Anda di halaman 1dari 5

makalah SKDN (Status Gizi Balita )

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah

Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan puskesmas melakukan berbagai
upaya seperti, bagian dari sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta kader dan
masyarakat untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah masalah kesehatan
masyarakat namun penanggulangan tidak dapat dilakukan lewat pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa. 2002).
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap
kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga
KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan
bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN.
Pengertiannya S adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu, K adalah jumlah balita yang
terdaftar dan yang memiliki KMS, D adalah jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini, N adalah
jumlah balita yang naik berat badanya. Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan
kegiatan penimbangan, kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu, tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan, kecenderungan status gizi, efektifitas kegiatan. (Suhardjo. 1996).
1.2 Tujuan
1. Pembaca mengerti mengenai SKDN
2. Memberitahu pembaca mengenai gambaran status gizi melalui balok SKDN
3. pembaca mengetahui sistem pencatatan dan pelaporan data SKDN
4. Menjelaskan pengolahan data SKDN
1.3 Rumusan Masalah
Apa kepanjangan SKDN
Bagaimana gambaran status gizi melalui balok SKDN
Bagaimana sistem pelaporan data SKDN
Bagaimana cara pengolahan data SKDN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian

KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap
kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga
KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan
bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN.
SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu
sebagai berikut:
S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,
K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,
N= jumlah balita yang naik berat badanya.
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S),
kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
(D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). (Suhardjo. 1996).
2.2 Perhitungan SKDN
Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyandu
yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang
berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %). Peramalan
dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan pada wilayah masing-masing
wilayah kecamatan. Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format
laporan yang telah ada.
Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
Pengertian
Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat
badannya.
Definisi Operasional
Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat badannya
(D) di posyandu maupun di luar posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Balita yang naik berat badannya (N/D)
Definisi Operasional Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu
maupun di luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumusnya

Contoh Kasus :
Dari laporan kegiatan Gebyar Posyandu 27 pada tanggal 27 Desember 2008, didapat data, seperti ;
(DKI Jakarta) tercatat jumlah seluruh Balita yang ada sebesar 553.775 Balita, dan sebanyak 425.946
diantaranya telah memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS), sementara itu, sebanyak 279.371 balita
ditimbang berat badannya, sedangkan balita yang naik berat badannya adalah sebanyak 148.642
anak.
Cara Perhitungan:
Cakupan kegiatan program (output) yaitu:
Jumlah Kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan
kesehatan (Numerator)
Jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program
(Denominator)
Dengan konstanta yang digunakan adalah persentase (%)
Jumlah kelompok masyarakat dengan konstanta
Cakupan Kegiatan yang sudah diberikan pelayanan digunakan adalah
Program (Output)

kesehatan (numerator)

persentase (%)

yaitu
Jumlah kelompok masyarakat
Yang menjadi sasaran program
denominator
Cakupan balita yang memiliki KMS (K) :
= 425.946/553.775 X 100% = 76,92%
Cakupan balita yang ditimbang (D) :
= (279.371)/(553.775) X 100% = 50,45% dari 553.775 balita
Cakupan balita yang timbangannya naik (N) :
= 148.642/553.775 X 100% = 53,21% dari 279.371 balita yang ditimbang
Dan sebesar tercatat, 21.300 atau 7,62% balita dengan status Kurang Gizi (KG) NDKS : 5,993 atau
2,14% balita dengan status Gizi Buruk (GB).
2.2 Pengolahan
Dalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya seorang anak setelah ditimbang

mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg,ketika data berat tersebut dipindahkan ke KMS ternyata tidak
naik mengikuti pita warna, pada contoh ini anak tidak dikelompokkan sebagai balita yang mengalami
kenaikan BB (lihat buku pemantau pertumbuhan). Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya
S,K,D,N atau dalam bentuk proporsi N/D, D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-masing posyandu.
Biasanya setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau di pospenimbangan petugas kesehatan dan
kader Posyandu (petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisinya terdiri dari:
Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi
dengan jumlah balita yangada di wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/Sx
100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80% maka dikatakan partisipasi
masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah
rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader
Posyandu akan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola
pertumbuhan baerat badannya.
Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah seluruh balita
yang ada diwilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%). Hasil yang didapat
harus 100%. Alasannya balitabalita yang telah mempunyai KMS telah mempunyai alat instrument
untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau
tidak dapat KMS makan pada dasarnya program POSYANDU tersebut mempunyai liputan yang sangat
rendah atau bisa juga dikatakan balita tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini
menggunakan rumus (S-K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu dikurangi
Jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah
Posyandu tersebut. Semakin tinggi Presentasi Kehilangan kesempatan, maka semakin rendah kemauan
orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau
pertumbuhan berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat badan balita
Indikator lainnya2 adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya dibandingkan
dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus
mengalami peningkatan berat badan.
Indikator lainnya dalam SKDN adalah indicator Drop-Out, yaitu balita yang sudah mempunyai KMS dan
pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di Posyandu
untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya yaitu jumlah balita yang telah
mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balitayang ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita
yang mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).

Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara jumlah balita yang status gizinya
berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada
bulan penimbangan (D). Rumusnya adalah (BGM/D 100%)A.
2.3 Cara Penyajian
Komponen Output
Menurut Azrul Azwar, DR,dr, MPH, output merupakan hasil dari statu pekerjaan administrasi, dalam
ilmu kesehatan dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service). Kinerja output disini
meliputi cakupan hasil program gizi di Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase cakupan
yang berhasil dicapai oleh suatu Posyandu. Adapun cakupan hasil program gizi di Posyandu tersebut
adalah sebagai berikut :
Cakupan Program (K/S)
Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan
jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini,
menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar
cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.
Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)
Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan
jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini,
menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai.
Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)
Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dalam
dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini,
menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah tersebut yang telah tercapai.
Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)
Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata rata jumlah Balita yang naik berat badan (BB) nya
dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini,
menggambarkan berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang telah tercapai.

Anda mungkin juga menyukai