Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN EPIDEMIOLOGI FAKTOR

RISIKO LINGKUNGAN PADA VEKTOR


BINATANG PENGGANGGU
Lalat Hijau (Chrysomya bezziana)
Kelompok 2 :
1.ERNI TRI WULANDARI
2.IDA NADIA SAUMI
3.NOPI EKAYANTI
4.RIFKA ROSIYANI
5.ULFA AMELIA
6.WIDHY REZA PUTRA

Taksonomi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class: Hexapoda
Ordo: Diptera
Sub family : Oestroidea
Family: Calliporidae
Genus: Lucilia phaenicia
Spesies: Chrysomyabezziana

Morfologi
Pada umumnya berukuran sedang sampai besar, kira-kira 8-10
mm, sepasang sayap di bagian depan dan sepasang halter
sebagai alat keseimbangan di bagian belakang, bermata
majemuk dan sepasang antena yang seringkali pendek terdiri
atas tiga ruas. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat
berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah
oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat jantan
(Santi, 2001). Warna hijau cemerlang, Thorax bagian dorsal
terdapat 3 garis longitudinal, Squama dari sayap bag dorsal
tertutup rambut Dorsal thorax terdapat 2 garis longitudinal.

Bionomik
Tempat Perindukan

Jarak Terbang

Di Indonesia lalat hijau yang umum di


daerah pemukiman adalah Chrysomya
megachepala Lalat ini berkembang biak
di bahan yang cair/semi cair yang
berasal dari hewan

membawa telur

Jarak

terbang

tergantung

lalat
pada

sangat
adanya

makanan yang tersedia. Jarak

dan

terbang efektif adalah 450-900

Trichuris trichiura yang menempel pada

meter. Lalat tidak kuat terbang

cacing

bagian

Ascaris

luar

lumbricoides

tubuhnya.

Menyenangi

tempat basah seperti, sampah basah,


kotoran, tumbuhan yg membusuk.

menantang arah angin, tetapi


sebaliknya lalat akan terbang
mencapai 1 km.

Kebiasaan Makan

Tempat Istirahat

Tertarik pd makanan manusia, seperti

Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan

gula,

susu,

kotoran

makanan

hewan

dan

olahan,
manusia,

darah hingga bangkai binatang.


Hanya memakan makanan dalam
bentuk cair, makanan dibasahi
oleh lius terlebih dahulu kemudian
dihisap, lalat makan 2-3 x/hari.

ludah dan tinja yg membentuk titik


hitam, tanda ini merupakan hal yg
penting untuk mengenal tempat lalat
istirahat. Lalat beristirahat pada tempat
tempat tertentu. Pada siang hari bila
lalat

tidak

makan,

mereka

akan

beristirahat pada lantai, dinding langitlangit, jemuran pakaian, rumputrumput,


kawat listrik dan lainlain serta sangat
menyukai tempattempat dengan tepi
tajam yang permukaannya vertikal.

Lama Hidup danTemperatur

Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan

Jangka waktu hidup tahap pra dewasa

temperatur

setempat.

Dimana

lalat hijau adalah sekitar 8,5 9 hari

kelembaban ini berbanding terbalik

pada suhu 24 28,5oC dengan

dengan temperatur. Jumlah lalat

kelembaban 85 92%, sedangkan

pada musim hujan lebih banyak

tahap dewasanya berkisar antara

daripada musim panas. Lalat sangat

37,6 41,2 hari pada suhu 24

sensitif terhadap angin kencang,

28oC dengan kelembaban 86

sehingga kurang aktif untuk keluar

94,6%.

mencari

makan

pada

kecepatan angin yang tinggi.

waktu

Cahaya
Lalat

merupakan

serangga

yang

bersifat

fototropik

(menyukai cahaya). Pada malam hari tidak aktif, namun


bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat
tergantung
kelembaban.

sepenuhnya

pada

temperatur

dan

SIKLUS HIDUP (Chrysomya bezziana)


Siklus hidup lalat C. bezziana terbagi menjadi empat tahap,
yaitu telur, larva, pupa dan lalat. :
TELUR

Jumlah telur yang dikeluarkan oleh lalat betina berkisar antara 95


sampai 245 (rata-rata 180 telur).
Telur akan menetas menjadi L1 dalam waktu 12-24 jam atau sepuluh
jam pada suhu 30Oc
berwarna putih transparan dengan panjang 1,25 mm dan
berdiameter 0,26 mm, berbentuk silindris serta tumpul pada
kedua ujungnya

L1

LARVA

L2

L3

Larva Chrysomya bezziana terbagi menjadi tiga instar, yaitu instar I, II


dan III (L1,L2 dan L3). Larva ini mempunyai dua belas segmen,
yaitu satu segmen kepala, tiga segmen torak dan depalan segmen
abdominal.
L1 : panjang 1,6mm diameter 0,25mm berwarna putih. tidak bermata
dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4
hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II (L2)
L2 : panjang 3,5- 5,5 mm diameter 0,5 - 0,75 mm berwarna putih
sampai krem. setelah beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan
keluar instar III (L3) dan banyak bergerak
L3 : panjang L3 mencapai 6,1 15,7 mm diameter 1,1 3,6 mm.
tingkat ini memerlukan waktu 3-9 hari, larva tidak banyak bergerak,
larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah
menjadi kepompong (pupa)

LALAT DEWASA

PUPA

Pada stadium ini jaringan tubuh


larva berubah menjadi jaringan
tubuh dewasa, stadium ini
berlangsung
3-9
hari
atau
tergantung suhu setempat yang
disenangi lebih kurang 35C.
berwarna coklat
berbentuk lonjong.

hitam

dan

kurang bergerak (tak bergerak


sama sekali). Setelah stadium ini
selesai maka melalui celah
lingkaran pada bagian anterior
akan keluar lalat muda.

Stadium terakhir yang siap untuk


melakukan

perkawinan

memerlukan waktu kurang lebih


dari 15 jam. Umur lalat dewasa
dapat mencapai 2-4 minggu.
Biasanya

lalat

akan

tingal

ditempat yang banyak terkandung


bahan organic dan lembap.

Distribusi penyakit
Kejadian di Indonesia
Larva lalat C.bezziana dilaporkan pertama kali di Indonesia pada kasus myasis
kuku sapi dalam bentuk infestasi campuran dengan larva lalat B.intonsus di daerah
Minahasa pada tahun 1926. Kasus selanjutnya ditemukan pada kuda di daerah
yang sama 1948-1949. Laporan ini menyebutkan bahwa telah terjadi kasus myasis
pada kuku sapi perah di daerah Bogor dalam bentuk infestasi campuran dengan
Sarcophaga dux dan Musca domestica. Infestasi campuran antara C.bezziana dan
Sarchopaga sp. juga pernah dilaporkan pada kejadian myasis di Sumba Timur dan
Sulawesi Selatan.

Penelitian dinamika kasus myasis di Kecamatan Kandat-Kediri pada salah satu


klinik hewan sepanjang tahun 2002-2004 menunjukkan peningkatan, yaitu 47
kasus (2002), 63 kasus (2003) dan 89 kasus (2004). Studi ini berlanjut dari
2005-2009 dan diperoleh sebanyak 357 kasus pada ternak ruminansia.
Umumnya kasus myasis cukup tinggi menjelang hingga musim hujan, yaitu
bulan Agustus sampai April sedangkan kasus terendah terjadi pada bulan Mei
sampai Juli. Selain Kediri, kasus myasis di beberapa daerah di Pulau juga telah
dilaporkan, antara lain di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Lombok,
Sumbawa, Sumba, Timor dan Papua. Data-data diatas menunjukkan bahwa
kasus myasis di Indonesia masih cukup tinggi dan harus mendapat perhatian
yang serius.

Distribusi geografis
Lalat C.bezziana tersebar di kawasan Afrika bagian
tropis dan sub tropis, sub kontinen India, Asia
Tenggara dari Cina selatan menuju Malaysia dan
Philipina hingga Papua New Guinea termasuk
Indonesia. Laporan lain menyebutkan bahwa lalat ini
telah masuk ke beberapa negara di pantai barat
Teluk Persia

Dampak Terhadap
Kesehatan

Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri, protozoa dan telur
cacing yang menempel pada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya.

Lalat Chrysomia benziana dapat menularkan penyakit myasis kulit, hidung, sinus, jaringan
vagina dan usus. Penyakit myasis bukan hanya disebabkan oleh Chrysomia benziana
tetapi juga disebabkan oleh lalat Sarcophaga, Booponus intonsus, Lucillia, Calliphora dan
Musca. Genus Chrysomia yang memegang peranan penting dalam kasus myasis
yaitu Chrysomia megacephala dan Chrysomia bezziana.

Myiasis adalah infestasi larva lalat pada jaringan tubuh hewan yang masih hidup,
disebabkan oleh larva lalat fakultatif dan atau obligat. Myasis obligat hanya dapat terjadi
pada jaringan tubuh yang masih hidup. Berdasarkan The Merck Veterinary Manual (2011),
miasis dibagi menjadi dua yaitu miasis obligat dan fakultatif.

Larva lalat miasis obligat bergantung sepenuhnya pada inang untuk menyelesaikan siklus
hidupnya sedangkan pada miasis fakultatif larva lalat dapat menyelesaikan siklus
hidupnya dimana saja.

Patogenesis&Gejala
Setelah telur lalat menetas, larva akan masuk kedalam luka dengan kait pada mulut dan
Klinis
sekresi enzyme proteolitik maka larva akan bisa memakan sel-sel jaringan, serta
membuat terowongan didalam jaringan sehingga akan memperparah kerusakan.

Selain itu karena ada luka terbuka kemungkinan besar akan terjadi infeksi sekunder
oleh kuman pyogenes (Sarcophaga sp, Chrysomia bezziana, Musca sp).

Gejala klinis yang teramati mula-mula terlihat luka kecil yang didalamnya terlihat ada
larva lalat, lama-kelamaan karena diperparah oleh infeksi sekunder menyebabkan
terjadinya pembusukan dan pembentukan nanah sehingga akhirnya terjadi borok yang
mengeluarkan cairan dan berbau busuk.

Gejala klinis lainnya sesuai dengan kelainan fungsi dari bagian tubuh yang terkena
myiasis (misalnya jika terjadi myiasis pada kaki gejalanya pincang, jika terjadi pada
daerah kepala berjalan dengan kepala miring dsb) serta diikuti oleh gejala umum
lainnya seperti hewan menjadi tidak tenang, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu,
suka bersembunyi menghindari lalat. Selain itu gejala klinis lainnya yaitu berupa radang,
anemia, tidak tenang sehingga mengakibatkan ternak mengalami penurunan bobot
badan dan produksi susu, kerusakan jaringan, infertilitas, hipereosinofilia serta
peningkatan suhu tubuh.

Habitat Chrysomia bezziana


Lalat ini umum ditemukan di pasar dan warung terbuka,
pada daging, sampah, kotoran binatang (kuda, sapi, ayam
dan babi), kotoran manusia, saluran air kotor, buah-buahan
dan sayuran busuk dan biji-bijian busuk menjadi tempat
yang disenangi.

FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT


MENULAR
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus,
bakteri, protozoa dan telur cacing yang menempel pada tubuh
lalat dan ini tergantung dari spesiesnya.
Lalat jenis ini dilaporkan membawa telur cacing Ascaris
lumbricoides dan Tricuris trichiura.

Lalat hijau (Chrysomya megacephala) dapat menularkan


penyakit myasis mata, tulang, dan organ lain melalui luka.

SUMBER PENULARAN
Chrysomya megacephala

berkembangbiak di bahan

yang cair, atau semi cair yang berasal dari hewan,


daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan tanah yang
mengandung kotoran hewan.
Juga meletakkan telur di luka hewan dan manusia.
Biasanya hidup di sekeliling permukiman, pada populasi
yang tinggi masuk ke dalam rumah di sekitar dapur.

MEKANISME PENULARAN
Berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat biasanya
berhubungan

dengan

saluran

pencernaan.

Karena

perpindahan kuman dan mikroorganisme yg menempel di


kaki lalat dan rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya ke
dalam tubuh manusia terjadi secara mekanis.
Lalat dari tempat kotor dan busuk kemudian hinggap di
makanan sehingga makanan terkontaminasi. Mikroorganisme
akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan itu.

Penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat atau benda lain


seperti berikut:

Pengendalia
n

Pengobatan

Insektisida dari golongan organophospat, karbamat, senyawa pyrethroid


dilaporkan efektif untuk pengobatan myiasis termasuk membunuh lalat
dewasa.

Untuk mencegah terjadinya re-infestasi, penggunaan insektisida dapat


diberikan dengan interval 2-3 hari sampai luka myiasis sembuh.

Pada peternakan komersial, umumnya dilakukan dipping (perendaman)


menggunakan coumaphos atau golongan organophospat yang lain dengan
dosis maksimal untuk pemberantasan parasit eksternal. Disamping itu,
pengobatan dapat dilakukan menggunakan pestisida sistemik.

Pengobatan myiasis pada manusia diawali dengan pengambilan larva dari


daerah luka, selanjutnya diirigasi dengan larutan saline normal dan diikuti
dengan pembedahan. Antibiotik yang erspektrum luas umumnya diinjeksikan
untuk mencegah adanya infeksi sekunder, kemudian campuran dari 1 x
kloroform : 4 minyak terpentin untuk pengobatan lokal.

Pelaporan
Tidak diperlukan tindakan pelaporan ke Dinas
Peternakan apabila ditemukan kasus myiasis pada
hewan.
Peternak dapat menghubungi dokter hewan/klinik
hewan terdekat untuk melakukan pengobatan.
Namun

demikian,

pengobatan

perlu

segera

dilakukan untuk mencegah luka semakin parah yang


dapat disertai dengan infeksi sekunder oleh bakteri
dan berakhir dengan kematian.

Pencegahan
Ternak yang menderita myiasis harus diobati hingga
tuntas sebelum dijual atau dimasukkan ke wilayah
yang lain untuk mencegah penyebaran lalat semakin
luas.

Pengendalian dan
pemberantasan

Untuk mengendalikan populasi lalat myiasis di daerah endemik myiasis,


perlu dilakukan pemasangan perangkap lalat. Setidaknya ada dua jenis
trap yang sering digunakan di lapang, yaitu perangkap yang dilapisi
perekat atau perangkat yang terbuat dari plastik dengan banyak lubang
dipermukaannya. Sebagai umpan digunakan pemikat yang bernama
smowrmlure. Perangkap diletakkan di luar kandang, dekat dengan semaksemak yang merupakan area lalat myiasis. Perangkap ini dapat diganti 3
kali sekali tergantung jumlah lalat yang ditangkap dan pemikat yang
tersisa. Metode pengendalian dan pemberantasan lalat myiasis dapat
dilakukan dengan cara membuat lalat jantan mandul.

REFERENSI

https://www.researchgate.net/publication/258045280_INFESTASI_LARV
A_Chrysomya_bezziana_PENYEBAB_MYASIS_PADA_MANUSIA_DAN_HEWAN_SERTA
_PERMASALAHAN_DAN_PENANGGULANGANNYA
https://chantikafecilia.wordpress.com/2014/06/14/chrysomya-bezziana/
http://aryhani97.blogspot.co.id/2013/09/jenis-lalat-dan-penyakitnya.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Chrysomya_bezziana
http://wiki.isikhnas.com/images/3/3f/Penyakit_MYIASIS.pdf
http://aiyssmithdhavidhsond.blogspot.co.id/2013/09/laporan-praktkum-parasitologitentang.html
https://ms.wikipedia.org/wiki/Langau_hijau
http://eprints.ung.ac.id/7601/5/2013-2-2-13201-811409126-bab226022014123217.pdf
http://wiki.isikhnas.com/images/3/3f/Penyakit_MYIASIS.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=277852&val=7169&title=Chrpsomva%20bezziana,%20The%20Cause%20of
%20Myiasis%20on%20animal%20And%20Human%20:%20Problem%20and
%20Control

Anda mungkin juga menyukai