangan asam lemak

1.3 Manfaat

Kita dapat mengetahui proses pengujian lemak dengan menentukan nilai bilangan
penyabunan dan bilangan asam sebuah lemak melalui cara titrasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Asam Lemak
Asam lemak adalah monosakarida berantai lurus, mempunyai satu
atau lebih ikatan rangkap dan mempunyai jumlah atom karbon genap.
Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak
dapat berasal dari hewan atau tumbuhan dan merupakan asam karboksilat
yang mempunyai rantai karbon panjang, dengan rumus umum:
O
II
R-C-OH
(Fessenden, 1982)
Asam lemak jarang terdapat bebas dialam tetapi terdapat sebagai
ester dalam gabungan dengan fungsi alcohol. Asam lemak pada umumnya
adalah asam monokarboksilat berantai lurus. Asam lemak pada umumnya
mempunyai jumlah atom karbon genap (ini berarti banyak karena asamasam lemak disintesa terutama dua karbon setiap kali). Asam lemak dapat
dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.
Walaupun asam lemak berantai linier terdapat dalam jumlah yang
lebih besar dialam namun masih banyak jenis lain yang kita ketahui.
Misalnya lemak wol dan sumber-sumber bacterial menghasilkan asam
lemak yang berantai cabang. Juga ada asam lemak siklik. Misalnya asam
lemak siklik tak jenuh, asam kaulmoograt adalah pereaksi penting untuk
pengobatan penyakit kusta.
Bentuk sesungguhnya dari suatu asam lemak berkembang dari
bentuk hidrokarbon induk. Konfigurasi ikatan rangkap dari asam-asam
lemak yang terdapat dialam pada umumnya adalah cis.
Kenyataan bahwa alam lebih menyukai asam-asam lemak tak
jenuh cis mungkin bertalian dengan pentingnya senyawa-senyawa ini

dalam struktur membrane biologic (Page,1989).


2.1.1. Asam Lemak Tak Jenuh
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mempunyai
ikatan rangkap pada atom karbon dalam sruktur molekulnya. Biasanya
asam lemak jenuh mempunyai rantai karbon pendek dan titik lebur yang
rendah, misalnya asam butirat. Asam lemak jenuh dengan atom C4-C26

merupakan penyusun lemak. Yang paling banyak dijumpai adalah asam


palmitat (C15H31COOH), asam stearat (C17H35COOH), asam laurat
(C11H23COOH), asam miristat (C13H27COOH). Asam palmitat terdapat
dalam minyak palem, asam laurat dalam palem dan kernel oil, minyak
kelapa, asam miristat terdapat pasa pala, asam stearat terdapat pada
minyak hewan (Respati, 1980).
2.1.2. Asam Lemak Jenuh
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap pada atom karbon dalam struktur molekulnya. Asam ini dapat
mengandung ikatan rangkap atau lebih. Adanya ikatan rangkap
memungkan adanya isomer Cis-trans.
Misalnya : - Asam oleat mengandung satu ikatan rangkap
- Asam linoleat mengandung dua ikatan rangkap
- Asam linonelenat mengandung tiga ikatan rangkap
Hampir semua asam lemak tak jenuh yang terdapat dialam
mempunyai atom C18-C24 dengan variasi letak, dari pada ikatan
rangkapnya. Setelah mengetahui banyaknya atom C pada hasil oksidasi
dapat ditentukan letak ikatan rangkap di dalam senyawa semula (Respati,
1980).
2.2.

Bilangan Penyabunan
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak
secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang
pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan
mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak
mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif
kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak
(Winarno,1991).
Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Yang
dirumuskan sebagai berikut:
Bilangan penyabunan=

( V 2V 1 ) N HCl BM NaOH
berat minyak ( g)

(Harold, 1983)
2.3.

Bilangan Asam
Angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang
terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Angka asam dinyatakan sebagai
jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak
bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Adapun
rumusnya:

Bilangan asam=

( V 1V 2 ) N etanol BM NaOH
berat minyak (g)

(Harold, 1983)
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam
satu gram lemak atau minyak. Asam lemak adalah senyawa hidrokarbon
yang berantai panjang dan lurus, dimana bagian ujungnya mengikat gugus
karbiksilat, asam lemak mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap dan
memiliki jumlah atom karbon genap. Asam lemak tak jarang terdapat
dialam, tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi
alkohol. Asam lemak dapat bersala dari hewan maupun tumbuhan dan
mempunyai rumus umum (Page,1989).
2.4.

Titrasi
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk
mengukur umlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu
larutan ion yang konsentrasinya diketahui. Pada waktu titrasi, larutan
yang mengandung suatu pereaksi dimasukkan dalam buret yang disebut
penitrasi. Larutan ini diteteskan perlahan lahan melalui kran dalam
erlenmeyer yang mengandung pereaksi lain. Titrasi dihentikan sampai
warna indikator berubah. Perubahan warna ini menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (Brady,1997).

2.5.

Struktur Kimia Lipid

O
CH2 O C R1
O
CH O C R2
O
CH2 O C R3
R1, R2, R3 adalah gugus alkil mungkin sama atau mungkin berbeda.
Gugus alkil tersebut dibedakan sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat
ikatan rangkap) dan tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap)
(Supriyantini, 2006).
2.6.

Sifat Kimia dan Fisika Lipid


2.6.1. Sifat Fisik

Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetilamin dari lecithin.

Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada


temperatu kamar.

Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur
kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.

Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor


oil0, sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil
eter,karbon disulfida dan pelarut halogen.

Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya


panjang rantai karbon.

Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga
terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai
hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.

Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran


lemak atau minyak dengan pelarut lemak.

Titik

lunak

dari

lemak/minyak

ditetapkan

untuk

mengidentifikasikan minyak/lemak.

Shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan


pertama dari minyak / lemak.

Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak


alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya.

Titik lebur relatif rendah, tetapi masih lebih tinggi


daripada

temperatur

pada

saat

menjadi

padat

kembali.

Makin panjang rantai C asam lemak penyusun titik


lebur >>>

Tidak larut dalam air. Larut dalam pelarut organik


(ether, chloroform, PE, CCl4, alkohol panas), sedikit
larut dalam alkohol dingin.

Berat jenis lemak padat 0,86.

Berat jenis lemak cair 0,915-0,940.


(www.forum.upi.edu)

2.6.2. Sifat Kimia


Lemak netral tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut

pelarut lemak.
Titik lebur lemak dapat dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya
ikatan rangkap dari asam lemak yang menjadi penyusunnya.
(Poedjiadi, 1994)

2.7.

Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak merupakan hal yang kita kenal setiap hari.
Lemak yang lazim meliputi mentega, lemak hewan dan bagian berlemak

dari daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan, termasuk jagung


biji kapas, zaitun, kacang dan biji kedelai, meskipun lemak berwujud
padat dan minyak berwujud cair, keduanya memiliki struktur dasar
organik yang sama (Hart, 1979).
Perbedaan antara suatu minyak dan suatu lemak bersifat sebarang:
pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk
cair. Komponen minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak
asam lemak tak jenuh sedangkan komponen lemak memiliki asam lemak
jenuh.

Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak,

sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak;karena


itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak sapi, lemak babi) dan
minyak

nabati

(minyak

jagung,

minyak

bunga

matahari).

(Fessenden,1999)
2.8.

Penyabunan (saponifikasi)
Sabun merupakan logam alkali yang dibersihkan oleh asam lemak
yang dapat larut dalam air. Biasanya berasal dari minyak tumbuhan dan
dibuat dari proses hidrosinasi. Molekul sabun terdiri dari rantai
hidrokarbon dengan gugus -COO- pada ujungnya yang memilki sifat
hidrofob dan hidrofil, sabun dapat membersihkan kotoran, terutama
minyak, sehingga berfungsi sebagai elmudator.
Apabila reaksi penyabunan telah lengkap, lalu lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan dan dipulihkan dengan penyaringan
molekul sabun mengandung rantai hidrokarbon panjang ditambah ujung
ion sabun yang mampu mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat di
buang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun, yaitu rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat
non polar dan ujung anion molekul sabun yang tertarik pada air, di tolak
oleh ujung anion molekul yang menyebul dari tetesan minyak lain.
Dalam cairan yang mengandung asam lemak di kenal peristiwa
tengik. Bau yang khas ini disebabkan karena adanya senyawa campuran
asam keton dan asam hidroksi ekto yang berasal dari dekomposisisi asam
lemak yang terdapat dalam cairan iitu. Sampai sekarang, reaksi petenkikan dikenal sebagai reaksi asam lemak tak jenuh.

-CH=CH-CH2-CH=CH-CH=CH-CH-CH=C
Reaksi penyabunan :
CH2O2C(CH2)16CH3

CH2OH
kalor

CH2OC(CH2)16CH3 + H2O
CH2O2C(CH2)16CH3

CHOH+3CH3(CH2)16CO-Na+
CH2OH
(Fessenden,1999)

2.9.

Fungsi Lipid
Lemak dan minyak merupakan senyawaan organik yang penting
bagi kehidupan makhluk hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lain:
1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik
2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan
biomolekul
3. Sumber energi yang efektif

dibandingkan dengan protein dan

karbohidrat,karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna


akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan
protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein
atau karbohidrat.
4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan

di mana bahan yang digoreng akan

kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.


5. Memberikan konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam
6.
7.
8.
9.

pembuatan roti.
Memberikan tektur yang lembut dan lunakl dalam pembuatan es krim.
Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarine
Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega
Mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam
lemak esensial
(Fessenden, 1986).

III. MATERI DAN METODE


3.1.

Waktu dan Tempat


Praktikum Uji Lemak / Minyak dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Mei 2013
Pukul
: 14.30 WIB
Tempat
: Laboratorium Biokimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakuktas
perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang.

3.2.
Materi
3.2.1. Alat

No.
1.

Nama alat

Gambar

Erlenmeyer

Fungsi

Sebagai

tempat

larutan, bahan atau


cairan

2.

Gelas beker

Untuk

mengukur

volume larutan tanpa


tingkat

ketelitian

yang tinggi
3.

Gelas ukur

Mengukur larutan

3.2.2. Bah
4.

Corong

No

Nama Bahan

.
1
2
5.

6.

Pipet tetes 3

Pengaduk

Minyak ikan
NaOH 0,1 N
HCl

Etanol 96 %

Fenolftalein

Memudahkan

atau

Fungsi

memindahkan menuang
cairan

Sebagai sampel yang akan di uji


Sebagai larutan Blangko yang

digunakan
Untuk
mengambil
Sebagai bahan
yang akan
cairan
dalam
skala
digunakan
untuk
mentitrasi
Sebagai larutan Blangko yang
tetesan kecil
digunakan
Sebagai indikator perubahan pH
Untuk

mengaduk

saat titrasi
larutan
7

Penangas air

Untuk

mamanaskan

larutan

8.

Buret dan Statif

an

Tempat

untuk

melakukan titrasi

3.3.
Diagram Alir
3.3.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
1,5 gram minyak ikan (3
butir)
Erlenmeyer
- Ditambahkan 30 ml NaOH etanolat 0,1 N
- Dipanaskan sampai mendidih
- Didinginkan
- Ditambahkan 2 tetes indikator pp
- Dititrasi dengan HCl 0,1 N
- Dicatat volume HCl yangg diperlukan larutan (V2)
Hasil
30 ml NaOH 0,1 N
Erlenmeyer
- Dipanaskan sampai mendidih
- Didinginkan
- Ditambahkan 2 tetes indikator pp
- Dititrasi dengan HCl 0,1 N
- Dicatat volume HCL yang diperlukan blangko (V1)
Hasil
3.3.2. Penentuan Bilangan Asam
1,5 gram minyak ikan
(3 butir)
Erlenmeyer
- Ditambahkan 25 ml etanol
- Dipanaskan sampai mendidih
- Didinginkan sampai benar-benar dingin
- Ditambahkan 2 tetes indikator pp
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dicatat volume NaOH yangg diperlukan larutan (V2)
Hasil
25 ml etanol 96%
Erlenmeyer

- Dipanaskan sampai mendidih


- Didinginkan sampai benar-benar dingin
- Ditambahkan 2 tetes indikator pp
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan blangko (V1)
Hasil
3.4.
Cara Kerja
3.4.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
- Sebanyak1,5 gram minyak ikan (3 butir) dimasukkan ke dalam
-

erlenmenyer kemudian ditambahkan 30 ml NaOH etanolat O,1 N.


Larutan NaOH 0,1 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dijadikan

larutan blangko.
Larutan sampel dan larutan blangko dipanaskan sampai mendidih

kemudian didinginkan.
Setelah larutan dingin ditambahkan 2 tetes indikator pp dan kemudian

dititrasi menggunakan HCl 0,1 N.


Volume HCl yang diperlukan untuk mentitrasi larutan (V2) dicatat.
Cara yang sama dilakukan untuk larutan blangko (V1).

3.4.2. Penentuan Bilangan Asam


- 1,5 gram minyak ikan (3 butir) dimasukkan ke dalam erlenmenyer
-

kemudian ditambahkan 30 ml etanol


25 ml etanol dimasukkan dalam erlenmeyer untuk dijadikan larutan

blangko
Larutan dipanaskan sampai mendidih pada suhu 800C, setelah itu

didinginkan.
Setelah dingin larutan ditambahkan 2 tetes indikator pp kemudian

dititrasi dengan NaOH 0,1 N.


Volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi larutan dicatat

sebagai V2.
Cara yang sama dilakukan untuk larutan blangko dan dicatat pula
volumenya sebagai V1.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.
4.1.1

Hasil
Penentuan Bilangan Penyabunan
Setelah melakukan beberapa langkah didapat hasil sebagai berikut:
V1 (minyak ikan)
= 17,9 ml
V2 (blangko)
= 75,5 ml
BM NaOH
= 40
N HCl
= 0,1
Berat minyak
= 1,5 gr
Dengan menggunakan rumus
( V 2V 1 ) N HCl BM NaOH
Bilangan penyabunan=
berat minyak ( g)
Didapatkan hasil penghitungan sebagai berikut
( 75,717,9 ) 0,1 40
Bilangan penyabunan=
1,5 gr
154,13

4.1.2. Penentuan Bilangan Asam


Setelah melakukan beberapa langkah didapat hasil sebagai berikut:
V1 (minyak ikan)
= 0,5 ml
V2 (blangko)
= 0,7 ml
BM NaOH
= 40
N etanol
= 0,1
Berat minyak
= 1,5 gr
Dengan menggunakan rumus
Bilangan asam=

( V 1V 2 ) N etanol BM NaOH
berat minyak (g)

Didapatkan hasil penghitungan sebagai berikut


Bilangan asam=

( 0,70,5 ) 0,1 40
1,5 gr
0,5333

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perhitungan Bilangan Penyabunan
Praktikum penentuan bilangan penyabunan ini dilaksanakan
dengan mencampurkan 1,5 gram minyak ikan (3 butir) dengan 30 ml

NaOH etanolat 0,1 N ke dalam erlenmeyer kemudian dipanaskan. Selain


itu dibuat juga larutan blangko yang berisi 25 ml larutan NaOH 0,1 N yang
dipanaskan bersamaan dengan sampel. Pemanasan dilakukan 30 menit
sampai minyak mendidih. Selama pemanasan dilakukan pengadukan untuk
mempercepat reaksi dan agar kapsul minyak ikan larut serta tidak
menempel pad dinding Erlenmeyer. Setelah dingin sampel kemudian
ditambahkan 2 tetes indikator pp. Indikator phenolphatalein (pp) memiliki
sifat basa sehingga ketika minyak ditambahkan pada minyak ikan akan
berwarna merah muda. Kemudian dilakukan titrasi dengan HCl 0,1 N.
Hasil yang didapat kemudian dijadikan sebagai V2 sedangakan V1
didapatkan dari hasil titrasi blangko.
Etanol biasanya bersifat higrokopis yaitu larut dalam air, tujuan
dari pemanasan di suhu yang tinggi ini untuk mempercepat pencampuran
antara minyak ikan dan etanol. Hal ini dilakukan untuk menetralkan asam
lemak bebas yang terdapat dalam minyak ikan.
Selama titrasi, tabung erlenmeyer digoyang-goyangkan agar
campuran merata. Titrasi ini dilakukan sampai mencapai keadaan
ekuivalen . Artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi
yang ditandai dengan berubahnya warna indicator, dalam hal ini warna
merah muda tepat berubah menjadi bening. Keadaan ini disebut sebagai
titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi
sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. Ketika mencapai titik
ekuivalen, larutan yang sudah ditambahkan indicator pp akan berubah
warna dari merah muda menjadi bening. Hal ini karena larutan sampel
bersifat netral.
Setelah melakukan langkah-langkah dalam praktikum ini, antara
lain dengan mencampuran minyak ikan sebanyak 1,5 gram (3 butir)
dengan etanol sebanyak 25 ml di dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan
setelah itu dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH didapat nilai

titrasi sebagai V1 sebanyak 17,9 ml dan V2

75,7 ml. maka dengan

mengunakan rumus:
Bilangan penyabunan=

( V 2V 1 ) N HCl BM NaOH
berat minyak ( g )

Berdasarkan rumus di atas didapatkan bilangan penyabunan


sebesar 1,6. Nilai negative ini karena V1 yang merupakan volume HCl
yang diperlukan untuk mentitrasi campuran minyak ikan dengan NaOH
etanolat lebih besar daripada V1. V1 merupakan volume yang diperlukan
ntuk mentitrasi blangko. Hal ini bisa terjadi karena kesalahan praktikan
dalam mengamati titik ekuivalennya ataupun volume HCl pada buret.
4.2.2

Perhitungan Bilangan Asam


Dalam praktikum ini dilaksanakan dengan cara mencampurkan
minyak ikan 1,5 gram (3 butir) dengan etanol 30 ml ke dalam erlenmeyer.
Kemudian larutan dipanaskan sampi mendidih selama 30 menit dan
selama pemanasan dilakukan pengadukan untk mempercepat reaksi.
Setelah itu larutan didinginkan dan saat larutan sudah dingin dilakukan
penambahan 2 tetes indicator pp. Ketika dilakukan penambahan indicator
pp, larutan menjadi berwarna kemerahan namun hal ini hanya terjadi
sebentar. Karena ketika erlenmeyer digoyangkan warna kemerahan hilang
dan kembali berwarna bening. Perlakuan yang sama juga diberikan kepada
blangko, yaitu etanol 25 ml.
Selanjutnya dilakukan tritrasi dengan NaOH dengan menambahkan
sedikit demi sedikit larutan NaOH pada buret ke dalam larutan sampel
yang ada di erlenmeyer. Selama proses titasi, erlenmeyer digoyang
goyang untuk mempercepat reaksi. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai
titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi
biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. Setelah mencapai
tittik ekuivalen larutan yang semula berwarna bening akan berubah
menjadi merah muda dan warna tersebut tidak berubah meski tabung
digoyang goyangkan.

Setelah

melakukan

beberapa

langkah

antara

lain

dengan

mencampurkan 1,5 gram minyak ikan dengan etanol sebanyak 25 ml di


dalam erlenmeyer serta dipanaskan diatas kompor listrik selama beberapa
menit dan setelah dingin dilakukan titrasi dengan hasil 1,1 ml volume HCl
yang keluar sebagai V1. Dan dengan cara yang sama tetapi tanpa
penambahan minyak ikan didapat hasil titrasi sebagai V2 sebanyak 0,7 ml.
Dalam praktikum kelompok kami dapat diketahui bahwa ternyata
nilai volume dengan penambahan minyak ikan lebih besar daripada nilai
volume blangko, sehingga hasil akhir pada bilangan asam bernilai
positive. Hal ini dapat disimpulkan dengan jelas bahwa dengan adanya
penambahan minyak ikan atau tidak dapat mempengaruhi nilai V dan
bilangan asamnya. Nilai V2 lebih besar daripada nilai V1 diakibatkan
karena pemberian minyak ikan pada V2 menyebabkan minyak-minyak tadi
membentuk gerombolan atau gelembung-gelembung minyak kecil yang
ternyata mempengaruhi nilai volume yang berpengaruh terhadap nilai
bilangan asamnya.
Setelah didapat V1 dan V2 kemudian dilakukan penghitungan
bilangan asam dengan menggunakan rumus:
( V 1V 2 ) N etanol BM NaOH
Bilangan asam=
berat minyak ( g )
Didapatkan hasil penghitungan didapatkan bilangan asam sebesar 0,5333.

V. PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jmlah miligram NaOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Bilangan
penyambunan minyak / lemak yang diperoleh dari praktikum adalah
154,13.
2. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu
gram lemak atau minyak. Bilangan asam minyak / lemak yang diperoleh
dari praktikum ini adalah 0,5333.

5.2.

Saran
1. Praktikan sebaiknya lebih berhati hati saat memecahkan minyak ikan
dari kapsulnya agar minya yang ada di dalam kapsul bisa masuk semua ke
dalam erlenmeyer.
2. Praktikan hendaknya lebih teliti da cermat dalam melakukan pengamatan
perubahan warna dan volume saat titrasi agar didapatkan hasil yang akurat.
3. Praktikan hendaknya lebih siap sebelum melaksanakan praktikum agar
mendapatkan hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James. 1992. Kimia Universitas. Jakarta: Binarupa Aksara.


Harold, Hart. 1983. Organic Chemistry a Short Course, Sixth Edition. Michigan
State University. Houghton Mifflin Co
Hart, Harold. 2003 Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta:
Erlangga
Fessenden. Ralph. 1982. Organic Chemistry Second Edition. USA: Willard Grant
Press Publisher.
Fessenden R.J & Fessenden J.S. 1986. Kimia Organik Edisi ke 3 Jilid II. Jakarta :
Erlangga
Fessenden, Ralph. 1999. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Respati, Ir. 1980. Pengantar Kimia Organik. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Page, David.S. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Supriyantini, E. 2006. Lipid. Semarang : Undip.
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
http://izzul107.blogspot.com/2011/07/minyak-dan-lemak-angkaasam.html/diakses pada Selasa 30 April 2013 pukul 10.15
www.forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15643.0/diaksess Selasa 30 April 2013
pukul 09.48 WIB

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA


ACARA II
UJI LEMAK / MINYAK

Praktikan :
MURRAYA
26020112140083
Asisten :
FAISAL ISLAMI
26020110130085
RADITYA AHMAD R
26020110130099

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

Anda mungkin juga menyukai