Anda di halaman 1dari 31

Fisioterapi pada Stroke

1. Passive breathing exercise


Istirahat yang cukup lama dibed dan inaktifitas akan
menurunkan metabolisme secara umum. Hal ini
mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional pada
sistim tubuh yang komplek, dengan manifestasi klinis
berupa sindrom imobilisasi (Saleem dan Vallbona).
Pada pasien yang menderita defisit neurologis efek
imobilisasi berakibat pada penurunan kapasitas
fungsional. Hal ini menyebabkan membutuhkan waktu
yang lama untuk mengembalikan potensi fungsi
maksimal yang dimiliki pasien.

a.
b.
c.
d.

Manifestasi klinik sindrom imobilisasi


salah satunya pada sistem respirasi
yang berupa :
penurunan kapasitas vital
penurunan ventilasi volunter maksimal
perubahan regional dalam
ventilasi/perfusi
gangguan mekanisme batuk

2. Positioning
Pengaturan posisi yang benar dengan posisi
anatomis, ini bermanfaat untuk menghambat
pola sinergis dan spastisitas ketika adanya
peningkatan tonus.
Posisi tidur terlentang, posisi bahu dan lengan
diletakkan diatas bantal sehingga bahu sedikit
terdorong ke depan (protaksi) karena pada
paisen stroke cenderung untuk terjadi retraksi
bahu.

Posisi bantal diletakkan dibawah tungkai bawah


dengan maksud agar panggul tidak jatuh
kebelakang dan tungkai tidak eksternal rotasi.
Posisi miring kesisi sehat berfungsi agar tidak
terjadi dekubitus dan untuk mencegah
komplikasi fungsi paru akibat tirah baring yang
lama karena karena sangkar thorak terfiksir
dalam posisi ekspirasi,

dengan posisi bahu protaksi dan lengan lurus


didepan bantal.Posisi miring kesisi sakit, dengan
posisi bahu terdorong kedepan dan tidak
tertindih akan memberikan rasa berat badan
pada sisi lumpuh
Pengaturan posisi elevasi pada ekstremitas
bawah dan ekstremitas atas berguna untuk
menurunkan oedem dengan menganut prinsip
gravitasi dengan postural drainage lewat
pembuluh darah dan limfe.

1.

2.
3.

Pengaturan posisi furniture pasien disisi lumpuh


dengan tujuan :
rotasi kepala yang diikuti mata paisen secara otomatis
kearah benda yang terletak dimeja menimbulkan
suatu kebiasaan untuk meluruskan lengan yang sakit
dalam pola penyembuhan
berat badan bergeser kerah sisi tubuh terutama sendi
panggul, merangsang kesadaran akan sisi yang
paralisis
gerakan memutar bahu terhadap panggul merupakan
gerakan penting dalam mencegah spastisitas.

3. Stimulasi taktil terhadap kulit,


otot, persendian dengan tehnik
tehnik : tapping, swiping,
aproksimasi
Stimulasi taktil pada prinsipnya harus
menimbulkan kontraksi otot, sehingga
akan merangsang golgi tendon dan
muscle spindle.

Impuls yang berasal dari gelondong otot


dan organ tendon dikirim oleh serat
konduksi yang paling kaya bermyelin yaitu
serat Ia.Impuls propioseptif lain yang
berasal dari reseptor fasia, sendi dan
jaringan ikat yang lebih dalam, berjalan
dalam serat yang kurang bermyelin

Ketukan, swiping, tapping dan


aproksimasi akan merangsang
propioseptor pada kulit dan persendian,
gelondong otot akan bereaksi dengan
dikirimnya impuls ke motoneuron anterior,
perangsangan neuron ini menyebabkan
peningkatan kontraksi secara singkat.

Rangsangan pada muscle spindle dan


golgi tendon akan diinformasikan melalui
afferen ke susunan saraf pusat sehingga
akan mengkontribusikan fasilitas dan
inhibisi (gracanin).

Rangsangan taktil yang diulang-ulang


akan memberikan informasi ke
supraspinal mechanisme sehingga
terjadi pola gerak yang terintegrai dan
menjadi gerakan-gerakan pola fungsional.

Stimulasi taktil melalui saraf motoris


perifer melatih fungsi tangan graps dan
release serta dapat memberikan fasilitasi
pada otot yang lemah dalam melakukan
gerakan

4. Latihan gerak pasif dengan pola


gerak propioceptive neuromusculer
fasilitation dengan tehnik rhytmical
initiation
dengan metode PNF maka akan semakin
diperkuat dan diintensifkan rangsangan
rangsangan spesifik melalui receptor yaitu
panca indra dan atau propioceptor.
Neuromusculair, juga untuk meningkatkan
respons dari sistem neouromusculair.

Metode PNF berusaha memberikan


rangsangan rangsangan yang sesuai
dengan reaksi yang dikehendaki, yang
pada akhirnya akan dicapai kemampuan
atau gerakan yang terkoordinasi.

Lewat rangsangan rangsangan tadi


fisioterapis berusaha untuk mengaktifkan
lagi mekanisme yang latent dan
cadangannya dengan tujuan utama untuk
meningkatkan kemampuan fungsional

Metode PNF menganut prinsip prinsip :


1. Ilmu proses tumbuh kembang, perkembangan
motoris berkembang dari cranial ke caudal dan
dari proksimal ke distal. Gerakan terkoordinasi
pada orang dewasa berlangsung dari distal ke
proksimal. Gerakan selalu sebelumnya didahului
dengan kontrol sikap (stabilisasi), dimana
stabilisasi akan menentukan kualitas dari
gerakan

2. Prinsip Neurofisiologis, Overflow principe;


motoris impuls dapat diperkuat oleh motoris
impuls yang lain dari sekelompok otot yang lebih
kuat yang dalam waktu bersamaan berkontraksi,
dimana otot otot tersebut kira kira
mempunyai fungsi yang sama (otot otot
synergis). overflow principe akan menimbulkan
apa yang disebut irradiatie atau summatie.
Rangsangan saraf motoris yang mempunyai
ambang rangsang tertentu (semua atau tidak
sama sekali).

3. Prinsip ilmu gerak, latihan latihan isometris


ditujukan untuk memperbaiki sikap sedangkan
latihan isotonis ditujukan untuk memperbaiki
gerakan. Gerakan tunggal murni tidak ada
dalam kehidupan, otak hanya mengenal aktifitas
otot secara kelompok bukan gerakan individual,
setiap gerakan terjadi dalam arah tiga dimensi.
gerakan akan semakin kuat bila terjadi bersama
sama dengan gerakan total yang lain.

metode PNF menyusun latihan latihan


dalam gerakan gerakan yang selalu
melibatkan lebih dari satu sendi dan
mempunyai 3 komponen gerakan.Latihan
akan lebih cepat berhasil apabila pasien
secara penuh mampu melakukan suatu
gerakan dari pada bila hanya melakukan
sebagian saja.

Hindarkan faktor faktor yang


menghambat latihan misal latihan
seharusnya tanpa menimbulkan rasa
sakit, pengulangan pengulangan yang
banyak dan bervariasi, sikap posisi awal
akan memberikan hasil yang lebih baik,
aktifitas yang lama penting untuk
meningkatkan kekuatan, koordinasi,
kondisi dari sistem neuromusculair.

Tehnik tehnik PNF adalah alat fasilitasi


yang dipilih dengan maksud yang spesifik,
tehnik tehnik tersebut mempunyai
maksud untuk : mengajarkan pola gerak,
menambah kekuatan otot, relaksasi,
memperbaiki koordinasi, memperbaiki
gerak, mengajarkan kembali gerakan,
menambah stabilisasi.

5. Mobilisasi dini dengan latihan


secara pasif dan aktif
Pemulihan motorik terjadi melalui dua
mekanisme utama yaitu :
1. resolusi dari faktor faktor lokal yang
merusak dan ini biasanya merupakan
pemulihan spontan yang umumnya
berlangsung antara 3 sampai dengan 6
bulan. Proses ini meliputi pengurangan
oedem lokal, perbaikan sirkulasi darah
lokal dan penyerapan jaringan yang rusak

2. Neuroplastisitas yang terjadi pada


stadium lanjut, penderita stroke
mempunyai hubungan bermakna terhadap
reorganisasi yang disebut Neural
Plasticity dalam proses perbaikan sistem
sarafnya. penyembuhan saraf penderita
stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan
salah satu pendekatannya adalah
pendekatan fisik (physical therapy).

Kemampuan otak untuk memodifikasi dan


mereorganisasi fungsi dari fungsi yang
mengalami cendera / kerusakan disebut
neural plastisity

Otak mempunyai kemampuan untuk


beradaptasi, memperbaiki, mengatasi
perubahan lingkungan nya (bahayabahaya) melalui penyatuan neuronal
kembali yang dikelompokan menjadi :
1. Sprouting ( Collateral Sprouting )
2. Unmasking
3. Diachisia (Dissipation of diachisia)

Sprouting ( Collateral Sprouting )


merupakan respon neuron daerah yang
tidak mengalami cendera dari sel-sel yang
utuh ke daerah yang debervasi setelah
ada cendera.Perhatikan fungsi SSP dapat
berlangsung beberapa bulan atau tahun
setelah cendera dan dapat terjadi secara
luas di otak pada daerah setal nukleus,
hipokampus, dan sistem saraf tepi.

Unmasking
dalam keadaan normal, banyak akson dan
sinaps yang tidak aktif. Apabila Jalur
Utama mengalami kerusakan maka
fungsinya akan diambil oleh akson
menurut wall dan kabath, jalur sinapsis
mempunyai mekanisme homestatik,
dimana penurunan masukan akan
menyebabkan naiknya eksitabilitas
sinapsnya

Maka perbaikan fungsi pada penderita post


stroke dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
1. Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk
mempengaruhi fasilitas dan mendidik kembali
fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi
2. Latihan untuk mempengaruhi gerak
kompensasi sebagai pengganti daerah yang
akan lesi

Diachisia (Dissipation of diachisia)


keadaan dimana terdapat hilangnya
kesinambungan fungsi atau adanya
hambatan fungsi dari traktus-traktus
sentral di otak

Pada fase penyembuhan ini latihan


sangat berpengaruh dalam derajat
maupun kecepatan perbaikan
fungsi.Mobilisasi dengan latihan pasif dan
latihan aktif sedini mungkin yang
dilakukan serta berulang-ulang akan
menjadi gerak yang terkontrol atau
terkendali.

Anda mungkin juga menyukai