: Ahmad Rifan
: Ibnu Asyrin
Salim Fauzanul Ihsani
BIOGRAFI :
Dia lahir di Cepu pada tanggal 7 Januari 1907 dengan nama lengkap
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ayahnya bernama Kartosoewirjo , nama yang
juga menjadi sapaan akrab baginya. Ayahnya berprofesi sebagai mantri atau
sederajat dengan jabatan Sekretaris Distrik. Jabatan ayahnya cukup penting bagi
seorang pribumi. Kartosoewirjo memiliki dua saudara yang terdiri dari seorang
kakak perempuan dan seoarang kakak laki-laki.
Kartosoewirjo merupakan orang yang cerdas dan mendapatkan pendidikan
yang sangat layak walaupun dia hanya seorang pribumi. Pada tahun 1911 sampai
1915, Kartosoewirjo bersekolah di ISTK (Inlandsche School der Tweede Klasse) atau
Sekolah kelas dua untuk kaum Bumiputra di Pamotan. Kemudia dia melanjutkan
sekolahnya di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Rembang pada tahun 1915
sampai 1919. Lalu melanjutkan lagi ke ELS (Europeesche Lagere School) pada tahun
1919 sampai 1923. Bagi seorang putra pribumi seperti Kartosoewirjo, HIS dan ELS
merupakan sekolah elite. Kartosoewirjo juga pernah berkuliah di Nederlandsch
Indische Artsen School (NIAS) pada tahun 1923 sampai 1926 namun harus
dikeluarkan karena ia dianggap menjadi aktivis politik serta memiliki buku sosialis
dan komunis. NIAS merupakan Sekolah Kedokteran milik Belanda di Surabaya yang
khusus digunakan orang pribumi untuk berkuliah kedokteran.
Sebagai seorang Aktifis
Akhir Perjuangan
Pada akhirnya tentara NKRI berhasil menghabisi perlawanan NII, ditandai
dengan tertangkapnya SM Kartosoewirjo selaku Imam Besar (presiden) NII di
wilayah Gunung Geber pada 4 Juni 1962. Mahkamah militer menyatakan
Kartosoewirjo bersalah dan menjatuhkan hukuman mati. Mantan aktivis, jurnalis,
sekaligus ulama kharismatik itupun menghembuskan nafas terakhirnya di depan
regu tembak NKRI pada 12 September 1962. Sebelum menghembuskan nafas
terakhir Kartosoewirjo sempat berujar bahwa dirinya ingin segera bertemu Allah,
karena dia ingin segera tahu, apakah selama ini kebijakan yang dia jalankan sudah
benar dan di terima oleh Allah.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekarmadji_Maridjan_Kartosoewirjo
http://www.arrahmah.com/read/2012/09/05/22951-hari-hari-terakhir-imamkartosoewiryo.html
http://www.birayang.com/2012/09/biografi-sm-kartosuwiryo-pahlawanyang.html#ixzz39hirQJmO
REFLEKSI:
Ahmad Rifan Khoirul Lisan
Untuk mewujudkan sesuatu seseorang harus berjuang dengan niat yang
baik serta dilandasi ilmu yang cukup. Sikap istiqamah yang ditunjukkan
Kartosuwiryo terhadap cita-cita perjuangan yang telah digariskannya patut
diteladani oleh siapa saja (para aktivis) yang menyebut dirinya sebagai orang
pergerakan, apa pun ideologinya, dengan terlebih dahulu mengenyampingkan
naluri sektarian yang ada pada dirinya. Perjuangan untuk mewujudkan tegaknya
Islam di muka bumi seringkali menemui jalan yang sangat sulit. Namun hal itu
hanya akan dapat dilalui dengan suatu kesungguhan dan pengorbanan.
Ibnu Asyrin
Kartosoewirjo merupakan potret insan yang merindukan kejayaan Islam
kembali. Dia meyakini mengenai syumuliyatul islam (islam yang menyeluruh),
bahwa islam mampu menjawab berbagai permasalahan di muka bumi ini.
Semangat juang yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia, pupus sudah ketika
ia menghembuskan nafas terakhirnya di depan regu tembak NKRI pada 12
September 1962. Negara islam yang dicita-citakannya memang baik, bahkan
sangat baik, karena islam adalah agama yang paling komprehenship. Namun
konsep perdamaian juga jangan sampai kita kesampingkan, karena islam adalah
agama yang cinta damai. Jika kita ingat kisah pembuatan butir-butir pancasila,
maka kita teringat dengan piagam Jakarta, yang mana di dalamnya terdapat butir
yang menyatakan melaksanakan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya. Tidak
bisa di pungkiri bahwa para founding father negara Indonesia dahulu adalah orangorang yang memiliki ilmu yang memadai, ilmu dunia yang melangit dan ilmu agama
yang mengakar, bahkan hanya terdapat satu orang Kristen saja kala itu yang
menjadi dewan formatur perumusan pancasila tersebut. Asas persatuan bangsa
yang di jungjung tinggi para pendahulu kita dalam merumuskan negara ini harus
kita hargai dengan pengahargaan terbaik, karena nilai-nilai islam bukan hanya
untuk disimbolkan, melainkan juga untuk di implikasikan. Kartosoewirjo gigih dalam
memperjuangkan islam yang sebenarnya di negeri ini, bahkan walaupun nyawanya
sendiri yang menjadi taruhan, sejalan dengan idealisme kami yang setiap apel
selalu di ucapkan kami bangga ketika jiwa-jiwa ini gugur sebagai penebus bagi
kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang di perlukan.
Salim Fauzanul Ihsani
Seorang yang besar selalu disibukkan oleh hal-hal yang besar, sementara
orang-orang kecil hanya menyibukkan diri dengan rsan kerdil. Dari biografi
Kartosoewirjo, tampak bahwa dia selalu dihadapkan pada kegiatan untuk
memperjuangkan nilai-nilai islam dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa S.M. Kartosoewirjo merupakan orang besar
yang mempunyai cita-cita besar dan kegigihan yang besar. Melalui kisah hidupnya
kita melihat bahwa sebuah perbuatan haruslah didasari akan ilmu. Pendirian NII
yang dilakukan oleh Kartosoewirjo telah didasarkan pada ilmu yang dipelajarinya
oleh seorang Guru para Pemimpin Bangsa yaitu HOS Tjokroaminoto dengan
pemikiran tentang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Yang lebih
mengherankan adalah kabar bahwa sebenarnya NII lebih dulu diproklamasikan dari
pada RI oleh Soekarno, namun kemudian Kartosoewirjo justru mengakaui RI yang
diproklamasikan oleh Soekarno dengan harapan syariat islam dapat diterapkan. Hal
ini menandakan bahwa kita harus menempuh jalan damai terlebih dahulu dengan
tetap memperjuangkan idealisme yang kita bawa. Memang patut disayangkan
bahwa Kartosoewirjo yang merupakan seorang ulama besar justru lebih dikenal
oleh orang awam dengan sebutan pemberontak negara. Namun semua
pertanggungjawaban itu akan dilakukan seorang manusia kepada Allah. Dalam
benak Kartosoewirjo secara eksplisit terbesit terserah orang mau bilang apa yang
penting Allah meridhoi. Hal ini tampak pada saat sebelum menghembuskan nafas
terakhirnya, Kartosoewirjo berujar bahwa dirinya ingin segera bertemu Allah,
karena dia ingin segera tahu, apakah selama ini kebijakan yang dia jalankan sudah
benar dan di terima oleh Allah.
RENCANA KAMAR :
Kami akan membawa tema evaluasi terhadap perjuangan Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo. Kami meyakini bahwa cita-cita Kartosoewirjo amatlah mulia demi
tegaknya syariat di Indonesia. Namun adanya sebuah kegagalan haruslah difikirkan
apa sebeb dari kegagalan tersebut. Dengan semangat yang sama dengan
Kartosoewirjo dalam mewujudkan baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur (negeri
yang makmur dan diridhoi Allah SWT), kami akan memikirkan cara lain agar citacita tersebut dapat kami wujudkan dan kalimat tauhid mampu untuk benar-benar
menyinari Indonesia.
Desain Kamar
Akan kami letakkan kalimat syahadat diantara dua bendera Indonesia. Hal ini
bermakna nilai-nilai Islam harus menjadi core atau inti dari tegak kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dan kalimat syahadat tersebt kmi gambarkan
ditulis dengan pena, karena nilai-nilai Islami hars dilaksanakan secara
perlahan namun pasti di Indonesia tercinta ini.
Di empat sudut atas kamar akan kami tempel empat quotes. Di sudut utara
akan kami isi dengan quotes baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur yang
merupakan cita-cita Kartosoewirjo. Di sudut timur akan kami isi dengan
quotes dari Ibnu Asyrin. Di sudut selatan akan kami isi dengan quotes dari
Ahmad Rifan Khoirul Lisan. Di sudut barat akan kami isi dengan quotes dari
Salim Fauzanul Ihsani.
Program Kamar
1. Rapikan (Rajin Piket di Kamarnya)
o
Setiap hari akan ada update Hadits yang akan dilakukan secara bergantian
oleh penghuni kamar