BAB I1 Fentanyl
BAB I1 Fentanyl
1.1 Latarbelakang
Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi. Dimana obat dibuat dalam berbagai
bentuk sediaan, baik yang digunakan secara oral maupun topikal. Dalam sistem
penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting adalah
bentuk
sediaan.
Penggunaan
suatu
bentuk
sediaan
bertujuan
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kumparan
yang
mengandung
butir-butir
di
dalam
lapisan saling
berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi metabolifilamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju
normal, tersusun menjadi beberapa baris.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan
lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel
torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya.
Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan
dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan
Gambar 2.2
Penampang lapisan epidermis
2.
Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terusmenerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang
menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai
permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut
kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit.
Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang
paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di
telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh
serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan
ujung-ujung
saraf
perasa
dalam
kulit
jangat,
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet
yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit
membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak
tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat
mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan
dari
jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat
yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan
jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 97 persen air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma seluler.
Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak
tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di
seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat
dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat
ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak,
puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur
(anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna
keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar
ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan
bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada
saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak
terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari
kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh
dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit,
Gambar 2.3
Penampang Lapisan Dermis
3. Jaringan ikat bawah kulit (Lapisan Subkutis)
Gambar 2.4
Penampang Lapisan Subkutis
2.2.Api dan Eksipien seleksi dan analisis
2.2.1
Mengandung tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101.0%, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Sinonim
N-Phenyl-N-[1-(2-phenylethyl)piperidin-4-yl]propanamide.
Pemerian
Bubuk putih atau hampir putih.
2.2.2
Sifat-sifat Fisikokimia
Struktur (Martindale, 2009).
Fentanyl
C22H28N2O
BM 336,5
10
golongan opioid. Berdasarkan data tahun 2007, di Amerika sebanyak 70% dari
seluruh pasien yang menderita nyeri ini memerlukan pengobatan opioid jangka
panjang. Fentanyl adalah opioid kuat yang dapat digunakan untuk pengobatan
nyeri kanker. Oleh karena itu, pembuatan patchfentanyl dirasa perlu.
2.5 Mekanisme Kerja Obat
Fentanil merupakan opioid sintetik yang agonis selektif yang bekerja
terutama pada reseptor dengan sedikit berpengaruh pada reseptor dan .
Fentanil merupakan opioid yang poten, mempunyai potensi analgesia 100-300
kali efek morfin. Bersifat lipofilik yang memungkinkan masuk ke struktur
susunan saraf pusat dengan cepat. Sistem transdermal menghantarkan fentanil,
dari reservoir dengan jumlah yang hampir konstan per unit waktu. Perbedaan
konsentrasi yang timbul antara larutan jenuh obat di dalam reservoir dan
konsentrasi yang rendah di dalam kulit mendorong pelepasan obat fentanil
bergerak ke arah konsentrasi yang lebih rendah dengan kecepatan yang
ditentukan oleh membran pelepas kopolimer dan difusi fentanil melalui
lapisan kulit. Meskipun kecepatan aktual penghantaran fentanil ke kulit
berbeda selama periode pemakaian 72 jam, tiap sistim dilabel dengan fluks
nominal yang mencerminkan jumlah rata-rata obat yang dihantarkan ke
sirkulasi sistemik melalui kulit
2.6 Farmakokinetik
Setelah penempelan sistim fentanyl patch, konsentrasi fentanil serum
akan meningkat mencapai 12-18 jam sampai tercapai tahap plateu. Bila sistim
ini dibiarkan tertinggal menempel, konsentrasi fentanil hanya akan meningkat
sedikit setelah 24 jam. Setelah pelepasan sistim, konsentrasi fentanil akan
menurun perlahan, dengan waktu paruh terminal mencapai 15-21 jam
2.7 Dosis dan Cara Pemberian
Pasien yang merokok > 10 rokok/hari dimulai dengan step 1 dosis 21
mg/hari, dilanjutkan step 2 dosis 14mg/hari, dan diakhiri step 3 dosis 7mg/hari.
Pasien yang merokok < 10 rokok/hari dimulai dengan step 2 dosis 14mg/hari, dan
diakhiri step 3 dosis 7mg/hari. Tempelkan patch yang baru setiap 24 jam pada
11
bagian kulit yang tidak berambut, bersih, dan kering pada bagian atas tubuh atau
bagian atas lengan (Lacy et. al., 2009).
2.8 Kontraindikasi
Penggunaan nicotine dikontraindikasikan pada:
a.
Hipersensitivitas terhadap nicotine, karena dapat menyebabkan munculnya
reaksi hipersensitivitas.
Ibu hamil, karena nicotine dilaporkan dapat menyebabkan terjadinya
b.
keguguran, berat badan rendah pada bayi yang baru lahir dan peningkatan
mortalitas perinatal. Nicotinememiliki kategori D pada sediaan transdermal
c.
d.
sistem
cardiovaskular
sehingga
dapat
memperparah
e.
terjadinya infark.
Pasien bukan perokok, karena nicotineakan beredar di pembuluh darah dan
f.
a.
Efek samping yang dapat muncul selama penggunaan nicotine antara lain:
-
Efek samping yang jarang dijumpai :hipertensi, detak jantung cepat atau
tidak beraturan (Sistem cardiovaskular); reaksi hipersensitivitas;edema,
eritema, gatal, kemerahan dan urticaria (Kulit);diare, konstipasi, nyeri perut,
kembung, mual, muntah (Sistem pencernaan)
(Thomson, 2006).
12
Efek awal mual, muntah, salivasi, nyeri perut, diare, kulit pucat, keringat
dingin, sakit kepala, pusing, gangguan pendengaran dan penglihatan, tremor,
bingung dan lemah.
2.10
Obat A
Nicotine
Interaksi Obat
Obat B
Propanolol
Efek
Menurunkan
Penanganan
Pustaka
Diperlukan
Thomson,
13
metabolisme sehingga
penurunan
menyebabkan
dosis
peningkatan efek
propanolol
2006
terapeutik dari
Nicotine
Insulin
propanolol
Meningkatkan efek
Penurunan
Thomson,
dosis insulin
2006
dengan cara
diperlukan
meningkatkan
untuk pasien
absorpsi insulin
diabetes
sehingga konsentrasi
yang
menggunaka
meningkat
n insulin
yang tibatiba berhenti
Nicotine
Nicotine
Isoprotereno
Menurunkan efek
merokok
Diperlukan
Thomson,
terapeutik karena
peningkatan
2006
terjadi penurunan
dosis
jumlah katekolamin
isoproterenol
disirkulasi
Meningkatkan efek
Diperlukan
Thomson,
terapeutik karena
penurunan
2006
terjadi penurunan
dosis
jumlah katekolamin
prazosine
Prazosine
disirkulasi
14
3.1
Pengembangan Formula
Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran
Nama dagang
Pabrik
Watson
Bentuk
Kekuatan/
Sediaan
potensi
patch
75 mcg/h
15
Janssen Jilag
patch
25 mcg/hr
Ranbaxy
Patch
12 mcg/h
16
ethylene]; polyvidone; povidone; povidonum; Povipharm; PVP; 1-vinyl-2pyrrolidinone polymer (Rowe et al., 2009).
Pemerian
: Bentuk PVP adalah serbuk putih atau putih
kekuningan; berbau lemah atau tidak berbau;
higroskopik
: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dan
Kelarutan
Titik lebur
Inkompatibilitas
Kelarutan
17
Etil selulosa disimpan dalam wadah kering, jauh dari panas, pada
temperature tidak lebih dari 320 C.
Fungsi dan konsentrasi yang digunakan sesuai fungsi tersebut :Fungsi
EC adalahsebagai coating agent, bahan pengikat, bahan pengisi, viscosityincreasing agent. Sebagai sustained-release tablet coating digunakan
konsentrasi 3.0-20.0% sebagai polimer hidrofobik (Rowe et al., 2006).
c. Propilenglikol
Fungsi
: plasticizer
Titik didih
: 188C
Kelarutan
Inkompatibilitas
Fungsi
Kelarutan
18
hidrofobik
seperti
etilselulose
(EC)
polimer
hidrofobik
dengan
polimer
hidrofilik
dalam
19
3.3
3.3.1
.Fentinyl dibuat dalam bentuk patch, karena pada pemberian oral nicotine
mengalami First Past Effect sehingga bioavaibilitasnya kecil, melalui rute
pemberian secara transdermal dapat meningkatkan bioavaibilitas nicotine. BM
nicotine 162, 23 (Sweetman, 2009), obat yang memiliki BM < 500 lebih mudah
menembus stratum corneum. Koefisien partisi nicotine (log P =1.09) (Benfenati
et. al., 2003) berada pada rentang log P = 1-3., sehingga dapat diabsorpsi oleh
kulit yang memiliki membrane sel yang bersifat bilayer. Formulasi untuk
patchnicotinedengan ukuran 5 x 5 cm adalah :
Bahan
Fentinyl
Etil selulosa
PVP
Propilenglikol
Silica oil 360
Diklorometan
Etanol 95 %
20
1. HPMC
HPMC dilarutkan dalam pelarut etanol : diklorometan dengan
perbandingan 50 : 50 (a) (Kelarutan : LARUT 10 30)
-
= 0,75 mg
= 0.00075 g x 30 ml = 0.0225 ml
2. PVP
PVP dilarutkan dalam pelarut etanol (kelarutan1-10)
- PVP 0.25% dari 100 mg
= 0.25 mg
-
Pelarut
= 0.00025 g x 10 ml = 0.0025 ml
b. Prosedur pembuatan:
-
50 : 50 (a)
PVP dilarutkan dalam 0.0025 ml etanol (b)
Campurkan (a) dan (b) kemudian dipanaskan sampai didapatkan campuran
21
3.4
3.4.1
a.
Organoleptis
Tujuan
Prinsip
b.
Keseragaman Kadar
Tujuan
Prinsip
Penafsiran Hasil
c.
Keseragaman Tebal
Tujuan
Prinsip
Penafsiran Hasil
rata-ratanya.
: tebal masing-masing patchtidak boleh
menyimpang dengan simpangan baku relatif 6%.
d.
Keseragaman Bobot
Tujuan
Prinsip
Penafsiran Hasil
6%.
e.
Integritas Penutup
22
relatif 6%.
b. Uji Keseragaman Tebal Patch
Tujuan
: Menjamin penampilan patch yang baik.
Prinsip
: beberapa patch diukur ketebalannya dengan
menggunakan mikrometer pada 5 daerah yang
berbeda pada tiap patch dan dan dihitung bobot
Penafsiran Hasil
rata-ratanya.
: tebal masing-masing patchtidak boleh
23
24
Penafsiran Hasil: Tidak ada kulit yang mengalami eritema atau edema.
3.5
merupakan merupakan bahan kemas yang tahan terhadap udara dan bersifat
menghalangi uap air (Leonard, 1996).
Desain kemasan sekunder :
25
Nama kimia
: 3-[(2S)-1-Methyl2pyrrolidinyl]pyridine
-pyridyl-alpha-N-methyl pyrrolidine
Bobot molekul
: 162,23
Rumus kimia
: C10H14N2
(The United State Pharmacopeial Convention, 2006).
Dari struktur molekul tersebut, diketahui bahwa nicotine memiliki :
Gugus Fungsi
Metil:
CH3
Jenis Ikatan
Ikatan Kovalen:
C=N,
C-N,
C-C,
C=C,
C-H
Piridin:
Pirolidin:
Pada
gugus
piridin
terdapat
ikatan
rangkap
terkonjugasi
yang
menyebabkan
senyawa
ini
dapat
dianalisis
menggunakan
spektrofotometri IR. Kelarutan dan interaksinya dengan fase gerak maupun fase
diam, menyebabkan nicotine dapat dianalisis denganKromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT). Nicotine merupakan senyawa yang mudah menguap, sehingga
dapat pula dianalisis menggunakan GC.Secara volumetri nicotine dapat dianalisis
dengan menggunakan potensiometri karena bersifat basa lemah.
4.2
4.2.1
a
1
26
4.2.2
mencakup:
1 Organoleptis
2 Keseragaman Kadar
3 Keseragaman Tebal
4 Keseragaman Bobot
5 Integritas Penutup
4.2.3
Keseragaman Kadar
Keseragaman Tebal
Keseragaman Bobot
Peel Adhesion Test
Moisture Loss
27
6
7
8
9
10
4.3
Moisture Absorption
Tensile Strength
Uji Permeasi Kulit
Uji Disolusi
Uji Iritasi Kulit
Nicotine
1.
Identifikasi dengan reaksi warna
Nicotine + sianogen bromide warna oranye (positif)
(Moffat et. al., 2005).
2.
Spektrofotometri UV
Buat larutan 1mg/ mL nicotine dalam air. Ambil 1 mL dari larutan ini
dan masukkan ke labu ukur 50 mL, encerkan dengan HCl 0,1 N hingga
batas.
Amati
panjang
gelombang
maksimum
dan
absorbansinya
28
Dibuat pelat cakram dari zat aktif dengan KBr, kemudian dilewarkan
sinar IR melalui pelat tersebut, hasil spektrum yang diperoleh dibandingkan
terhadap standar.
Interpretasi hasil Spektrofotometri IR:
Bilangan
gelombang
(cm-1)
Intensitas
Bentuk
puncak
Dugaan
712
Kuat
Tajam
N-H wagging
810
Medium
Tajam
=C-H bending
1022
Medium
Tajam
C-C
1040
Medium
Tajam
C-N
1310
Medium
Tajam
C=C
1575
Kuat
Tajam
C=N
(Moffat et. al., 2005).
4.3.2
1
29
Integritas Penutup
Penutup sediaan transdermal perlu diuji untuk memastikan tekanan dari
1. Keseragaman Kadar
Pengujian kadar dilakukan menggunakan spektrofotometri UV dan KCKT
dengan prosedur sebagai berikut:
a
Spektrofotometri UV
Ambil 1 mL dari larutan hasil usapan dan masukkan ke labu ukur 50
mL, encerkan dengan HCl 0,1 N hingga batas. Amati panjang gelombang
maksimum dan absorbansinya menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
(The United State Pharmacopeial Convention, 2006).
Dibuat kurva baku nicotine, kemudian tentukan persamaan garis y= a
+ bx. Y merupakan absorbansi, x merupakan konsentrasi (kadar baku).
Plot absorbansi yang diperoleh dalam pengukuran sampel, hitung
kadarnya menggunakan persamaan garis tersebut.
Masukkan USP Nicotine bitartrate dehydrate RS yang ekivalen dengan
50mg nicotine ke dalam 25 mL corong pemisah. Tambahkan 5 mL
30
ammonium hidroksida 6 N, 3 mL natrium hidroksida 1 N, dan 20 mL nheksan. Kocok selama 5 menit, biarkan hingga terjadi dua fase, ambil
lapisan atas n-heksan dan masukkan ke dalam vial, evaporasi dengan
aliran gas nitrogen. Larutkan residu nicotine dalam air dengan konsentrasi
1 mg/mL. Encerkan 1 mL larutan ini dengan asam hidroksida 0,1 N hingga
50 mL. Untuk memperoleh kurva baku, dibuat larutan baku dengan
berbagai konsentrasi (The United State Pharmacopeial Convention, 2006).
b
KCKT
Larutan uji
Larutan referen
Fase gerak
Fase diam
phosphoric acid
:Kolom stainless steel dengan panjang 0.10 m dan
internal diameter 8 mm, dipak dengan octadecylsilyl
Kecepatan alir
Detektor
Waktu retensi
dari 10 unit dosis berada di antara 90% - 110% dari kadar total yang tertera
pada kemasan atau jika masing-masing unit dosis berada di antara 75% 125% dari kadar rata-rata (European Pharmacopoeia, 2005).
2. Keseragaman Tebal
31
32
Pengujian ini untuk menjamin patch tidak menyerap uap air disekitarnya
sehingga tidak mempengaruhi kadar zat aktif. Prinsipnya dengan menetapkan
berat 6 patch yang disimpan dalam desikator yang berisi 100 mL larutan jenuh
alumunium klorida dengan suhu 34 C dan kelembapan 75% setelah 3 hari
penyimpanan (Das, et al., 2006).
7. Tensile Strength
Pengujian ini untuk menjamin ketahanan patch terhadap tarikan.
Prinsipnya dengan tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai patch dapat
tetap bertahan sebelum putus (Prabhakara, et al., 2010)
8. Uji Permeasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui laju permeasi nicotine
denganmenggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi
nicotine dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu.Uji permeasi
dilakukan dengan menggunakan metode sel difusi Franz. Susunan alat difusi
yang digunakan terdiri dari waterbath shaker, gelas kimia, pompa pengatur
kecepatan alir, sel difusi dan selang berdiameter 5 mm. Sediaan patch yang
telah dipotong sebesar 2x2 cm ditempelkan pada pemukaan atas membran.
Bagian reseptor terdiri dari gelas kimia yang diisi dengan dapar fosfat pH 6,4
dan diletakkan di atas waterbath shaker dengan pengaturan suhu dijaga agar
suhu tetap pada 37oC. Pada saat pengambilan sampel, sampel diambil
sebanyak 5 ml kemudian reseptor langsung diisi kembali menggunakan dapar
fosfat pH 6,4 dengan volume yang sama. Seluruh sampel ditentukan
konsentrasinya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang
259 nm (Duraivel, et.al., 2014).
9. Uji Disolusi
Pengujian ini untuk mengetahui kelarutan zat aktif di dalam cairan tubuh.
Metode yang digunakan yaitu Rotating Cylinder Method. Prosedurnya yaitu
dengan menempatkan medium pada tabung alat disolusi. Lepaskan permukaan
patch minimal 1 cm lebih besar pada seluruh sisi. Letakkan patch pada
permukaan yang bersih dengan membran yang kontak langsung dengan
33
Dipercepat
Kondisi
Frekuensi
penyimpanan
Pengujian
30C + 2C / 75% RH 0, 3, 6, 9, 12, 18, 24
+ 5% RH
bulan dan setiap
tahun untuk
mengetahui shelflife
Jumlah
Batch
Minimal 3
Minimal 3
(ASEAN, 2005).
BAB V
REGULASI DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
34
2
3
Produk biologi
Obat copy, yaitu obat yang berkhasiat sama dengan obat yang sudah
terdaftar
Pra registerasi
Untuk pertimbangan jalur evaluasi dan kelengkapan dokumen registrasi:
Obat baru (Jalur I: 100HK, Jalur II: 150HK, Jalur III: 300HK)
Obat Copy (Jalur I: 100HK, Jalur II: 80HK, Jalur III: 150HK)
Registrasi
Penyerahan dokumen registrasi dengan persyaratan sebagai berikut:
i Mengisi form permintaan disket, sesuai hasil pra registrasi atau surat
ii
iii
iv
permohonan.
Membayar biaya evaluasi.
Mengisi disket.
Menyerahkan berkas lengkap sesuai tujuan registrasi.
Industri farmasi, untuk dapat jadi lokal dan kontrak, obat jadi lisensi,
ii
35
iii
Lisensi :
Persyaratan sama dengan produksi dalam negeri; Perjanjian lisensi
Impor :
Fotokopi izin industri farmasi /PBF; surat penunjukan dari pemilik
iv
disusun
sesuai
format
ASEAN
Common
Technical
Dossier
15
36
= kemasan utama untuk nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi
(2 = kemasan yang kedua, 3 = kemasan yang ketiga)
Brosur
a Nama Obat
b Bentuk Sediaan
c Besar kemasan (unit)
d Nama dan kekuatan zat aktif
e Nama dan alamat pendaftar
f Nama dan alamat produsen
g Nama dan alamat pemberi lisensi
h Cara pemberian
i Nomor izin edar
j Nomor bets
k Tanggal produksi
37
l
m
n
o
p
q
r
s
Batas kadaluarsa
Indikasi
Posologi
Kontraindikasi
Efek samping
Interaksi obat
Peringatan-perhatian
Peringatan khusus, Misalnya :
i Harus dengan resep dokter
ii Tanda peringatan (P.No.1 P.No. 6)
iii Kotak peringatan
iv Bersumber babi/bersinggungan
v Kandungan alkohol
Cara penyimpanan obat (termasuk cara penyimpanan setelat rekonstitusi)
Menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat diperoleh
tujuan penggunaan
Menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi yang dipersyaratkan
termasuk selama transportasi
38
Distribusi obat dimulai pada saat obat selesai diproduksi oleh industri hingga
sampai kepada pihak yang membutuhkan secara sah (pasien). Alur distribusi obat:
Industri Farmasi (Produsen)
Konsumen
39
BAB VI
INFORMASI OBAT JADI
1
a
b
c
d